IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK CIREBON DAN ITIK TURI

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

Identifikasi Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Itik Bali...Herbert Jumli Tarigan

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner ARGONO R. SET10K0 1 dan ISTIANA 2

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

Gambar 1. Itik Alabio

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I.PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

DEPARTEMEN PERTANIAN 03

Karakteristik Fenotipe Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) di Kalimantan Selatan

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF ITIK LOKAL DI USAHA PEMBIBITAN ER DI KOTO BARU PAYOBASUNG KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN UKURAN-UKURAN TUBUH AYAM WARENG TANGERANG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KERAGAAN PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL DITINGKAT PETERNAK DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM MENDUKUNG KECUKUPAN PANGAN HEWANI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN ITIK BALI SEBAGAI SUMBER PLASMA NUTFAH TERNAK (GROWTH CHARACTERISTICS OF BALI DUCK AS A SOURCE OF GERMPLASM) ABSTRACT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI. Oleh M.

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari meri umur sehari

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

Identifikasi sifat-sifat Kualitatif ayam Wareng Tangerang. Andika Mahendra

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

PENGEMBANGAN AYAM NUNUKAN DAN PERMASALAHANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

PENINGKATAN PERFORMA DAN PRODUKSI KARKAS ITIK MELALUI PERSILANGAN ITIK ALABIO DENGAN CIHATEUP

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

METODOLOGI PENELITIAN

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

PENDAHULUAN. cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

PRODUKTIVITAS ITIK TEGAL DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN PADA PEMELIHARAAN INTENSIF

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

KARAKTERISASI MORFOLOGI ITIK ALABIO (Anas Platyrhynchos Borneo) DI WILAYAH SENTRA PENGEMBANGAN KALIMANTAN SELATAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Transkripsi:

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221 Bogor 16002 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di tiga kabupaten masing-masing Brebes, Magelang dan Serang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum, ukuran-ukuran tubuh, dan sifat kualitatif itik Tegal, Magelang, dan Damiaking betina dewasa. Penelitian ini dilakukan dengan metoda survai melibatkan sebanyak 66 ekor itik Tegal, 50 ekor itik Magelang, dan 50 ekor itik Damiaking diamati di habitat asalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik Tegal memiliki spesifik warna totol coklat (warna kaki). Itik Magelang umumnya berwarna coklat muda dengan cincin putih ditengah leher menyerupai kerah putih. Warna bulu itik Damiaking bervariasi dari coklat kekuningan sampai dengan warna coklat tua, namun demikian mayoritas berwarna coklat muda. Data karakteristik kuantitatif lainnya dari ketiga itik tersebut juga diuraikan dalam naskah ini. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pangkalan data, mendukung standarisasi, dan mengembangkan itik lokal termasuk mendukung program konservasi sumberdaya genetik. Kata kunci: Itik Tegal, itik Magelang, itik Damiaking, sifat kualitatif, karakteristik ukuran tubuh PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke dimana tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki variasi kekayaan alam yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah yang meliputi berbagai jenis species jasad renik, tanaman, dan hewan termasuk di dalamnya hewan ternak. Sebagai salah satu jenis komoditas ternak, unggas air termasuk ke dalam sumber keanekaragaman plasma nutfah ternak Indonesia yang mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai penghasil telur maupun daging. Diantara unggas air yang ada saat ini, itik lokal merupakan ternak yang paling populer di Indonesia dibandingkan dengan angsa dan undan yang belum begitu dikenal luas. Itik lokal merupakan salah satu jenis unggas air yang penting dalam menunjang kehidupan rumahtangga masyarakat di pedesaan. Data DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN (2002) menyebutkan bahwa rumahtangga pedesaan yang terlibat kedalam usaha ternak itik lokal berjumlah 285 ribu rumahtangga, yang berarti ternak itik lokal sebanyak 6,34% dari rumahtangga peternak secara keseluruhan. Umumnya itik lokal yang dipelihara di Indonesia merupakan itik petelur yang baik. Populasinya tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok, dan pulaupulau kecil lainnya. Pada umumnya itik-itik tersebut diberi nama sesuai dengan nama tempat asalnya, seperti itik Bali yang terdapat di pulau Bali, itik Tegal terdapat di daerah Tegal, itik Mojosari terdapat di daerah Mojosari, itik Magelang di daerah Magelang, itik Cihateup di daerah Tasikmalaya, dan itik Damiaking di daerah Serang. Sebagian itik lokal telah diidentifikasi untuk mengetahui ciri khas sifat kualitatif dan kuantitatifnya. Itik-itik yang telah diidentifikasi diantaranya itik Mojosari, Alabio, dan itik Bali. Proses pengidentifikasian ketiga itik lokal tersebut telah dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. Pengkarakterisasian dan pengidentifikasian sebagian ternak lokal Indonesia telah dilakukan di luar habitat aslinya, sementara itik-itik lokal yang tersebar di berbagai daerah belum banyak 123

teridentifikasi. Itik-itik tersebut antara lain itik Tegal, itik Magelang, dan itik Damiaking. Informasi yang menggambarkan ciri khas itik Tegal, Magelang, dan Damiaking saat ini masih terbatas pada sifat kualitatifnya, dan itupun dirasa kurang apabila digunakan sebagai database plasma nutfah ternak itik lokal Indonesia. Contohnya, itik Tegal mempunyai ciri khas badan yang tegak seperti botol dan memiliki lebih dari lima warna variasi diantaranya putih, coklat muda, coklat tua, coklat keputih-putihan, dan abu-abu. Itik Magelang mempunyai lingkaran (cincin) putih pada lehernya, sedangkan itik Damiaking memiliki bulu mirip warna jerami padi kering berwarna coklat. Kenyataannya, untuk sifat-sifat kualitatif tertentu seperti warna paruh, warna shank, warna bulu, dan sifat kuantitatif yang terdiri atas ukuran-ukuran tubuh belum teridentifikasi dengan rapi dan terarah. Makalah ini membahas keberadaan dan karakteristik itik Tegal, Magelang, dan Damiaking melalui pengukuran di habitat aslinya, sehingga dapat diketahui secara langsung sebagai salah satu upaya untuk pelestarian itik lokal di Indonesia. MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sebagai bagian dari kegiatan pelestarian itik lokal. Metode yang digunakan adalah metode survai, dimana data primer diperoleh dari responden peternak itik melalui pengukuran ternak, pengamatan langsung, dan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari kelompok ternak dan instansi terkait melalui berbagai laporan yang telah dipublikasi. Materi penelitian adalah itik Tegal, Magelang, dan Damiaking betina dewasa berumur 6-8 bulan yang masih murni atau belum tercampur dengan itik dari daerah lain, jumlah pengamatan adalah 10-15% dari populasi itik pada kelompok peternak itik unggulan yang mewakili daerah masingmasing (SUHARSIMI, 1997). Peubah yang diamati meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif ternak, dimana sifat kualitatif meliputi warna bulu, intensitas warna kerabang telur, warna shank, dan warna paruh, sedangkan sifat kuantitatif atau ukuran tubuh meliputi bobot badan, panjang paruh, lebar paruh, panjang betis, panjang paha, panjang shank, lingkar shank, lingkar dada, panjang jari ke-3, panjang punggung, panjang leher, panjang sayap, dan jarak tulang pubis. Data dianalisis secara deskriptif, meliputi nilai rataan (Mean), nilai tengah (Me), modus (Mo), simpangan baku, koefisien variasi, dan persentase sifat kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen pemeliharaan Secara umum manajemen pemeliharaan ketiga jenis ternak itik di masing-masing daerah asal berbeda seperti tersaji pada Tabel 1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum letak geografis daerah penelitian tempat berkembangnya ketiga jenis itik berbeda satu sama lain, demikian pula jenis pakan yang diberikan dan sistem pemeliharaan yang dikembangkan. Pada itik Magelang dan itik Tegal pemberian pakan dilakukan teratur setiap pagi dan sore hari. Itik Damiaking cenderung berubah-ubah sesuai dengan kondisi ekonomi peternak dan persediaan pakan yang ada di areal tempat pemeliharaan. Sifat kualitatif Sifat ini merupakan suatu sifat yang tidak dapat diukur dan merupakan suatu sifat dimana individu-individu dapat diklasifikasikan kedalam satu atau dua kelompok atau lebih, dimana pengelompokkan ini berbeda satu dengan lainnya. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Tegal, itik Magelang, dan itik Damiaking hasil penelitian disajikan masingmasing pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4. 124

Tabel 1. Gambaran umum manajemen pemeliharaan itik Uraian Itik Tegal Itik Magelang Itik Damiaking Daerah penelitian Sistem pemberian pakan Jenis pakan Sistem pemeliharaan Sepanjang muara sungai menuju pantai dan areal pesawahan Terjadwal (pagi dan sore) Ikan Kuniran (ikan laut), nasi aking, padi+katul Semi intensif (kandang dengan halaman dan kolam yang terbatas) Areal pesawahan Terjadwal (pagi dan sore) Konsentrat, katul dan nasi aking Intensif (dikurung dalam kandang sepanjang hari) Berada dekat pesisir pantai Tidak terjadwal dan berubah setiap waktu Limbah rumahtangga dan pakan yang tersedia di kolam (kepiting, keong, dan ikanikan kecil) Digembalakan di areal kandang, halaman dan kolam yang luas Berdasarkan Tabel 2, itik Tegal dewasa memiliki warna bulu bervariasi. Warna bulu yang paling dominan adalah kecoklatan pada bagian kepala dan leher serta paha, kecoklatcoklatan dengan tutul coklat agak jelas pada dada, punggung, dan sayap bagian luar yang dikenal dengan sebutan Branjangan (63,64%). Variasi warna bulu itik Tegal lainnya yaitu: coklat muda pada leher dan paha, coklat muda dengan tutul coklat yang tidak jelas pada dada, punggung dan sayap bagian luar, itik dengan variasi bulu seperti ini dikenal dengan istilah Lemahan (19,70%). Jarakan yaitu variasi bulu berwarna abu-abu di leher, abu-abu dengan tutul hitam di dada, punggung, sayap bagian luar dan paha sebanyak 7,58%. Warna coklat kehitaman atau Blorong pada seluruh tubuh itik Tegal sebanyak 3,03%. Sementara itu, warna putih mulus pada seluruh tubuh atau Putihan, hitam pada seluruh tubuh atau Irengan masingmasing berjumlah 3,03% dan 1,51%, dan kepala berjambul atau Jambulan sebanyak 1,51%. Hasil penelitian ini memperkuat pendapat SRIGANDONO (1997) yang menyatakan bahwa pada itik Tegal terdapat tujuh variasi warna bulu. Tabel 3 memperlihatkan bahwa itik Magelang didominasi oleh warna bulu coklat muda yang disertai oleh cincin putih yang melingkar pada lehernya (72%), sehingga lebih dikenal dengan nama itik Kalung. Sementara itu, itik Damiaking memiliki karakter warna bulu yang seragam yaitu coklat kekuningkuningan pada leher dan coklat kekuningkuningan pada dada, punggung, dan sayap luar (100%) (Tabel 4). Ciri khas itik ini dapat terlihat pada warna bulunya yang mirip jerami kering, sehingga oleh masyarakat sekitar dinamakan itik Damiaking (Dami = jerami; Aking = kering). Warna paruh hitam pada itik Tegal mencapai 100%, dimiliki juga oleh itik Magelang (100%) dan itik Damiaking (84%), sementara itu warna shank berbeda pada masing-masing itik. Warna shank hitam keabuabuan pada itik Tegal, hitam kecoklatan pada itik Magelang, dan kuning pada itik Damiaking. Sifat kualitatif seperti warna bulu, shank, maupun warna paruh dikontrol sepenuhnya oleh gen-gen yang tidak banyak dipengaruhi oleh lingkungan (WARWICK, et al., 1995). Adapun perbedaan warna bulu yang ditemui pada itik Tegal, Magelang, dan itik Damiaking lebih disebabkan karena faktor perbedaan lingkungan atau letak geografis. Itik Damiaking yang berasal dari daerah pesisir pantai mendapat intensitas penyinaran sinar matahari lebih lama sehingga warna bulunya lebih mengkilap, sedangkan itik Tegal dan Magelang yang terdapat di derah pesawahan warna bulu kurang mengkilap karena mendapat intensitas penyinaran sinar matahari yang lebih pendek. WARWICK, et al. (1995) juga menambahkan bahwa perbedaan lingkungan seperti memelihara ternak di tempat yang terkena atau yang terlindung sinar matahari dapat mempengaruhi mengkilapnya bulu, tetapi bukan warna dasarnya. 125

Tabel 2. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Tegal betina dewasa Sifat kualitatif Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%) Warna bulu kepala dan leher Kecoklat-coklatan 42 63,64 Coklat muda 13 19,70 Abu-abu 5 7,58 Kepala berjambul-kecoklatan 1 1,51 Warna bulu dada Kecoklat-coklatan, tutul coklat agak jelas 42 63,64 Coklat muda, tutul coklat tidak jelas 13 19,70 Abu-abu, tutul hitam 5 7,58 Coklat muda 1 1,51 Warna bulu punggung Kecoklat-coklatan, tutul coklat agak jelas 42 63,64 Coklat muda, tutul coklat tidak jelas 13 19,70 Abu-abu, tutul hitam 5 7,58 Coklat muda 1 1,51 Warna bulu sayap luar Kecoklat-coklatan, tutul coklat agak jelas 42 63,64 Coklat muda, tutul coklat tidak jelas 13 19,70 Abu-abu, tutul hitam 5 7,58 Coklat muda 1 1,51 Warna bulu paha Kecoklatan 42 63,64 Coklat muda 14 21,21 Abu-abu, tutul hitam 5 7,58 Warna shank Hitam keabu-abuan 65 98,49 Hitam kekuning-kuningan 1 1,51 Warna paruh Hitam 66 100,00 Keterangan: Jumlah sampel 66 ekor 126

Tabel 3. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Magelang betina dewasa Sifat kualitatif Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%) Warna bulu kepala dan leher Coklat muda leher berkalung putih 36 72 Coklat muda leher polos 14 28 Warna bulu dada Coklat muda 50 100 Warna bulu punggung Coklat muda 36 72 Coklat muda berlurik putih dan hitam 9 18 Coklat muda lurik putih 5 10 Warna bulu sayap luar Coklat muda lurik putih 50 100 Warna bulu paha Coklat muda 50 100 Warna shank Hitam kecoklatan 50 100 Warna paruh Hitam 50 100 Keterangan: Jumlah sampel 50 ekor Tabel 4. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Damiaking betina dewasa Sifat kualitatif Jumlah (ekor) Frekuensi relatif (%) Warna bulu kepala dan leher Coklat kekuning-kuningan 50 100 Warna bulu dada Coklat kekuning-kuningan, tutul coklat tua 50 100 Warna bulu punggung Coklat kekuning-kuningan, tutul coklat tua 50 100 Warna bulu sayap luar Coklat kekuning-kuningan, tutul coklat tua 50 100 Warna bulu paha Coklat kekuning-kuningan 50 100 Warna shank Kuning 44 88 Abu-abu 2 4 Hitam 4 8 Warna paruh Kuning 6 12 Abu-abu 2 4 Hitam 42 84 Keterangan: Jumlah sampel 50 ekor 127

Berdasarkan uraian diatas, warna bulu yang bervariasi pada itik Tegal dengan dominasi warna kecoklatan dengan tutul coklat agak jelas Branjangan serta warna bulu coklat kekuning-kuningan dengan tutul coklat tua pada itik Damiaking dapat dijadikan identitas atau ciri spesifik untuk membedakannya dengan itik-itik lokal lain, karena masih banyak itik-itik lokal yang belum teridentifikasi. Sementara itu, bulu berwarna coklat muda pada itik Magelang dengan ciri khas cincin putih pada leher dapat dijadikan sebagai identitas karena karakter warna tersebut tidak ditemui pada jenis itik lain. Warna shank dapat dijadikan petunjuk untuk membedakan ketiga itik tersebut, namun belum dapat dijadikan identitas dari masingmasing itik tersebut karena masih terbatasnya penelitian mengenai sifat kualitatif itik lokal lainnya. Warna paruh tidak dapat dijadikan identitas untuk itik Tegal, Magelang, maupun itik Damiaking karena selain warna tersebut dimiliki oleh ketiganya, juga karakter sifat tersebut dimiliki oleh jenis itik lainnya. Kerabang telur Hasil pengamatan menunjukkan bahwa itik Tegal memiliki warna kerabang telur hijau kebiru-biruan, namun diantara individu dari populasi itik tersebut menghasilkan telur nilai intensitas warna yang berbeda-beda. Hal demikian juga ditemui pada itik Magelang dan itik Damiaking. Warna kerabang diduga berhubungan antara lain dengan umur dan pigmen yang dihasilkan oleh bangsa unggas yang berbeda. Sementara itu, perbedaan intensitas warna kerabang antara lain erat kaitannya dengan faktor pakan, keadaan cuaca, genetik, dan lingkungan (ACHMANU, 1997). Berdasarkan uraian diatas, intensitas warna kerabang tidak bisa dijadikan identitas dan petunjuk untuk membedakan antara itik Tegal, Magelang, dan itik Damiaking. Sifat kuantitatif (ukuran tubuh) Karakteristik ukuran-ukuran tubuh itik Tegal, Magelang, dan Damiaking betina dewasa yang diperoleh dari hasil penelitian masing-masing disajikan pada Tabel 5, 6, dan 7. Pada Tabel 5, 6, dan 7 terlihat bahwa nilai koefisien variasi bobot badan dan ukuran tubuh umumnya berada di bawah 10%. Hal ini menunjukkan bahwa bobot badan dan ukuran tubuh itik Tegal, Magelang, dan Damiaking tergolong seragam. Rata-rata bobot badan itik Tegal dan itik Damiaking relatif sama, bobot badan paling rendah ditemui pada itik Magelang. Hal ini diduga erat kaitannya dengan faktor lingkungan khususnya pakan. Itik Damiaking mendapat pakan dari sisa limbah rumahtangga dan pakan dari hewan kolam seperti kepiting, keong, dan ikan-ikan kecil yang merupakan sumber protein tinggi. Itik Tegal memperoleh pakan berupa nasi aking + katul dan ikan kuniran (ikan laut). Sementara itu itik Magelang hanya mendapatkan pakan berupa konsentrat, katul, dan nasi aking sebagi pakan tambahannya (Tabel 4). Tabel 5. Ukuran tubuh itik Tegal betina dewasa Ukuran-ukuran tubuh (cm) Rataan Median Modus SD KV (%) Bobot badan (g) 1571,18 1581,50 1650,00 177,93 11,32 Panjang paruh 5,66 5,60 5,50 0,24 4,28 Lebar paruh 2,71 2,70 2,60 0,13 4,93 Panjang betis 11,14 11,00 11,00 0,82 7,32 Panjang paha 9,01 9,00 9,00 0,74 8,23 Panjang shank 6,79 7,00 7,00 0,56 8,31 Lingkar shank 0,72 0,70 0,75 0,07 9,91 Panjang jari ke-3 7,25 7,00 7,00 0,59 8,21 Panjang punggung 20,86 21,00 21,00 1,26 6,05 Panjang leher 21,81 22,00 22,00 1,29 5,93 Lingkar sayap 26,61 26,15 27,00 1,49 5,66 Lingkar dada 27,88 28,00 28,00 1,66 5,96 Jarak tulang pubis 3,05 3,00 3,00 0,16 5,12 Keterangan: Jumlah sampel 66 ekor 128

Secara umum itik Magelang memiliki rataan panjang paruh, panjang betis, panjang paha, panjang shank, panjang jari ke-3, panjang punggung, dan panjang sayap yang lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal maupun itik Damiaking. Pada itik Tegal, rataan lebar paruh dan panjang leher lebih besar dibandingkan itik Magelang dan itik Damiaking. Sementara itu rataan lingkar shank dan lingkar dada itik Damiaking lebih besar dibandingkan itik Tegal dan itik Magelang. Tabel 6. Ukuran tubuh itik Magelang betina dewasa Ukuran-ukuran Tubuh (cm) Rataan Median Modus SD KV (%) Bobot badan (g) 1523,26 1529,00 1532,00 144,99 9,51 Panjang paruh 6,17 6,20 6,50 0,34 5,49 Lebar paruh 2,58 2,60 2,75 0,20 7,89 Panjang betis 14,03 14,00 14,00 1,06 7,59 Panjang paha 9,65 10,00 10,00 0,62 6,34 Panjang shank 7,10 7,00 7,00 0,51 7,22 Lingkar shank 0,74 0,70 0,70 0,06 8,23 Panjang jari ke-3 7,29 7,50 7,50 0,53 7,25 Panjang punggung 25,95 26,00 27,00 1,87 7,22 Panjang leher 17,08 17,00 16,00 1,54 9,03 Lingkar sayap 27,20 27,50 28,00 1,46 5,38 Lingkar dada 27,55 27,50 27,00 0,10 3,61 Jarak tulang pubis 3,00 3,00 3,00 0,12 4,06 Keterangan: Jumlah sampel 50 ekor Rataan jarak tulang pubis dari ketiga jenis itik tersebut relatif sama, yaitu itik Tegal (3,05 cm), itik Magelang (3,00 cm), dan itik Damiaking (3,01 cm). Mengingat jarak tulang pubis dapat dijadikan sebagai penduga kemampuan produksi telur, maka produksi telur ketiga jenis itik tersebut tidak akan jauh berbeda. HARDJOSWORO (1994) menjelaskan bahwa lebar peregangan pubis merupakan salah satu kriteria yang dapat dijadikan penduga produktivitas itik betina. Hasil pengukuran, data ukuran tubuh tidak menunjukkan perbedaan yang spesifik. Oleh karena itu, ukuran tubuh tidak dapat dijadikan identitas (ciri khas) dari ketiga jenis itik tersebut. Tabel 7. Ukuran tubuh itik Damiaking betina dewasa Ukuran-ukuran tubuh (cm) Rataan Median Modus SD KV (%) Bobot badan (g) 1610,00 1650,00 1750,00 176,99 11,00 Panjang paruh 5,63 5,56 6,00 0,44 7,80 Lebar paruh 2,59 2,60 2,60 0,13 4,80 Panjang betis 10,60 11,00 11,00 0,88 8,30 Panjang paha 7,91 8,00 8,00 0,46 5,80 Panjang shank 5,88 6,00 6,00 0,44 7,40 Lingkar shank 0,87 0,80 0,70 0,21 9,90 Panjang jari ke-3 6,67 6,50 6,50 0,31 4,70 Panjang punggung 23,14 23,00 23,00 1,74 7,50 Panjang leher 21,22 22,00 22,00 1,46 6,90 Lingkar sayap 26,30 27,00 27,00 1,31 5,00 Lingkar dada 29,57 29,50 31,00 1,54 5,20 Jarak tulang pubis 3,01 3,00 3,00 0,17 5,50 Keterangan: Jumlah sampel 50 ekor 129

KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketiga jenis itik memiliki ciri-ciri sifat kualitatif yang bervariasi diantara ketiganya. Sedangkan bobot badan dan ukuran tubuh ketiga jenis itik tidak menunjukkan perbedaan yang spesifik dibandingkan satu sama lainnya, sehingga sifat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai identitas khusus pada ketiga jenis itik tersebut. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan sifat kualitatif dan ukuran tubuh itik. Perlu pula dilakukan pengidentifikasian terhadap itik lokal lainnya sebagai data dasar yang berguna untuk pelestarian plasma nutfah itik lokal di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA ACHMANU. 1997. Ilmu Ternak Itik. Karangan Ilmiah Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2002. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. HARDJOSWORO, P.S. 1994. Upaya untuk Mencari Fisik Petelur Lokal Betina yang Baik. Lebar Rentang Pubis Itik Lokal Betina pada saat Masak Kelamin. Media Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. P: 1-5. SRIGANDONO. 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. SUHARSIMI. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. WARWICK, E.J., J. MARIA ASTUTI, and W. HARDJOSUBROTO. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. 130