BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tahap Persiapan Pemeriksaan Pajak Beradasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen Nomor: PRIN-123/WPJ.06/KP.0905/2008 untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Hal-hal yang terjadi pada saat tahap persiapan pemeriksaan pajak secara umum antara lain: 1. Tahap pemeriksaan pajak merupakan tahap awal dalam suatu pelaksanaan pemeriksaan pajak. 2. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan pendahuluan pemeriksaan pajak dan belum berhubungan langsung dengan Wajib Pajak. 3. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan hanya sekedar mempelajari profil dari Wajib Pajak yang akan diperiksa. Persiapan yang baik dan matang diharapkan dapat menjadikan kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa akan lebih fokus dan terarah karena telah memperoleh gambaran tentang apa yang akan dilakukan. Pada tahap persiapan pemeriksaan pajak ini, terdapat beberapa langkah kegiatan yang akan dianalisis atas prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan yang telah dilakukan pada Waib Pajak. Adapun prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan pada tahap persiapan pemeriksaan pajak seperti yang dituangkan dalam KEP-01/PJ.7/1990 terhadap pemeriksaan Wajib Pajak dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan pada tahap persiapan
35 atas pemeriksaan pada Wajib Pajak telah dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pajak secara keseluruhan, namun terdapat beberapa prosedur dari tahap persiapan pemeriksaan Wajib Pajak yang tidak didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) ataupun dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Tabel 4.1 Prosedur Tahap Persiapan Pemeriksaan Wajib Pajak Badan Dokumentasi Pelaksanaan No Uraian dalam KKP Ya Tidak Ya Tidak I Tahap Persiapan Pemeriksaan a Mempelajari berkas Wajib Pajak / data b Menganalisa SPT dan Lap. Keuangan Wajib Pajak c Mengidentifikasi masalah d Melakukan pengenalan lokasi Wajib Pajak e Menentukan ruang lingkup pemeriksaan f Menyusun program pemeriksaan g Menentukan buku, catatan, dan dokumen yang akan dipinjam h Menyediakan sarana pemeriksaan Sumber: Penulis Penjelasan mengenai tabel di atas adalah sebagai berikut: a. Mempelajari berkas Wajib Pajak / data Berdasarkan instruksi atau Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) yang ditujukan kepada Tim Pemeriksa Pajak yang telah dibentuk dengan membuat nota dinas kepada Supervisor yang ditunjuk melalui Kepala Seksi Pemeriksaan, maka langkah awal yang harus dilakukan yaitu mempelajari berkas Wajib Pajak yang terdapat pada KPP Pratama Jakarta Senen. Dengan mempelajari berkas Wajib Pajak, maka Pemeriksa Pajak dapat mengetahui
36 mengenai profil atas Wajib Pajak untuk dapat memudahkan Pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan di tahap berikutnya. Atas berkas data yang dipelajari tersebut, oleh Pemeriksa tidak dituangkan dalam KKP karena pembuatan KKP pada prosedur tersebut tidaklah material dan tidak terlalu berpengaruh terhadap materi pemeriksaan. Namun pendokumentasiannya dapat dilihat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang diuraikan mengenai gambaran umum Wajib Pajak serta kegiatan usaha yang dilakukan. b. Menganalisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak SPT dan Laporan Keuangan merupakan dokumen yang wajib ada dalam setiap pemeriksaan pajak. Hal ini dikarenakan kedua dokumen tersebut merupakan dokumen yang sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan. SPT merupakan surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak. Atas SPT yang telah dilaporkan Wajib Pajak kepada KPP Pratama Jakarta Senen, pemeriksa melakukan analisis atas kebenaran mengisi SPT PPh Tahunan tersebut berdasarkan datadata yang ada serta melakukan analisis atas kebenaran angka-angka menurut yang tercantum dalam Laporan Keuangan Wajib Pajak. Prosedur mengenai analisis SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak telah dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dan sesuai dengan prosedur pemeriksaannya serta telah dituangkan pula ke dalam KKP dan LHP yang terlihat melalui gambaran SPT Wajib Pajak serta komparasi Laporan
37 Keuangan Wajib Pajak untuk dua tahun terakhir dalam rangka melihat tren atau kecenderungan mengenai kegiatan usaha Wajib Pajak. c. Mengidentifikasi masalah Dalam hal ini Pemeriksa harus mempelajari dan mengidentifikasi antara lain masalah-masalah yang ditemukan dalam berkas Wajib Pajak, masalahmasalah yang ditemukan dalam SPT dan Laporan keuangan, serta masalahmasalah yang ditemukan dari data atau informasi lainnya. Pemeriksa juga membuat catatan mengenai masalah-masalah tersebut dan menuangkannya ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. d. Melakukan pengenalan lokasi Dalam pelaksanaannya Pemeriksa melakukan pengenalan lokasi setempat tanpa sepengetahuan Wajib Pajak, misalnya dengan bertindak sebagai pembeli. Apabila memungkinkan, Pemeriksa dapat melakukan wawancara dengan pegawai Wajib Pajak maupun penduduk sekitar lokasi. Pemeriksa pun harus membuat catatan mengenai hasil pengenalan lokasi tersebut dan menuangkannya ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan. e. Menentukan ruang lingkup pemeriksaan Menentukan ruang lingkup dimaksudn agar pemeriksa dapat menentukan luas dan arah pemeriksaan secara tepat. Ruang lingkup pemeriksaan ditentukan berdasarkan hasil penelaahan yang diperoleh pemeriksaan pada waktu mempelajari berkas Wajib Pajak, menganalisis SPT dan Laporan Keuangan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan pengenalan lokasi. Hasil penentuan ruang lingkup pemeriksaan dicatat dan dituangkan ke
38 dalam Kertas Kerja Pemeriksaan dan dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi berdasarkan hasil pemeriksaan setempat dan penilaian terhadap Sistem Pengendalian Intern. f. Menyusun Program Pemeriksaan Program Pemeriksaan adalah suatu daftar prosedur-prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan oleh pemeriksa dalam suatu pemeriksaan. Sedangkan prosedur pemeriksaan merupakan langkah-langkah pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan terhadap obyek yang diperiksa. Prosedur penyusunan program pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dilakukan oleh Pemeriksa Pajak sehingga atas prosedur ini ditemukan pada Kertas Kerja Pemeriksaan. Program Pemeriksaan biasanya dibuat dan disusun oleh Ketua Tim beserta dengan Supervisor. Berdasarkan wawancara dengan Pemeriksa yang melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak diketahui bahwa alasan dibuatnya KKP mengenai prosedur penyusunan program pemeriksaan dikarenakan penyusunan program pemeriksaan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. g. Menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam Berdasarkan hasil penelaahan pada tahap-tahap persiapan pemeriksaan sebelumya, Pemeriksa harus dapat menentukan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang akan dipinjam, sekaligus menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada Wajib Pajak sesuai dengab program pemeriksaan yang telah disusun.
39 Dalam peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen ini tidak dituangkan secara khusus dalam Kertas Kerja Lapangan, karena terdapat formulir tersendiri atas peminjaman tersebut. h. Menyediakan sarana pemeriksaan Sarana pemeriksaan yang harus dipersiapkan dapat berupa Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa, Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), Surat Pemberitahuan tentang pemeriksaan pajak kepada Wajib Pajak, Formulir surat permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen, Formulir permintaan keterangan kepada pihak ketiga dan formulir-formulir lainnya yang diperlukan dalam rangka penugasan pemeriksaan. Prosedur ini oleh Pemeriksa tidak dituangkan dalam KKP dikarenakan telah ada formulir tersendiri atas dokumen yang berkaitan dengan hal tersebut. B. Analisis Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Pada tahapan pelaksanaan pemeriksaan, Pemeriksa sudah mulai memasuki materi atau permasalahan yang akan diperiksa sehingga prosedur atas tahapan pelaksanaan pemeriksaan harus dilakukan ole Pemeriksa Pajak. Adapun prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan pemeriksaan pajak sesuai dengan KEP-01/PJ.07/1990 terhadap pemeriksaan Wajib Pajak dapat dilihat pada tabel 4.2. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa atas prosedur pelaksanaan tersebut telah dilakukan oleh Pemeriksa secara keseluruhan, hanya saja ada beberapa prosedur yang tidak dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan ataupun Laporan Hasil Pemeriksaan.
40 Tabel 4.2 Prosedur Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan Wajib Pajak Badan Dokumentasi Pelaksanaan No Uraian dalam KKP Ya Tidak Ya Tidak II Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan A Memeriksa di tempat Wajib Pajak B Melakukan penilaian atas pengendalian Intern C Memutakhirkan ruang lingkup dan program Pemeriksaan D Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen E Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga F Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa G Melakukan sidang penutup (closing conference) Sumber: Penulis Penjelasan mengenai uraian tersebut adalah sebagai berikut: a. Memeriksa di tempat Wajib Pajak Yang dimaksud dengan memeriksa di tempat Wajib Pajak adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor atau di tempat usaha atau ditempat lain yang diduga ada kaitannya dengan kegiatan usaha Wajib Pajak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data-data / fakta-fakta mengenai kegiatan Wajib Pajak yang sebenarnya, mengetahui dan menilai sistem pengendalian intern, serta untuk meyakinkan kebenaran / keberadaan secara fisik Aktiva Tetap yang dilaporkan dan kepemilikannya. Dalam melaksanakan pemeriksaan pajak, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak sebelum melakukan pemeriksaan di tempat Wajib Pajak seperti Pemeriksa harus memperkenalkan diri dengan menunjukkan Tanda Pengenal Pemeriksa serta menyampaikan Surat Perintah
41 Pemeriksaan (SP2) kepada Wajib Pajak serta menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan. Atas prosedur ini pemeriksa tidak menuangkannya ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) karena belum menyangkut materi pemeriksaan dan hanya bersifat pencarian informasi secara informal tetapi atas prosedur ini diuraikan ke dalam LHP. b. Melaksanakan penilaian atas Sistem Pengendalian Intern Prosedur ini dilakukan untuk mengetahui lemah / kuatnya Sistem Pengendalian Intern sebagai dasar untuk menentukan dalamnya pengujianpengujian yang akan / harus dilakukan. Jika sistem pengendalian intern baik, maka Pemeriksa akan membatasi pengujian yang dilakukan agar tidak memakan waktu yang terlalu lama dalam memeriksanya tetapi apabila sistem pengendalian intern yang dilakukan oleh Wajib Pajak buruk, maka hendaknya Pemeriksa mengembangkan pengujian lebih lanjut dan mempertimbangkan manfaat yang diperoleh. Prosedur yang dilakukan terhadap Wajib Pajak ini tidak dituangkan oleh Pemeriksa ke dalam KKP karena hanya bersifat sebatas memeriksa yg dilakukan oleh Supervisor Pemeriksaan. c. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan Berdasarkan fakta/ data/ informasi yang diperoleh pada waktu pemeriksaan dan setelah memperhatikan hasil penilaian Sistem Pengendalian Intern, Pemeriksa menelaah dan menyusun kembali program pemeriksaan yang dibuat pada tahap persiapan pemeriksaan.
42 Prosedur pemeriksaan yang berupa memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan ini terhadap Wajib Pajak ini dilakukan oleh Supervisor Pemeriksaan namun tidak dituangkan dalam KKP karena dianggap tidak terlalu penting dan tidak berkaitan dengan yang akan diperiksa. d. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen. Prosedur ini bertujuan untuk meyakinkan kebenaran angka yang dicantumkan dalam SPT dengan membandingkannya terhadap angka-angka yang ada dalam pembukuan dan dokumen-dokumen pendukungnya, serta menentukan apakah angka-angka yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Maka dari itu, prosedur ini berperan penting dalam pelaksanaan pemeriksaan. Prosedur atas pemeriksaan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen yang dilakukan terhadap Wajib Pajak dilaksanakan oleh Pemeriksa. Hal ini dapat terlihat dari adanya beberapa temuan atau koreksi yang dilakukan terhadap SPT yang dilaporkan Wajib Pajak. Atas prosedur ini tentu didokumentasikan dan dituangkan dalam KKP, karena prosedur ini berkaitan dengan materi yang diperiksa. e. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga Prosedur ini dilakukan untuk meneguhkan kebenaran data/ informasi dari Wajib Pajak dengan bukti-bukti yang diperoleh dari pihak ketiga. Dalam hal ini Pemeriksa meminta informasi melalui surat kepada pihak ketiga dan atau melakukan pemeriksaan terhadap pihak ketiga yang terkait.
43 Konfirmasi dalam pemeriksaan pajak biasanya dilakukan baik antar instansi Dirjen Pajak sendiri yaitu KPP ataupun melalui pihak lain diluar pihak Dirjen Pajak seperti kepada bank persepsi. Prosedur ini dilakukan oleh Pemeriksa karena terdapat pajak terhadap Wajib Pajak yang dipotong oleh pihak lain dan membutuhkan verifikasi dari data pihak lain mengenai kebenaran akan pajak yang telah dipotong tersebut. Atas prosedur ini dituangkan dalam KKP oleh Pemeriksa beserta jawaban atas konfirmasi tersebut. f. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak Prosedur ini menjelaskan mengenai koreksi fiskal dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini Pemeriksa memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal kepada Wajib Pajak, melakukan pembahasan atas koreksi fiskal dengan Wajib Pajak, dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai koreksi fiskal yang telah dilakukan. Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak telah dilakukan oleh Pemeriksa dengan mengirimkan Surat Pemberitahuan Hail Pemeriksaan (SPHP) kepada Wajib Pajak. Prosedur ini dituangkan oleh Pemeriksa tidak melalui KKP tetapi melalui dokumen tersendiri namun dokumen tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KKP.
44 g. Melalakukan sidang penutup (closing onference) Tujuannya yaitu membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa. Dalam prosedur ini Pemeriksa memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai tempat dan waktu pertemuan, membuat dan menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang memuat secara rinci seluruh koreksi baik yang disetujui oleh Wajib Pajak, disanggah oleh Wajib Pajak, dan sanggahan tersebut disetujui oleh Pemeriksa maupun yang disanggah oleh Wajib Pajak tetapi sanggahan tersebut tidak disetujui oleh Pemeriksa. Dalam hal ini pula Wajib Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan, maka pemeriksa membuat Berita Acara Penolakan Penandatanganan Berita Acara Hasil Pemeriksaan. Atas prosedur pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang dialakukan terhadap Wajib Pajak telah dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Pembahasan akhir ini di dokumentasikan oleh Pemeriksa dengan membuat risalah pembahasan. C. Analisis Tahap Pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang dibuat oleh Pemeriksa pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. LHP menyajikan penilaian serta pengujian atas ketaatan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang diperiksa, yang disarikan dari Kertas
45 Kerja Pemeriksaan (KKP). LHP digunakan sebagai dasar untuk penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP/ SKPT/ SKKPP/ SPb). Penyusunan LHP yang baik haruslah bersifat informatif. Oleh karena itu, suatu LHP harus disusun dengan sistematika yang baik, teratur, dan terstandardisasi. Dari Laporan Hasil Pemeriksaan ini, juga bisa terlihat koreksi yang dilakukan terhadap Wajib Pajak dan dapat terlihat seberapa besar kepatuhan Wajib Pajak dalam melaporkan pajaknya apakah telah sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dan dituangkan dalam KKP, kemudian dilaporkan dalam LPP yaitu uraian tentang data yang telah diperhitungkan dalam pembukuan Wajib Pajak atau terdapat selisih antara data dengan catatan Wajib Pajak sehingga mengubah besarnya Pajak terutang. Uraian selanjutnya mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Peredaran usaha, pengujiannya bersumber dari buku besar penjualan dan faktur penjualan, arus piutang atau arus barang, equalisasi peredaran usaha PPh dengan penyerahan menurut PPN, dan dokumen lainnya (PEB, Bill of Lading, L/C) 2. Harga pokok penjualan, pengujiannya dapat dilihat dari pembelian bahan baku, persediaan, penyusutan, upah langsung, dan BPTL lainnya. 3. Pengurangan penghasilan bruto, dapat dilihat dari besarnya biaya umum dan administrasi serta biaya lain-lain. 4. Penghasilan dari luar usaha, pengujiannya bersumber dari kas/ bank, nuku besar biaya, dan bukti pendukung lainnya.
46 5. PPh Pasal 21, pengujiannya bersumber dari SPT Masa/ Tahunan PPh Pasal 21, daftar gaji/ upah, dan pembebanan biaya di R/L (equalisasi ke PPh Badan). 6. PPh Pasal 22, pengujiannya bersumber dari buku kas bank, buku penjualan, buku piutang, dan uang muka pada pos neraca. 7. PPh Pasal 23, pengujiannya bersumber dari SPT Masa, hutang lain-lain, dan pembebanan biaya di R/L (equalisasi ke PPh Badan). 8. PPh Final, pengujiannya bersumber dari SPT Masa, perjanjian perpajakan dengan negara lain (tax treaty), hutang lain-lain di pos neraca, dan pembebanan biaya di R/L (equalisasi ke PPh Badan). 9. PPh Pasal 26, pengujiannya bersumber dari SPT Masa, perjanjian perpajakan dengan negara lain (tax treaty), hutang lain-lain di pos neraca, dan pembebanan biaya di R/L. 10. PPN Dalam Negeri / Impor, pengujiannya bersumber dari SPT Masa PPN, buku Kas / Bank, buku penjualan dan pembelian, faktur pajak keluaran dan masukan, buku piutang dan hutang, uang muka pada pos neraca, buku penghasilan lain-lain, dan equalisasi dengan peredaran usaha di PPh Badan. 11. PPN Jasa Luar Negeri, pengujiannya bersumber dari SPT Masa PPN, buku Kas / Bank, buku penjualan dan pembelian, faktur pajak keluaran dan masukan, buku piutang dan hutang, uang muka pada pos neraca, dan buku biaya. 12. PPnBM Dalam dan Luar Negeri, pengujiannya bersumber dari SPT Masa PPN, buku Kas / Bank, buku penjualan dan pembelian, faktur pajak keluaran
47 dan masukan, buku piutang dan hutang, uang muka pada pos neraca, dan buku biaya. 13. Pajak Bumi dan Bangunan, pengujiannya bersumber dari SPT PBB dan buku kas / bank. 14. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pebgujiannya bersumber dari buku kas / bank, aktiva perolehan hak atas tanah dan bangunan, daftar aktiva, dan bukti pendukung lainnya. 15. Kredit Pajak, pengujiannya bersumber dari SSP (lembar kedua), bukti pemotongan / pemungutan, dan konfirmasi kepada Bank Persepsi / PT. Pos Indonesia. 16. Kompensasi kerugian mencakup uraian kegiatan yang masih boleh dikompensasikan dengan penghasilan tahun pajak yang sedang diperiksa dengan memperhatikan SKP atas kerugian tersebut. Dalam LPP selain uraian diatas, hal lain yang tercantum adalah usul pemeriksa dimana Pemeriksa dapat memberikan usul mengenai hal-hal lain yang harus tercantum dalam LPP, namun bukan dalam hal perbaikan koreksi pemeriksaan. D. Evaluasi Hasil Analisis Terhadap Prosedur Pemeriksaan Pajak Berdasarkan hasil analisis terhadap prosedur pemeriksaan pajak di atas, maka prosedur yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Senen adalah sebagai berikut:
48 1. Pada tahap persiapan, secara karakteristik Tim Pemeriksa yang ditunjuk telah memenuhi standar umum pemeriksaan, dan seluruh pelaksanaannya telah dilakukan, serta pendokumentasiannya ke dalam KKP pun telah sesuai dilakukan menurut peraturan perpajakan. 2. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan secara berurutan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perpajakannya. Begitu pun dengan pendokumentasiannya dalam KKP, walaupun terdapat pelaksanaan yang tidak didokumentasikan dalam KKP bukan berarti kegiatan tersebut tidak didokumentasikan, melainkan proses pendokumentasiannya dituangkan dalam lampiran KKP. 3. Pada tahap pembuatan laporan hasil pemeriksaan, secara sistematis dan informatif telah dilakukan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.