I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menciptakan struktur

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menciptakan struktur

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.

I. PENDAHULUAN. Kinerja pelayanan publik sudah menjadi isu utama di Indonesia. Sampai

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka

I. PENDAHULUAN. Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta

I. PENDAHULUAN. diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan kendaraan bermotor roda dua saat ini terus meningkat. Hal

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, pemerintah adalah pelayan masyarakat. Ia tidaklah diadakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

I. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Untuk mencapai kinerja yang tinggi dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

I. PENDAHULUAN. Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Di tengah kancah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

I. PENDAHULUAN. Sumber :

I. PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan kinerjanya. Perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. motor dan kecenderungan penjualan yang meningkat terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

1 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. prestasi organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Disamping itu,

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan akan perumahan dan pemukiman. Permasalahan utama

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, keberadaan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

(sumber: situs Badan Pertanahan Nasional/

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari birokrasi sebagai operator pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang berkembang maju pesat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya jumlah pengguna internet, telah menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanahan merupakan kebutuhan dasar (basic reed) masyarakat secara keseluruhan, karena itu diperlukan penanganan secara serius.

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

Total Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian lembaga perbankan di Indonesia mempunyai tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran umum objek penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Sabutan Presiden RI pada Peresmian Program Strategis Pertahanan, 15 Januari 2010 Jumat, 15 Januari 2010

I. PENDAHULUAN. Di tengah semakin tingginya tuntutan masyarakat akan kualitas. kesehatan, bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat negara ke empat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Kondisi ini menimbulkan berbagai persoalan, khususnya yang berkaitan dengan masalah tanah, karena tidak adanya keselarasan antara jumlah ketersediaan tanah yang relatif konstan dengan jumlah penduduk yang terus menerus bertambah. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah pengelolaan pertanahan yang baik agar tanah yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dan bukan justru sebaliknya menjadi sumber masalah yang menghambat peningkatan kesejahteraan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengelolaan pertanahan adalah dengan melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematis dan berkelanjutan. Tujuannya adalah agar kepemilikan tanah menjadi jelas, memiliki kepastian dan jaminan hukum serta nilai ekonomis sehingga tanah yang dimiliki oleh masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraannya seperti dalam hal bertani, berkebun, beternak dan lain sebagainya. Salahsatu kegiatan dalam pendaftaran tanah adalah pendaftaran tanah untuk pertama kali, yang merupakan suatu kegiatan untuk mendaftarkan tanah-tanah yang belum pernah didaftarkan sebelumnya. Tujuan dari pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah 1) memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan, 2) untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar dan 3) untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan (PP No. 24 Tahun 1997).

2 Pendaftaran tanah di Indonesia sampai saat ini belum berjalan secara optimal. Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 2005 (45 tahun), dari 83 juta bidang tanah di Indonesia, baru ± 29,2 juta bidang (±35,18 persen) yang sudah didaftar (Adnan 2007). Hal ini tentu saja memprihatinkan mengingat nilai tanah yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang bercorak agraris terutama dari sisi ekonomisnya. Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya berbagai persoalan yang cukup pelik terutama yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya golongan ekonomi lemah, dan juga menimbulkan berbagai konflik lahan yang dipicu oleh status pemilikan, penguasaan, pemanfaatan serta pengelolaan tanah (P4T) yang tidak jelas. Menyadari hal tersebut, pemerintah cq Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan melakukan program percepatan pendaftaran tanah agar status tanah menjadi jelas, memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum atas suatu bidang tanah. Begitu pula dalam hal pencegahan konflik dan sengketa tanah yang dapat diminimalisir dengan telah terdaftarnya tanah-tanah yang ada di Indonesia sebab tidak ada lagi kerancuan dalam status P4T suatu bidang tanah. Permasalahan-permasalahan seperti penyerobotan tanah, ganti rugi jika terkena penggusuran, klaim kepemilikan tanah oleh pihak lain dan lain sebagainya yang berpotensi menimbulkan konflik pertanahan dapat diminimalisir. Seperti misalnya yang terjadi di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 di mana terjadi konflik pertanahan disebabkan oleh pengambil-alihan lahan warga untuk dijadikan kebun tebu oleh PTPN XIV, padahal lahan tersebut telah habis masa Hak Guna Usahanya (HGU) 1. Akibatnya tentu sangat merugikan kedua belah pihak, di satu sisi warga menjadi tidak bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk kegiatan ekonomi sementara pihak PTPN XIV pun menjadi tidak bisa melakukan kegiatan produksinya. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika terdapat kejelasan mengenai status P4T lahan yang terkait apakah masih dalam status HGU atau telah menjadi hak milik masyarakat. Perlu diperhatikan pula 1 Data diambil dari salahsatu artikel Fajar Online Tanggal 19 Oktober 2011 berjudul DPRD Dukung Warga Manfaatkan Lahan PTPN XIV

3 bahwa tidak jarang dari konflik-konflik pertanahan yang terjadi sampai memakan korban jiwa dan kerugian material yang bisa mencapai milyaran rupiah. Pemerintah cq BPN RI selaku aparatur negara yang memiliki tugas dan fungsi utama dalam pelayanan publik memiliki tanggungjawab dalam memecahkan persoalan-persoalan di atas. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (SK Men PAN No: 63/Kep/M.PAN/7/2003) dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, sejalan dengan tujuan dari pelayanan publik yang harus dijalankan oleh BPN RI maka baru-baru ini diluncurkan suatu terobosan sebagai salah satu langkah dalam mempercepat pendaftaran tanah di Indonesia dengan meluncurkan inovasi pelayanan Larasita (Layanan Rakyat untuk Sertipikasi Tanah). Pelaksanaan Larasita dilakukan oleh Kantor Pertanahan (Kantah) Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia sebagai Kantah yang bergerak (mobile service), yang mendekatkan layanan pertanahan agar masyarakat dapat melakukan pengurusan tanahnya dengan lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah karena tanpa perantara (calo). Fokus utama dari inovasi ini adalah menjangkau yang tidak terjangkau yang berarti, BPN RI ingin menjangkau masyarakat yang membutuhkan pelayanan pertanahan namun memiliki kendala untuk menjangkau akses pelayanan tersebut, terutama yang disebabkan oleh kendala geografis. Untuk itu, BPN RI telah menyediakan berbagai perangkat pendukung untuk meningkatkan efektifitas kinerja inovasi ini dengan penyediaan kendaraan operasional Larasita (mobil, motor dan kapal laut), serta perangkat teknologi informasi baik dari sisi hardware, software maupun dari sisi koneksi internet-nya. Dengan adanya perangkat dukungan tersebut, diharapkan inovasi Larasita dapat mengeliminasi berbagai kendala masyarakat yang membutuhkan pelayanan di bidang pertanahan terutama yang berkaitan dengan kondisi geografis. Masalah geografis ini menjadi penting untuk dapat diatasi sebab masyarakat yang berada di wilayah-wilayah yang terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan suatu daerah akan menjadi sulit, malas atau enggan untuk mendatangi Kantah

4 dalam rangka mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Selain itu, faktor biaya transportasi yang mahal pun tidak jarang menjadi kendala yang sangat menghambat. Seperti halnya yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah yang mencapai 2.371,21 km² dan terbagi atas 40 kecamatan 2, tentunya banyak sekali masyarakat Kabupaten Bogor yang sulit menjangkau akses pelayanan pertanahan yang terpusat di ibu kota Kabupaten yaitu Cibinong. Kondisi di atas telah menyebabkan tingkat sertifikasi tanah di Kabupaten Bogor menjadi belum optimal dan diperlukan suatu terobosan baru untuk mengatasinya. Apalagi jika mengingat letak Kabupaten Bogor yang sangat strategis yaitu sebagai bagian integral dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan merupakan wilayah penyangga ibu kota Jakarta serta memiliki potensi tinggi untuk pengembangan wilayah baik untuk pemukiman, industri, wisata dan lain sebagainya, maka persoalan pertanahan menjadi suatu hal yang harus secara serius ditangani oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah BPN RI. Penyelenggaraan inovasi Larasita oleh Kantah Kabupaten Bogor yang memberikan pelayanan pertanahan dengan mendatangi langsung masyarakat ke tempat tinggalnya, menjadikan masyarakat semakin mudah dalam mengakses pelayanan tersebut. Tercatat sampai dengan tahun ketiga pelaksanaan pelayanan ini, sudah terdapat 684 sertifikat yang dihasilkan dan diserahkan kepada masyarakat. Meskipun jumlah ini terlihat relatif kecil, namun perlu dipertimbangkan bahwa terdapat kecenderungan yang positif dimana selalu terjadi kenaikan jumlah sertifikat yang dihasilkan melalui pelayanan ini dari tahun-tahun. Dengan begitu, hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemohon pelayanan pendaftaran tanah melalui Larasita pun selalu bertambah di setiap waktunya. Berikut Tabel 1 yang memperlihatkan angka penetapan dan pengeluaran sertifikat tanah melalui pelayanan Larasita. 2 Data diambil dari situs resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Tanggal 06 Desember 2011

5 Tabel 1 Jumlah sertifikat yang dikeluarkan melalui Larasita tahun 2009-2011 No Tahun Jumlah Sertifikat yang Dikeluarkan Melalui Larasita 1 2009 150 Sertifikat 2 2010 183 Sertifikat 3 2011 360 Sertifikat Jumlah 684 sertifikat Sumber: Laporan Kegiatan Pendaftaran Tanah Melalui Larasita, Kantah Kab. Bogor-Seksi Pengendalian Kebijakan dan Program dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2009-2011 Sementara itu, berkaitan dengan sifat inovasi pelayanan pertanahan Larasita yang bersentuhan langsung dengan masyarakat menyebabkan pentingnya melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan dan pengelolaan pelayanan ini. Hal ini disebabkan, karena dengan diketahuinya tingkat kepuasan masyarakat tersebut, maka dapat diketahui pula sejauh mana efektivitas pelayanan ini dalam mencapai tujuannya. Selain itu menjadi hal yang menarik untuk dikaji, apakah pelayanan Larasita telah mampu memenuhi harapan masyarakat terkait dengan pelayanan pertanahan yang dibutuhkan serta bagaimana kinerja yang telah dilakukan oleh BPN RI dalam hal ini Kantah Kabupaten Bogor. Dari hal tersebut dapat diketahui sejauh mana gap yang terjadi diantara keduanya serta dapat dianalisis bagaimana cara untuk mengatasinya. Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pertanahan melalui Larasita akan memberi dampak yang positif baik terhadap Kantah Kabupaten Bogor maupun terhadap institusi BPN RI secara keseluruhan. Napitupulu (2007) mengatakan bahwa kepuasan masyarakat dalam proses pelayanan publik oleh pemerintah sangat penting, karena hanya dengan memenuhi kebutuhan masyarakat secara memuaskan, keberadaan pemerintah (BPN RI) itu diakui dan mendapatkan legitimasi serta kepercayaan dari masyarakatnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis kepuasan masyarakat mengenai Larasita khususnya dalam pelayanan pendaftaran tanah. Dengan begitu dapat dilihat sejauh mana program ini mampu memenuhi harapan BPN sebagai pembuat kebijakan di bidang pertanahan dan juga dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pengguna pelayanan melalui penelitian yang

6 berjudul Analisis Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Larasita di Kantah Kabupaten Bogor. 1.2 Rumusan Masalah Masalah penelitian yang dianalisis dalam konteks pelayanan Larasita ini meliputi 3 (tiga) aspek yang mencakup tingkat kepuasan masyarakat, kesesuaian kinerja pelayanan, dan bagaimana implikasi manajerial yang layak direkomendasikan. Secara rinci masalah-masalah yang dianalisis tersebut meliputi: 1. Sejauh mana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Larasita dalam pendaftaran tanah di wilayah kerja Kantah Kabupaten Bogor? 2. Apa sajakah indikator-indikator pelayanan Larasita yang harus menjadi prioritas perbaikan dalam meningkatkan kepuasan masyarakat? 3. Bagaimana implikasi manajerial yang dapat direkomendasikan bagi Kantah Kabupaten Bogor untuk dapat meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendaftaran tanah untuk pertama kali melalui Larasita? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulisan tesis ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat pengguna pelayanan Larasita di wilayah kerja Kantah Kabupaten Bogor dalam pendaftaran tanah 2. Menganalisis indikator-indikator pelayanan Larasita yang harus menjadi prioritas perbaikan Kantah Kabupaten Bogor dalam meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. 3. Merumuskan implikasi manajerial dalam meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pendaftaran tanah melalui Larasita yang diselenggarakan oleh Kantah Kabupaten Bogor.

7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal-hal sebagai berikut: a. Bagi pihak manajemen Kantah Kabupaten Bogor sebagai informasi dan pertimbangan dalam melakukan strategi perbaikan pelayanan Larasita di masa yang akan datang b. Bagi penulis sebagai pengembangan wawasan, teoritis maupun praktis dalam menganalisis permasalahan di bidang pemasaran pelayanan publik 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah meliputi analisis kepuasan masyarakat pengguna inovasi Larasita di wilayah kerja Kantah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian ini digali informasi dan pendapat masyarakat yang pernah menggunakan pelayanan Larasita dalam pendaftaran tanah, untuk mengkaji tingkat kepuasan yang mereka miliki dan indikator-indikator apa saja yang harus menjadi prioritas perbaikan dalam meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan harapan yang masyarakat miliki terhadap pelayanan yang diberikan.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB 8