IDENTIFIKASI KONDISI RILEKS DARI SINYAL EEG MENGGUNAKAN WAVELET DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

dokumen-dokumen yang mirip
DETEKSI EPILEPSI DARI SINYAL EEG MENGGUNAKAN AUTOREGRESSIVE DAN ADAPTIVE BACKPROPAGATION

Identifikasi Tingkat Perhatian Produk Berdasarkan Sinyal EEG Sebagai Neuro Marketing

Identifikasi Tingkat Konsentrasi Dari Sinyal EEG Dengan Wavelet dan Adaptive Backpropagation

KLASIFIKASI SINYAL EEG TERHADAP RANGSANGAN SUARA MENGGUNAKAN POWER SPECTRAL DENCITY DAN MULTILAYER PERCEPTRON

Klasifikasi Sinyal EEG Terhadap Tiga Kondisi Pikiran Menggunakan Autoregressive dan Adaptive Backpropagation

Identifikasi Respon Emosional Terhadap Rangsangan Suara Melalui Sinyal Elektroensephalogram Menggunakan Wavelet Dan Learning Vector Quantization

KLASIFIKASI MUSIK MENGGUNAKAN POLYNOMIAL NEURAL NETWORK

Deteksi Respon Konsentrasi Terhadap Rangsangan Suara Secara Real-Time Menggunakan Wavelet dan Support Vector Machine

Identifikasi Respon Emosional Berdasarkan Sinyal Elektroensephalogram Menggunakan Wavelet dan Support Vector Machine

Analisis Data EEG pada Beberapa Kondisi menggunakan Metode Dekomposisi dan Korelasi berbasis Wavelet (Dekorlet)

Identifikasi Otentifikasi Citra Tanda Tangan Menggunakan Wavelet dan Backpropagation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci Brain Computer Interface; Learning Vector Quantization; Sinyal EEG; Spektral Daya; Video Game. I. PENDAHULUAN

Karakteristik Spesifikasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENAL HURUF TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION) By. Togu Sihombing. Tugas Ujian Sarjana

EKSTRASI CIRI SINYAL EPILEPSI MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul

PROGRAM PASCA SARJANA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO ELEKTRONIKA

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN NEURO-WAVELET

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMALISASI PENJADWALAN ACARA TELEVISI SWASTA MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

ANALISIS DEKOMPOSISI WAVELET PADA PENGENALAN POLA LURIK DENGAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Suara Jantung Normal Menggunakan Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Fast Fourier Transform (FFT)

1.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia

Klasifikasi Identitas Wajah Untuk Otorisasi Menggunakan Deteksi Tepi dan LVQ

ABSTRAK Pada tugas akhir ini dibuat sistem pengidentifikasi sinyal EEG, yaitu komponen gelombang alpha, beta dan theta dengan menggunakan transformasi

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

KOMPARASI HASIL KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

OPTIMALISASI LAHAN TANAH UNTUK AREA RUMAH DAN JALAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. database dan database query, secara keseluruhan menggunakan cara yang sama.

Aksi Game Arcade Berdasarkan Pikiran Menggunakan Filter Fast Fourier Transform dan Learning Vector Quantization

APLIKASI PENGENALAN POLA DAUN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF LEARNING VECTOR QUANTIFICATION UNTUK PENENTUAN TANAMAN OBAT

KLASIFIKASI KELAINAN JANTUNG ANAK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION A B S T R A K

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

KLASIFIKASI HELPDESK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI MENGGUNAKAN CONCEPT FREQUENCY-INVERSE DOCUMENT FREQUENCY (CF-IDF) DAN K-NEAREST NEIGHBORS (K-NN)

Identifikasi Gender Berdasarkan Citra Wajah Menggunakan Deteksi Tepi dan Backpropagation

JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Pertemuan 11 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK Studi Kasus: Sinyal EEG

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENINGKATAN KUALITAS PEREKAMAN AUDIO DENGAN WAVELET NOISE REDUCTION DAN AUTOMATIC GAIN ADJUSTMENT

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

BAB I PENDAHULUAN. darah. Penyakit Jantung (cardiovascular disease) adalah setiap kondisi yang

Identifikasi Neuropsikologis Terhadap Video Iklan Secara Real-Time Menggunakan Fast Fourier Transform dan Support Vector Machine

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

PENENTUAN PENANGANAN KERUSAKAN MESIN PRODUKSI RESLETING DI PT. HERO TOP ZIP MENGGUNAKAN CASE BASED REASONING DAN SORENSEN COEFFICIENT

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste terletak di antara garis lintang 8 dan 10 S, dan bujur 124

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIMULASI REDUKSI DERAU SINYAL SUARA PADA GEDUNG KEBUN RAYA PURWODADI PASURUAN DENGAN METODE DWT

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1

Pengenalan Hand Gesture Dinamis Menggunakan JST Metode Pembelajaran Backpropagation

THE USE OF WAVELET POWER SPECTRUM FOR DETECTION AND IDENTIFICATION OF THINKING-INDUCED EEG SIGNALS

Seminar Nasional APTIKOM (SEMNASTIKOM), Hotel Lombok Raya Mataram, Oktober 2016

OPTIMASI RANCANGAN FILTER BANDPASS AKTIF UNTUK SINYAL LEMAH MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIK

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI SINYAL EEG MENGGUNAKAN KOEFISIEN REGRESI DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Analisis dan Perancangan Transformasi Wavelet. Untuk Jaringan Syaraf Tiruan pada. Pengenalan Sidik Jari

BAB I PENDAHULUAN. bahkan di Dunia. Penyakit jantung dapat dideteksi dengan alat elektrokardiograf

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otot adalah sebuah jaringan konektif dalam tubuh dengan tugas utamanya

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EKSTRAKSI FITUR SINYAL ELEKTROENSEFALOGRAF (EEG) UNTUK IDENTIFIKASI UNSPOKEN-SPEECH MENGGUNAKAN EEGLAB

PENGENALAN POLA EEG PADA KEMAMPUAN KONSENTRASI DAN MENGHITUNG

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

Nama : Ricky Shonda Sanjaya NRP :

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Aplikasi Pengenalan Citra Chord Gitar Menggunakan Learning Vector Quantization (LVQ)

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

IDENTIFIKASI PENURUNAN KONDISI FUNGSI ORGAN GINJAL MELALUI IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition

Transkripsi:

Identifikasi Kondisi Rileks dari Sinyal EEG (Ekayama dkk.) IDENTIFIKASI KONDISI RILEKS DARI SINYAL EEG MENGGUNAKAN WAVELET DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION Rifky Ekayama *, Esmeralda C. Djamal, Agus Komarudin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Sudirman, Cimahi 40524. * Email: rifky.ekayama@gmail.com Abstrak Elekroensephalogram (EEG) merupakan sinyal yang memberikan informasi fungsi otak dan syaraf. Sinyal EEG mempunyai amplitudo yang rendah, non stasioner dan tidak ada pola tertentu sehingga tidak mudah untuk dianalisis secara visual. Beberapa variabel yang mempengaruhi sinyal EEG seperti tingkat perhatian, tingkat kewaspadaan, karakter seseorang, dan pengaruh rangsangan luar. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait di antaranya klasifikasi tingkat kelelahan, klasifikasi tingkat perhatian, dan klasifikasi tingkat kewaspadaan. Berdasarkan penelitian terdahulu, identifikasi kondisi rileks dari kemunculan gelombang alfa dan penurunan gelombang teta dan beta. Oleh karena itu, analisis frekuensi dengan Transformasi menjadi berguna. Pada penelitian ini telah dibangun sistem identifikasi kondisi rileks berdasarkan sinyal EEG menggunakan untuk mengekstraksi sinyal dari pengaruh noise dan Learning Vector Quantization (LVQ) untuk melakukan identifikasi. Identifikasi dilakukan terhadap dua kelas yaitu rileks dan tidak rileks dengan menggunakan kanal FP1 yang direkam kepada sepuluh naracoba. Hasil yang diperoleh dengan pengujian terhadap dua data baru menggunakan wavelet sebesar 47.5%, sedangkan pengujian menggunakan data latih sebesar 70%. Pengujian menggunakan lima naracoba terhadap data baru didapatkan akurasi sebesar 63% dan terhadap data latih sebesar 85%. Sedangkan pengujian menggunakan 10 data baru didapatkan akurasi sebesar 47% dan pengujian terhadap data latih sebesar 87.5%. Sistem identifikasi telah diaplikasikan dalam perangkat lunak sehingga mudah digunakan masyarakat luas. Kata kunci: Sinyal EEG, ekstraksi, LVQ, identifikasi kondisi rileks 1. PENDAHULUAN Kondisi rileks pada dasarnya suatu keadaan yang dapat membawa pikiran seseorang manjadi tenang. Kondisi tenang yaitu fokus pada satu obyek tanpa terpengaruh oleh hal lain, dengan rileks seseorang akan mampu memahami apa yang betul-betul dipikirkannya. Seseorang yang mampu masuk pada fase rileks dan tenang akan lebih mudah menganalisa hal yang rumit dengan bijak dalam menghasilkan solusi yang terbaik untuk setiap segmen dan pemetaannya. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit seperti darah tinggi, mudah stress dan depresi, kondisi rileks sangat membantu dalam melakukan terapi terhadap penyakit tersebut. Untuk mengetahui kondisi rileks seseorang tidak mudah, salah satu cara untuk mengetahui kondisi rileks seseorang yaitu melalui informasi pada sinyal Elektroensephalogram (EEG). EEG adalah suatu instrumen yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik statis yang dihasilkan dari rangsangan yang diterima otak. Penelitian mengenai klasifikasi sinyal EEG telah banyak dilakukan di antaranya klasifikasi tingkat kelelahan (Arif & Djamal, 2014), identifikasi sinyal EEG terhadap rangsangan suara (Djamal & Harijono, 2005), identifikasi kewaspadaan (Kiymk, Akin, & Subasi, 2004) (Djamal, Suprijanto, & Arif, 2014), kondisi emosional (Duan, Wang, & Lu, 2012), klasifikasi perhatian (Pangestu & Djamal, 2015), identifikasi penyakit epilepsi (Genisa, Zulhamidah, & Syam, 2010), dan penelitian lain melakukan klasifikasi sinyal EEG terhadap imajinasi gerakan tubuh (Hindarto, 2011). Penempatan elektroda saat perekaman pada umunya mengikuti sistem yang telah ada yaitu sistem 10-20 yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dengan ketentuan kode huruf menyatakan lokasi yang terdiri dari Frontal (F), Pariental (P), Occipital (O), dan Temporal (T). Sedangkan kode angka ganjil menunjuka sisi kiri serta angka genap menunjuka sisi kanan. 150 ISBN 978-602-99334-5-1

F.26 Gambar 1 Elektroda pada alat EEG Sinyal EEG dibedakan berdasarkan rentang frekuensi dan diklasifikasikan menjadi lima gelombang, yaitu gelombang delta, teta, alfa, beta, dan gamma, seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Tipe-Tipe Gelombang EEG Gelombang Jenis Bentuk Frekuensi Delta 0 4 Hz Teta Alfa Beta Gamma 4 8 Hz 8 13 Hz 13 30 Hz 30 100 Hz Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa gelombang Delta memiliki frekuensi 0 4 Hz. Gelombang Delta muncul pada saat seseorang tidur nyenyak. Gelombang Teta memiliki frekuensi 4 8 Hz. Gelombang Teta muncul pada saat seseorang tidur ringan, dan dalam keadaan senang. Beberapa riset terbaru menghubungkan gelombang ini seperti gerakan mata cepat saat tidur, dan hipnosis. Gelombang Alfa memiliki frekuensi 8 13 Hz. Gelombang Alfa muncul pada saat seseorang rileks dan mata tertutup. Gelombang ini sering digunakan untuk melihat normal atau abnormalnya suatu fungsi otak. Gelombang Beta memiliki frekuensi 13 30 Hz. Gelombang Beta muncul pada saat seseorang melakukan aktifitas dalam hal mengingat seperti kondisi sedang berpikir. Gelombang Gamma memiliki frekuensi 30 100 Hz. Gelombang Gamma berkaitan dengan aktifitas otak untuk mengintegrasikan bermacam rangsangan. Penelitian ini membangun sistem identifikasi sinyal EEG terhadap kondisi rileks menggunakan Ekstraksi dan LVQ. Identifikasi dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas rileks dan tidak rileks. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa seseorang yang berada pada kondisi rileks ditandai dengan kemunculan gelombang alfa, beta dan teta seperti yang terjadi pada penelitian terdahulu menggunakan wavelet dan spektral daya (Djamal & Harijono, 2005). Saat kondisi rileks gelombang alfa akan menjadi dominan dibandingkan dengan yang lainnya, sebaliknya saat kondisi tidak rileks, kemunculan gelombang akan diimbangi dengan kemunculan gelombang beta dan teta (Djamal & Harijono, 2005). 2. MATERIAL DAN METODE Pada penelitian ini menggunakan 10 naracoba yang direkam menggunakan alat wireless EEG dengan frekuensi sampling 512 Hz. Jumlah naracoba didapatkan semata-mata dikarenakan atas sukarela dan ketersediaan naracoba saat dilakukan perekaman. Setiap naracoba dilakukan perekaman dengan dua kondisi yang berbeda yaitu kondisi rileks dan kondisi tidak rileks. Waktu perekaman yang dilakukan yaitu selama satu menit yang diulang sebanyak 10 kali perulangan sehingga didapatkan total perekaman selama 10 menit untuk setiap kondisi yang berbeda. Sehingga setiap 1 menit perekaman didapatkan data sebanyak 30720 titik sinyal. Prosiding SNST ke-7 Tahun 2016 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 151

Identifikasi Kondisi Rileks dari Sinyal EEG (Ekayama dkk.) Rangsangan yang diberikan untuk mendapatkan kondisi rileks dan tidak rileks seseorang yaitu, naracoba ditempatkan didalam ruangan yang hening, nyaman dan dengan pencahayaan serta sirkulasi udara yang cukup. Selain itu naracoba juga diberikan stimulasi berupa musik yang dapat membangkitkan suasana rileks. sedangkan untuk mendapatkan kondisi tidak rileks, naracoba diberikan permainan tebak gambar dan diharuskan untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya. Sinyal EEG hasil perekaman selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan transformasi untuk merubah domain waktu menjadi domain frekuensi pada sinyal EEG sekaligus untuk mendapatkan gelombang yang diharapkan yaitu gelombang alfa, beta dan teta. Hal tersebut dilakukan supaya proses identifikasi tepat sasaran. Setelah dilakukan proses ekstraksi, gelombang hasil ekstraksi dilakukan proses pelatihan untuk mendapatkan bobot yang nantinya akan digunakan dalam proses identifikasi kondisi rileks menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan LVQ. Proses identifikasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. INPUT Data Latih Sinyal EEG 10 naracoba x 10 perulangan x 2 kelas@1 menit Data Uji Sinyal EEG 1 naracoba x 10 perulangan @1 menit Pra Proses Pra Proses Naracoba 1, Kelas rileks, Data 1 Naracoba n, Kelas rileks, Data n Naracoba 10, Kelas rileks, Data 10 Data 1 Data 2 dan Filter dengan dan Filter dengan dan Filter dengan PROSES Naracoba 1, Kelas tidak rileks, Data 1 Naracoba n, Kelas tidak rileks, Data n Naracoba 10, Kelas tidak rileks, Data 10 Data n Data 10 Alfa, Beta, Teta, dan Filter dengan Alfa, Beta, Teta, dan Filter dengan Alfa, Beta, Teta, dan Filter dengan Pelatihan Menggunakan LVQ Nilai Bobot Hasil Pembelajaran Pengujian Menggunakan LVQ OUTPUT Rileks Tidak Rileks Gambar 2 Perancangan sistem identifikasi kondisi rileks 2.1. Transformasi Dalam transformasi wavelet, terdapat dua proses utama yaitu dekomposisi dan rekonstruksi. Dekomposisi adalah proses mengekstraksi sinyal kedalam frekuensi tertentu, sedangkan rekonstruksi adalah proses penggabungan kembali sinyal yang telah diekstraksi kedalam bentuk semula. Pada proses dekomposisi, dibagi menjadi dua proses yaitu konvolusi dan downsampling. Konvolusi yaitu proses perkalian dua fungsi (f(x)*g(x)) dengan menggunakan koefisien low-pass filter dan high-pass filter yang kemudian dilakukan proses downsampling.downsampling adalah proses mengurangi sample sinyal menjadi setengahnya (reduksi). Sinyal pada wavelet terbagi menjadi dua jenis yaitu aproksimasi dan detail. Sinyal aproksimasi yaitu sinyal yang dihasilkan dari hasil konvolusi sinyal asal terhadap koefisien lowpass filter. Sedangkan sinyal detail yaitu sinyal yang dihasilkan dari hasil konvolusi sinyal asal terhadap koefisien high-pass filter. Konvolusi Aproksimasi : f(x)*g(x) (1) Konvolusi Detail : f(x)*h(x) (2) 152 ISBN 978-602-99334-5-1

F.26 Dimana, f(x) g(x) h(x) = Sinyal asal = Koefisien low-pass filter = Koefisien high-pass filter dengan menggunakan filter daubechies khususnya daubechies 4 terbukti dapat mengektraksi sinyal dalam bentuk asimetris. Penelitian terdahulu mengenai pengenalan sinyal EEG terhadap kondisi kelelahan menggunakan dan filter daubechies 4 (db4) terbukti dapat meningkatkan akurasi pengenalan hingga 67% (Arif & Djamal, 2014). Gambar 3Ekstraksi gelombang alfa, beta, dan teta Pada penelitian ini akan digunakan dengan filter daubechies 4 untuk mengekstraksi gelombang alfa, beta dan teta. Daubechies 4 memiliki empat koefisien pada low-pass filter dan empat koefisien untuk high-pass filter. Koefisien untuk daubechies 4 untuk low-pass filter dan high-pass filter dapat dilihat pada persamaan 3 dan 4. Koefisien fungsi skala (low-pass filter) : (3) Koefisien fungi (high-pass filter) : (4) 2.2. Learning Vector Quantization LVQ adalah jaringan single layer yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan input dan output. LVQ merupakan suatu metode untuk melakukan pembelajaran pada lapisan kompetitif yang terawasi. Suatu lapisan kompetitif akan secara otomatis belajar untuk mengklasifikasikan vektorvektor input. Kelas-kelas yang didapatkan sebagai hasil dari lapisan kompetitif ini hanya tergantung pada jarak antara vektor-vektor input. Jika dua vektor input mendekati sama, maka lapisan kompetitif akan meletakkan kedua vektor input tersebut kedalam kelas yang sama. LVQ merupakan salah satu jaringan syaraf tiruan yang merupakan algoritma pembelajaran kompetitif terawasi versi algoritma Kohonen Self-Organizing Map (SOM). Tujuan dari algoritma ini adalah untuk mendekati distribusi kelas vektor untuk meminimalkan kesalahan dalam pengklasifikasian. Prosiding SNST ke-7 Tahun 2016 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 153

Identifikasi Kondisi Rileks dari Sinyal EEG (Ekayama dkk.) Gambar 4Arsitektur LVQ Arsitektur LVQ seperti pada Gambar 4Error! Reference source not found. terdiri dari dua lapisan, yaitu input dan output, diantara lapisannya dihubungkan oleh bobot tertentu yang sering disebut sebagai vektor pewakil. Informasi yang diberikan ke jaringan pada saat pembelajaran bukan hanya vektor data saja melainkan informasi kelas dari data juga ikut dimasukkan. Dengan: X = vektor masukan (X1, Xn, Xn) W = vektor bobot atau vektor pewakil X-W = selisih nilai jarak Euclidian antara vektor input dengan vektor bobot Ketika hasil pemrosesan jaringan memberikan hasil klasifikasi yang sama dengan informasi kelas yang diberikan di awal, maka vektor pewakil akan disesuaikan agar lebih dekat dengan vektor masukan. Sebaliknya ketika hasil klasifikasi tidak sama dengan informasi kelas yang diberikan di awal, maka vektor pewakil akan disesuaikan agar menjauhi vektor masukan. LVQ sebagai metode untuk pengklasifikasian telah digunakan pada penelitian sebelumnya dan terbukti bahwa LVQ dapat memberikan generalisasi yang baik hingga porsentase 88% (Afriany, Suryani, & Wiharto, 2013). Pada penelitian lain penggunaan metode LVQ juga dapat memberikan hasil generalisasi yang baik untuk mengklasifikasikan kendaraan (Imelda & Harjoko, 2012) selain itu LVQ juga dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi jenis musik berdasarkan file audio (Dillak, Pangestuty, & Bintiri, 2012). LVQ juga digunakan untuk mengklasifikasikan abstrak tesis hingga menghasilkan akurasi sebesar 90% untuk mengenali abstrak (Hariri, Utami, & Amborowati, 2015) dan juga LVQ digunakan untuk mengenali wajah dengan tingkat akurasi sebesar 88% (Heranurweni, 2010). 3. HASIL DAN DISKUSI Sistem yang dibuat sudah diuji coba menggunakan data latih dan data uji. Pengujian menggunakan data latih bertujuan untuk mengecek kualitas proses pembelajaran apakah sudah baik atau belum. Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan koefisien yang dapat digunakan untuk proses pengujian dan memiliki akurasi yang cukup baik untuk menguji data latih. Hasil pengujian terhadap sistem identifikasi, baik menggunakan data latih maupun data uji diperlihatkan padatabel 2. Tabel 2 Hasil Pengujian No Jumlah Data Latih Jumlah Data Uji Persentase Data Latih Dikenali Persentase Data Uji Dikenali 1 40 40 70% 47.5% 2 100 100 85% 63% 3 200 100 87.5% 47% 154 ISBN 978-602-99334-5-1

F.26 DAFTAR PUSTAKA Afriany, S. S., Suryani, E., & Wiharto. (2013). Pengenalan Nada Pada Senar Biola Dengan Metode Jaringan Saraf Tiruan Learning Vector Quantization. SENTIKA 2013. Yogyakarta. Arif, A., & Djamal, E. C. (2014). Klasifikasi Tingkat Kelelahan Berdasarkan Sinyal Electroencephalogram (EEG) Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. SNIJA Unjani. Cimahi. Dillak, R. Y., Pangestuty, D. M., & Bintiri, M. G. (2012). Klasifikasi Jenis Musik Berdasarkan File Audio Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization. semnasif. Yogyakarta. Djamal, E. C., & Harijono, A. T. (2005). Identifikasi dan Klasifikasi Sinyal EEG terhadap Rangsangan Suara dengan Ekstraksi dan Spektral Daya. PROC. ITB Sains & Tek, 37. Djamal, E. C., Suprijanto, & Arif, A. (2014). Identification of Alertness State Through EEG Signal Using Extraction and Neural Networks. The 2014 International Conference on Computer, Control, Informatics and its Applications (IC3INA 2014). Bandung: LIPI dan IEEE Indonesia Section. Duan, R. N., Wang, X. W., & Lu, B. L. (2012). EEG Based Emotion Recognition in Listening Music by Using Support Vector Machine Dynamic System. ICONIP, Part IV, LNC 7666, 468-475. Genisa, M., Zulhamidah, Y., & Syam, E. (2010). Karakterisasi dan Digitalisasi Frekuensi Signal EEG. PharmaMedika, 2. Hariri, F. R., Utami, E., & Amborowati, A. (2015). Learning Vector Quantization untuk Klasifikasi Abstrak Tesis. Citec Journal, 2. Heranurweni. (2010). Pengenalan Wajah Menggunakan Learning Vector Quantization. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi. Semarang. Hindarto. (2011). Klasifikasi Elektrode Ensephalogram menggunakan Metode. Teknolojia, 5, 11-18. Imelda, & Harjoko, A. (2012). Klasifikasi Kendaraan Menggunakan Learning Vector Quantization. IJEIS, 2, 57~66. Kiymk, M. K., Akin, M., & Subasi, A. (2004). Automatic Recognition of Alertness Level by Using Transform an Artificial Neural Networks. Journal of Neuroscience Methods Elsevier, 231-240. Pangestu, D. P., & Djamal, E. C. (2015). Klasifikasi Perhatian dari Sinyal Sinyal EEG Menggunakan Transformasi dan Support Vector Machine. SNIJA 2015. Cimahi: Unjani. Prosiding SNST ke-7 Tahun 2016 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 155