KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

DAYA ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

Pedoman Umum. PTT Jagung

Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Lahan Sawah

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus meningkat,

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

PENDAPATAN DAN TANGGAPAN PETANI TERHADAP USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BISI 2

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH MELALUI PERBAIKAN POLA TANAM YANG BERBASIS KEMITRAAN

ANALISIS TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SULAWESI SELATAN (STUDI KASUS KAB. SIDRAP DAN LUWU UTARA)

UJI GALUR/VARIETAS JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

PENGUJIAN MUTU DAN EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS PUPUK ALTERNATIF DI SULAWESI SELATAN

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BUDI DAYA JAGUNG PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Syafri Edi dan Eva Salvia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Studi Komposit Potensi Jagung pada Lahan Sawah Tadah Hujan Setelah Pertanaman Padi. Composite Study of Potential Corn The Land After Rice Rainfed

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Volume 10 Nomor 2 September 2013

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIVITAS PENYEBARAN INOVASI T PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU JAGUNG MELALUI DEMONSTRASI TEKNOLOGI DI KABUPATEN LUWU

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

Transkripsi:

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI Amir dan Baso Aliem Lologau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Sulawesi Selatan salah satu sentra pengembangan jagung nasional di Indonesia Bagian Timur. Daerah ini memiliki lahan sawah tadah hujan seluas 239.171 ha, sebagian besar ditanami padi satu kali dan baru sebagian kecil ditanami padi dua kali kemudian bera. Pemanfaatan lahan sawah tadah hujan dengan komoditas jagung umur genjah berpotensi hasil tinggi dapat menunjang upaya peningkatan produksi nasional. Guna memacu efisiensi waktu panen, penggunaan jagung umur genjah dapat dipadukan dengan sistem tanam TOT dan OTS. Pengaruh tunggal pengolahan tanah menujukkan, teknologi TOT memberikan hasil jagung pipilan kering lebih tinggi (10,17 t/ha) dibanding teknologi OTS (9,81 t/ha). Hasil varietas Bima-2 dan Bima-3 lebih tinggi dibanding Lamuru, Sukmaraga, dan Gumarang. Pengaruh interaksi varietas dengan pengolahan tanah menunjukkan varietas Bima-2 dengan cara tanam TOT memberikan hasil pipilan kering tertinggi (13,56 t/ha) dan yang terendah pada Gumarang (7,96 t/ha) dengan cara tanam OTS. Kata kunci: OTS, TOT. PENDAHULUAN Sulawesi Selatan termasuk salah satu sentra pengembangan jagung di Kawasan Timur Indonesia. Daerah ini memiliki iklim dan agroekosistem yang sesuai untuk pengembangan jagung. Jagung terutama dikembangkan pada lahan kering, tetapi dapat pula ditanam pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan dan sawah beririgasi. Luas lahan sawah tadah hujan di daearah ini tercatat 239.171 ha, lahan sawah irigasi 346.840 ha dan lahan kering 913.446 ha (Profil Distan Pangan dan Hortikultura Sulsel 2007). Secara nasional pengembangan jagung pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan (20-30%), lahan sawah irigasi (10-15%), dan (60-70%) lahan kering (Kasryno 2002). Optimalisasi pemanfaatan lahan sawah tadah hujan di daerah ini masih rendah. Umumnya lahan hanya ditanami padi satu kali dan sebagian kecil yang ditanami padi dua kali, selanjutnya lahan diberakan. Lahan bera masih berpotensi dimanfaatkan untuk penanaman komoditas pangan lainnya, seperti jagung berumur genjah hingga sedang setelah padi rendengan. Pertanaman jagung musim marengan (awal kemarau) di lahan sawah tadah hujan biasanya mengalami kekeringan pada fase berbunga sehingga pertanaman berikutnya hampir selalu menderita kekeringan (Sudjana 1990 dalam Sudjana dan Setiyono 1993). Penanaman jagung pada lahan sawah tadah hujan setelah padi rendengan merupakan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Teknologi yang perlu diterapkan untuk mendukung peningkatan IP di lahan sawah tadah hujan adalah penerapan cara tanam TOT dengan penggunaan varietas umur genjah (85-90 hari) hingga sedang (90-100 hari). Dengan demikian lahan tadah hujan dapat ditanami jagung 1-2 kali setelah padi rendengan, sehingga meningkatkan IP menjadi 300 dan bahkan dapat diupayakan menjadi IP 400. Penerapan inovasi teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi jagung nasional. Pertanaman jagung di tingkat petani masih bervariasi antara jagung 38 Amir dan Baso Aliem Lologau : Kajian Sistem Tanam Jagung Umur Genjah Mendukung Peningkatan Produksi

lokal, jagung komposit, jagung hibrida, dan jagung turunan hibrida. Namun di sebagian besar negara berkembang terdapat 61% petani menanam jagung komposit atau bersari bebas (CIMMYT 1990 dalam Suwarno 2008). Hal ini dimungkinkan karena jagung komposit dapat beradaptasi baik pada lahan marginal (Pallival dan Sprague 1981 dalam Suwarno 2008). Di samping itu turunan jagung komposit masih dapat dijadikan benih untuk pertanaman musim berikutnya, sedangkan jagung hibrida hanya dapat ditanam turunan pertama (F1). Namun jagung hibrida memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibanding jagung komposit. Tujuan pengkajian ini adalah untuk melihat pengaruh sistem tanam beberapa varietas jagung umur genjah dan interaksi antara sistem tanam dengan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan milik petani berukuran 5 m x 10 m di Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar pada musim kemarau (MK) I, 2010. Penelitian disusun berdasarkan rancangan petak terpisah yang terdiri dari sistem tanam sebagai petak utama dan varietas jagung berumur genjah sebagai anak petak dengan 3 ulangan. Sistem tanam terdiri atas olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT). Varietas jagung yang digunakan adalah Bima-2, Bima-3, Lamuru, Sukmaraga, dan Gumarang. Pada petak tanpa olah tanah, lahan disemprot herbisida sistemik dengan dosis 3 liter/ha. Sementara pada petak olah tanah sempurna, dilakukan pengolahan tanah dengan traktor hingga siap tanam. Selanjutnya dibuat saluran irigasi dengan traktor pada setiap jarak 2 meter dan saluran keliling untuk mengairi apabila tanaman kekurangan air. Waktu penanaman dilakukan serentak antara TOT dan OTS, yaitu satu minggu setelah gulma disemprot dengan herbisida pada petak TOT. Penanaman dilaksanakan secara tugal dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, dan setiap lubang tanam diisi dengan 2 biji benih jagung. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 270 kg/ha dan Phonska 400 kg/ha. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada umur 10 hari setelah tanam (HST) dengan dosis 120 kg Urea dan 280 kg Phonska/ha. Pemupukan kedua dilakuakan pada umur 35 HST dengan dosis 150 kg Urea dan 120 kg Phonska/ha. Lubang pupuk dibuat dengan tugal sekitar 5-7 cm di samping batang tanaman. Setelah lubang diisi dengan pupuk, lubang pupuk ditutup dengan tanah. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, biomas di atas tongkol, biomas total, panjang tongkol, bobot 1000 biji, dan hasil pipilan kering. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh cara pengolahan tanah, varietas jagung, dan interaksinya terhadap perubahan tinggi tanaman, biomas di atas tongkol dan biomas total menjelang panen disajikan dalam Tabel 1. Perlakuan sistem tanam, varietas dan interaksi antara sistem tanam dengan varietas jagung tidak mempengaruhi tinggi tanaman. Walaupun secara genetik tinggi tanaman varietas Bima-2 dan Bima-3 berbeda dengan varietas Sukmaraga, Lamuru, dan Gumarang tetapi kondisi cuaca yang selalu mendung membuat penyinaran matahari tidak maksimal dan tanaman tidak tumbuh secara optimal. 39 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 1. Pengaruh sistem tanam, varietas dan interaksi terhadap tingggi tanaman, biomas diatas tongkol dan biomas total di Takalar, 2010. Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Biomas diatas tongkol (t/ha) Biomas total (t/ha) Sistem tanam TOT (Tanpa Olah Tanah) 240,68 a 7,36 a 22,12 a OTS (Olah Tanah Sempurna) 239,24 a 6,76 b 19,14 b Varietas Bima-2 241,36 a 8,35 a 25,11 a Bima-3 236,73 a 8,65 b 24,10 a Lamuru 231,13 a 5,78 c 18,46 b Sukmaraga 234,46 a 7,13 b 18,80 b Gumarang 231,11 a 5,40 c 16,66 b Interaksi sistem tanam dengan varietas TOT + Bima-2 245,43 a 9,20 a 27,60 a TOT + Bima-3 242,40 a 9,66 a 26,66 a TOT + Lamuru 236,63 a 5,16 e 18,76 c TOT + Sukmaraga 241,60 a 7,03 bc 19,30 bc TOT + Gumarang 237,36 a 5,76 de 18,26 cd OTS + Bima-2 237,30 a 7,50 bc 22,63 b OTS + Bima-3 231,06 a 7,63 b 21,53 bc OTS + Lamuru 225,63 a 6,40 cd 18,16 cd OTS + Sukmaraga 227,33 a 7,23 bc 18,30 cd OTS + Gumarang 224,86 a 5,03 e 15,06 d KKb (%) 4,61 8,68 9,40 Angka dalam satu kolom pada setiap lajur yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji berganda Duncan 5 %. Sementara bobot biomas di atas tongkol dan bobot biomas total nyata dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, varietas, dan interaksinya. Biomas tanaman jagung di atas tongkol pada perlakuan TOT nyata lebih tinggi daripada OTS, sedangkan biomas di atas tongkol pada Bima-3 dan Bima-2 nyata lebih berat dari varietas Lamuru dan Gumarang. Pengaruh interaksi antara cara tanam TOT dengan varietas Bima-2 dan Bima-3 memberikan biomas di atas tongkol masing-masing 9,20 t/ha dan 9,66 t/ha, lebih baik dari perlakuan interaksi OTS dengan kedua varietas, yaitu 7,50 dan 7,63 t/ha dan interaksi antara sistem tanam dengan varietas Lamuru, Sukmaraga, dan Gumarang (Tabel 1). Ini disebabkan, pada perlakuan interaksi TOT dengan varietas, persaingan dengan gulma lebih ringan dibanding perlakuan interaksi OTS dengan varietas. Pertumbuhan gulma pada perlakuan TOT tidak secepat dan selebat perlakuan OTS. Hasil penelitian mengindikasikan lebih sedikit biji gulma pada petak TOT dibanding petak OTS (Fadhly et al. 2006), biji gulma terkonsentrasi pada kedalaman 5 cm dari lapisan atas tanah (Clements et al. 1996 dalam Fadhly et al. 2006). Pengolahan tanah menyebabkan rizom teki tertimbun tanah dan recovery pertumbuhan rizom teki lebih subur karena didukung oleh kelembaban tanah yang cukup tinggi akibat keadaan selalu hujan. Biomas total pada perlakuan TOT nyata lebih berat daripada biomas pada perlakuan OTS. Varietas Bima-2 dan Bima-3 mempunyai bobot biomas lebih tinggi dibanding jagung varietas Lamuru, Sukmaraga dan Gumarang (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena batang varietas Lamuru, Sukmaraga, dan Gumarang lebih kecil dibading varietas Bima-2 dan Bima- 3. Interaksi antara TOT Bima-2 dan Bima-3 yang mempunyai bobot biomas di atas tongkol yang tertinggi juga memberikan bobot biomas total tertinggi masing-masing 26,66 dan 27,60 t/ha. Biomas total terendah terdapat pada perlakukan interaksi sistem pengolahan 40 Amir dan Baso Aliem Lologau : Kajian Sistem Tanam Jagung Umur Genjah Mendukung Peningkatan Produksi

tanah dengan varietas Gumarang yaitu 5,03 dan 15,06 t/ha (Tabel 1). Pengaruh sistem pengolahan tanah (TOT dan OTS) tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol dan bobot 1000 biji. Sedangkan panjang tongkol varietas Bima-2 dan Bima-3 berbeda nyata dengan varietas Lamuru, Sukmaraga dan Gumarang (Tabel 2). Varietas Bima-2 yang ditanam dengan system TOT menghasilkan tongkol terpanjang yaitu 18,83 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan interaksi lainnya, kecuali interaksi sistem tanam dengan varietas Bima-3 (17,36 cm), interaksi antara sistem tanam OTS dengan Bima-2 dan Bima-3. Interaksi sistem tanam OTS dengan varietas Bima- 2, Bima-3 dan Sukmaraga tidak nyata pengaruhnya terhadap panjang tongkol (Tabel 2). Demikian pula interaksi antara OTS dengan varietas Lamuru dan varietas Gumarang tidak nyata pengaruhnya terhadap panjang tongkol. Sistem pengolahan tanah tidak nyata pengaruhnya terhadap bobot 1000 biji. Demikian juga varietas Bima-2, Bima-3, Lamuru dan Sukmaraga yang ditanam tidak nyata pengaruhnya terhadap bobot 1000 biji, tetapi bobot 1000 biji keempat varietas ini nyata lebih tinggi daripada varietas Gumarang (Tabel 2). Hal ini disebabkan ukuran biji varietas Gumarang lebih kecil dibanding varietas lainnya sehingga bobot bijinya lebih ringan. Bobot 1000 biji pada interaksi sistem pengolahan tanah TOT dengan semua varietas dan interaksi antara OTS dengan varietas Bima-2, Bima-3, dan Sukmaraga tidak berbeda nyata (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh sistem tanam, varietas dan interaksi terhadap panjang tongkol, bobot 1000 biji dan produksi jagung pipilan kering di Takalar, 2010. Perlakuan Panjang tongkol (cm) Bobot 1000 biji (g) Hasil (t/ha) Sistem tanam TOT (Tanpa Olah Tanah) 16,68 a 303,28 a 10,17 a OTS (Olah Tanah Sempurna) 16,47 a 294,37 a 9,81 b Varietas Bima-2 18,23 a 312,60 a 13,38 a Bima-3 17,41 a 310,75 a 12,41 b Lamuru 15,85 bc 292,93 a 7,88 c Sukmaraga 16,25 b 304,71 a 8,31 c Gumarang 15,13 c 273,13 b 7,96 c Interaksi sistem tanam dengan varietas TOT + Bima-2 18,83 a 316,13 a 13,56 a TOT + Bima-3 17,36 abc 312,80 ab 12,83 b TOT + Lamuru 15,93 cd 305,63 abc 7,96 de TOT + Sukmaraga 16,10 bcd 310,77 ab 8,53 d TOT + Gumarang 15,16 d 271,07 d 7,96 de OTS + Bima-2 17,63 ab 309,07 ab 13,20 ab OTS + Bima-3 17,46 abc 308,70 ab 12,00 c OTS + Lamuru 15,70 d 280,23 bcd 7,80 e OTS + Sukmaraga 16,40 bcd 298,67 abcd 8,10 de OTS + Gumarang 15,10 d 275,20 cd 7,96 de KKb (%) 4,99 5,71 3,39 Angka dalam satu kolom pada setiap lajur yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji berganda Duncan 5 %. 41 Seminar Nasional Serealia 2011

Pengaruh sistem pengolahan tanah berbeda nyata terhadap hasil jagung pipilan kering. Hasil jagung yang ditanam dengan system TOT nyata lebih tinggi (10,17 t/ha) dibanding yang ditanam dengan sistem olah tanah sempurna OTS yaitu 9,81 t/ha (Tabel 2). Hal ini disebabkan pertumbuhan gulma pada lahan yang diolah sempurna lebih cepat dan lebih subur yang memacu persaingan hara dengan tanaman jagung yang berakibat penurunan hasil. Unsur hara yang menjadi kompetitif utama antara gulma dengan jagung adalah nitrogen. Gulma lebih banyak menyerap hara dibandingkan tanaman utama. Pada bobot kering yang sama, gulma mengandung nitrogen 2 kali lebih banyak daripada jagung, fosfat 1,5 kali lebih banyak, kalium 3,5 kali lebih banyak; kalsium 7,5 kali lebih banyak dan magnesium lebih dari 3 kali. Kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh gulma sebesar 28% (Anonim 2008). Persaingan tanaman jagung dengan gulma pada sistem TOT tidak sehebat dengan sistem OTS, khususnya pada awal pertumbuhan tanaman karena pengaruh herbisida yang sistemik sehingga gulma mati sampai keakarakarnya. Sistem tanam tanpa olah tanah merupakan sistem olah tanah konservatif yang dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan menyebabkan aerasi tanah lebih baik, sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman lebih optimal. Disamping itu sistem tanam TOT tidak merusak partikel tanah sehingga kelembaban tanah lebih baik untuk pertumbuhan tanaman (Utomo 1997 dalam Rafiuddin dkk. 2006). Hasil varietas Bima-2 (13,38 t/ha) nyata lebih tinggi dari varietas Bima-3 (12,41 t/ha). Hasil kedua jagung hibrida ini nyata lebih tinggi disbanding varietas komposit varietas komposit Lamuru, Sukmaraga, dan Gumarang (Tabel 2). Hal ini disebabkan varietas Bima-2 dan Bima-3 mempunyai tongkol (jenggel) yang lebih panjang. Semakin panjang tongkol yang terbentuk, semakin panjang tempat melekatnya biji jagung dan berkorelasi positif dengan hasil pipilan kering. Selain itu varietas hibrida menghasilkan biji yang lebih besar dibanding varietas bersari bebas (Wong 1991 dalam Suwarno 2008). Pengaruh interaksi antara sistem tanam TOT dengan varietas Bima-2 memberikan hasil pipilan kering tertinggi yaitu 13,56 t/ha dan berbeda nyata dengan interaksi sistem tanam dengan varietas lainnya, namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan hasil pipilan kering pada interaksi sistem tanam OTS dengan Bima-2 (Tabel 2). Meskipun penampilan awal pertumbuhan tanaman setiap varietas pada lahan yang diolah sempurna lebih baik, namun hasil akhir yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan lahan tanpa olah tanah (Rafiuddin dkk. 2006) karena lahan yang tidak diolah dapat melestarikan tanah dan air, persiapan lahan lebih singkat dan biaya usahatani lebih murah (Akobundu dan Okigho, 1984 dalam Rafiuddin dkk. 2006). Pada perlakuan tanpa olah tanah, partikel tanah tidak rusak sehingga kelembaban tanah lebih kondusif untuk pertumbuhan tanaman (Manurung dan Syam un 2002 dalam Rafiuddin dkk. 2006). Keuntungan lain dari sistem pengolahan tanah TOT adalah penanaman jagung dapat dilakukan lebih awal satu bulan dibanding sistem tanam OTS, sehingga sisa air tanah setelah padi rendengan masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung (Wahid et al. 2002). KESIMPULAN 1. Sistem tanam TOT memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding sistem tanam OTS. 2. Tidak terdapat perbedaan nyata antara sistem tanam TOT dan OTS terhadap pertumbuhan tanaman. 3. Varietas Bima-2, Bima-3, Lamuru dan Sukmaraga memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap bobot 1000 biji pada kedua sistem tanam, kecuali varietas Gumarang. 42 Amir dan Baso Aliem Lologau : Kajian Sistem Tanam Jagung Umur Genjah Mendukung Peningkatan Produksi

4. Sistem tanam TOT memberikan hasil jagung pipilan kering lebih tinggi (10,17 t/ha) dibanding sistem tanam OTS (9,81 t/ha). Interaksi varietas Bima-2 dengan sistem tanam TOT menghasilkan pipilan kering teringgi yaitu 13,56 t/ha. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Kerugian akibat gulma. http://eone87.wordpress.com /2008/11/13/ gulma-tanaman/. Diakses, 21 Agustus 2011. Fadhly, A.F. dan Fahdiana Tabri, 2006. Gulma dan Pengendaliannya pada Pertanaman Jagung Tanpa Olah Tanah. Prosiding. Seminar dan Lokakarya Nasional, 28-30 September. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Kasryno, F.2002. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia selama 4 dekade yang lalu dan implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar sehari Agribisnis Jagung, 24 Juni. Bogor. Moentono,M.D. 1993. Sumber Daya Lingkungan Tumbuh Jagung. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor 23-25 Agustus. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Profil Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan, 2007. Luas lahan sawah di Sulawesi Selatan. Rafiuddin; R. Padjung; dan M.Tandi. 2006. Efek sistem olah tanah dan super mikro hayati terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Jurnal Agrivigor. Vol.5. Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin. Syafruddin, 2005. Kajian Potensi Lahan untuk Menunjang Optimalisasi Pengembangan Tanaman Jagung. Program Doktor Ilmu Pertanian. Program Pascasarjana Unhas. Makassar. Sudjana, A dan R. Setiyono, 1993. Jagung untuk Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor 23-25 Agustus. Suwarno, W.B. 2008. Perakitan Varietas Jagung Hibrida. http://willy.situshijau.co.id. Diakses, 18 Juli 2011. Tangendjaya, B dan Gunawan, 1988. Potensi Limbah Jagung. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembanan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wahid, A.S, Muslimin, Zainuddin, S. Saenong, dan D. Baco. 2002. Kajian efisiensi dan diversifikasi kelembagaan coorporate farming pada lahan sawah tadah hujan. BPTP Sulawesi Selatan. Makassar. 43 Seminar Nasional Serealia 2011