JURNAL. KUALITAS JELLY KULIT BUAH MARKISA (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI PEKTIN.

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. KUALITAS JELLY KULIT BUAH MARKISA (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI PEKTIN.

KUALITAS PERMEN JELI DENGAN VARIASI JENIS KEFIR

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Suhu ekstraksi berpengaruh nyata dan waktu tidak berpengaruh terhadap. yang optimum dalam pembuatan jelly adalah 21,54%.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

SKRIPSI. KUALITAS PERMEN JELLY DARI ALBEDO KULIT JERUK BALI (Citrus grandis L. Osbeck) DAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN PENAMBAHAN SORBITOL

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. BAHAN DAN METODE

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

SKRIPSI. VARIASI WAKTU DAN SUHU EKSTRAKSI ALBEDO SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard.) TERHADAP KUALITAS PERMEN JELLY.

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pebrin Manurung PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. KUALITAS SIRUP GOJI BERRY (Lycium barbarum L.) DENGAN KOMBINASI KADAR ANGKAK DAN SUHU PEMANASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi, Morfologi, dan Kandungan Gizi Markisa (Passiflora edulis

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KUALITAS PERMEN JELLY DAUN PEPAYA (Carica papaya L.,) SKRIPSI ANN SARA PURBA NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium jurusan pendidikan biologi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

ARTIKEL ILMIAH. Evaluasi Mutu dan Waktu Kadaluarsa Sirup Teh Dari Jumlah Seduh Berbeda RINGKASAN

KUALITAS SELAI MANGGA KWENI (Mangifera odorata Griff) RENDAH KALORI DENGAN VARIASI REBAUDIOSIDA A

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

METODE PENELITIAN. ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai. bulan Maret 2012 di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Analisa

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. Tabel 7. Data Pengamtan Hidrolisis, Fermentasi Dan Destilasi. No Perlakuan Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

3. METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

KUALITAS PERMEN JELI DENGAN VARIASI JENIS KEFIR SKRIPSI. Disusun Oleh: Christy Riawati NPM:

SKRIPSI. KUALITAS SELAI LEMBARAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DENGAN KOMBINASI DAGING BUAH DAN ALBEDO DURIAN. Disusun oleh:

III. METODOLOGI PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAHAN DAN METODA. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 di Laboratorium Teknologi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAHAN DAN METODE. di Laboratorium Analisa Kimia Bahan Pangan, Program Studi Ilmu dan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SKRIPSI. KUALITAS DAN UMUR SIMPAN PERMEN JELI YANG DIBUAT DARI VARIASI TALOK (Muntingia calabura Linn.) DAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang didukung dengan studi pustaka.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

Transkripsi:

JURNAL KUALITAS JELLY KULIT BUAH MARKISA (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI PEKTIN Disusun oleh: Evy Kurniawati 03 08 00894 UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOBIOLOGI PROGRAM STUDI BIOLOGI YOGYAKARTA 2013 1

KUALITAS JELLY KULIT BUAH MARKISA (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU EKSTRAKSI PEKTIN PEEL PASSION (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) JELLY QUALITY WITH TEMPERATURE AND PECTIN EXTRACTION TIME VARIATION Evy Kurniawati, Ekawati Purwijantiningsih, Sinung Pranata Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRAK Jelly merupakan suatu bahan pangan setengah padat yang dibuat tidak kurang dari 45 bagian berat zat penyusun sari buah dengan 55 bagian berat gula. Campuran ini dipekatkan sampai kadar zat terlarutnya tidak kurang dari 65%. Markisa merupakan salah satu hasil pertanian di Indonesia yang produksinya terus meningkat.pemanfaatan markisa selama ini dibuat sari buah. Dalam proses pengolahan markisa untuk menghasilkan sari buah markisa, juga menghasilkan limbah. Pemanfaatan limbah markisa salah satunya dibuat jelly.tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi suhu dan waktu ekstraksi pektin kulit buah (albedo) markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) terhadap konsentrasi pektin yang dihasilkan, mengetahui variasi suhu dan waktu ekstraksi pektin yang optimum untuk mendapatkan jelly yang berkualitas. Penelitian yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL Faktorial), terdiri dari 2 faktor yaitu waktu dan suhu ekstraksi. Masing-masing variabel terdiri dari suhu ekstraksi yaitu 80, 90 dan 100 o C serta lama waktu ekstraksi yaitu 30, 60 dan 90. Ada 4 tahapan yang akan dilakukan yaitu 1. tahap analisis terhadap bahan dasar meliputi analisis kadar air, uji kadar pektin, kadar zat padat terlarut, 2. ekstraksi pektin, 3. analisis filtrat hasil ekstraksi meliputi kadar pektin, kadar zat padat terlarut, kadar gula reduksi, pengukuran ph, 4. proses pembuatan jelly meliputi uji fisik meliputi kekukuhan jendalan, uji kimia meliputi kadar zat padat terlarut, kadar gula reduksi, kadar sakarosa, kadar air, uji mikrobiologi meliputi uji angka lempeng total dan uji kapang-khamir dan uji organoleptik.hasil yang diperoleh adalah suhu ekstraksi berpengaruh nyata dan waktu ekstraksi berpengaruh tidak nyata terhadap hasil pektin yang diperoleh, suhu dan waktu yang optimum dalam menghasilkan kadar pektin yang tertinggi adalah 100 o C dengan waktu 90, konsentrasi pektin kulit buah (albedo) markisa yang optimum adalah 21,54%. Keywords: Jelly, Markisa, Pektin. 2

PENDAHULUAN Markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) merupakan salah satu hasil pertanian di Indonesia yang produksinya terus meningkat. Pada tahun 2003 produksimarkisa Indonesia adalah 71.899 ton, sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 131.988 ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Dalam proses pengolahan markisa untuk menghasilkan sari buah markisa, juga dihasilkan limbah. Makin meningkatnya produksi pengolahan markisa berarti akan meningkat pula limbah yang dihasilkan. Bila dikaitkan dengan produksi markisa Indonesia pada tahun 2010 dan 51% dari buah markisa terdiri dari kulit (Morton, 1987), maka terdapat limbah kulit markisa sebanyak 67.314 ton yang belum dimanfaatkan. Padahal kulit markisa mengandung pektin yang tinggi yaitu sebesar 14% (Morton, 1987). Pektin adalah golongan substansi yang terdapat dalam sari buah yang membentuk larutan koloidal dalam air dan berasal dari perubahan protopektin selama proses pemasakan buahpektin akan menggumpal dan membentuk serabut halus yang mampu menahan cairan, berdasarkan sifat inilah pektin dimanfaatkan dalam pembuatan jelly (Desrosier, 1969). Jelly didefinisikan sebagai suatu bahan pangan setengah padat yang dibuat tidak kurang dari 45 bagian berat zat penyusun sari buah dengan 55 bagian berat gula. 3

Cairan ini diperoleh sampai mengandung kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65%(Desrosier, 1969). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh variasi suhu dan waktu ekstraksi pektin kulit buah (albedo) markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa Degener) terhadap konsentrasi pektin yang dihasilkan, mengetahui variasi suhu dan waktu ekstraksi pektin yang optimum untuk mendapatkan jelly yang berkualitas. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan bahan yang digunakan adalah kulit buah markisa kuning yang masih muda yang diperoleh dari Wonosari, gula pasir, asam sitrat, NaOH [0,1 dan 1 N], aquadest, indikator pp, H 2 SO 4 pekat, garam Rochelle, Na bikarbonat, Na sulfat anhidrat, CaC 2 1N,AgNO 3 1%,asam asetat 1 N, CuSO 4. 5 H 2 O, Na 2 H 2 SO 4. 7H 2 O, amonium molibdat, Na karbonat anhidrat, HCl 0,05 N, Pb asetat, Na 2 CO 3, medium PCA, medium PDA, HCl 30 %, NaOH 45 %, larutan Luff-Schoorl, batu didih, KI 20 % H 2 SO 4 26,5 % dan Na-thiosulfat 0,1 N. Alat alat yang digunakan adalah neraca kasar dan analitik, kompor, waterbath, oven, blender, panci, pisau stainless stell, ph meter, kain saring, kertas saring, alat pres buah, colony counter, corong, gelas piala, labu takar, gelas ukur, pipet, pengaduk, cawan timbang, eksikator, tabung reaksi,penggojog magnet,botol timbang,erlenmeyer,laminair Flow, trigalski, cawan petri, dan inkubator. 4

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial.percobaan yang dilakukan terdiri atas 2 faktor, yaitu suhu dan waktu ekstraksi. Masing masing faktor terdiri dari 80, 90dan 100 O C untuk suhu ekstraksi dan 30, 60, dan 90 untuk waktu ekstraksi. Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali.. Ada 4 tahapan yang akan dilakukan yaitu 1. tahap analisis terhadap bahan dasar meliputi analisis kadar air, uji kadar pektin, kadar zat padat terlarut, 2. ekstraksi pektin, 3. analisis filtrat hasil ekstraksi meliputi kadar pektin, kadar zat padat terlarut, kadar gula reduksi, pengukuran ph, 4. proses pembuatan jelly meliputi uji fisik meliputi kekukuhan jendalan, uji kimia meliputi kadar zat padat terlarut, kadar gula reduksi, kadar sakarosa, kadar air, uji mikrobiologi meliputi uji angka lempeng total dan uji kapang-khamir. A. Analisis Bahan Dasar HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis bahan dasar bertujuan untuk mengetahui spesifikasi bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan jelly sehingga diketahui potensinya untuk dibuat jelly serta untuk menyesuaikan kondisi penelitian selanjutnya. Adapun komposisi kimia kulit buah (albedo) markisa yang digunakan Tabel 1. Komposisi Kulit Buah (Albedo) Markisa Komponen Jumlah Kadar air (%) 13,23 Kadar pektin (%) 20,49 Kadar Zpt (%) 4,88 ph 5,4 5

Kadar air pada kulit buah (albedo) markisa adalah 13,23%. Kadar pektin pada kulit buah (albedo) markisa adalah 20,49%. Kadar zat padat terlarut pada kulit buah (albedo) markisa adalah 4,88%. ph pada kulit buah (albedo) markisa adalah 5,4. Data ph yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk pengolahan jelly perlu ditambahkan asam sitrat untuk mencapai ph optimum dalam pembentukan jelly yaitu 3,2 (Desrosier, 1969). B. Analisis Filtrat Hasil Ekstraksi Kulit Buah (Albedo) Markisa 1. Analisis Kadar Pektin Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap besarnya pektin yang terekstrak dan waktu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap besarnya pektin yang terekstrak. Interaksi antara suhu dan waktu menunjukkan tidak beda nyata terhadap kadar pektin yang dihasilkan. Pada suhu 80 o C proses pengrusakan jaringan atau dinding sel belum sempurna (Winarno, 2002). Proses kerusakan jaringan ini disebabkan oleh adanya hidrolisis protopektin yang bersifat tidak larut menjadi pektin yang larut. Dengan terhidrolisisnya protopektin menjadi pektin maka jaringan menjadi lunak karena protopektin merupakan zat perekat antarsel. Pada kerusakan jaringan yang belum besar akan mengakibatkan sebagian kecil senyawa protopektin terhidrolisis menjadi pektin yang larut dalam larutan pengekstrak. Dengan demikian pengendapan jumlah pektin yang dapat diendapkan masih rendah. 6

Saat suhu dinaikkan menjadi 90 o C maka jumlah pektin yang dihasilkan semakin besar karena pengrusakan jaringan semakin tinggi sehingga pektin yang dihasilkan semakin banyak. Saat suhu dinaikkan menjadi 100 o C, rata-rata hasil kadar pektin naik (Gambar 1). Seiring peningkatan waktu ekstraksi, pada waktu 90 menghasilkan kadar pektin tertinggi karena hidrolisis protopektin yang terjadi semakin tinggi sehingga pektin yang terekstrak semakin banyak (Winarno, 2002), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Kadar pektin (%) 25 20 15 10 5 0 30 60 90 Gambar 1. Analisis kadar pektin (%) pada filtrat hasil ekstraksi kulit buah (albedo) markisa. 2. Analisis Kadar Gula Reduksi Analisis kadar gula reduksi bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak gula yang perlu ditambahkan dalam pembuatan jelly. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil, suhu berpengaruh nyata pada pengukuran banyaknya gula reduksi dan waktu berpengaruh nyata pada pengukuran banyaknya gula reduksi, sedangkan interaksi waktu dan suhu juga berpengaruh nyata. Kadar gula reduksi yang paling tinggi yaitu 83,00% terdapat pada variasi suhu 90 o C dengan waktu 90. Ekstraksi pada suhu di atas 90 o C, yaitu 100 o C, gula reduksi telah berkurang karena suhu yang terlalu tinggi terjadi 7

penguapan sedangkan ekstraksi pada suhu di bawah 90 o C, yaitu 80 o C, gula reduksinya belum larut. Menurut Buckle et al (1987), gula pasir atau sukrosa yang menjadi bahan baku dalam pembuatan jelly ini mempunyai daya kelarutan yang tinggi pada suhu 100 o C. Kadar Gula Reduksi (%) 100 80 60 40 20 0 30 60 90 Gambar 2..Analisis kadar gula reduksi (%) pada filtrat hasil ekstraksi kulit buah (albedo) markisa. 3. Pengukuran ph Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perlakuan waktu maupun suhu menunjukkan hasil yang beda nyata, artinya waktu dan suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap nilai ph yang didapat, demikian pula interaksi antara waktu dan suhu. 6,5 6 ph 30 5,5 60 5 90 4,5 Gambar 3.Analisis ph pada filtrat hasil ekstraksi kulit buah (albedo) markisa. 8

Semakin tinggi suhu, ph semakin tinggi karena pengaruh pertumbuhan mikroorganisme khususnya khamir dan kapang yang mengakibatkan kenaikan ph dimana khamir dan kapang dapat memecah asam yang secara alamiah ada dalam bahan pangan (Buckle et al., 1987).Berdasarkan uji kapang dan khamir memang dijumpai adanya mikroorganisme tersebut. Semakin lama waktu ekstraksi, ph semakin tinggi karena air dipanaskan dengan waktu yang cukup lama maka molekul-molekul air bergerak demikian cepat dan tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer sehingga mengakibatkan beberapa molekul air hilang dan menjadi gas dan ph air akan semakin naik atau cenderung basa (Winarno, 2002). Demikian juga dengan semakin tinggi suhu ekstraksi. 4. Analisis Kadar Zat Padat Terlarut Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu tidak berbeda nyata dan waktu berbeda nyata, sedangkan interaksi suhu dan waktu tidak berbeda nyata. Hasil zat padat terlarut pada waktu 30 diperoleh hasil sebesar 4,92%. Semakin lama waktu maka diperoleh kadar zat padat terlarut yang semakin tinggi, yaitu waktu 90 diperoleh kadar zat padat terlarut sebesar 5,03%. Seiring lamanya waktu ekstraksi zat padat terlarut semakin meningkat karena semakin tinggi waktu, semakin besar air yang menguap sehingga kadar zat padat terlarut semakin tinggi karena banyaknya air yang menguap maka akan meningkatkan konsentrasi padatan terlarutnya, sehingga kadar zat padat terlarut menjadi tinggi (Charley dan Weaver, 1998). 9

Kadar Zat Padat Terlarut (%) 5,05 5 4,95 4,9 4,85 4,8 4,75 30 60 90 Gambar 4. Analisis kadar zat padat terlarut (%) pada filtrat hasil ekstraksi kulit buah(albedo) markisa. C. Analisis Produk Jelly 1. Uji Fisik a. Analisis Kekukuhan Jendalan Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu dan waktu berpengaruh nyata pada pengukuran kekukuhan jendalan kecuali interaksi suhu dan waktu tidak berpengaruh. Kekukuhan Jendalan (N/mm 2 ) 1000 500 0 30 60 90 Gambar 5. Analisis kekukuhan jendalan (N/mm 2 ) pada jelly kulit buah (albedo) markisa. Tekstur pada suhu 80 o C menuju suhu 90 o C mengalami kenaikan.hal ini disebabkan karena semakin tinggi pektin maka tekstur menjadi kenyal sedangkan tekstur pada suhu 90 o C menuju 100 o C 10

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kadar gula reduksi maka tekstur menjadi lunak. Semakin lama waktu pemanasan maka tekstur semakin lunak. 2. Uji Kimia a. Analisis Kadar Zat Padat Terlarut Zat Padat Terlarut (ZPT) terutama gula, penting dalam pembutan jelly karena menunjang kestabilan sistem dispersi pektin dalam air (Charley dan Weaver, 1998). Dalam pembuatan jelly, kadar zat padat terlarut erat hubungannya dengan gula reduksi dalam suatu bahan. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu dan waktu menunjukkan hasil yang berbeda nyata sedangkan interaksi antara waktu dan suhu menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Kadar zat padat terlarut pada waktu 30 sebesar 96,03%. Kadar zat padat terlarut mengalami peningkatan pada waktu 60 dan 90. Seiring lamanya waktu ekstraksi, zat padat terlarut yang semakin meningkat karena semakin lama waktu, maka semakin besar air yang menguap sehingga kadar zat padat terlarut semakin tinggi (Charley dan Weaver, 1998). Demikian juga dengan suhu semakin tinggi suhu maka zat padat terlarut semakin meningkat. 11

Kadar Zat Padat Terlarut (%) 100 99 98 97 96 95 94 93 92 91 30 60 90 Gambar 6. Analisis kadar zat padat terlarut (%) pada jelly kulit buah (albedo) markisa b. Analisis Gula Reduksi Jelly Gula reduksi sangat penting dalam pembuatan jelly karena dapat menghambat dan mencegah proses kristalisasi sukrosa dalam substrat yang sangat kental (Desrosier, 1988). Berdasarkan penelitian diperoleh hasilsuhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap hasil gula reduksi.semakin tinggi suhu maka semakin tinggi hasil gula reduksi.demikian pula dengan waktu, semakin tinggi waktu maka semakin tinggi hasil gula reduksi. Kadar gula reduksi pada waktu 30 sebesar 41,89%. Kadar gula reduksi pada waktu 60 dan 90 mengalami peningkatan. Pada suhu 100 o C dan waktu 90 diperoleh kadar gula reduksi yang tinggi sebesar 58,67%. 12

Kadar Gula Reduksi (%) Gambar 7. Analisis kadar gula reduksi (%) pada jelly kulit buah (albedo) markisa c. Analisis Sakarosa Jelly Kadar sakarosa pada suhu di atas 90 o C yaitu 100 o C, telah berkurang karena suhu yang terlalu tinggi sedangkan sakarosa pada suhu di bawah 90 o C, yaitu 80 o C sakarosanya belum terlarut.semakin tinggi suhu, kelarutannya semakin besar atau semakin sempurna, tetapi jika suhu 60 o C atau 120 o C sakarosanya terlarut sebagian (Meade dan Chen,1977). 80 60 40 20 0 30 60 90 Kadar Sakarosa (%) 60 40 20 0 Gambar 8. Analisis kadar sakarosa (%) pada jelly kulit buah (albedo) markisa 30 60 90 13

Suhu dan waktu berpengaruh nyata terhadap hasil sakarosa.demikian pula dengan interaksi antara suhu dan waktu juga berpengaruh nyata. d. Analisis Kadar Air Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa suhu berbeda nyata dan waktu tidak berbeda nyata. Semakin tinggi suhu maka kadar air yang diperoleh semakin rendah sedangkan semakin rendah suhu maka air yang diperoleh semakin tinggi karena pada suhu yang rendah penguapan air tidak terlalu besar tetapi pada suhu tinggi terjadi penguapan yang besar (Winarno, 2002). Kadar air (%) Gambar 9. Analisis kadar air (%) pada jelly kulit buah (albedo) markisa. 3. Uji Mikrobiologi 25 20 15 10 5 0 a. Analisis Angka Lempeng Total Berdasarkan penelitian diperoleh hasilsuhu tidak berpengaruh terhadap jumlah mikrobia.semakin tinggi suhu, jumlah mikrobia semakin sedikit karena enzim pektinase tidak tahan terhadap suhu yang tinggi 30 60 90 14

(100 o C)sehingga mikrobia tidak dapat menguraikan pektin menjadi asam pektinat sebagai sumber nutrisi (Dwidjoseputro, 1998).Demikian juga dengan waktu juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah mikrobia. Bertambahnya waktu pemanasan belum dapat menurunkan jumlah total mikrobia. Perlakuan pemanasan pada saat pembuatan jellyakan menyebabkan mikroorganisme mati, tetapi sebagian mikroorganisme mampu bertahan dengan membentuk endospora oleh sebab itu produk semi basah dapat ditumbuhi oleh mikrobia (Pratiwi, 1999). Gambar 10 menunjukkan semua perlakuan masih terdapat mikrobia dengan jumlah bervariasi antara 1,21 log CFU/g sampai 3,77 log CFU/g. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), syarat mutu jellyuntuk angka lempeng total adalah maksimal 10 4 koloni/g dan semua perlakuan memenuhi standar serta layak untuk dikonsumsi ALT (log CFU/g) 4 3 2 1 0 Gambar 10. Analisis angka lempeng total (log CFU/g) pada jelly kulit buah (albedo) markisa. 30 60 90 15

b. Analisis Angka Kapang dan Khamir Angka kapang-khamir adalah jumlah kapang dan khamir yang terdapat pada suatu bahan.identifikasi keberadaan kapang dan khamir menggunakan medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Bridson, 1998). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil suhu berpengaruh nyata dan waktu tidak berpengaruh.demikian juga dengan interaksi antar suhu dan waktu tidak berpengaruh. Menurut Fardiaz (1992), kebanyakan kapang tumbuh pada kisaran ph 2-8,5 tetapi biasanya akan tumbuh lebih pada kondisi yang asam atau ph yang rendah. ph asam akan mempengaruhi pertumbuhan kapang sehingga jumlah kapang akan semakin meningkat. Angka Kapang & Khamir (log CFU/g) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Gambar 11. Analisis angka kapang dan khamir (log CFU/g) pada jelly kulit buah (albedo) markisa. Kebanyakan kapang memproduksi enzim hidrolitik sehingga dapat tumbuh pada makanan yang mengandung pektin.jelly merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir karena pada jelly 30 60 90 16

terkandung pektin sehingga jumlah kapang dan khamir akan semakin banyak (Fardiaz, 1992). SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Suhu ekstraksi berpengaruh nyata dan waktu tidak berpengaruh terhadap hasil pektin yang diperoleh. Konsentrasi pektin kulit buah (albedo) markisa yang optimum dalam pembuatan jelly adalah 21,54%. 2. Suhu dan waktu yang optimum untuk mendapatkan jelly dengan kualitas terbaik adalah suhu 90 o C dan waktu 30 diperoleh dari hasil percobaan tekstur dan uji organoleptik meliputi aroma dan rasa. SARAN 1. Buah markisa yang digunakan buah yang mengkal karena mengandung pektin yang tinggi. 2. Perlu ditambahkan sari buah markisa untuk warna dan aroma. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Data Produksi Buah Markisa di Indonesia. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51373/f11sur_bab %20I%20Pendahuluan.pdf?sequence=5 [23 Maret 2013]. Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G. H., dan Wotton, M., 1987, Ilmu Pangan, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Halaman 13, 54, 67. 17

Charley, H., dan Weaver, C. 1998. Foods (A. Scientific Approach). Prentice Hall Inc., New Jersey. Halaman 76. Desrosier, N. W. 1969. Technology of Food Preservation. AVI Publishing Company, Inc.,New York.Halaman 35. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Halaman 31. Meade, G. P. dan Chen, J. C P. 1977.Cane Sugar Hand Book.3 th edition.john Wiley and Sons. New York. Halaman 28. Morton, J. F. 1987. Fruits of Warm Climates.Winterville.Halaman 42. 18