PENANGANAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER. Virgianti Nur Faridah ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

AROMATERAPI MINYAK ATSIRI MAWAR EFEKTIF DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR REMAJA PUTRI

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

PERBEDAAN PERILAKU POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR YANG MENDAPATKAN KONSELING DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN KONSELING PRE OPERASI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

TERAPI MUROTTAL (AL-QUR AN) MAMPU MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI LAPARATOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT MOBILISASI DINI TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA PEMBEDAHAN LAPARATOMI

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi ISSN Vol. 3, No.1, Hal. 9 18, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

ABSTRAK Terapi Spiritual Emotional Freedom Tehnique (SEFT) Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien Pasca Operasi di Rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

FIRMAN FARADISI J

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

Transkripsi:

PENANGANAN GANGGUAN KEBUTUHAN TIDUR PADA PASIEN POST OPERASI LAPAROTOMI DENGAN PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER Virgianti Nur Faridah ABSTRAK Tidur merupakan status kesadaran ketika persepsi dan reaksi seseorang terhadap lingkungan menurun. Salah satu permasalahan yang sering timbul setelah menjalani proses pembedahan yaitu terganggunya gangguan kebutuhan tidur. Salah satu upaya untuk mengatasi kurangnya kebutuhan tidur yaitu dengan aromaterapi lavender. Dari hasil survey didapatkan dari 4 pasien post operasi laparotomi, pasien diantaranya mengalami gangguan pemenuhan tidur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri lamongan. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre-Eksperimental dengan pendekatan static group comparasion design. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel sebanyak responden, yaitu pasien post operasi laparotomi di ruang bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan yang terdiri dari 15 responden kelompok kontrol dan 15 responden kelompok perlakuan. Data yang diambil dengan menggunakan kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi data dianalisi menggunakan uji Mann-Whitney dengan tingkat kemaknaan,5. Hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan 9 pasien (6%) yang memiliki kebutuhan tidur kurang, sedangkan pada kelompok perlakuan terdapat 1 pasien (5,8%) kebutuhan tidurnya cukup. Sedangkan hasil dari pengujian statistik dengan tingkat kemaknaan p,5 diperoleh hasil signifikan dengan nilai p =,4, hal ini berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi. Berdasarkan hasil penelitian maka aromaterapi lavender dapat digunakan sebagai penanganan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi. Kata kunci: Aromaterapi Lavender, Gangguan Kebutuhan Tidur, Post Operasi Laparotomi PENDAHULUAN Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari hari terpenuhi. selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Hidayat, 6). Orang yang sedang sakit membutuhkan istirahat dan tidur lebih banyak dari pada saat mereka dalam keadaan normal karena tubuh sedang bekerja keras menyediakan energi untuk pemulihan, namun banyak aspek penyakit juga membuat sulit SURYA 75 Vol., No.XVIII, Juni 14

dalam memenuhi kebutuhan tidur dan istirahat (Kozier, 1). Pembedahan merupakan peristiwa komplek yang menegangkan, dilakukan di ruang operasi rumah sakit, terutama pembedahan mayor dilakukan dengan persiapan, prosedur dan perawatan pasca pembedahan membutuhkan waktu yang lebih lama serta pemantuan yang lebih intensif (Brunner and Suddarth, ). Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisanlapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus: apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 5). Menurut data yang diperoleh di Rekam Medik RSUD Dr. Soegiri Lamongan pada bulan Januari 1 Agustus 1, tercatat pasien yang mengalami operasi laparatomi sebanyak 9 pasien yang meliputi pasien dengan apendicitis, peritonitis, illius, dll. Hasil survei pada tanggal 11 Oktober 1 di ruang bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan dari 4 pasien post operasi laparotomi, pasien (75%) diantaranya mengatakan bahwa mereka hanya dapat tidur kurang lebih 5 6 jam/hari diakibatkan rasa nyeri dan cemas. 1 pasien diantaranya (5%) mengatakan jumlah tidurnya 6 7 jam/hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih banyak pasien yang mengalami gangguan kebutuhan tidur setelah menjalani operasi laparatomi. Dampak bagi pasien post operasi laparotomi yang mengalami gangguan gangguan kebutuhan tidur antara lain proses penyembuhan luka yang lama, dimana fungsi dari tidur adalah untuk regenerasi sel sel tubuh yang rusak menjadi baru (Kozier, 1). Tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi kebutuhan tidur terdiri dari beberapa tindakan penanganan, meliputi; teknik relaksasi, terapi musik, dan terapi menggunakan aromaterapi (Hadibroto, 6). Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan gangguan kebutuhan tidur yaitu dengan menggunakan aromaterapi lavender yang diharapkan dapat mengurangi nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan memberikan efek relaks (Buckle, ). Sehubungan dengan itu maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh pemberian aromaterapi dengan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan. METODOLOGI.PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode Pra-Eksperimental, dengan pendekatan Static-group comparison design (Arikunto, Suharsimi, 6). Populasi yang digunakan adalah seluruh Pasien Post operasi laparotomi di RSUD Dr. Soegiri Lamongan sebanyak pasien. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak pasien. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling (Hidayat, 7). Instrumen yang digunakan adalah dengan kuesioner tertutup mengenai gangguan kebutuhan tidurnya baik secara kualitas dan kuantitas. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji Mann Whitney dengan tingkat signifikansi α =,5 (Nursalam, 8). SURYA 76 Vol., No.XVIII, Juni 14

HASIL.PENELITIAN Data Umum 1) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Tabel Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin No. Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan Frekuensi (%) 8 7, 6,7 Jumlah 1 Berdasarkan table 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki laki sejumlah pasien (7,%). ) Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel. Distribusi responden berdasarkan umur No Umur Frekuensi (%).. 4.. 15-19 tahun -9 tahun 4-59 tahun 6 tahun 5 1 15 16,7, 5 Jumlah 1 Berdasarkan tabel menunjukan bahwa sebagian responden berusia 4-59 tahun sejumlah 15 pasien (5%). ) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan No Pendidikan Frekuensi (%).. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 1 5 1 1 4 16,7 4, Jumlah 1 Berdasarkan tabel menunjukan bahwa hampir sebagian responden berpendidikan SD dan SMA sejumlah 1 pasien (4%). 4) Karakteristik responden berdasarkan lama rawat inap Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan lama rawat inap Lama Rawat No Frekuensi (%) Inap. 1- hari 1 4-1 hari Jumlah 1 Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa seluruh responden dirawat inap 1 hari sejumlah (1%) pasien. 5) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi (%).. 4. 5. Pelajar Mahasiswa Petani Wiraswasta Tidak bekerja 5 1 11 16,7 6,7, 6,7 6,7 Jumlah 1 Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa hampir sebagian responden bekerja sebagai wiraswasta sejumlah 11 (6,7%). SURYA 77 Vol., No.XVIII, Juni 14

. Data Khusus 1) Distribusi Kebutuhan Tidur pada Kelompok Kontrol Tabel 6 Kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi pada kelompok control No 1 Kebutuhan Tidur Frekuensi (%) Baik Cukup Kurang 6 9 4 6 Jumlah 15 1 Berdasarkan tabel 6 diperoleh data sebagian besar kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang sebanyak 9 orang (6%). ) Distribusi Kebutuhan Tidur pada Kelompok Perlakuan Tabel 7 Kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi pada kelompok perlakuan No 1 Kebutuhan Tidur Frekuensi (%) Baik Cukup Kurang 1, 66,7 1, Jumlah 15 1 Berdasarkan tabel 7 diperoleh data sebagian besar kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup sebanyak 1 orang (66,7%). ) Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Gangguan kebutuhan tidur pada Pasien Post Operasi Laparatoi Tabel 8 Pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pasien post operasi laparotomi. Kelompok % Kebutu -han Tidur Baik Cukup Kuran g Jum lah (N) 6 9 Kontrol Prose ntase (%) 4 6 Perlakuan Jum lah (N) 1 Prose ntase (%), 66,7 1, 16 11 1 5, 6,7 Jumlah 15 1 15 1 1 Mann Whitney = 51 Z=-,854 p=,4 Berdasarkan tabel 8 di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi dari kelompok kontrol (tanpa diberi aromaterapi lavender) dengan kelompok perlakuan (dengan diberi aromaterapi lavender), diketahui bahwa dari pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur baik seluruhnya berada pada kelompok yang diberi perlakuan, dari 16 pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur cukup 1 pasien (66,7%) berada di kelompok yang diberi perlakuan, dari 11 pasien post operasi laparotomi yang mempunyai kebutuhan tidur kurang 9 pasien (6%) berada di kelompok kontrol. Hasil uji statistik Mann Whitney dengan program SPSS (terlampir) didapatkan nilai Z= -,854 dan p=,4, dimana menurut Sugiyono (7) jika p,5 maka H1 diterina, berarti terdapat pengaruh pengaruh pemberian aromaterapi lavender SURYA 78 Vol., No.XVIII, Juni 14

terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan. PEMBAHASAN 1) Kebutuhan Tidur Pasien Post operasi laparotomi Pada Kelompok Kontrol Pada tabel 7 menunjukan bahwa sebagian besar pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang. Potter and Perry, (5) menyatakan bahwa penyebab gangguan gangguan kebutuhan tidur disebabkan karena status kesehatan seseorang yang menurun atau saat dalam kondisi yang sakit, selain itu setelah pasca menjalani proses pembedahan sering terjadi gangguan kebutuhan tidur pada malam pertama diakibatkan berkurangnya pengaruh anastesi. Tindakan pembedahan meninggalkan rasa nyeri yang berbeda-beda bagi tiap individu. Pada nyeri pasca pembedahan rangsangan nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanik yaitu luka (insisi) dimana insisi ini akan merangsang mediator mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, dan substansi prostaglandin dimana zat zat ini dapat meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri yang akan menimbulkan sensasi nyeri (Tamsuri, 7). Selain zat yang mampu merangsang kepekaan nyeri, tubuh juga memiliki zat yang mampu menghambat (inhibitor) nyeri yaitu endorfin dan enkefain yang mampu meredakan rasa nyeri (Smeltzer and Suzanne, ). Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpegaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tidur. Suara juga mempengaruhi tidur, suara yang sering menyebabkan terganggunya tidur adalah suara yang bersifat tidak teratur atau gaduh. Selain itu suhu juga mempengaruhi dari kualitas dan juga kuantitas tidur, beberapa orang terbiasa tidur dalam kondisi suhu yang dingin namun juga ada yang mudah untuk tertidur dalam kondisi suhu yang panas (Morison, 4). Gangguan psikologis setelah menjalani tindakan operasi karena depresi menyebabkan pasien insomnia. Diakibatkan pasien cemas dan takut tentang penyakit yang dialami setelah menjalani tindakan pembedahan. Kecemasan dapat meningkatkan kadar norephinephrin didalam darah yang dapat meningkatkan stimulasi sistem saraf simpatis (Qasim, 8). Dari teori diatas menjelaskan bahwa status kesehatan seseorang yang sakit serta nyeri yang dialami berdampak pada gangguan kebutuhan tidur yang kurang, hal tersebut juga dipengaruhi dari keadaan lingkungan yang kurang kondusif dan juga tingkat kecemasan seseorang. Jika pada pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya kurang maka keadaan tubuh pasien menjadi lemah sehingga nafsu makan menurun, tentu saja jika asupan makanan kedalam tubuh berkurang makan kebutuhan protein dalam tubuh akan ikut berkurang, jika kebutuhan protein dalam tubuh berkurang hal ini juga berpengaruh dalam proses penyembuhan luka akibat dari proses pembedahan. Kurangnya gangguan kebutuhan tidur yang dialami responden dapat terjadi, hal ini dimungkinkan karena kemampuan setiap individu berbeda dalam pola kebutuhan tidur dan perkembangannya, keadaan ini dapat dihubungkan dengan karakteristik yang dimiliki oleh pasien. Kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan tidurnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperi usia, status kesehatan atau penyakit, lingkungan dan juga pekerjaan, dimana semakin tinggi SURYA 79 Vol., No.XVIII, Juni 14

beban pekerjaan seseorang semakin tinggi juga kebutuhan tidur orang tersebut. ) Kebutuhan Tidur Pada Pasien Post operasi laparotomi Pada Kelompok Perlakuan Pada tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar pasien post operasi laparotomi kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup. Menurut MacKinnon (4) menyatakan bahwa pemberian aromaterapi merupakan tindakan terapeutik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Hale (8) mengungkapkan aromaterapi lavender mempunyai banyak manfaat yaitu mengobati insomnia dan kualitas tidur. Aromaterapi lavender diketahui dapat mengurangi rasa nyeri, memberikan relaksasi dan mengurangi kebutuhan obat penenang di malam hari sehingga mampu memperbaiki kualitas tidur dan juga dapat mengurangi kecemasan. Seseorang yang menghirup uap aromaterapi lavender akan memfokuskan pikiran dan perhatiannya (konsentrasi pikiran) pada uap atau aroma yang diterimanya, sehingga fokus perhatiannya terhadap nyeri dan rasa cemas teralihkan atau berkurang (Nightcrawler, Shinobi, 8). Aroma ditangkap oleh reseptor di hidung yang kemudian memberikan informasi lebih jauh ke area di otak yang mengontrol emosi dan memori maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh, suhu tubuh, dan reaksi terhadap stress. Bagi yang kesulitan tidur dapat dibantu dengan aromaterapi lavender karena meningkatkan gelombang gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Woodcock, 8). Pada saat pemberian aromaterapi lavender pasien tampak rileks dan lebih tenang dengan sesekali memejamkan mata saat diberikan perlakuan, sehingga fokus perhatian pasien yang semula mengeluhkan nyeri dan cemas beralih dengan menghirup uap dari tungku aromaterapi lavender. ) Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap Gangguan kebutuhan tidur Dari hasil analisa data ditemukan bahwa ada perbedaan kebutuhan tidur pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dimana terlihat mean kelompok perlakuan lebih rendah. Selanjutnya hasil uji Mann- Whitney didapatkan bahwa p=,4 dan ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari kelompok kontrol dan perlakuan. Berdasarkan hasil uji statistik Mann- Whitney menunjukan nilai signifikan p =,4 pada tingkat kemaknaan p,5. Dengan demikian H1 diterima, hal ini berarti bahwa penggunaan aromaterapi lavender terhadap gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr Soegiri Lamongan mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan tidur yang bermakna. Aktivitas tidur diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingakatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas kewasapadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons (Wahit, 8). Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat memberikan stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti SURYA 8 Vol., No.XVIII, Juni 14

norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya pelapasan serum serotinin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan dalam keadaan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) (Hidayat, 6). Pada tahapan tidur NREM atau Non- REM, tubuh seseorang akan mengalami keadaan yang tenang, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah tubuh akan bergerak lebih tenang dan teratur. Ini adalah proses di mana tubuh memulihkan otot - otot, kelenjar tubuh dan susunan tubuh diperbaiki. Maifrisco (5) mengungkapkan komponen aktif yang terdapat dalam lavender adalah linalool bebas atau sebagai ester dengan asam asetat, butirat, valerianat, dan kaproat. Bagi yang kesulitan tidur dapat dibantu dengan aroma bunga lavender karena meningkatkan gelombang gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks. Gelombang alfa sendiri merupakan gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami relaksasi atau mulai istirahat dengan tanda tanda mata mulai menutup atau mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar (atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup). Teori tersebut memperkuat bahwa aromaterapi lavender berpengaruh positif terhadap gangguan kebutuhan tidur, respon ini dimungkinkan karena pada saat menghirup aroma atau uap dari tungku uap, seseorang menjadi lebih nyaman dan rileks. Aromaterapi lavender memiliki bau yang khas dan lembut sehingga dapat membuat seseorang menjadi relaks atau santai, disamping itu lavender juga dapat mengurangi rasa tertekan, stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan kepanikan (Buckle, J. ). Gangguan kebutuhan tidur yang cukup pada responden yang menghirup aromaterapi lavender dimungkinkan juga oleh adanya peningkatan pengeluaran endorfin. Endorfin itu sendiri merupakan hormon yang diproduksi oleh tubuh ketika seseorang merasa bahagia dan rileks. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan menghirup aromaterapi dapat mendorong dan merangsang pengeluaran hormon endorfin yang berdampak menciptakan keadaan rileks dan menimbulkan rasa nyaman pada pasien sehingga pasien dapat mudah untuk tertidur. Kebutuhan tidur yang cukup sangat dibutuhkan bagi pasien post operasi laparotomi untuk proses penyembuhan luka, aromaterapi lavender ini merupakan terapi komplementer yang bisa digunakan dalam bidang keperawatan jika terdapat masalah tentang gangguan kebutuhan tidur. PENUTUP Kesimpulan 1) Sebagian besar responden kelompok kontrol kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori kurang. ) Sebagaian besar responden kelompok perlakuan kebutuhan tidurnya masuk dalam kategori cukup. ) Terdapat perbedaan gangguan kebutuhan tidur pada pasien post operasi laparotomi di ruang Bougenville RSUD Dr. Soegiri Lamongan. SURYA 81 Vol., No.XVIII, Juni 14

. Saran Perawat disarankan untuk merekomendasikan sekaligus menggunakan aromaterpi lavender sebagai alternatif penanganan kebutuhan tidur non farmakologis, khususnya pada pasien yang kebutuhan tidurnya terganggu. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (6). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Brunner, L and Suddarth. (). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H. Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 1 Jakarta : EGC. Buckle, J. (). Clinical aromatherapy, Essential Oil in Pratice. Second Edition. Churchill Livingstone. New York Hadibroto, I. and Alam, S. (6). Selukbeluk Pengobatan Alternatif dan Komplementer. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. Hale, G. (8). Lavender nature s aid to stress relief, www.aromatherapystress-relief.com. Diakses pada tanggal Oktober 1 jam 1. WIB Hidayat, A. Aziz Alimul. (6). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. (7). Metodologi Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data, Jakarta : Salemba Medika Kozier, Erb, Berman and Synder (1). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep &Praktek, ahli bahasa Esty Wahyuningsih, Volume 1 dan. Jakarta : EGC MacKinnon, K. (4). Aromatherapy: Ar or science Highlights of Aromatherapi in medicine today, USPG, 8(8). Morison, Moya J., (4). Manajemen Luka, Jakarta : EGC Maifrisco, (5). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stress Mahasiswa, www.indoskripsi.com. Diakses pada tanggal Oktober jam 1. WIB Nightcrawler, Shinobi, (8). Pijat Aromaterapi, http://id.88db.com/id/discussion/dis cussion_reply.page/health_medical/?discid=19 Diakses pada tanggal Oktober 1 jam 1. WIB Nursalam. 8. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., (5). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4, Vol.. Jakarta : EGC Qasim., (8). Laparatomi, http://aqosgembong8.blogspot.com /8/9/laparatomi.html Diakses pada 6 Februari 11 16: WIB Sjamsuhidajat. (5). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Ed. 8) Vol Jakarta : EGC. Smeltzer, Suzanne C (), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner and Suddarth. (8 edition) : editor, Suzanne. C. Smeltzer, Brenda G. Bare : Ahli Bahasa, Agung Waluyo..[et, al]: editor bahasa Indonesia. Monica Ester. [et al]. Ed.8. Jakarta: EGC SURYA 8 Vol., No.XVIII, Juni 14

Tamsuri, A. (7). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC Wahit Iqbal Mubarak. (8). Buku ajar kebutuhan dasar Manusia Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC. Woodcock, C. (8). Aromatherapy in labour guidelines, http://www.dbh.nhs.uk/library/patient _Information_Leaflet/WPR118- Aromatherapy.pdf. Diakses pada tanggal Oktober 1 jam 15. SURYA 8 Vol., No.XVIII, Juni 14