KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016

BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

Tata Upacara Pernikahan Sipil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Lex et Societatis, Vol. II/No. 3/April/2014

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, sebagai seorang yang amat akrab dengannya, sebagai seorang yang bersatu erat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

I. Buku Katekumen : Yang berisi tentang :

2. Teori. (Jakarta: PT. Intisari Mediatama, 2007)

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

PROSEDUR 03: PERKAWINAN GEREJA

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

UJIAN AKHIR SEKOLAH. Tahun Ajaran 2006/2007 LEMBAR SOAL

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Rahasia Nikah & Rahasia Ibadah (Bagian I)

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN KATOLIK MENGENAI PERKAWINAN ANTAR AGAMA

Oleh : TIM DOSEN SPAI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

POLIGAMI DALAM PERPEKTIF HUKUM ISLAM DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh: Nur Hayati ABSTRAK

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Rumah Tangga dibentuk untuk memulihkan kembali citra Allah pada pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

BAB VII SEKSUALITAS MANUSIA

BAB IV ANALISIS TENTANG MEKANISME DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI. A. Analisis Mekanisme Perkawinan Usia Dini di desa Kalilembu Kecamatan

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB III PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. Banjarmasin adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Kalender Doa Februari 2017

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

Itu? Apakah. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SPIRITUALITAS EKARISTI

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2018 KELUARGA KATOLIK YANG BERKESADARAN HUKUM DAN MORAL, MENGHARGAI SESAMA ALAM CIPTAAN

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

PROSEDUR : PERKAWINAN GEREJA

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Katekese Sakramen Tobat

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB V MEMBERDAYAKAN SUAMI ISTRI MEREALISASIKAN DIRI SEBAGAI KELUARGA HARMONIS GKJW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BERKAS PERKAWINAN DIBERKATI OLEH CALON PRIA: AGAMA LINGK ALAMAT TELP/HP CALON WANITA: SURAT YANG DIPERLUKAN:

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

Pandangan Gereja Terhadap Pernikahan Beda Agama

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

Berdasarkan 10 Perintah Allah

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

BAB II IMPLIKASI PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTRI BAGI PEMELUK AGAMA KRISTEN (STUDI KASUS DIWILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA)

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam agama Katolik, terdapat struktur kepemimpinan gereja. Pemimpin tertinggi

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

Written by Tim carmelia.net Published Date

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

Transkripsi:

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA melalui penguatan kebiasaan dan tradisi iman, martabat luhur perkawinan dan kesejahteraan hidup berkeluarga KELUARGA, SUKACITA INJIL

ALASAN MENIKAH 1. Bukan hanya karena sudah cukup umur, 2. Bukan hanya karena sudah hamil/ seks bebas. 3. Bukan hanya karena cocok, 4. Bukan hanya karena sudah lama pacaran, 5. Bukan hanya karena orangtua ngoyak-oyak, 6. Bukan hanya karena kebelet.

MENGAPA HARUS SIAP? Menurut data kasus perkawinan di Tribunal Pengadilan Gereja KAS, penyebab hancurnya perkawinan antara lain ada tiga: 1. Ketidak siapan untuk menikah. 2. Pihak ketiga = orangtua, wil atau pil 3. Ekonomi.

KELUARGA DALAM ARUS RIKAS 2016-2020 Misi ke-3 RIKAS: Menyelenggarakan formatio iman yang integral, berjenjang dan berkelanjutan, yang bercirikan cerdas, tangguh, misioner dan dialogal. Strategi ke-3 RIKAS: Perhatian pada pastoral keluarga, yang memperhatikan jejang umur dan kelompok-kelompok khusus. Perhatian tersebut dalam bidang iman, martabat dan kesejahteraan.

FORMATIO KELUARGA Persiapan jauh, sejak usia remaja (11/12 th) --> pendidikan seksualitas: memahami kepriaan dan kewanitaan, menerima seksualitas dengan penuh syukur, pendampingan pengalaman seksual, ketertarikan lawan jenis. Persiapan dekat, sejak mulai pacaran: pacaran bijaksana, etis dan sopan; kawin tidak cukup dengan pacaran tapi juga merintis pekerjaan dan kedewasaan pribadi, pendampingan beda agama/gereja. -->Siap: hati&iman; harta/pekerjaan/ penghidupan; ilmu; dan jasmani. Persiapan akhir, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum menikah: persiapan administrasi, kursus persiapan perkawinan, penyelidikan kanonik, dan liturgi perkawinan.

TUJUAN Dihayatinya martabat luhur perkawinan Katolik dalam keluarga. Dikuatkannya suami-istri dalam peranannya mencapai kesejahteraan hidup berkeluarga. Diteguhkannya panggilan hidup dan kewajiban suami-istri sebagai ayahibu/orangtua bagi anak-anak (melahirkan dan mendidik).

MARTABAT LUHUR PERKAWINAN Manusia (pria dan wanita) adalah citra Allah (Kej 1:26-27). Perkawinan dikehendaki oleh Tuhan Allah sejak semula. (Kej 1:20.24 bdk Mat 19:5-6, Mrk 10:7-9. Relasi Suami Istri dijadikan lambang dan bentuk Relasi Allah dengan jemaat-nya.(yeh 16:3-14; Yes 54:6 dst; 62:4 dst; Yer 2:2; Hos 2:19; Kid 1 dst bdk Ef 5:32; Why 19:7-9).

MARTABAT LUHUR: SAKRAMEN Perkawinan adalah sakramen cinta kasih Allah, berpuncak dan bersumber dari Ekaristi: persatuan bebas, menyeluruh/ total, setia dan penuh, antara manusia dengan Allah --> menjadi satu daging dalam komuni. Allah menumbukan rasa ketertarikan antara laki-laki dan perempuan birahi, susah payah, berpeluh (Kej 3:16-18), yang dihayati dalam kesetiaan tak terpisahkan seumur hidup. (Mat 19:8)

KELUHURAN DALAM TUJUAN Perkawinan dibentuk oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan agar hidup mereka sejahtera, memenuhi perintah Tuhan beranak-cucu dan mendidiknya menjadi orang katolik. (Kan 1055 bdk KGK 1601). Relasi kasih suami-istri-anak: menampakkan kehadiran Allah: mengasuh (memelihara-god s maternity) dan mendidik (mengatur-god s paternity).

KESEJAHTERAAN KELUARGA Dimensi vertikal (relasi yang baik dengan Allah) --> kedamaian. Dimensi horisontal (relasi yang baik dengan suami/istri dan anak, tetangga (masyarakat dan Gereja), alam ciptaan --> kerukunan/harmoni. Dimensi kebutuhan surgawi: tercukupinya kebutuhan akan iman (pengetahuan, penghayatan, pengungkapan dan perwujudannya) - -> kesejahteraan di surga. Dimensi kebutuhan duniawi: tercukupinya kebutuhan dasar hidup keluarga (sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan) --> kesejahteraan di dunia.

OKI, PERKAWINAN DIATUR DEMI MARTABAT LUHUR TERSEBUT oleh Hukum Ilahi, Hukum Gereja dan Hukum Sipil.

KITAB HUKUM KANONIK Perkawinan Katolik diatur secara Gerejani, khusus dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK 1983) Kanon 1055 1165.

PRINSIP 1: SAHNYA PERKAWINAN KATOLIK Pertunangan tidak secara mutlak harus berlanjut ke perkawinan. Perkawinan adalah sah bila : - tidak terkena halangan perkawinan. - janji nikahnya tidak cacat. - cara nikahnya sesuai dengan hukum.

PRINSIP 2: SAKRAMENTALITAS Perkawinan merupakan sakramen: bila perkawinan itu sah, dan kedua mempelai sudah dibaptis. Perkawinan dinyatakan batal : bila terbukti tidak sah sejak awal, sesuai penilaian Tribunal Gereja.

PERSIAPAN KANONIK Sebelum menikah, kedua calon suamiisteri harus diselidiki secara kanonik oleh pastor. Sebelum menikah, rencana tentang perkawinan itu harus diumumkan di paroki pihak yang beragama katolik.

PERKAWINAN KANONIK (Kan 1055) 1 Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suamiistri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen. 2 Karena itu antara orang-orang yang dibaptis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya sakramen.

SIFAT PERJANJIAN NIKAH Tiga sifat perjanjian atau kesepakatan, demi sahnya perkawinan: a. sungguh-sungguh: menikah dengan serius, tidak simulatif atau berpurapura (kan 1101 2) dan tanpa syarat (kan.1102). b. penuh: menikah tanpa mengecualikan unsur hakiki perkawinan (kan.1101 2). c. bebas: menikah tanpa paksaan dan ketakutan besar dari luar (kan.1103).

TUJUAN PERKAWINAN: KAN.1055 1 Tujuan : bonum coniugum dan bonun prolis a. Bonum coniugum: kesejahteraan suami dan isteri - kesejahteraan lahir: pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan. - kesejahteraan batin: mapan harmoni dan hubungan seksual. b. Bonum prolis: - prokreasi - keterbukaan terhadap keturunan - edukasi/pendidikan anak secara manusiawi (humaniora) dan spiritual (iman dan agama katolik)

SIFAT HAKIKI PERKAWINAN: KAN.1056 Ciri hakiki : menunjuk semua jenis perkawinan sakramen dan non sakramen Dua ciri hakiki perkawinan: unitas et indissolubilitas a. unitas: - ke-satu-an: keduanya menjadi satu persona suami-isteri ; atau daging sejiwa seraga soulmate garwa - monogam: antara seorang laki dan seorang perempuan ditolak: poligami (poligini dan poliandri)

b. indissolubilitas: tak-terputuskan efek: sekali perkawinan dilangsungkan secara sah, mempunyai akibat tetap dan ekslusif. Tetap: ikatan nikah bertahan sampai akhir kehidupan tidak ada perpisahan atau perceraian. Ekslusif: ikatan tersebut terjadi hanya antara suami-isteri setia hanya dengan pasangannya, sampai kapanpun, tidak ada pihak III dst. - absoluta: tak terputuskan kecuali oleh kematian (Mrk 10,9), yaitu perkawinan ratum et consummatum (kan.1141). - relativa: tak terputuskan, kecuali oleh otoritas gereja dan karena alasan tertentu seperti dalam hukum (kan.1143-1147;1148;1149).

HALANGAN PERKAWINAN Ada halangan yang tidak pernah dapat didispensasi oleh siapapun. Ada halangan yang hanya dapat didispensasi oleh Tahta Suci saja. Ada halangan yang hanya dapat didispensasi oleh uskup atau wakilwakilnya.

HALANGAN- HALANGAN YANG TIDAK DAPAT DI- DISPENSASI Impotensi yang sudah ada sejak sebelum menikah dan tidak dapat disembuhkan. Hubungan saudara kandung. Ikatan sah dari perkawinan sebelumnya, yang belum diputus oleh pimpinan gereja, atau terputus oleh kematian suami/isteri.

HALANGAN- HALANGAN YANG DAPAT DI- DISPENSASI PAUS Tahbisan suci (diakon, imam, atau uskup). Kaul-kekal dalam tarekat tingkat kepausan. Pembunuhan suami/isteri agar dapat menikah lagi dengan orang lain. Ikatan perkawinan yang dapat diputus oleh Tahta Suci.

HALANGAN- HALANGAN YANG DAPAT DI- DISPENSASI USKUP Usia calon suami kurang dari 16 tahun, usia calon isteri kurang dari 14 tahun. Perbedaan agama antara calon suami dan calon isteri. Hubungan saudara dekat (kemenakan atau saudara/saudari sepupu). Hubungan semenda (bekas ipar). Ketidaklayakan publik (menikahi anak dari partner kumpul-kebo).

KESEPAKATAN NIKAH ADALAH CACAT BILA ada ketidakmampuan untuk menggunakan akal budi secukupnya. ada ketidakmampuan untuk memenuhi tugas-tugas hakiki perkawinan. bila keliru/diganti orangnya. bila ada penipuan-berat demi perkawinan. bila ada paksaan dari orang lain.

TATA PENEGUHAN NIKAH Seorang katolik haruslah menikah di hadapan seorang imam katolik (yang berwenang menikahkan) dan dua saksi (yang sudah dewasa dan beragama katolik). Upacara pernikahan sebaiknya dilaksanakan di gereja paroki (dari mempelai yang katolik, jika keduanya katolik, di gereja mempelai perempuan), dalam suatu ibadat liturgis yang sesuai dengan peraturan liturgi.

PERKAWINAN CAMPUR Pernikahan beda-gereja maupun beda-agama baru boleh dilaksanakan setelah ada izin atau dispensasi dari uskup atau wakil-wakilnya. Pernikahan beda-gereja maupun beda-agama harus dilaksanakan di hadapan seorang imam katolik dan dua saksi. Dalam pernikahan beda-gereja seorang pendeta boleh hadir dan ikut memberikan berkat perkawinan.

AKIBAT-AKIBAT DARI PERNIKAHAN SAH Dari suatu pernikahan yang sah timbullah suatu ikatan perkawinan yang sah, dan bila kedua suami-isteri sudah dibaptis maka mereka memperoleh rahmat sakramen perkawinan. Dari suatu pernikahan yang sah, dapat muncul anak-anak yang sah, yakni anak-anak yang dikandung atau dilahirkan dari suami-isteri yang sah.

PEMUTUSAN ATAS IKATAN PERKAWINAN Tidak bisa dilaksanakan bila perkawinan itu sudah merupakan sakramen, kemudian suami isteri yang bersangkutan sudah melakukan hubungan seks di antara mereka berdua. Hanya bisa dilaksanakan oleh lembaga atau pimpinan gereja Katolik yang berwenang, sesuai dengan kasus masing-masing.

PISAH RANJANG Baru boleh, setelah ada izin dari uskup setempat, yakni bila pasangannya sudah terbukti berzinah, dan ia sendiri sungguh-sungguh tidak mampu untuk memaafkan pasangannya yang berzinah itu. Baru boleh, setelah ada izin dari uskup setempat, setelah terbukti bahwa hidup-bersama sungguh- sungguh tidak tertahankan. Boleh dilakukan, bahkan tanpa izin uskup setempat, bila hidupbersama sungguh-sungguh membahayakan salah satu dari pasangan suami-isteri itu.

PENGESAHAN PERKAWINAN Bila mungkin, sebaiknya dilaksanakan dengan pembaharuan janji-nikah dari suami-isteri di hadapan seorang imam (yang berwenang menikahkan) dan dua saksi (yang dewasa dan beragama katolik). Bila tidak mungkin, dapat disahkan oleh uskup, tanpa pembaharuan janji-nikah, asal pernikahan sudah dilaksanakan dengan janjinikah yang benar, tidak terkena cacat berat.