1. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kategorial bisa digolongkan berbagai macam, misalnya kategorial usia (anak, remaja, pemuda, dewasa, lansia),

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

Bab I Pendahuluan. LASILING, pada tanggal 20 dan 21 September 2005.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

Bab Empat. Penutup. 1. Kesimpulan. Salah satu pokok yang seharusnya diputuskan dalam SSA GTM adalah

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Spiritualitas Penatalayanan

BAB I. Pendahuluan UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

KONSELING PASTORAL, MENGAPA TAKUT?

Bab I Pendahuluan 1. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Gereja dan Tata Laksana Gereja Sinode X Bab XXIV dan Bab XXVII, pendeta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan UKDW

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Persoalan perselingkuhan dalam hubungan pernikahan merupakan sebuah

UKDW. Bab 1 Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan, dukungan, dan kesehatan. Dalam kehidupan berjemaat, kebutuhan di atas berusaha dipenuhi dengan adanya penggembalaan. Mengingat kebutuhan setiap manusia berbeda dan selalu berkembang, maka penggembalaan juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan manusia dan selalu mengikuti perkembangan yang ada. Melalui studi dan penelitian tentang pendampingan pastoral atau yang lebih kita kenal dengan istilah penggembalaan, Donald Capps menemukan tiga peran yang dapat dijalankan oleh seorang pendeta dalam tugas penggembalaannya di jemaat lokal. Tiga peran pendeta tersebut adalah pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan sebagai personal comforter atau seseorang yang membuat warga jemaat merasa nyaman dengan eksistensinya sebagai manusia yang utuh dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, 1 atau dapat juga kita sebut sebagai pribadi yang memberikan penghiburan kepada semua warga jemaat. Pada mulanya, ketiga peran ini muncul, berawal dari ketertarikan Donald Capps dengan teori Erik H. Erikson tentang delapan tahap lingkaran kehidupan manusia yang didasarkan pada ilmu psikologi. Dalam teori tersebut, Erikson mengungkapkan ada tiga hal mendasar yang dapat mengancam eksistensi manusia, yaitu kebingungan moral, kebutuhan akan penemuan arti hidup, dan perasaan malu sebagai efek luka yang dapat menyebabkan disorientasi. 2 Menurut Donald Capps, tiga peran pendeta yang ditawarkannya, dapat menolong setiap warga jemaat untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar, yaitu memiliki moralitas yang baik, menemukan arti hidupnya secara positif, dan memperoleh kebahagiaan atau kenyamanan. Bagi Donald Capps, teori Erikson ini sangat bermanfaat dalam upaya penggembalaan, karena akan sangat membantu para pendeta untuk menjalankan sebuah penggembalaan yang dapat menolong warga jemaat untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, 3 sehingga warga jemaat lebih mampu menjalani hidup dengan lebih bijaksana dalam berbagai keadaan. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, setiap orang akan mampu melewati setiap peristiwa dalam kehidupannya dengan lebih bijaksana, karena mereka percaya bahwa Tuhan selalu bekerja dalam setiap peristiwa dalam hidupnya untuk membentuknya menjadi manusia yang lebih baik. 1 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, Philadelphia : Fortress Press, 1983, hal. 10 2 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal. 14 3 Donald Capps, Life Cycle Theory and Pastoral Care, hal. 9

2 Dalam konteks Gereja Kristen Indonesia (selanjutnya disebut dengan GKI) juga dikenal istilah penggembalaan. Berdasarkan tata gereja GKI, penggembalaan merupakan pelayanan yang dilakukan di dalam kasih untuk mendukung, membimbing, menyembuhkan, dan mendamaikan agar anggota jemaat baik secara individu ataupun komunal dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. 4 Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua jenis penggembalaan yang dikenal di GKI, yaitu penggembalaan khusus dan penggembalaan umum. Penggembalaan khusus juga sering disebut dengan istilah disiplin gereja. Penggembalaan khusus dikenakan bagi warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI, serta menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tujuan penggembalaan khusus, ialah supaya warga jemaat yang bersangkutan menyesal dan mohon pengampunan dari Tuhan, serta bertobat. 5 Sedangkan penggembalaan umum adalah penggembalaan yang dilakukan secara terus-menerus melalui kebaktian, perkunjungan pastoral, percakapan pastoral, surat penggembalaan, dan bentuk-bentuk penggembalaan yang lain. 6 Jadi penggembalaan umum merupakan penggembalaan yang ditujukan kepada semua warga jemaat, baik yang sedang mengalami permasalahan yang berat ataupun mereka yang tidak sedang mengalami permasalahan, tetapi tetap membutuhkan bimbingan dan pemeliharaan. Sedangkan penggembalaan khusus ditujukan kepada warga jemaat yang tindakannya bertentangan dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI. Selama tindakan warga jemaat tidak bertentangan dengan Firman Tuhan atau ajaran GKI, mereka tetap berada dalam penggembalaan umum. Melalui dua bentuk penggembalaan ini, GKI berusaha untuk memenuhi tugas dan fungsi penggembalaannya, supaya warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Nampaknya, tujuan GKI dalam penggembalaan tidak bertentangan dengan penemuan Donald Capps tentang arti penting seseorang untuk menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif. Dengan memiliki orientasi hidup yang positif, orang dapat bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai keadaan. Dengan demikian, anggota atau warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. Namun, apakah bentuk-bentuk penggembalaan yang dilakukan oleh GKI juga mampu menolong warga jemaatnya untuk memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar sesuai yang dijelaskan di awal, sehingga warga jemaat mampu menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif? Dan bagaimanakah peran pendeta GKI dalam penggembalaan? 2. PERMASALAHAN YANG DIANGKAT Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, kita dapat melihat bahwa GKI memiliki konsep yang cukup menarik dalam penggembalaan. Namun dengan adanya tawaran tiga peran pendeta dari Donald Capps yang tidak kalah menarik, maka penulis akan melakukan penelitian. Melalui penelitian 4 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, Jakarta : BPMS GKI, 2003, pasal 33, hal. 63 5 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 35, hal. 64 6 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, pasal 34, hal. 64

3 tersebut, penulis akan mengamati fakta di lapangan, khususnya berkaitan dengan pelaksanaan tiga peran pendeta yang ditawarkan tersebut dalam konteks GKI. Penelitian ini dilakukan untuk melihat, sejauh mana para pendeta GKI dapat menolong untuk memenuhi kebutuhan dasar warga jemaatnya dan memampukan warga jemaat untuk menemukan orientasi hidupnya secara positif. Oleh sebab itu, ada beberapa point permasalahan yang akan dibahas oleh penulis, yaitu : 2.1. Peran pendeta apa saja, yang menurut Donald Capps sangat diperlukan dalam penggembalaan? 2.2. Apakah pendeta GKI sudah menjalankan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu sebagai seorang konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter dalam penggembalaannya? 2.3. Peran pendeta mana saja yang telah dilakukan oleh pendeta GKI dalam usaha penggembalaan dan bagaimana mereka menjalankan peran tersebut? 2.4. Apakah pendeta di GKI memiliki kecenderungan pada peran tertentu? 2.5. Jika terdapat kecenderungan pada peran tertentu, apa yang menyebabkan kecenderungan peran itu muncul, apa pengaruhnya terhadap penggembalaan di GKI dan bagaimana upaya mengatasi kecenderungan tersebut? 2.6. Apa yang dapat dilakukan oleh GKI untuk menjalankan peran pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter dalam rangka mewujudkan sebuah penggembalaan yang terintegrasi yang memampukan semua warga jemaat menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, dalam rangka menolong jemaat untuk hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah? 3. BATASAN MASALAH Mengingat luasnya konteks pelayanan dan pemahaman yang dimiliki oleh GKI tentang penggembalaan, maka dalam proses penulisan kali ini, penulis membuat batasan masalah. Batasan masalah tersebut berkaitan dengan pemilihan responden, wilayah yang akan diteliti dan bentuk penggembalaan apa yang akan diteliti. Dalam proses penulisan kali ini, penulis akan membatasi penelitian pada peran pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta, secara khusus berkaitan dengan penggembalaan umum yang mereka jalankan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diperjelas, antara lain: 3.1. Pendeta jemaat dipilih sebagai responden, karena mereka adalah fulltimer di jemaat. Harapan penulis dengan memilih pendeta jemaat sebagai responden adalah supaya peran yang dijalankan oleh setiap pendeta jemaat akan nampak lebih jelas. 3.2. GKI Klasis Yogyakarta dipilih sebagai area penelitian dengan pertimbangan : 3.2.1. Selama ini penulis aktif dalam pelayanan di GKI Klasis Yogyakarta, sehingga penulis dapat lebih mudah memahami konteks yang ada di GKI Klasis Yogyakarta dan lebih mudah bergerak untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

4 3.2.2. Penulis berdomisili di daerah Yogyakarta, sehingga penelitian dapat dilakukan dengan lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu, serta biaya. 3.2.3. Mengingat kesibukan responden yang bervariasi, maka akan lebih mudah bagi penulis untuk menjalin komunikasi dengan responden, jika berada dalam wilayah yang berdekatan. Jika penulis mengambil responden yang berada di luar kota Yogyakarta, maka penulis harus menyesuaikan dengan kesibukan setiap responden. Dan hal ini akan memakan banyak waktu serta biaya yang tidak sedikit. 3.3. Penggembalaan umum dipilih sebagai pokok permasalahan, karena : 3.3.1. Bentuk penggembalaan ini bukan hanya ditujukan kepada warga jemaat yang sedang mengalami masalah dan menjalani disiplin gereja, tetapi ditujukan kepada semua warga jemaat. Di samping itu, penggembalaan umum juga dilakukan secara terus-menerus. 3.3.2. Bentuk penggembalaan khusus yang juga disebut sebagai disiplin gereja, jarang sekali dilakukan dalam konteks GKI, kecuali pada kasus khusus dimana ada warga jemaat atau aktivis gereja yang tindakan dan ajarannya tidak sesuai dengan Firman Tuhan dan ajaran GKI. Bahkan sedapat mungkin penggembalaan khusus tidak perlu dilakukan selama masih dapat diatasi dengan penggembalaan umum. Dengan batasan masalah tersebut, penulis berharap dapat melakukan penelitian ini dengan lebih baik dan mendalam, sehingga dapat menemukan jawaban-jawaban dari permasalahan yang telah ditentukan dengan lebih fokus. 4. JUDUL DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL Dengan permasalahan yang akan dibahas dan bertolak pada batasan masalah, maka penyusun memberi judul : Peran Pendeta dalam Penggembalaan Umum di Jemaat GKI Klasis Yogyakarta Penjelasan istilah : Peran pendeta: Peran pendeta jemaat adalah peran pendeta yang dijalankan oleh para pendeta yang bertugas memimpin jemaat tertentu. Peran pendeta ini didasarkan pada tiga peran pendeta ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter.

5 Penggembalaan: Penggembalaan adalah semua kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk perhatian untuk mendukung dan memelihara setiap orang baik secara pribadi maupun dalam setiap relasi yang dijalinnya dengan orang lain, yang diwujudkan dalam bentuk pelayanan kebaktian, penghiburan, pengajaran, sakramen, perkunjungan, dan lain-lain. 7 Umum : Kata umum yang dimaksudkan di sini diperuntukkan bagi warga jemaat secara keseluruhan, dalam berbagai keadaan. Sehingga penggembalaan umum, dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan penggembalaan yang dilakukan secara terus-menerus kepada semua warga jemaat, yang disesuaikan dengan kebutuhan warga jemaat. Jemaat GKI Klasis Yogyakarta: Jemaat yang dimaksudkan adalah jemaat lokal. Sehingga, jemaat GKI Klasis Yogyakarta dapat dipahami sebagai beberapa jemaat GKI yang terletak di daerah Yogyakarta-Klaten 8, yang terdiri dari : GKI Ngupasan, GKI Wongsodirjan, GKI Gondomanan, GKI Gejayan, GKI Prambanan, dan GKI Klaten, dimana pendeta jemaatnya berpartisipasi sebagai responden. Alasan pemilihan judul : 5. Judul ini menarik, karena bagaimanapun juga peran seorang pendeta selalu dibutuhkan dalam penggembalaan, bahkan dapat dikatakan bahwa pendeta memiliki peran yang cukup dominan dalam penggembalaan, karena pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya tentang ilmu penggembalaan. Namun sayang, peran pendeta dalam penggembalaan di GKI masih jarang dibahas secara detail. Oleh sebab itu, peran seorang pendeta dalam penggembalaan perlu dibahas lebih mendalam dan lebih detail untuk melihat sejauh mana, pendeta GKI dapat menjalankan tugas penggembalaannya yang memampukan setiap warga jemaat menemukan orientasi hidup dengan lebih positif. Hal ini perlu dilakukan mengingat betapa pentingnya bagi warga jemaat untuk menemukan orientasi hidup yang lebih positif. Di samping itu, judul ini bermanfaat untuk memberikan pegangan yang lebih kuat kepada para pendeta GKI untuk menjalankan perannya sebagai gembala di GKI. 6. Judul ini bermanfaat dalam rangka membantu GKI untuk mencapai tujuan penggembalaannya, yaitu supaya warga jemaat dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah, sesuai dengan yang tercantum dalam tata gereja GKI, seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah. 7. Bagi penulis, pembahasan judul ini merupakan kesempatan yang baik dalam rangka belajar sebagai bekal untuk melayani jemaat di kemudian hari. 7 R.J. Hunter, Pastoral Care and Counseling, dalam Dictionary of Pastoral Care dan Counseling, Nashville : Abingdon Press, 1990, hal. 845 8 Badan Pekerja Majelis Sinode GKI, Tata Gereja GKI, BAB II, hal penataan klasis, hal. 42

6 5. TUJUAN PENULISAN Melalui tulisan ini, penulis bertujuan : 5.1. Menggali dan memetakan tiga peran pendeta yang menurut Donald Capps sangat diperlukan dalam penggembalaan. 5.2. Menggali fakta apakah pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta sudah menjalankan tiga peran pendeta sesuai dengan yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual dan personal comforter. 5.3. Memetakan peran pendeta yang telah dijalankan oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta dan bagaimana mereka menjalankan ketiga peran tersebut. 5.4. Menggali kecenderungan peran pendeta yang dimiliki oleh pendeta jemaat di GKI Klasis Yogyakarta. 5.5. Menggali dan memetakan penyebab dari kecenderungan tersebut dan apa pengaruhnya terhadap penggembalaan yang dilakukan, jika dalam pelaksanaannya terdapat kecenderungan pada peran tertentu, serta memberikan usulan bagaimana mengatasi kecenderungan peran tersebut. 5.6. Memberikan usulan bagaimana menjalankan peran pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter di GKI Klasis Yogyakarta untuk mewujudkan sebuah penggembalaan yang terintegrasi yang memampukan semua warga jemaat menemukan orientasi hidupnya dengan lebih positif, dalam rangka menolong jemaat untuk dapat hidup dalam damai sejahtera dan taat kepada Allah. 6. METODE PENULISAN Dalam proses penulisan kali ini, penulis akan menggunakan metode diskriptif-analitis, yaitu dengan cara memaparkan dan menjelaskan data-data yang diperoleh, baik melalui studi literatur ataupun penelitian di lapangan. Setelah itu, penulis akan membuat analisa untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang peran pendeta yang perlu dijalankan dalam penggembalaan. 6.1. Metode Penelitian Dalam rangka mengumpulkan bahan bagi penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua metode penelitian, yaitu : 6.1.1. Studi Literatur Untuk menyusun tulisan ini, penulis akan melakukan studi literatur. Pertama, karena pada awalnya, tulisan ini bermula dari teori Donald Capps, tentang tiga peran pendeta dalam buku Life Cycle Theory and Pastoral Care, sehingga penulis akan menjadikan teori Donald Capps tersebut sebagai bahan utama dalam penelitian. Kedua, dengan menggunakan studi literatur, penulis dapat memperoleh lebih banyak informasi pendukung dan membuka wacana penulis untuk mengembangkan penemuannya.

7 6.1.2. Penelitian Lapangan Selain melakukan studi literatur, penulis akan melakukan penelitian lapangan. Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kombinasi, antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif digunakan sebagai pendekatan utama dan pendekatan kuantitatif sebagai fasilitator. Dengan demikian, diharapkan bahwa kedua hasil penelitian tersebut, dapat saling melengkapi dan memperkaya, sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh dari subyek yang diteliti. 9 Sedangkan proses pengumpulan data akan menggunakan theoretrical sampling 10, karena penelitian ini dipandu oleh pengembangan teori peneliti dengan mengambil sampel pendeta jemaat di GKI Klasis Yogyakarta. Pengumpulan data akan dilakukan melalui pengisian angket 11 dan wawancara kepada pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta berdasarkan pertanyaan yang telah disusun dalam angket. Pengumpulan data dilakukan pada Mei-Juli 2008. Di samping itu, penulis juga melakukan wawancara kepada beberapa pendeta jemaat yang mendalami bidang pastoral untuk mendapatkan data-data pendukung. 6.2. Tujuan penelitian Sesuai dengan tujuan penulisan yang ingin dicapai, maka penelitian kali ini dilakukan dengan tujuan : 6.2.1. Menggali fakta peran pendeta apa saja yang diperlukan dalam penggembalaan menurut Donald Capps. 6.2.2. Menggali dan memetakan fakta peran pendeta yang telah dijalankan oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta, apa saja yang mereka lakukan untuk menjalankan peran tersebut, dan sejauh mana mereka menjalankan peran tersebut. 6.2.3. Menggali kecenderungan peran yang dimiliki oleh pendeta jemaat GKI Klasis Yogyakarta. 6.2.4. Menemukan cara untuk mengatasi kecenderungan peran yang ada dan menemukan cara untuk menerapkan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps untuk konteks GKI Klasis Yogyakarta. 7. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan, penulis akan menjelaskan tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, judul dan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan yang akan digunakan. 9 Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003, hal. 79 10 Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, hal. 47 11 S. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah, Jakarta : Bumi Aksara,2004, hal. 130

BAB II 8 PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps, yaitu pendeta sebagai konselor moral, koordinator ritual, dan personal comforter, serta apa yang dapat dilakukannya dalam menjalankan penggembalaan untuk konteks Asia, khususnya Indonesia. BAB III PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN UMUM DI JEMAAT GKI KLASIS YOGYAKARTA Pada bagian ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitiannya berkenaan dengan fakta peran yang dimiliki oleh para pendeta di jemaat GKI Klasis Yogyakarta berdasarkan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps. Di samping itu, penulis akan menjelaskan tentang kecenderungan peran yang dimiliki oleh para pendeta tersebut, apa yang menyebabkan mereka memiliki kecenderungan terhadap peran itu, dan apa pengaruhnya terhadap penggembalaan di GKI Klasis Yogyakarta. BAB IV USULAN PENINGKATAN PERAN PENDETA DALAM PENGGEMBALAAN UMUM DI JEMAAT GKI KLASIS YOGYAKARTA Pada bagian ini, penulis akan membuat refleksi teologis berdasarkan kesimpulan yang diperoleh pada bab II dan bab III. Setelah itu, penulis akan memberikan usulan bagaimana cara menjalankan tiga peran pendeta yang ditawarkan oleh Donald Capps secara sadar, seimbang, dan optimal dalam penggembalaan umum di GKI Klasis Yogyakarta, serta kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendukung berjalannya tiga peran pendeta tersebut dalam mewujudkan penggembalaan yang memampukan warga jemaat untuk menemukan orientasi hidup dengan lebih positif. BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan pembahasan pada bab I-IV dan akan diakhiri dengan memberikan saran-saran kepada semua pihak yang bersangkutan.