BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar yang ditargetkan, mempertahankan eksistensi perusahaan, dan lain lain.

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

Pesawat Polonia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KELAYAKAN INVESTASI PT. MTI PADA DERMAGA INGGOM TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

MANAJEMEN KEUANGAN. Penganggaran Modal. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN PEMIKIRAN. (Purwanti dan Prawironegoro, 2013). Konsep mendasar dari capital budgeting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

P E N G A N G G A R A N M O D A L & K R I T E R I A I N V E S T A S I

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

VII. RENCANA KEUANGAN

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital

BAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyusunan rencana strategis perusahaan, tujuan untuk melakukan merger/akuisisi,

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah penganggaran modal digunakan untuk menggambarkan bagaimana

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

Bab 5 Penganggaran Modal

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia itu sendiri berlokasi di 2 tempat, yaitu Office dan juga Work Shop. M No.29 dan Blok B No. 35 Tangerang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK Kata Kunci: capital budgeting, dan sensitivity analysis.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. daya saing. Oleh karena itu, pengendalian sebagai tahap terakhir dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan, dua pertiga wilayahnya merupakan perairan dan berada pada rute perdagangan dunia. Wilayah Indonesia terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sepanjang 3.977 mil, luas Indonesia 1.9 juta mil persegi dan di kelilingi oleh 17.508 pulau. ( Indonesia, para 1-3). Lokasi Indonesia merupakan lokasi yang strategis terletak pada jalur perdagangan internasional. Luas wilayah Indonesia ini belum didukung dengan infrastruktur yang memadai sehingga biaya transportasi Indonesia menjadi cukup mahal. Ini salah satu faktor yang menyebabkan produk Indonesia kurang dapat bersaing dengan negaranegara lain yang telah dapat memanfaatkan secara maksimal infrastruktur transportasinya. Sebagai negara kepulauan, transportasi laut merupakan pilihan utama, dan merupakan transportasi yang cukup murah dibandingkan dengan transportasi yang menggunakan jalan raya. Sayangnya sektor pelabuhan belum dikembangkan dan dikelola dengan baik dan efisien sehingga transportasi ini juga menjadi mahal (Ray, 2008). Pelabuhan merupakan infrastruktur transportasi yang penting bagi dunia maritim. Keberadaannya mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi. Perdagangan intemasional saat ini masih mengandalkan jalur laut dengan pelabuhan sebagai salah satu komponen terpentingnya. Pengelolaan dan penyediaan jasa kepelabuhanan serta fasilitas penunjang lainnya di kawasan pelabuhan akan menunjang kegiatan industri dan perdagangan. Semakin tinggi perkembangan ekonomi maka akan semakin pesat pula perkembangan kegiatan perdagangan dan peningkatan aktivitas pelabuhan. Oleh karenanya pelabuhan 1

2 menjadi faktor penting bagi pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara. Dalam satu dekade ini, perekonomian global berkembang sangat pesat, aktivitas perdagangan antara negara meningkat pesat. Krisis keuangan global tidak banyak mempengaruhi aktivitas perdagangan dunia, yang terjadi saat ini adalah berkurangnya dominasi Amerika Serikat. China dan India mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif memainkan peranannya sebagai pusat perindustrian bagi produk-produk yang dikonsumi oleh hampir semua negara. Sejak ditandatanganinya kerjasama bebas hambatan antara ASEAN dan China (CAFTA), ekspor dan impor antara kedua kawasan menjadi meningkat. Hambatan perdagangan dunia akan semakin berkurang, perdagangan menjadi semakin bebas dan industri-industri mencari biaya produksi dengan biaya murah menjadi suatu pemicu perubahan pergerakan produksi dan pertumbuhan arus pergerakan barang. Hasil perdagangan dan pendistribusian tersebut menggunakan jasa angkutan laut dengan menggunakan peti kemas. Penggunaan peti kemas sebagai sarana distribusi sangat baik, karena biayanya relatif murah karena dapat menggangkut dalam jumlah banyak dan risiko kerusakan barang kecil dan rangkaian pelayanan pendistribusian dapat menggunakan transportasi yang lain selain jasa angkutan laut misalnya menggunakan kereta api. Distribusi hasil produksi dan perdagangan dunia memberi kesempatan bagi perkembangan sektor industri pelabuhan. Trend peningkatan aktivitas pelabuhan dapat dilihat pada meningkatnya jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan Indonesia. Tabel 1.1 halaman 3, menunjukan jumlah kapal yang berlabuh di seluruh pelabuhan Indonesia. Tahun 2003 dan 2004, jumlah kapal yang berlabuh di pelabuhan Indonesia mengalami penurunan disebabkan oleh krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada waktu itu.

3 Pergerakan arus barang harus didukung dengan biaya transportasi yang murah. Angkutan laut merupakan transportasi yang murah. Namun untuk Indonesia kondisi ini belum dapat dikatakan murah. Ini adalah salah faktor yang menyebabkan biaya transportasi Indonesia menjadi mahal. Tabel 1.1 Jumlah Kapal Yang Berlabuh di Seluruh Pelabuhan Indonesia Periode 1995 2008 Tahun Seluruh Pelabuhan Unit GT (000) 1995 863 672 535 998 1996 542 086 674 141 1997 505 759 644 999 1998 471 807 712 816 1999 602 953 746 561 2000 665 245 731 851 2001 678 234 735 293 2002 755 781 909 546 2003 713 415 752 059 2004 531 250 734 532 2005 755 781 909 546 2006 509 228 743 463 2007 591 278 786 272 2008 729 564 822 968 Sumber: Balai Pusat Statistik Data Global Competitiveness Report 2008-2009, Indonesia menduduki peringkat ke 104 dari 134 negara, hal ini menunjukan bahwa pengelolaan pelabuhan Indonesia masih di bawah standar internasional. Selain itu, produktivitas bongkar muat kapal di pelabuhan Indonesia masih sangat rendah yaitu sekitar 40-45 peti kemas per jam sedangkan pelabuhan Singapura dan Malaysia sekitar 100-110 peti kemas per jam (Ray, 2008). Dan masih banyak faktor geografis dan faktor lainnya

4 seperti kondisi jalan akses pelabuhan memprihatinkan, banyak pelabuhan yang berlokasi di sungai-sungai dan kedalaman pelabuhan yang memerlukan pengerukan terus-menerus merupakan halangan utama terhadap kinerja pelabuhan yang pada akhirnya mempengaruhi pengelolaan dan kinerja pelabuhan. Singapura dan Malaysia telah terlebih dahulu mengembangkan pelabuhan mereka untuk dijadikan kawasan transit bagi armada laut yang mengangkut barangbarang ekspor maupun impor antar negara tersebut. Karena Indonesia tidak memiliki pelabuhan pindah muat (trans-shipment) yang mampu melayani kapal-kapal besar maka hasil ekspor-impor Indonesia dipindahmuatkan melalui pelabuhan Singapura atau pelabuhan Malaysia (Ray, 2008). Sektor ini menjadi salah satu penghasil devisa yang cukup besar bagi kedua negara ini. Pelabuhan regional Indonesia kekurangan sarana penunjang pelabuhan. Sistem pelabuhan Indonesia disusun menjadi sebuah sistem hierarkis yang terdiri atas sekitar 1700 pelabuhan. Terdapat 111 pelabuhan, yang dianggap sebagai pelabuhan komersial dan dikelola oleh empat BUMN yaitu Perum Pelabuhan Indonesia I, II, III and IV tetapi hanya 11 pelabuhan yang mempunyai peralatan bongkar muat peti kemas dan dinyatakan sebagai Terminal Peti Kemas oleh Departemen Perhubungan (Ray, 2008). Karena kurangnya peralatan maka perusahaan-perusahaan pelayaran harus menyediakan peralatan sendiri. Inilah yang menjadi penyebab utama waktu tunggu yang panjang di pelabuhan Indonesia dan lambatnya produktivitas pelabuhan. Untuk membenahi sektor pelabuhan ini, pemerintah mengeluarkan UU No. 17 tahun 2008 tentang pelayaran, yang memberikan peluang bagi sektor swasta dan menghapus monopoli negara atas pelabuhan. Langkah ini harus didukung penuh oleh semua pihak sehingga sektor pelabuhan dapat menjadi lebih efisien dan maksimal. Untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan, pengelola pelabuhan melakukan penambahan peralatan yang mendukung kegiatan bongkar muat dan efisiensi kapal. Di samping penambahan peralatan, pelabuhan di Indonesia melakukan penataan tata

5 ruang pelabuhan seperti saat ini dilakukan oleh Pelabuhan Indonesia II cabang Tanjung Priok. Penelitian yang dilakukan oleh Japan International Corporation Agency (JICA) dan Direktorat Perhubungan Laut menyatakan kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok akan maksimal pada tahun 2010. Rekomendasi yang dikeluarkan adalah melakukan rehabilitasi dan pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Perbaikan tata guna lahan, saat ini bercampur antara berbagai peruntukan, penggunaan lahan dari berbagai fasilitas seperti adanya pelabuhan penumpang yang bercampur dengan area penanganan peti kemas, gabungan muatan peti kemas dan curah serta alokasi depo peti kemas yang tersebar dan penggunaan lahan untuk fasilitas yang tidak ada kaitannya dengan pelayanan jasa kepelabuhanan. Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pusat logistik regional dan citra pelabuhan di Indonesia perlu melakukan pembenahan tata guna lahan. Saat ini tata guna pelabuhan Tanjung Priok terlihat tidak tertata dengan baik. Rencana induk pelabuhan Tanjung Priok adalah menjadi kawasan khusus (dedicated terminal). Rancangan yang ada saat ini adalah birai (kolam) III dan II sisi Timur akan melayani peti kemas internasional serta kargo umum. Birai II sisi Barat akan menjadi pusat pelayanan kapal general kargo internasional. Birai I sisi Timur dialokasikan untuk melayani peti kemas domestik dan kargo umum. Birai II sisi Utara untuk melayani curah kering dan kawasan pergudangan 1. Untuk menjadi terminal kawasan khusus dan menjadi terminal penghubung (hub port), dibutuhkan investasi yang besar. Saat ini pengelola Pelabuhan Tanjung Priok menyiapkan dana sebesar Rp. 2,7 triliun di tahun 2010 untuk menambah kurang lebih 50 unit crane. Selain itu ekspansi juga dilakukan oleh anak perusahaan Pelindo II. Semua usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pelabuhan. 1 Wawancara dengan Bapak Ir. Arif Suhartono, M.Inf, Manager Teknologi PT. MTI, tanggal 09 April 2010

6 PT Multi Terminal Indonesia (PT MTI) adalah anak perusahaan dari Pelindo II-Tanjung Priok. Saat ini mengelola terminal 009, yang melayani kapal ocean going dan gudang CDC dan curah domestik. Untuk menyelaraskan dengan rencana dari Pelindo II-Tanjung Priok, rencana dari PT. MTI adalah mengembangkan lahan Inggom di Tanjung Priok-Jakarta. Lahan ini akan dijadikan terminal untuk curah kering seperti gypsum, batubara dan pasir dan pergudangan CDC. Rencana investasi untuk mengembangkan lahan Inggom ini adalah sebesar Rp. 85.965.440.000,- dengan luas lahan 10 ha. 1.2 Rumusan Masalah Investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan tidak terlepas dari persaingan usaha dan risiko. Setiap perusahaan mempunyai strategi bisnis masing-masing dalam menghadapi persaingan dan risiko tersebut. Perusahaan perlu melakukan inovasi dan melakukan peninjauan ulang atas strategi bisnisnya untuk menghasilkan suatu operasi yang efisien dan efektif yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan usaha dan peningkatan nilai perusahaan. Analisis kelayakan investasi dan struktur modal yang optimal dapat membantu investor dalam menghitung tingkat pengembalian yang optimal. Untuk mengetahui tingkat pengembalian optimal bagi suatu investasi maka perlu dilakukan analisis perubahan net present value. Investasi yang dilakukan oleh PT. MTI membutuhkan dana yang cukup besar, dan bersifat jangka panjang, maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Dengan menggunakan metode APV dan IRR untuk menilai kelayakan investasi, apakah perluasan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan oleh PT. MTI?

7 2. Berapakah banyak bongkar muat yang dibutuhkan untuk mencapai break-even menurut metode Present Value dan metode akuntansi? 3. Faktor mana yang paling mempengaruhi perhitungan APV dan IRR? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan Tujuan dari penulisan Karya Akhir ini adalah: 1. Untuk menganalisis kelayakan investasi PT. MTI mengingat banyaknya ketidakpastian dan risiko yang dihadapi. 2. Untuk mengetahui jumlah bongkar muat yang dibutuhkan untuk mencapai break-even dengan metode Present Value dan metode akuntansi 3. Untuk mengetahui asumsi yang paling sensitif mempengaruhi perhitungan APV dan IRR 1.4 Metode Penelitian Metode analisis yang digunakan dalam Karya Akhir ini adalah menggunakan asumsi-asumsi untuk menilai kelayakan investasi perusahaan dengan Net Present Value, Internal Rate of Return, sensitivity analysis, scenario analysis, breakeven analysis, dan Monte Carlo simulation. Analisis dimulai dengan melihat kondisi perekonomian Indonesia saat ini, bagaimana kondisi dari industri pelabuhan dan kondisi keuangan PT. MTI. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis asumsi-asumsi yang mempengaruhi proyeksi pendapatan dan biaya-biaya selama periode pelaksanan proyek tersebut. Asumsi yang digunakan didasarkan pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Penelitian ini menggunakan scenario analysis dengan 3 (tiga) skenario yaitu normal, delay dan expand untuk menilai kelayakan investasi tersebut. Untuk

8 menganalisis kelayakan investasi digunakan metode/teknik APV dan IRR yang menggunakan metode Discounted Cash Flow Method (DCF). Karena dalam proyek ini, PT. MTI menggunakan hutang sebesar 30% untuk membiayai investasinya dan hutang tersebut diasumsikan berjangka waktu 10 tahun, maka metode yang digunakan dalam penilaian adalah metode Adjusted Present Value (APV). Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung APV adalah sebagai berikut: 1. Menghitung NPV yang diperoleh dari free cash flow (FCF) didiskontokan dengan biaya modal. FCF diperoleh dari Earning After Tax (EAT) ditambah dengan penyusutan. Biaya modal digunakan sebagai tingkat diskonto karena diasumsikan perusahaan tidak menggunakan hutang. 2. Menghitung net present value of financing effects (NPVF), yang diperoleh dari present value dari tax shield didiskontokan dengan biaya hutang. Penilitian ini juga menghitung break-even point dari proyek ini. Perhitungan break-even point menggunakan metode accounting profit dan present value. Langkah-langkah yang digunakan dalam menghitung present value break-even point adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata pendapatan, depresiasi, dan biaya. 2. Menghitung equivalent annual cost (EAC) diperoleh dari investasi awal dibagi dengan tingkat diskonto. Tingkat diskonto yang digunakan adalah weighted cost of capital (WACC) karena investasi ini dibiayai dari hutang dan modal. 3. Menghitung biaya setelah pajak diperoleh dari EAC ditambah biaya tetap setelah pajak dikurangi dengan tax shield dari depresiasi. 4. Present value break-even point diperoleh dari biaya setelah pajak dibagi dengan contribution margin (harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit).

9 Sedangkan untuk mendapatkan accounting profit break-even point adalah biaya tetap ditambah depresiasi dibagi dengan contributin margin. Untuk mengetahui asumsi yang paling sensitif dalam perhitungan APV dan IRR digunakan sensitivity analysis yang mana hanya ada 1 (satu) variabel saja yang diasumsikan berubah sedangkan variabel lain tetap. Analisis ini juga menggunakan alat bantu yaitu Crystal Ball. Software ini akan mulai menganalisis dengan melakukan pilihan secara acak setiap variabel (asumsi) yang berpengaruh dalam cash flow, kemudian program tersebut akan menghitung kemungkinan APV yang dapat terjadi. Rata-rata (mean) merupakan ekspektasi probobilitas proyek sedangkan standar deviasi merupakan risiko dari proyek tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini data-data didapatkan melalui wawancara dengan pengelola dan pihak-pihak terkait PT MTI dan pengumpulan bukti pendukung melalui website pengelola pelabuhan Indonesia. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah dan disajikan untuk menghasilkan informasi yang relevan. Dan untuk mendapatkan informasi dan ilustrasi yang jelas mengenai masalah dan solusi di dalam capital budgeting, penelitian ini menggunakan studi kepustakaan terutama dari buku Corporate Finance. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang akan dibahas dalam penulisan ini dibagi ke dalam 5 bab, sistematika pembahasan adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan.

10 Bab II : Tinjauan Pustaka Merupakan studi kepustakaan yang berisi teori keuangan yang berhubungan dengan penilaian proyek investasi. Teori yang akan diterapkan antara lain capital budgeting, scenario analysis, sensitivity analysis, breakeven analysis dan Monte Carlo simulation. Bab III : Gambaran Perusahaan Menjelaskan gambaran perusahaan PT Multi Terminal Indonesia, visi-misi perusahaan dan kegiatan operasional perusahaan. Bab IV : Analisis dan Pembahasan Melakukan analisis dengan menggunakan asumsi-asumsi untuk menilai kelayakan investasi perusahaan dengan Net Present Value, Internal Rate of Return, scenario analysis, sensitivity analysis, breakeven analysis, dan Monte Carlo simulation. Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisi kesimpulan dan saran rekomendasi atas hasil analisis dan pembahasan dari bab sebelumnya.