Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Referat Fisiologi Nifas

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

PENDAHULUAN Angka kematian ibu (AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI BPM HJ. A BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Kata Kunci : Manajemen aktif kala tiga, Perdarahan Pascapersalinan

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1 Februari-Juli 2016: 30-36

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI PADA KONTRAKSI UTERUS IBU BERSALIN DI BPS KECAMATAN BLUTO

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM YANG MELAKSANAKAN SENAM NIFAS

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

Uterine Involution Process in The Mothers Who Take and Do Not Take Postpartum Exercise in Independent Practice Midwife

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN KUNJUNGAN ANC DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI PADA IBU NIFAS DI RUANG BERSALIN. Siti Aisyah* dan Elis Fitriani** ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN KECEMASAN PROSES PERSALINAN DI BPM HESTI UTAMI DESA GRANTUNG KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI (TFU) PADA PRIMIPARA POST PARTUM

BAB III METODE PENELITIAN. discriptive korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. I P 1 POST PARTUM HARI KE-14 DENGAN SUB INVOLUSI UTERI. Siti Aisyah* Al-Masruroh** ABSTRAK

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP LAMA PENGELUARAN PLASENTA PADA KALA III PERSALINAN DI RB PATEN REJOWINANGUN UTARA KOTAMADIA MAGELANG

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.1 Tahun 2014

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

PENGERTIAN MASA NIFAS

Transkripsi:

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Rifatul Bafiroh Farida Arintasari *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : abdi_husada@yahoo.co.id ABSTRAK Tingginya angka kematian ibu (AKI) menunjukkan bahwa kesehatan reproduksi para ibu masih memperihatinkan. Standar pelayanan kebidanan juga menyebutkan bahwa bidan harus mampu melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu bidan harus mampu memberikan penjelasan tentang halhal yang mempercepat pulihnya kesehatan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan diperoleh bahwa dari 201 orang ibu yang nifas di BPS. NY Istirochah Kota Semarang selama bulan September - Oktober 2008, sebanyak 32 ibu nifas, 5 nifas yang mengalami kasus subinvolusio, dan 3 diantaranya merupakan ibu nifas yang menyusui tidak efektif. Menyusui dapat merangsang putting susu terhadap ujung syaraf sensoris. Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding saluran, sehingga ASI keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan baik. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas menyusui pada proses involusio uteri ibu postpartum 0-10 hari. di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini sebanyak semua ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang yang ada pada bulan September dan Oktober 2008 yang berjumlah 32 orang, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32 responden atau keseluruhan dari populasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, dengan cara menggunakan kuesioner. Data diolah dengan langkah editing, coding, scoring, entry, dan analisis data. Pada analisis digunakan metode analisis univariat yang hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Data kemudian dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian diperoleh Proporsi ibu yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50,00%) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50,00%). Proporsi proses involusio yang sesuai sebanyak 19 responden (59,40%) terjadi pada ibu yang menyusi efektif dan Proporsi proses involusi yang tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6%) terjadi pada ibu yang menyusui tidak efektif. Saran yang dapat diberikan adalah kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan penyuluhan pada ibu-ibu tentang teknik-teknik menyusui yang baik sehingga ibu yang dapat melaksanakan teknik menyusui yang efektif. Kepada msyarakat agar selalu mencari informasi melalui tenaga kesehatan, media informasi mengenai teknik menyusui yang efektif, sehingga terjadinya penurunan TFU dan Lochea akan menjadi baik. Kata Kunci Efektifitas menyusui, Proses Involusio Post Partum

PENDAHULUAN Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukan bahwa kesehatan reproduksi para ibu masih memprihatinkan. Dengan adanya kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat menurunkan AKI yang pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis "Empat Pilar safe Motherhood", hanya menunjukan keberhasilan pada program keluarga berencana, sedangkan cakupan pelayanan persalinan yang bersih dan aman masih sangat rendah dan mutunya belum optimal (Saefudin, 2002). Berdasarkan Kepmenkes No. 900 / MENKES / SK VII / 2002 tentang registrasi dan praktik bidan, Pasal 16 menyebutkan bahwa bidan harus mampu memberikan pelayanan pada ibu nifas baik normal maupun abnormal (Kepmenkes, 2002). Pemberian ASI selain bermanfaat bagi bayi, juga bermanfaat bagi ibu. Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitoksin oleh kelenjar hipofisis. Oksitoksin membantu proses involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Diperkirakan bahwa 50, 09% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 30, 58% kematian masa nifas, pada waktu hamil sebesar 19, 33%. Penyebab utama kematian ibu disebabkan karena perdarahan (28%), eklampsia (13 %), aborsi (11 %) dan infeksi (10%). (Dinkes Prov, 2004-2006). Dari data di Dinas Kesehatan Kota Semarang, bulan Januari-Juli 2008 menunjukan jumlah ibu hamil sebanyak 27.240, ibu bersalin 26.002 yang 2

bersalin di tenaga kesehatan 11.906 (41 %). Ibu nifas sebesar 26,002 (DKK Semarang, 2008). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, pada bulan Januari-Oktober 2008 terdapat 201 orang ibu nifas, bulan September-Oktober 2008 sebanyak 32 (15,9%) ibu nifas, 5 (2,5%) ibu nifas yang mengalami kasus subinvolusio. 5 diantaranya merupakan ibu nifas yang menyusui tidak efektif. Dari permasalahan tersebut penulis ingin meneliti kasus tersebut dengan judul "Efektifitas Menyusui pada Proses Involusio Uteri Ibu Post Partum 0-10 Hari". Dalam rangka berpartisipasi agar ibu-ibu memberikan ASI secara efektif (on demand) karena manfaat ASI baik untuk bayi, dan menyusui efektif menguntungkan bagi ibu dalam mempercepat proses involusio uteri. METEDOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif menggunakan rancangan cross sectional dengan tehnik survey. Populasi yang digunakan adalah semua ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, yang ada pada bulan Juni 2009 yang berjumlah 35 orang. Sampel sejumlah 32 orang dengan tehnik sampling accidental sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Efektifitas Menyusui Tabel 1. Distribudi Frekuensi berdasarkan ibu menyusui di menyusui di di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. 3

Menyusui Tidak Efektif Distribusi frekuensi Jumlah (f) Persentase (%) 16 50 Efektif 16 50 Jumlah 32 100 Tabel 1 tentang subyek dibagi sama menjadi 2 bagian yaitu subyek yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50 %) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%). Proses Involusio Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan proses involusio pada ibu nifas di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang Proses Involusio Tidak Sesuai Sesuai Distribusi frekuensi Jumlah (f) Frekuensi (%) 13 19 40,6 59,4 Total 32 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa proses involusio pada ibu nifas yang sesuai sebanyak 19 responden (59,4 %) dan yang mengalami proses involusio yang tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6 %). Jadi secara umum bahwa proses involusio antara yang sesuai lebih besar dibandingkan yang tidak sesuai. Pembahasan Hasil penelitian ini mendeskripsikan ibu yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu postpartum 0-10 hari. di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang. 1. Mendiskripsikan Efektifitas Menyusui 4

Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu postpartum 0-10 hari di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, diperoleh hasil bahwa sebanyak 16 responden (50%) termasuk dalam kategori menyusui efektif dan sebanyak 16 responden (50 %) termasuk dalam kategori menyusui yang tidak efektif. Ibu yang menyusui secara efektif dalam hal ini menggambarkan bahwa para ibu telah mengetahui cara menyusui dengan benar. Cara menyusui yang benar misalnya sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu. Demikian pula pada saat menyusui ibu dalam kondisi duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Dengan mengetahui caracara menyusui yang efektif tersebut, berarti ibu telah melaksanakan cara menyusui dengan benar. Karena dengan menyusui yang benar, maka akan dapat mempercepat pemulihan kesehatan ibu pasca persalinan. Hal ini seseuai dengan pendapat Sugiyarti (2006) bahwa dengan menyusui yang benar, akan dapat membantu mempercepat pengembalian rahim (involusio) kebentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui syaraf ke kelenjar hipofise diotak yang mengeluarkan hormone 5

oksitoksin. Oksitoksin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI dan kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk berkontraksi Sedangkan ibu yang menyusui dengan kategori tidak efektif sebanyak 50%, hal ini memberikan gambaran bahwa para ibu belum mengetahui dengan benar cara-cara menyusui dengan benar. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pengetahuan responden yang kurang atau tingkat pendidikan yang rendah. Dengan tidak menyusui dengan baik maka tidak akan terjadi rangsangan pada putting susu, maka dapat menghambat pembentukan prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi Asi tidak lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi refleks prolaktin dan reflek aliran timbul akibat rangsangan putting oleh hisapan bayi (Suradi. 2004). 2. Mendiskripsikan Proses Involusio Uteri Ibu Post Partum 0-10 Hari Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden yang menyusui efektif dan tidak efektif dengan proses involusio uteri pada ibu post partum 0-10 hari di BPS Ny. Istirochah Kota Semarang, diperoleh hasil bahwa sebanyak 19 responden (59,4%) termasuk dalam kategori involusio yang sesuai dan sebanyak 13 responden (40,4%) termasuk dalam kategori involusio yang tidak sesuai. Proses involusio yang sesuai dapat dilihat dari penurunan TFU dan pengeluaran lochea. Penurunan TFU yang sesuai adalah pada saat janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat. Segera setelah palsenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih dari 2 jari 6

dibawah pusat. Pada hari kelima pasca persalinan uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simpisis atau setengah simpisis pusat. Sesudah 10 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simpisis (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan pada ibu dengan penurunan TFU tidak sesuai, hal ini menggambarkan bahwa penurunan uterus tidak sesuai dengan ketentuan hari yang ada. Dimana pengukuran dilakukan pada hari ke-0 postpartum TFU 2 jari dibawah pusat, pada ibu yang penurunan TFU tidak sesuai penurunan yang terjadi kurang dari 2 jari dibawah pusat. Penurunan TFU pada hari ke-5 postpartum TFU ½ simpisis pusat. Pada ibu dengan kategori tidak sesuai, penurunan ½ simpisis pusat terjadi pada hari ke 6 atau setelah hari ke-5. Penurunan pada hari ke-10 postpartum TFU tidak teraba. Pada ibu dengan ketagori tidak baik, penurunan TFU tidak teraba terjadi setelah hari ke-10 (Saleha, 2009). Pada jenis Lochea dengan kategori sesuai, hal ini memberikan gambaran bahwa pada jenis lochea yaitu jenis Lochea yang warnanya merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada bekas implantasi plasenta dan serabut dari desidua dari chorinion muncul pada hari pertama sampai dengan hari ke-empat postpartum. Pada lochea serosa yaitu lochea yang warnanya kecoklatan yang mengandung lebih sedikit darah dan lebih banyak serum yang terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi plasenta muncul pada hari ke kelima- kesembilan setelah melahirkan. Sedangkan Lochea alba yaitu lochea yang warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan mengandung leukosit, selaput lender 7

serviks dan serabut jaringan yang mati muncul pada hari kesepuluh dan berkurang dalam minggu berikutnya. (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan pada Lochea yang termasuk dalam kategori tidak sesuai, munculnya lochea Rubra lebih dari hari pertama keempat, lochea seroca muncul lebih dari hari kelima-kesembilan dan munculnya lochea alba lebih dari hari kesepuluh dan belum berkurang dalam minggu berikutnya atau lebih dari 40 hari (Prawirohardjo, 2005). KESIMPULAN Karakteristik umur ibu post partum sebagian besar 25-35 tahun (59,4%) dan pekerjaan ibu post partum sebagian besar ibu rumah tangga (59,4%) Proporsi ibu yang menyusui efektif sebanyak 16 responden (50 %) dan tidak menyusui efektif sebanyak 16 responden (50%). Proporsi proses involusio yang sesuai sebanyak 19 responden (59,4 %) dan tidak sesuai sebanyak 13 responden (40,6%). KEPUSTAKAAN Alimul, H. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba. Ariawan, I. (1998). Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian kesehatan. Jakarta: Jurusan Bio Statistik dan Kepedulian FKMUI. Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2001). Metode Penelitia n. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. BPS. (2008). Profil Kesehatan Jawa Tengah 2008. Semarang: BPS. Budiarto, E. 8

(2001). Bio Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Depkes, RI. (2001). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Depkes, RI. (2006). Profil Indonesia Sehat 2006 Jakarta: Depkes RI Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Sewara Machfoedz, (2006). Statistika Deskriptif. Yogyakarta: Fitrama Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jak. EGC Prawirahardjo. (2002). If= Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Pusdiknakes (2003). Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusdiknakes Riduwan, (2002). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Saifuddin, (2003). Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sugiarti, Y. (2006). Asuhan Kebidanan. Semarang: Akbid Abdi Husada Suradi, Ruina, dkk. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan 2. Jakarta: Perinansia. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 9

10