Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan karena memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan tunas dan akar (Rochiman dan Hariadi, 1973). Stek batang dapat dilakukan sepanjang waktu selama tersedianya pohon sebagai sumber stek dan secara genetik sama dengan induknya. Tanaman yg digunakan sebagai induk adalah 5 pohon berusia 7 tahun. Stek direndam dalam larutan NAA dan 2.4-D dengan konsentrasi berturut-turut 0, 500 dan, selama 1 jam, selanjutnya ditanam pada media pasir steril. Pengamatan dilakukan tiap hari dan pengukuran dilakukan tiap 2 minggu sekali selama 12 minggu. Hasil penelitian terhadap rata-rata parameter pertumbuhan setelah dilakukan uji statistik menunjukkan adanya pengaruh pada persentase stek hidup dan pembentukan kalus pada pertumbuhan Stek batang Tabebuia aurea. Pertumbuhan yang optimal (60 %) terdapat pada perlakuan hormon NAA pada konsentrasi. Key Words: Tabebuia aurea, Stek batang, Auksin, dan Kalus
Repositori Repositori FMIPA FMIPA UNISMA UNISMA Repositori FMIPA PENDAHULUAN Perbanyakan dengan cara stek batang adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan atau bagian batang tanaman sehingga menjadi tanaman baru. (Dwijoseputro, 1980) [1]. Menurut Purnomosidhi (2007) [2], perbanyakan vegetatif memiliki keuntungan diantaranya lebih cepat berbuah dan sifat yang sama dengan induk, sehingga keunggulan sifat induk dapat dipertahankan. Tetapi tidak semua tumbuhan dapat dikembangkan dengan stek batang. Menurut Hartman dan Kester (1983) [3], perbanyakan dengan stek memiliki kendala, antara lain zat tumbuh penyebarannya tidak merata sehingga pertumbuhan stek tidak seragam. Oleh karena itu membutuhkan zat pengatur pertumbuhan ekternal. Naphthalene Acetic Acid (NAA) dan 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) termasuk auksin buatan yang umum ditambahkan dalam media tanam karena bersifat lebih stabil daripada Indol Acetic Acid (IAA). Fungsi hormon auksin tersebut adalah meningkatkan proses pertumbuhan pada akar dan batang, mempercepat perkecambahan, proses pembelahan sel, dan pemasakan buah serta mengurangi jumlah biji dalam buah (Anonymous, 2011) [ 4]. Kalus merupakan kumpulan sel tidak teratur (amorphous ) yang terjadi dari pembelahan sel yang terjadi secara terus menerus. Potensi tumbuhan membentuk kalus tergantung pada umur fisiologi jaringan dan bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan serta jenis tanaman (Sumarsih, 2011) [5]. Tabebuia aurea merupakan tumbuhan yang berbunga indah, mampu bertahan hidup dalam kondisi kering, tidak memiliki tajuk dan naungan yang terlalu lebar, jenis cepat tumbuh (Fast Growing Species), dan akar pohon aman bagi kontruksi bangunan (Anonymous, 2011) [ 6]. Perbanyakan Tabebuia selama ini menggunakan biji. Belum pernah diperbanyak dengan cara vegetatif, sehingga perlu diteliti bagaimana pengaruh auksin terhadap pertumbuhan stek batangnya. BAHAN DAN CARA KERJA Stek yang dipergunakan diambil dari 5 pohon induk dari tempat yang sama. Batang yang diambil tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, diameter ±3-4 cm. Batang dipotong miring (45 0 ) sepanjang 20 cm dari bagian pangkal stek. Pangkal stek batang direndam dalam larutan hormon NAA dan 2,4-D pada konsentrasi 0, 500, dan selama 1 jam pada suhu 20ºC. Pengamatan dan pengendalian kondisi suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari. Suhu dalam sungkup dipertahankan sekitar 25-27 0 C, sedangkan kelembaban harian berkisar antara 70-90%. Pengukuran dilakukan satu kali setiap 2 minggu. Pengukuran data meliputi jumlah stek hidup, jumlah stek yang berkalus, jumlah tunas dan diakhir pengamatan diukur panjang tunas stek batang. HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata prosentase stek yang hidup Tabel 1. Rata-rata prosentase stek yang hidup pada perlakuan setiap hormon relatif sama, tetapi ada perbedaan pada waktu tumbuh dan matinya stek. Minggu ke- Kontrol 0 NAA 500 2,4-D 500 2 4 6 8 10 12 20 20 40 40 40 8 20 20 20 40 20 8 0 20 20 20 20 4 0 40 40 40 40 8 20 20 40 40 20 0 Pada minggu ke-10 sampai 12 terjadi penurunan prosentase hidup pada stek. Kematian stek ini diduga karena faktor dari dalam stek itu dan juga karena faktor lingkungan, selama bahan stek belum memiliki akar, kehidupannya
tergantung pada zat-zat makanan yang ada dalam batang yaitu karbohidrat. Menurut Widiarsih dkk (2008) [7], habitat atau tempat media pertumbuhan akar seharusnya sesuai yaitu dipengaruhi oleh faktor kelembaban, evapotranspirasi, drainase, aerasi, suhu, cahaya (200-100 W/m2) serta bebas dari hama penyakit. Pertumbuhan kalus pada stek tergantung pada jenis dan konsentrasi hormonnya. Menurut Kusumo (1984) [8], Pada kadar rendah tertentu Tabel 2. Rata-rata prosentase stek yang Minggu ke- berkalus 2 4 6 8 10 12 Kontrol 0 0 0 40 40 2 0 4 NAA 500 2,4-D 500 0 20 40 40 40 8 0 40 60 60 20 4 0 20 20 40 40 0 0 20 40 40 20 0 hormon tumbuhan dapat memacu pertumbuhan, namun menghambat pertumbuhan pada kadar yang lebih tinggi, bersifat racun bahkan menyebabkan matinya tumbuhan. Penambahan auksin dalam jumlah besar atau auksin yang lebih stabil, seperti NAA atau 2,4 D dapat meningkatkan pertumbuhan kalus pada eksplan dan menghambat pertumbuhan pucuk tanaman (Wetherell, 1982) [9]. Tabel 3. Rata-rata jumlah dan panjang tunas Hormon Jumlah Tunas Panjang Tunas (cm) Kontrol 0 0,8 1,62 NAA 2,4-D 500 0,6 1,98 0,2 0,88 500 0,4 1,18 0 0 Jumlah rata-rata tunas paling tinggi terdapat pada pelakuan kontrol dan paling rendah terdapat pada perlakuan dengan hormon 2,4-D pada konsentrasi. Mengenai hal ini Wudianto (1988) [10] menyebutkan, bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi bersifat merusak dengan bentuk kerusakan berupa pembelahan kalus yang berlebihan, sehingga mencegah tumbuhnya akar dan tunas. KESIMPULAN 1. Penggunaan hormon auksin NAA dan 2,4-D berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas dan kalus pada stek batang pohon terompet Syafi`i kuning (Tabebuia aurea). 2. Pertumbuhan yang optimal (60 %) terdapat pada perlakuan hormon NAA pada konsentrasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. [2] Purnomosidhi,P., Suparman, JM.Roshetko & Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan, Durian,Mangga, Jeruk,Melinjo, Sawo. Pedoman Lapang. Worl Agroforestry Center & Winrock International. [3]Hartman & Kester, 1983. Plant Propagation Principle and Practise. Prentice Hall International Inc. Engelwoods Cliffs. New Jersey. 253-341. [4]Anonymous. 2011. Tabebuia aurea. http//:learn2grow.html. Diakses pada tanggal 25 September 2011. [5]Sumarsih, Sri. 2011. Kultur Kalus. http//:sumarsih07.wordpress.com.diakses pada tanggal 12 September 2012. [6]Anonymous. 2011. Perbanyakan dengan Stek.arcturusarancione.wordpress.com/ 2010/06/28/ - Tembolok. Diakses tanggal 22 September 2011. [7]Widiarsih, S., Minarsih, Dzurrahmah, B.Wirawan, & WB.Suwarno. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif
Buatan. http://willy.situshijau.co.id /pdf. Diakses tanggal 17 April 2012 [8]Kusumo, 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta. [9]Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro. (Terjemahan: Koensoemardiyah). IKIP Semarang Press. Semarang. [10]Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Biosaintropis 2013