MAMPU BENTUK PLASTIK PADA PROSES VACUUM FORMING DENGAN VARIASI TEKANAN bar, bar, bar, bar PADA TEMPERATUR 200 ºC

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

ANALISIS AKURASI DIMENSI HASIL PROSES VACUUM THERMOFORMING DENGAN VARIASI KETINGGIAN MOLD ALUMINUM

ANALISA WALL THICKNESS PADA LEMBARAN PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) HASIL PROSES VACUUM TERMOFORMING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU PLASTIK TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING BERBAHAN POLYPROPHYLENE (PP)

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING PARAMETER PROSES VACUUM FORMING UNTUK KEMASAN MATERIAL PLASTIK MIKA DAN AKRILIK

JTM (S-1) Vol. 3, No. 1, Januari 2015:

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MESIN THERMOFORMING UNTUK CETAKAN BERBAHAN POLYVINYL RIGID SHEET PLASTIC

BAB III METODE PENELITIAN

Pengecoran logam. Pengecoran (casting)

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

Pengaruh Perubahan Kecepatan dan Daya terhadap Lebar Celah Laser pada Mesin Laser Cutting Kapasitas 60 Watt dengan Material Akrilik

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

RANCANG BANGUN MESIN UJI KONDUKTIVITAS LISTRIK METODE FOUR-POINT PROBE

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

TUGAS AKHIR PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Plastik sangat penting dalam kehidupan sehari hari, alasanya begitu luasnya penggunaan plastik secara industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Analisis Setting Parameter Mesin Thermoforming. Analysis of Thermoforming Machine Parameters Setting

Pengaruh Putaran Terhadap Ketebalan Bola Plastik Pada Proses Rotation Moulding

ABSTRACT

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BAB III METOLOGI PENELITIAN

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

TUGAS SARJANA. Disusun oleh : HASAN L2E

PENGARUH VARIASI KETEBALAN CORE KOMPOSIT SANDWICH rhdpe DAN CANTULA TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN DESAK

SKRIPSI PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADA PROSES EVAPORATIVE CASTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO ALUMUNIUM SILIKON (AL-7%SI) Oleh :

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

Mochamad Mas ud Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Mesin Universitas Yudharta Pasuruan

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

TUGAS SARJANA CHRYSSE WIJAYA L2E604271

PENGEMBANGAN METODA MODIFIKASI STRUKTUR MIKRO BESI COR KELABU DENGAN PEMANASAN CETAKAN

STUDI PERBANDINGAN TINGKAT PERLINDUNGAN KOROSI TERHADAP BEBERAPA JENIS MATERIAL COATING PADA ONSHORE PIPELINE

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

SIMULATOR PENGERING CAT BERBASIS PENGONTROL MIKRO

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

Seed Processing Indonesia

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING.

PENGONTROL TEMPERATUR CAMPURAN AIR DENGAN LOOK-UP TABLE BERBASIS MIKROKONTROLER AVR ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

Simulasi Peredaman Gangguan Sag Pada Tegangan Masukan Power Supply Di Personal Computer

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. air, dalam hal ini mesin yang dipakai untuk melakukan suatu proses produksi

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA PENCETAKAN BOLA PLASTIK BERONGGA PROSES ROTATION MOLDING

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

PENGARUH JARAK KATUP LIMBAH DENGAN KATUP PENGHANTAR TERHADAP EFISIENSI HIDRAM

PENGARUH UKURAN PASIR TERHADAP POROSITAS DAN DENSITAS PADA PENGECORAN ALUMINIUM SILIKON (95% Al- 5% Si) DENGAN METODE PENGECORAN EVAPORATIF

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING

TUGAS AKHIR PENGARUH PERUBAHAN TEMPERATUR PENGERING TERHADAP KUALITAS KAYU SUREN, SENGON, DAN MAHONI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

RANCANG BANGUN MESIN PENGGORENG OTOMATIS KAPASITAS 20 LITER

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

PENGARUH VARIASI WAKTU TERHADAP CACAT DAN KETEBALAN PRODUK PLASTIK PADA PROSES ROTATIONAL MOLDING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

TUGAS SARJANA PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA MATERIAL UNSATURATED POLYESTER RESIN YANG DIPERKUAT SERAT PISANG

BAB III METODOLOGI. Studi Literatur. Identifikasi Masalah. Predesain mesin compression molding dan mekanisme kerjanya

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

KONVERSI ENERGI CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN DIODA SILIKON 6A10 MIC. Retno Wulandari*, Maksi Ginting, Antonius Surbakti

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS

SIMULASI PERBANDINGAN ANTENA MIKROSTRIP RECTANGULARPATCH DAN CIRCULARPATCH MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract

PENINGKATAN KEKERASAN MATERIAL GYPSUM SETELAH MENCAPAI SUHU / TEMPERATUR PENGERINGAN

OPTIMALISASI JARAK TEMBAK PVC AIR SOFTGUN MENGGUNAKAN PERANCANGAN DESAIN FACTORIAL 23

Transkripsi:

MAMPU BENTUK PLASTIK PADA PROSES VACUUM FORMING DENGAN VARIASI TEKANAN 0.979 bar, 0.959 bar, 0.929 bar, 0.909 bar PADA TEMPERATUR 200 ºC *Abdul Ghani K 1, Eflita Yohana 2, Dwi Basuki Wibowo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *Email: ghanikautsar@gmail.com Abstrak Plastik saat ini telah banyak menggantikan perlengkapan-perlengkapan manusia yang terbuat dari bahan logam, gelas dan kayu. Ini karena plastik mempunyai beberapa kenggulan antara lain sifatnya yang mudah dibentuk, ringan, kuat, tahan karat, sebagai isolator listrik yang baik dan tentunya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pada proses pengerjaannya ada beberapa metode yang digunakan, tetapi yang sering digunakan adalah metode thermo forming. Salah satu dari metode thermo forming yang sederhana adalah vacuum forming. Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan memberikan perlakuan panas pada lembaran plastik hingga plastik menjadi lunak (tidak mencapai titik leleh) kemudian dibentuk pada cetakan sesuai yang dikehendaki dengan memberikan tekanan vakum. Ada beberapa parameter yang menentukan kualitas dari hasil cetakan plastik pada proses vacuum forming antara lain, jenis plastik dan ketebalan plastik yang digunakan, temperatur pemanasan dan tekanan vakum yang digunakan. Pada penelitian kali ini sebagai bahan uji digunakan lembaran plastik dengan jenis polyethylene terephthalate (PET) berukuran 30 cm x 34 cm dengan ketebalan 0,25 mm dan 0,35 mm. Untuk temperatur pemanasan diset pada temperatur konstan sebesar 200. Dan untuk mencetak plastik dengan kualitas tebaik digunakan tekanan vakum yang divariasikan menjadi 4 variasi tekanan vakum yaitu; 0,979 bar, 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar. Dari hasil penelitian diperoleh tekanan vakum terbaik untuk mencetak plastik dengan tebal 0,25 mm adalah 0,909 bar dan hasil yang sama juga di peroleh untuk plastik dengan ketebalan 0,35 mm yaitu untuk tekanan terbaiknya adalah 0,909 bar. Kata Kunci: thermo forming, vacuum forming, kualitas hasil cetakan Abstract Plastics today have largely replaced human equipments made of metal, glass and wood. This is because the plastic has some superiority among others, it is easily molded, lightweight, strong, corrosion resistant, as a good electrical insulator and must have a high economic value. In the course of the work there are several methods that are used, but that is often used is the method of thermo forming. One of the thermo forming methods a simple is vacuum forming. Basically this is done by providing a method of heat treatment on the plastic sheet until plastic becomes soft ( do not reach the melting point ) then formed on the mold according to the desired by providing a vacuum pressure. There are several parameters that determine the quality of the printout on the plastic vacuum forming process, among others, the type of plastic and the thickness of the plastic used, the heating temperature and vacuum pressure are used. In the present study the test material used plastic sheets to the type of polyethylene terephthalate ( PET ) measuring 30 cm x 34 cm with a thickness of 0.25 mm and 0.35 mm. For the heating temperature is set at a constant temperature of 200. And for molding best quality plastics used vacuum pressure was varied into 4 variation of vacuum pressure that is ; 0.979 bar, 0.959 bar, 0.929 bar and 0.909 bar. The results were obtained for the best vacuum pressure molding for plastics with 0.25 mm thick is 0.909 bar and the same result was also obtained for the plastic with a thickness of 0.35 mm which the best pressure is 0,909 bar. Keyword: thermo forming, vacuum forming, quality of the plastic formed 1. PENDAHULUAN Saat ini penggunaan plastik tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-hari, mulai dari peralatan makan, botol minuman, mainan, funniture, perangkat elektronik hingga pembugkus suatu produk. Selain sifat plastik yang mudah dibentuk, ringan, kuat, tahan karat dan sebagai isolator listrik yang baik, beberapa plastik mempunyai sifat fisik yang transparan. Ini sangat berguna untuk penggunaan plastik sebagai bahan pembungkus suatu produk, karena dengan pembungkus yang transparan dan mempunyai bentuk menyerupai produk yang dibungkus, produk yang ditampilkan JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 120

akan semakin menarik karena dapat langsung dilihat dari luar (lihat pada Gambar 1). Untuk membentuk plastik dengan bentuk tertentu sebagian besar menggunakan metode thermo forming dengan sistem vacuum forming. Gambar 1. Contoh Produk Vaccum Forming [1] Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2, pada proses ini lembaran dipanaskan kemudian dibentuk sesuai dengan cetakannya dengan bantuan tekanan vakum. Proses pembentukannya dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti: temperatur pemanasan, jenis dan ketebalan plastik dan tekanan vakum yang digunakan. Gambar 2. Prosses Vaccum Forming [2] Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggoro Adriyanto pada tahun 2013, dikatakan bahwa temperatur pemanasan berpengaruh terhadap kualitas hasil cetakan plastik pada proses vacuum forming. Dan didapatkan temperatur terbaik untuk mencetak plastik PET dengan tebal 0,25 mm dan 0,35 mm adalah 200. Pada penelitian kali ini parametrer yang digunakan untuk menguji kualitas hasil cetakan plastik pada proses vacuum forming adalah variasi tekanan vakum pada proses pencetakannya. [3] Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mencari mampu bentuk plastik setelah dilakukan pengujian pemanasan dan penekanan pada cetakan dengan memvariasikan tekanan vakum dan ketebalan plastik. 2. Mencari tekanan vakum optimum untuk setiap ketebalan plastik yaitu 0,25mm, dan 0,35mm. 3. Rancang bangun mesin pembentuk plastik dengan proses vacuum forming untuk keperluan packaging produk ukuran kecil. JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 121

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Desain alat, Spesifikasi Alat, Dan Prinsip Kerjanya Gambar 3. Mesin Vacuum Forming yang digunakan Pada pengujian ini alat yang digunakan untuk mencetak plastik ditunjukkan seperti pada Gambar 3. Alat ini terbagi menjadi beberapa bagian di antaranya : a. Vacuum Chamber Vaccuum chamber ini berukuran panjang 340 mm, lebar 300 mm, dan tinggi 210 mm. Vacuum chamber ini digunakan untuk menaruh cetakan atau mold yang akan dibentuk dan diletakkan dibagian atas. Di bagian atas vacuum chamber ini terdapat lubang-lubang yang berdiameter 1 mm dengan jarak 10 mm antara satu lubang dengan lubang yang lainya. Fungsi lubang tersebut adalah sebagai jalannya udara yang akan divacuum melalui vacuum chamber tersebut. b. Kotak Pemanas Kotak pemanas pada mesin ini digunakan untuk memanaskan plastik yang akan dibentuk sebelum dilakukan proses pencetakan. Kotak ini berukuran panjang 340 mm, lebar 300 mm, dan tinggi 210 mm. Didalam kotak ini terdapat 3 batang heater yang dirangkai pararel dengan daya 300 watt sebagai elemen pemanas dan sebuah thermostat sebagai pengatur suhu. c. Vaccum Cleaner Pada penelitian ini menggunakan empat variasi tekanan vakum yang diperoleh dari memvariasikan bukaan katup dari vacuum cleaner. Dan diperoleh tekanan masing-masing untuk bukaan katup ¼, ½, ¾, dan bukaan penuh adalah 0,979 bar, 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar. Vacuum cleaner ini mempunyai spesifikasi berdaya 900 watt, 220 volt. d. Heater Heater ini merupakan elemen pemanas yang ada pada kotak pemanas dan sebagai sumber panas dari kotak pemanas tersebut. Heater ini berdaya 300 watt, 220 volt. e. Thermostat Thermostat berfungsi sebagai pengatur suhu yang akan disetting sesuai kebutuhan yang diperlukan. Thermostat ini dapat disetting darim ulai suhu 50 derajat sampai 300 derajat dengan variasi kenaikan setiap 10 derajat. f. Penjepit Plastik Penjepit plasik pada mesin ini digunakan untuk menjepit plastik yang akan di bentuk ke mold atau cetakan. 2.2 Mold (cetakan) Yang Digunakan 2.2.1 Cetakan Berbentuk Kotak Persegi Mold atau cetakan ini berukuran panjang 81 mm, lebar 81 mm, dan tinggi 50 mm seperti pada Gambar 4. Mold ini sengaja dibuat seperti ini untuk megetahui apakah plastik dapat mampu terbentuk terhadap mold (cetakan) yang memiliki sudut-sudut yang tajam dan tinggi. Gambar 4. Cetakan Berbentuk Persegi JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 122

2.2.2 Cetakan Berbentuk Setengah Bola Mold atau cetakan ini berukuran diameter 78 mm seperti pada Gambar 5. Mold ini sengaja dibuat seperti ini untuk megetahui apakah plastik dapat mampu bentuk terhadap mold yang berbentuk membulat seperti bola. Ø 78mm Gambar 5. Cetakan Berbentuk Setengah Bola 2.3 Tahapan Pengujian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan proses vacuum forming. Mold/cetakan yang digunakan ada dua terbuat dari kayu dengan bentuk persegi dan setengah bola. Panas yang diberikan disuplai dari elemen pemanas dengan daya 900 watt dan untuk proses vakum digunakan vaccum cleaner dengan empat variasi tekanan. Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut. a. Menentukan jenis plastik yang akan digunakan yaitu PET (polyethylene terephthalate) berbentuk lembaran dengan ketebalan 0,25 mm dan 0,35 mm. b. Menentukan ukuran lembaran plastik dengan ukuran 340 mm x 300 mm. c. Membuat grid dengan ukuran 10 mm x 10 mm pada permukaan plastik. d. Melakukan setting suhu pengujian pada C (berdasarkan hasil pengujian sebelumnya). e. Melakukan setting tekanan dengan 4 variasi tekanan yang berbeda yaitu; 0,979 bar, 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar. f. Melakukan percobaan sebanyak 4 kali untuk setiap ketebalan plastik dengan tekanan vakum yang berbeda. Percobaan dilakukan dengan meletakkan plastik lembaran pada penjepit plastik, kemudian dipanaskan dengan temperatur sesuai ketebalan plastik dan melakukan pemvakuman menggunakan beberapa variasi tekanan vakum. g. Melakukan analisa hasil berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan, seperti: bentuk grid yang mengalami streching dan mengalami deformasi. 2.4 Metode Pengukuran Kualitas Produk Cetakan Penentuan kualitas produk disini didasarkan kepada ketepatan bentuk dan dimensi plastik yang tercetak dengan bentuk dan dimensi mould. Untuk mengetahui perbedaan bentuk dan dimensi tersebut sebelum dicetak diberi grade/garis dengan ukuran 10mm x 10mm seperti pada Gambar 6 berikut. Gambar 6. Ukuran Grade Plastik Pemberian grid/garis ini bertujuan agar setelah dilakukan proses pencetakan deformasi atau perubahan bentuk pada plastik dapat diketahui bagian yang terjadi perubahan/deformasi yang paling besar yang terjadi pada plastik tersebut. Dapat dilihat pada plastik setelah dilakukan proses vaccum forming dari perubahan benuk grade terhadap cetakan seperti pada Gambar 7 berikut. JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 123

Gambar 7. Perubahan/Deformasi [4] Metode pengukuran kualitas pada plastik yang tercetak dilakukan dengan metode perbandingan luasan, pengukuran luas (panjang x lebar) dihitung di setiap perpotongan (perslice) dari permukaan atas cetakan sampai kebawah dengan jarak perslice yaitu 5 mm, kemudian hasil perhitungan luasan pada plastik cetakan dibandingkan dengan luasan pada mold dan dijadikan persentase. Presentase ini sebagai acuan pengukuran kualitas pada plastik yang dicetak, semakin besar presentase maka semakin tinggi kepresisiannya atau bentuk dan dimensi plastik sama dengan bentuk cetakannya. Di sini persentase ideal untuk pembentukan plastik adalah sebesar 95%, karena pada presentase ini dimensi plastik cetakan hampir sama dengan dimensi cetakannya. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengujian Plastik Bentuk Persegi Pada pengujian plastik dengan bentuk persegi, mold/cetakan yang digunakan terbuat dari kayu dengan dimensi panjang x lebar x tinggi sebesar 81 mm x 81 mm x 50 mm. Penentuan kualitas produk berdasarkan pada perbandingan hasil pengukuran antara luasan mold/cetakan dengan luasan produk hasil cetakan. Untuk luasan mold/cetakan mulai dari slice pertama hingga slice ke-enam mempunyai besar yang sama yaitu 81 mm x 81 mm = 6561 mm 2. 3.1.1 Hasil Pengujian Plastik Bentuk Persegi Tebal 0,25 mm Dapat dilihat Pada Gambar 8 Pada pengujian plastik dengan tebal 0,25 mm ketika tekanan diset pada tekanan 0,979 bar plastik dapat terbentuk hingga slice ke-3, setelah itu plastik mulai mengalami perlebaran. Pada tekanan 0,959 bar plastik sudah mulai dapat dibentuk mencapai slice ke-4 dan memasuki slice ke-5 plastik semakin melebar. Hasil yang hampir sama juga ditunjukkan pada pengujian plastik dengan tekanan 0,929 bar dan 0,909 bar, plastik dapat terbentuk hingga slice ke-5. Gambar 8. Plastik 0,25 mm berbentuk persegi pada masing-masing suhu JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 124

% kualitas produk Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014 100.00% 95.00% 90.00% 85.00% 80.00% 75.00% 1 3 4 5 6 Slice P1 = 0,979 bar P2 = 0,959 bar P3 = 0,929 bar P4 = 0,909 bar Gambar 9. Grafik kualitas plastik tebal 0,25 mm berbentuk persegi Terlihat pada Gambar 9 Grafik kualitas plastik dengan tebal 0,25 mm, untuk tekanan 0,979 bar hasil cetakan plastik mempunyai bentuk yang ideal hingga slice ke-3 dan memasuki slice ke-4 grafik kualitas plastik mengalami penurunan hingga slice ke-6. Selanjutnya dapat dilihat untuk grafik kualitas plastik dengan tekanan 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar mempunyai bentuk grafik yang hampir sama yaitu, plastik mempunyai bentuk yang ideal hingga slice ke- 5 dan setelah itu plastik mengalami perlebaran atau mengalami penurunan kualitas plastik pada slice ke-6. Perlebaran ini terjadi karena pada slice ke-6 merupakan jarak terjauh dari permukaan mold (30mm) sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mencetak kurang besar atau relatif kecil. 3.1.2 Hasil Pengujian Plastik Bentuk Persegi Tebal 0,35 mm Hasil dari pengujian plastik dengan tebal 0,35 mm dapat dilihat pada Gambar 10 plastik dengan tekanan 0,979 bar plastik dapat terbentuk hingga slice ke-2 saja. Pada tekanan 0,959 bar hasil cetakan mampu terbentuk hingga slice ke-4 dan memasuki slice ke-5 plastik mulai melebar. Hasil cetakan plastik dengan tekanan 0,929 bar dan 0,909 bar hampir sama dengan kemampuan plastik terbentuk hingga slice ke-5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Plastik 0,35 mm berbentuk persegi pada masing-masing suhu JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 125

% kualitas produk Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014 100.00% 95.00% 90.00% 85.00% 80.00% 1 2 3 4 5 6 Slice P1 = 0,979 bar P2 = 0,959 bar P3 = 0,929 bar P4 = 0,909 bar Gambar 11. Grafik kualitas plastik tebal 0,35 mm berbentuk persegi Dapat dilihat pada Gambar 11 Grafik kualitas plastik tebal 0,35 mm berbentuk persegi, pada tekanan 0,979 bar grafik kualitas plastik menunjukkan plastik dapat terbentuk dengan baik atau mempunyai persntase kualitas hasil cetakan yang bagus(di atas 95%) hingga slice ke-3. Pada slice berikutnya grafik kualitas plastik mengalami penurunan. Pada variasi tekanan 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar mempunyai bentuk grafik yang hampir sama. Perbedaan sedikit terlihat pada tekanan 0,959 bar. Mulai dari slice pertama hingga slice ke-4 plastik mempunyai persentase kualitas produk yang bagus, ketika memasuki slice ke-5 grafik kualitas produk mengalami penurunan kualitas hingga slice ke-6. 3.2 Hasil Pengujian Plastik dengan Bentuk Setengah Bola Pada pengujian plastik dengan bentuk setengah bola, mold/cetakan yang digunakan terbuat dari alumunium dengan diameter pada pangkal sebesar 78 mm dan tinggi 39 mm. Penentuan kualitas produk berdasarkan pada perbandingan hasil pengukuran antara luasan mold/cetakan tiap slice dengan luasan produk hasil cetakan tiap slice. 3.2.1 Hasil Pengujian Plastik Bentuk Setengah Bola Tebal 0,25 mm Dapat dilihat pada Gambar 12 hasil pengujian plastik dengan tebal 0,25 mm pada tekanan terendah 0,979 bar plastik dapat langsung terbentuk dengan baik hingga slice ke-5, setelah itu plastik mengalami perlebaran. Hasil serupa juga ditunjukan pada hasil cetakan dengan tekanan 0,959 bar, 0,929 bar dan 0,909 bar yang dapat terbentuk dengan baik hingga slice ke-6. Gambar 12. Plastik 0,25 mm berbentuk setengah bola pada masing-masing suhu JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 126

% kualitas produk Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014 100.00% P1 = 0,979 bar 95.00% P2 = 0,959 bar P3 = 0,929 bar P4 = 0,909 bar 90.00% 1 2 3 4 5 6 Gambar 13. Grafik kualitas plastik tebal 0,25 mm berbentuk setengah bola Pada Gambar 13 Grafik kualitas plastik dengan tebal 0,25 mm, dapat dilihat bahwa pada tekanan 0,979 bar, 0,959 bar, 0,939 bar dan 0,909 bar mempunyai bentuk grafik yang hampir sama. Secara keseluruhan hasil cetakan plastik mempunyai kualitas produk yang baik atau berada pada persentase diatas 95%. Selanjutnya untuk tekanan 0,979 bar, hasil cetakan plastik belum dapat dibentuk dengan baik. Berbeda dengan plastik hasil cetakan dengan tekanan vakum 0,959 bar, 0,939 bar dan 0,909 bar yang dapat membentuk plastik dengan baik hingga slice ke-6, hasil cetakan plastik dengan tekanan 0,979 bar hanya mampu terbebntuk dengan baik hingga slice ke-5 saja, selanjutnya pada slice ke-6 plastik mulai melebar atau mengalami penurunan persentase kualitas produk. 3.2.2 Hasil Pengujian Plastik Bentuk Setengah Bola Tebal 0,35 mm Pada Gambar 14 terlihat bahwa pada pengujian plastik dengan tebal 0,35 mm pada tekanan terendah 0,979 bar, plastik langsung terbentuk dengan baik hingga slice ke-5, setelah itu plastik mengalami perlebaran. Hasil yang sama juga ditunjukan pada hasil cetakan dengan tekanan 0,959 bar, 0,939 bar dan 0,909 bar, plastik dapat langsung terbentuk dengan baik mulai dari slicepertama hingga slice ke-6. Gambar 14. Plastik 0,35 mm berbentuk setengah bola pada masing-masing suhu. JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 127

% kualitas produk Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 2, Tahun 2014 100.00% P1 = 0,979 bar 95.00% P2 = 0,959 bar P3 = 0,929 bar P4 = 0,909 bar 90.00% 1 2 3 4 5 6 Gambar 15. Grafik kualitas plastik tebal 0,35 mm berbentuk setengah bola. Hampir sama dengan grafik hasil cetakan plastik sebelumnya, pada Gambar 15 Grafik kualitas memperlihatkan pada tekanan 0,979 bar, plastik belum bisa membentuk plastik dengan baik. Plastik mempunyai hasil cetakan yang ideal hanya pada slice pertama hingga slice ke-5 saja. Pada tekanan 0,959 bar, 0,939 bar dan 0,909 bar grafik kualitas pembentukan plastik menunjukan hasil cetakan yang ideal (di atas 95%). Penurunan kualitas produk pada tekanan 0,979 bar karena pada slice ke-6 merupakan jarak terjauh dari permukaan mold (30mm) sehingga tekanan yang dibutuhkan untuk mencetak kurang besar atau relatif kecil. 4. KESIMPULAN Dari penelitian pengaruh variasi tekanan dan ketebalan lembaran plastik terhadap mampu bentuk plastik pada proses vaccum forming yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Pada pengujian plastik dengan berbagai variasi ketebalan plastik dan tekanan, diperoleh mampu bentuk plastik yang berbeda-beda untuk setiap variasinya. b. Pada pembentukan plastik, profil cetakan juga mempengaruhi mampu bentuk yang terjadi pada plastik. Pada profil yang membulat (tidak ekstrem) plastik lebih mudah dibentuk dibandingkan dengan bentuk profil yang memiliki lekukan-lekukan yang tajam (betuknya ekstrem). Pada tekanan yang rendah pun apabila cetakan memiliki bentuk yang tidak ekstem plastik dapat mampu terbentuk terhadap cetakan. c. Pada pengujian plastik dengan bentuk cetakan persegi dan setengah bola dengan variasi tekanan dan variasi ketebalan plastik diperoleh kesimpulan bahwa tekanan berpengaruh besar tehadap kualitas hasil cetakan. Semakin besar tekanan vakum yang digunakan, kemampuan bentuknya akan meningkat pula atau bentuk dan luasan hasil cetakan plastik semakin mendekati bentuk moldnya. d. Berdasarkan hasil pengujian diperloleh hasil cetakan terbaik untuk plastik dengan ketebalan 0,25 mm, tekanan terbaiknya adalah 0,909 bar. Sama dengan plastik dengan tebal 0,25 mm, untuk plastik dengan tebal 0,35 mm tekanan terbaik yang digunakan untuk mencetak adalah 0,909 bar. 5. REFERENSI [1] Formindo, 2011, Plastic forming: Apa dan Mengapa?, diunduh pada 6 September 2013 dari http://www.formindo.com/vacuum-forming [2] Cohen, A., 2008, Vacuum Forming Applications Using Rapid rototyping, Technology, Objet Geometries Ltd. [3] Adriyanto, A., 2013, Pengaruh Variasi Temperatur Dan Ketebalan Lembaran Plastik Terhadap Mampu Bentuk Plastik Pada Proses Vacuum Forming, Tugas Akhir S1, Semarang : Universitas Diponegoro. [4] Klein, P. W., 2006, Plastics Thermoforming Tool Design Plug Vs Cavity Molds, Department of Industrial Technology : Ohio University. JTM (S-1) Vol. 2, No. 2, April 2014:120-128 128