PENETAPAN STATUS FOSFOR DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI PADA TANAMAN PADI

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI DI PROVINSI BENGKULU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

Keywords : conventional, inorganic fertilizer, organic fertilizer, P uptake and SRI

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Pengaruh Silikat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah pada Tanah Ultisol

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

Surveying and Mapping the Nitrogen, Phosphorus, Potassium Nutrients and Soil ph of Rain Fed Lowland in Desa Durian Kecamatan Pantai Labu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

Kajian Status Kesuburan Tanah Sawah Untuk Menentukan Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi Tanaman Padi Di Kecamatan Manggis

I. PENDAHULUAN. tersebut (Ladha et al., 1997). Indonesia merupakan negara agraris, dengan sektor

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

EFEKTIVITAS KOMPOS SAMPAH PERKOTAAN SEBAGAI PUPUK ORGANIK DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MENURUNKAN BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA PADI

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

III. BAHAN DAN METODE

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIVITAS PUPUK PELENGKAP CAIR DHARMAVIT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, SERTA SERAPAN HARA N, P, K TANAMAN PADI SAWAH

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SOSIALISASI REKOMENDASI TEKNOLOGI PTT BERDASARKAN KALENDER TANAM TERPADU MT II TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

Abstrak

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Apa yang dimaksud dengan PHSL?

I PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

Transkripsi:

ISSN 0852-405X Jurnal Penelitian UNIB, Vol. XI, No 1, Maret 5, Hlm. 1-8 1 PENETAPAN STATUS FOSFOR DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI PADA TANAMAN PADI Bandi Hermawan Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRAK Dua seri penelitian dilaksanakan untuk mengevaluasi status hara P tanah dan menentukan jumlah pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang, Propinsi Bengkulu. Delapan puluh sembilan sampel tanah komposit diambil dari lapisan 0-20 cm, lalu kandungan P-potensial diukur menggunakan ekstraksi HCl 25%. Status P dikelompokkan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Percobaan lalu dilaksanakan menggunakan tujuh dosis P, yakni 0, 9, 18, 27, 35, 45 dan 54 kg P ha -1 (setara dengan 0, 25, 50, 75,, 125 dan 150 kg SP-36 ha -1 ). Pupuk urea dan KCl diberikan masing-masing sebanyak dan kg ha -1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan padi sawah yang diteliti memiliki status P tinggi. Hasil padi meningkat drastis apabila diberi 27 kg P ha - 1 (atau 75 kg SP-36 ha -1 ) dan menurun pada dosis yang lebih tinggi. Dengan mempertimbangkan bahwa pupuk P memiliki efek residu yang tinggi setelah panen maka untuk lahan dengan status P tinggi disarankan untuk diberi 18 kg P ha -1 (atau 50 kg SP-36 ha -1 ). Kata kunci : fosfor, pupuk, padi, rekomendasi pemupukan. ABSTRACT Two consecutive studies were conducted to evaluate the P status of soil and to determine the amount of fertilizer recommended for rice field in Rejang Lebong dan Kepahiang Districts, Bengkulu. Eighty nine composite soil samples were collected from the 0-20 cm depth and the potential P content was measured using HCl 25% extraction. The P status was determined according to low, medium and high categories. An experiment was then conducted using seven levels of P doses, i.e. 0, 9, 18, 27, 36, 45 and 54 kg P ha -1 (equal to 0, 25, 50, 75,, 125 and 150 kg SP-36 ha - 1 ). Urea and KCl fertilizers were applied and kg ha -1, respectively. Results show that most of rice fields in Rejang Lebong and Kepahiang has high P status. The yield of rice increases significantly when P was added up to 27 kg ha -1 (or 75 kg SP-36 ha -1 ) and decreases drastically for the higher doses. By considering the fact that P fertilizer may have residue in the soil after harvest, the amount recommended for the high soil P status is 18 kg P ha - 1 (or 50kgSP-36ha -1 ). Keywords : phosporous, fertilizer, rice, fertilizer recommendation. PENDAHULUAN Dalam sistem pertanian yang ada saat ini, rekomendasi pemupukan lebih sering dilakukan secara umum tanpa memperhatikan faktor pembatas lahan di masingmasing lokasi. Hal ini sering mengakibatkan ketidakseragaman respon yang diperoleh petani meskipun mereka samasama mengikuti rekomendasi yang sama. Bila lokasi penanaman relatif sama dengan lokasi di mana rekomendasi dibuat, hasil tanaman padi yang diperoleh kemungkinan besar sesuai dengan yang diharapkan. Namun tidak jarang hasil tersebut jauh di bawah standar karena kondisi tanah yang lebih jelek dibandingkan dengan kondisi tanah di lokasi penyusunan rekomendasi. Pengujian karakteristik tanah dan la - han sangat penting dilakukan dalam menetapkan tingkat kebutuhan input bagi tanaman seperti pupuk pada lahan sawah. Untuk menetapkan tingkat kebutuhan pupuk, dosis yang harus diberikan didasarkan atas jumlah hara yan g tersedia di dalam tanah (Heckman and Kamprath, 1992; Jokela, 1992). Hal ini disebabkan karena respon tanaman terhadap pemupukan akan semakin kecil dengan semakin tingginya kandungan hara di dalam tanah (Foth, 1978).

Hermawan, B. 2 Tanah pertanian di Propinsi Bengkulu memiliki keragaman yang sangat tinggi sehingga input yang diberikan juga akan beragam antara lokasi satu dengan lokasi lainnya. Wilayah Bengkulu memiliki empat jenis tanah utama, yaitu Entisol, Ultisol, Inceptisol dan Histosol. Setiap jenis tanah tersebut memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologis yang sangat berbeda sehingga tingkat kebutuhan input pertanian juga berbeda (Darmawijaya, 1997). Kandungan nitrogen total, misalnya, bervariasi dari 0.17% pada Ultisol sampai 0.27% pada Inceptisol (Anonim, 1996; Fakhrudin, 1998; Hermawan, 1998). Penelitian yang bertujuan untuk menentukan dosis pupuk yang spesifik lokasi telah dilaksanakan oleh Leiwakabessy (0). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ia mendapatkan nilai kritis untuk kandungan karbon organik (C), nitrogen (N), fosfor (P) (Bray I) dan kalium (K) (NH 4 OAc) masing-masing sebesar 3.0%, 0.3%, 14 ppm dan 0.3 me g -1. Pemupukan harus dilakukan bila kandungan C, N, P dan K yang tersedia di dalam tanah berada di bawah nilai-nilai kritis tersebut. Sementara itu model yang dapat digunakan untuk menduga dosis pupuk di lokasi tertentu adalah sebagai berikut: Untuk N: Y = 18.164 + 44.195X 4.563 X 2 dimana X = C-organik (%), Y = produksi relatif. Untuk P: Y = 37.63 + 2.842X 0.041 X 2 dimana X = ppm P (Bray I). Untuk K: Y = 22.665 + 110.13X 41.712X 2 dimana X = me K g -1 (NH 4 OAc) Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi status P dan mendapatkan kurva respon hasil padi dalam rangka penyusunan rekomendasi pemupukan P pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Propinsi Bengkulu. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Propinsi Bengkulu (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni survei lahan sawah dengan luas sekitar 2.500 ha dan percobaan lapangan pada lahan seluas sekitar 0.75 ha. Kegiatan survei lapangan bertujuan untuk menentukan status P tanah, sedangkan percobaan bertujuan untuk menetapkan rekomendasi pemupukan P pada padi sawah. Metodologi penetapan status P terdiri dari beberapa tahapan kegiatan berikut: tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap operasi lapangan (survei utama), tahap analisis contoh, dan tahap pengolahan data. Tahap perencanaan dan persiapan dilaksanakan selama dua bulan yang diawali dengan pengadaan peta dasar dengan skala 1 : 50.000 dari Bakosurtanal. Peta dasar tersebut selanjutnya dimodifikasi menjadi peta lapangan atau peta kerja. Kegiatan persiapan selanjutnya adalah pra-survei guna menentukan luas sawah efektif, validasi terhadap peta lapangan dan merencanakan jumlah contoh tanah yang akan diambil. Tahap operasi lapangan meliputi pengambilan contoh tanah komposit pada seluruh lahan sawah yang ada dalam kawasan studi. Jarak pengambilan contoh adalah 500 m sehingga setiap contoh komposit mewakili luasan 25 ha. Delapan puluh sembilan contoh tanah diperoleh pada tahap ini dan dianalisis di laboratorium untuk menentukan potensi P dengan menggunakan ekstraksi HCl 25%. Potensi P tanah tersebut dikelompokkan menjadi tiga status (rendah, sedang dan tinggi) dengan mengacu pada Tabel 1. Percobaan rekomendasi pemupukan dilakukan di Desa Air Putih yang memiliki status P tanah tinggi. Metodologi pelaksanaan percobaan pemupukan terdiri atas penentuan lokasi, pembuatan petak yang berukuran antara 20 sampai m 2, pengolahan tanah, pemupukan, pemeliharaan, pengamatan dan panen. Perlakuan pemupukan P pada percobaan tersebut disusun seperti dalam Tabel 2 sedangkan pupuk P yang digunakan adalah SP-36.

Penetapan status fosfor 3 Tabel 1. Kategori status hara P (Sofyan dan Suryono, 2) Kandungan P (HCl 25%) <20 mg P 2 O 5 g -1 tanah 20 40 mg P 2O5 g -1 tanah >40 mg P 2 O 5 g -1 tanah Status Rendah Sedang Tinggi KABUPATEN LEBONG Wilayah Studi KABUPATEN REJANG LEBONG KABUPATEN Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Hermawan, B. 4 Tabel 2. Perlakuan percobaan pemupukan P Kode perlakuan Dosis P (kg ha - 1 ) p0 p1 p2 p3 p4 p 5 p 6 0 9 18 27 36 45 54 Pupuk dasar (kg ha - 1 ) Urea KCl Gambar 2. Denah saluran irigasi di petak-petak percobaan padi sawah. Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari sisa-sisa tanaman, lalu dibajak dan digaru hingga siap tanam. Padi varietas IR-64 di tanam dengan sistem caplak pada jarak tanam 20 x 20 cm (3 batang per rumpun). Pemeliharaan seperti pengaturan air irigasi, pemberantasan gulma, hama dan penyakit sepenuhnya diserahkan kepada masing petani dengan menggunakan teknologi yang telah biasa mereka lakukan. Saluran irigasi dimodifikasi seperti pada Gambar 2 guna menghindari aliran hara dari petak satu ke petak lainnya. Peubah yang diamati dalam percobaan pemupukan adalah persentase gabah hampa dan berat gabah kering giling per ha. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua ubinan per petak, sedangkan masing-masing ubinan berukuran 1.0 m 2. Penentuan lokasi ubinan di dalam petak dilakukan secara acak. Rangkaian pengukuran parameter di atas diulangi untuk lahan pembanding yang menerapkan teknologi petani. Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan uji regresi linear untuk menentukan kurva respon hasil padi terhadap dosis pemupukan (Snedecor and Cochran,1980). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Status P Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (96%) lahan sawah di lokasi survei memiliki status P tinggi (Gambar 3). Kadar P tanah yang terdapat di kawasan survei umumnya berada di atas mg P 2 O 5 /g tanah (sekitar 68%) sehingga jauh lebih tinggi dari batas bawah untuk status P tinggi (yaitu 40 mg P 2 O 5 /g tanah). Status P sedang hanya terdapat di tiga titik sampling yang mewakili lahan seluas sekitar 75 sampai ha sedangkan lahan dengan status P rendah tidak ditemui dalam kawasan yang diteliti.

Penetapan status fosfor 5 P-sedang: 4% 28% 20-40 mg/g P-tinggi: 96% 68% 40- mg/g > mg/g Gambar 3. Sebaran status P pada lahan sawah irigasi teknis di lokasi penelitian Status P yang ditemui di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan status P pada lahan sawah di kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Bengkulu (Hermawan et al., 0). Sebagai contoh, tanah-tanah Ultisol yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara umumnya memiliki status P sedang dengan kadar P (HCl 25%) berkisar antara 20 dan 30 mg P2O5 g -1 tanah (Anonim, 2). Dengan demikian, kebijakan yang memberikan rekomendasi pemupukan P secara umum di seluruh wilayah propinsi da pat mengurangi efisiensi dan efektivitas penggunaan pupuk. Percobaan pemupukan Hasil percobaan pemupukan P menunjukkan bahwa pemberian pemberian P sampai dengan 27 kg ha -1 (setara 75 kg ha -1 SP-36) mampu meningkatkan hasil padi (diperlihatkan oleh berat gabah kering giling per ha), sedangkan pemberian P di atas 27 kg ha -1 justru menurunkan hasil (Gambar 4). Rata-rata hasil padi (ubinan) yang diperoleh meningkat hingga 6.95 ton ha - 1 pada dosis P 27 kg ha - 1 namun menurun drastis hingga 5.99 ton ha - 1 untuk dosis P di atas 27 kg ha - 1. Hubungan kuadratik antara dosis P dan hasil tanaman padi tersebut terlihat konsisten pada keempat ulangan percobaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa dosis pemupukan P optimum padi sawah di lokasi penelitian jauh lebih rendah dibandingkan rekomendasi umum yang berlaku selama ini (yaitu 36 kg ha -1 P atau setara kg ha -1 SP-36). Hasil lain yang diperoleh dari percobaan ini adalah rendahnya persentase gabah hampa, yaitu kurang dari 10%, pada semua petak percobaan yang menunjukkan bahwa teknologi pemupukan berimbang cukup mampu meningkatkan kualitas gabah yang dihasilkan. Superioritas dosis P antara 0 sampai 27 kg ha -1 terhadap dosis yang lebih tinggi semakin terlihat bila dikaitkan dengan keuntungan ekonomi yang diperoleh petani. Seperti terlihat pada Gambar 5, nilai rasio antara pendapatan dan biaya produksi (R/C) turun drastis dari 3.0 menjadi 2.5 bila tanaman diberi P lebih tinggi dari 27 kg ha - 1. Dengan demikian, rekomendasi pemupukan P untuk padi sawah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang berkisar antara dosis 0 sampai 27 kg ha - 1 P,

Hermawan, B. 6 tergantung pada pola pemupukan jangka panjang. Sebagai contoh, dosis 27 kg ha -1 P dapat diberikan selama tiga musim tanam berturut-turut, kemudian diturunkan pada musim tanam ke empat, lalu kembali ke dosis 27 kg ha - 1 P pada musim ke lima. Kenyataan ini sangat mendukung proses adopsi teknologi pemupukan oleh petani karena jumlah pupuk yang dibutuhkan jauh lebih rendah dari yang mereka ketahui selama ini. 7.5 Gabah kering giling (ton/h 7.0 6.5 6.0 Ubinan Poly. (Ubinan) 5.5 0 9 18 27 36 45 54 Dosis P (kg/ha) Gambar 4. Kurva respon padi terhadap pemupukan P 3.5 R/C 3.0 2.5 Ubinan Poly. (Ubinan) 2.0 0 9 18 27 36 45 54 Dosis P (kg/ha) Gambar 5. Kurva analisis usahatani (nilai R/C) padi pada berbagai dosis pemupukan P

Penetapan status fosfor 7 Hasil percobaan pemupukan dan penghitungan nilai R/C sebagaimana disajikan dalam Gambar 4 dan 5 relatif sesuai dengan kriteria untuk rekomendasi pemupukan P pada padi sawah yang dibuat Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Sofyan dan Suryono, 2). Berdasarkan acuan tersebut, tanah yang memiliki status P tinggi hanya membutuhkan 18 kg ha - 1 P (setara dengan 50 kg ha - 1 SP-36), dosis tersebut dapat dinaikkan 9 kg ha -1 P (atau 25 kg ha -1 SP-36) untuk setiap penurunan status P tanah. Dengan demikian, rekomendasi pemupukan P (dalam bentuk SP-36) di lokasi penelitian dapat ditetapkan sebagai berikut: 50 (untuk status P-tinggi), 75 (status P- sedang) dan kg ha - 1 (status P-rendah). KESIMPULAN Sebagian besar (sekitar 96%) lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang memiliki status P tinggi dengan kadar P tanah (ekstraksi HCl 25%) di atas 40 mg P 2 O 5 g - 1 tanah. Berdasarkan hasil percobaan pemupukan, lahan sawah yang memiliki status P tinggi tersebut hanya membutuhkan 27 kg ha -1 P atau kurang untuk mendapatkan hasil padi tertinggi. Untuk kepentingan aplikasi di lapangan, rekomendasi pemupukan P untuk setiap musim tanam padi sawah dapat disusun dengan mengikuti kriteria berikut: 18 kg ha - 1 P pada status P-tinggi, 27 kg ha - 1 P pada status P-sedang, dan 36 kg ha -1 P pada status P-rendah. Disarankan agar hasil padi pada lahan yang diberi dosis rekomendasi dimonitor secara berkala sedangkan analisis P tanah dapat diulangi setiap lima tahun. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Busri Saleh, SU (Universitas Bengkulu) dan Ir. Sri Suryani M. Rambe, M.Sc (BPTP Bengkulu) yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar selama pelaksanaan penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Jojon Suryono dan Endang (Puslitanak, Bogor) yang telah membantu pelaksanaan pengambilan contoh tanah. Penelitian ini sepenuhnya dibiayai dari Proyek PAATP Departemen Pertanian melalui kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996. Rancang bangun sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan durian di Kabupaten Bengkulu Utara. Laporan Kerjasama Kanwil Pertanian Propinsi Bengkulu dengan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu. Anonim, 2. Disain Taman Teknologi Pertanian di Propinsi Bengkulu. Laporan Penelitian pada Balitbang Propinsi Bengkulu, Bengkulu. Darmawijaya, I.M., 1997. Klasifikasi Tanah. Gajahmada University Press. Fakhrudin, D., 1998. Respon padi sawah dan beberapa sifat hidrologis terhadap penggaruan pada berbagai kedalaman lapisan batuan di Daerah Irigasi Musi Kejalo. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. (Tidak dipublikasikan) Foth, H.D., 1978. Fundamentals of Soil Science. John Wiley & Sons, New York. Heckman, J.D. dan E.J. Kamprath, 1992. Potassium accumulation and corn yield related to potassium fertilizer rate and placement. Soil Science Society of American Journal 56: 141-147. Hermawan, B., 1998. Respon tanaman sawi terhadap pemberian kompos sampah organik dan ekskresi cacing tanah. Laporan Penelitian pada Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu. Hermawan, B., Hasanudin, B. Saleh dan S.S. Rambe, 0. Kajian kebutuhan pupuk dan air spesifik lokasi di Propinsi Bengkulu. Laporan Penelitian. Jokela, W.E., 1992. Nitrogen fertilizer and dairy manure effects on corn yield and soil nitrate. Soil Science Society of American Journal 56: 148-154.

Hermawan, B. 8 Leiwakabessy, F.M., 0. Pengembangan model rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah untuk tanaman pangan lahan kering pada tanah tropika masam di Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VI. Snedecor, G.W. dan W.G. Cochran, 1980. Statistical Methods. 7 th edition. Iowa State University Press. Sofyan, A. dan J. Suryono, 2. Petunjuk Teknis Pemetaan Status Hara Tanah pada Lahan Sawah dan Percobaan Pemupukan. Puslitanak Bogor.