BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian kualitatif mengenai Gambaran Citra Diri (Body Image) pada

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pengumpulan datanya tidak dibatasi pada kategori-kategori tertentu saja

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

3. METODE. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan merupakan cara utama untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dengan mempertimbangkan: pemahaman peneliti terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

27 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan fenomenologi

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi pengertian atau relevasi fenomena tertentu terhadap individu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan taylor (dalam Moleong, 2009) Peneliti memilih

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji dan mempelajari secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. pribadi dan sosial para partisipan (Smith, 2009).

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi gambaran umum remaja

BAB III METODE PENELTIAN. variabel (Kriyantono, 2006:69). Hal ini berarti bahwa peneliti terjun langsung

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Purworejo Km. 5, yang terletak di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. perolehan sampel acak, melainkan berupaya memahami sudut pandang dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. oleh subjek penelitian secara holistik, dan mendeskripsikannya dalam bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

BAB III METODE PENELITIAN. memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomonologi dalam usaha mengungkap arti dan makna persepsi. Lestari Asih Tlogosari Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. fenomenologi. Melalui pendekatan fenomenologi, peneliti berusaha

BAB III METODE PENELITIAN. jelas. Penelitian kualitatif dilakukan dengan cara fenomenologis di mana

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ditinjau dari tempat atau lokasi penelitiannya, penelitian ini termasuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. dan masalah manusia. Bogdan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah,

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah yang dimaksudkan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam sesi ini, peneliti memberi gambaran jelas mengenai jenis, waktu dan tempat, subyek, instrument penelitian serta langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, proses pengambilan data dan cara menganalisa data yang ada untuk menjawab rumusan masalah penelitian. 3.1 Jenis atau Tipe penelitian Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif di mana diskusinya difokuskan pada jenis data yang bersifat kualitatif. Moleong (2000) mendefinisikan metode kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, persepsi, tidakan dan lain-lain secara holistik dan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam konteks tertentu dengan menggunakan metode ilmiah. Menurut Poerwandari (2005) ada beberapa tipe penelitian namun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian studi kasus. Studi kasus didefenisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas, walau batas fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Pendekatana studi kasus membuat diperolehnya pemahaman utuh dan terintergrasi mengenai interelasi berbagai fakta dan dimenasi dari kasus khusus yang di angkat. Tipenya adalah study kasus intrinsik yang dilakukan karena ketertarikan dan kepedulian pada kasus khusus dan untuk memahami secara utuh kasus yang ada tanpa bertujuan menghasilkan kosep dan tanpa upaya untuk mengenreralisasikannya (Poerwandari, 2005) Jenis data yang ada dalam penelitian ini bukanlah data yang bersifat numerikal tetapi data yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka atau wawancara di mana lebih mengkaji dan mendeskripsikan peran, gagasan serta pemikiran partisipan berhubungan dengan topik yang diteliti. Selain itu juga peneliti menggunakan panduan observasi dan dokumentasi untuk membandingkan dan menambahkan data yang dikumpulkan melalui wawancara. peneliti menitikberatkan pada konsep peran 34

partisipan yang dilakukan serta pendapat mereka tentang pentingnya cara atau tindakan (peran) tersebut dalam proses pembentukan moral anak pada masa prasekolah. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mewujudkan penelitian ini serta menjawab rumusan masalah yang ada, penulis memilih TK Kristen 03 Eben Heazer, Salatiga sebagai institusi yang dituju. Lembaga ini berlokasi di Salatiga, propinsi Jawa Tengah. Lembaga tersebut adalah suatu institusi yang mempersiapkan anak-anak prasekolah (AUD) untuk memasuki masa sekolah atau tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, termasuk persiapan moral anak. Selama proses penelitian, penulis berupaya mengumpulkan data melalui wawancara untuk memperoleh detail data yang diperlukan dalam menjawab rumusan masalah yang ada. Menurut Sarosa (2012) dalam penelitian kualitatif, memiliki jangka waktu penelitian yang bervariasi dan peneliti dapat mengakhiri penelitian ketika telah mendapat pemahaman terhadap situasi yang telah diteliti dan tidak ada lagi temuan baru. Tentunya peneliti harus memastikan data yang terkumpul telah memadai untuk menjawab permasalahan. Berdasarkan hal tersebut maka durasi waktu dalam penelitian ini, disesuaikan dengan situasi dalam penelitian dan peneliti telah mendapatkan data yang dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. 3.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan faktor terpenting dalam sebuah proses penelitian. Dari subjek penelitian akan diperoleh berbagai data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi topik utama pelaksanaan penelitian. Menurut Sarantoks dalam Poerwandari (2005) menentukan partisipan dalam penelitian kualitatif, pada umumnya menampilkan karakteristik sebagai berikut: a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, namun pada kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. 35

b. Tidak ditentukan kaku sejak awal, namun dapat berubah dalam hal jumlah maupun karakteristik sampel, sesuai pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian c. Tidak diarahkan dalam keterwakilan dalam artian jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks. Dari beberapa prosedur di atas, maka berikut merupakan karakteristik partisipan, teknik pengambilan partisipan dan jumlah partisipan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. 3.3.1 Karakterisitik Partisipan Berikut merupakan beberapa karakteristik yang peneliti gunakan untuk menentukan partisipan yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini. Karakteristik tersebut antara lain partisipan tercatat sebagai guru aktif yang mengajar dalam dunia pendidikan anak usia dini, tercatat sebagai guru tetap dan mengabdi dalam lembaga TK Kristen 03 Eben Haezer Salatiga di atas lima tahun dan memiliki pengalaman dalam mengembangkan moral anak serta partisipan memiliki kualifikasi pendidikan Sarjana (S1). 3.3.2 Teknik Pengambilan Partisipan Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005) teknik pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus disesuaikan dalam masalah dan tujuan penelitian. Untuk itu berdasarkan masalah dan tujuan dari penelitian ini maka partisipan yang diambil perlu untuk memenuhi kriteria partisipan yang telah dipaparkan sebelumnya. Oleh karena itu, teknik pengambilan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau teknik sampling bertujuan. Teknik purposive sampling atau teknik sampling dicirikan dengan adanya usaha untuk memperoleh sampel yang representatif atau sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan (Kerlinger & Lee, 2000). Dalam penentuan ini, sample penelitian tidak diambil secara acak tetapi dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta ditanyakan kesediaanya untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian (Poerwandari, 2005). Berdasarkan hal tersebut peneliti kemudian 36

melakukannya dengan menemui kepala sekolah yang notabene mempunyai dan mengetahui mengenai informasi guru yang ada. Kemudian peneliti menentukan partisipan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam memahami peran guru dalam pembentukan moral anak. 3.3.3 Jumlah Partisipan Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian kualitatif tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, namun pada kasus tipikal sesuai dengan kekhususan masalah (Sarantoks dalam Poerwandari (2005). Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti tidak mengambil sampel dalam jumlah yang besar namun lebih mengarahkan pada kedalaman informasi yang didapatkan dari partisipan sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti membagi partisipan kedalam dua kategori yaitu partisipan inti dan partisipan tambahan. a. Partisipan Inti Partisipan dalam penelitian ini adalah para guru dari anak-anak usia dini (AUD) atau anak-anak prasekolah yang tergabung dalam TK Kristen 03 Eben Heazer, Salatiga. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang guru dan semuanya akan diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama (diwawancarai) untuk mengetahui cara dan tindakan (peran) yang dilakukan serta pendapat mereka tentang pentingnya cara atau tidakan (peran) tersebut dalam membentuk moral anak pada masa prasekolah untuk mempersiapkan mereka memasuki masa sekolah. b. Partisipan Tambahan (sumber informasi) Selain partisipan inti, ada subjek lain yang menjadi sumber informasi dalam proses pengumpulan data. Kehadiran sumber informasi tersebut bukan sekedar untuk mengecek kebenaran atau kesalahan informasi yang diberikan oleh partisipan inti tetapi juga meningkatkan pemahaman peneliti tentang data yang telah dikumpulkan. Subjek yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa kepala sekolah menjadi pemimpin sekaligus mengawasi proses belajar mengajar 37

yang di lakukan oleh guru. Kepala sekolah juga mempunyai wewenang dalam menilai dan memberi pengarahan kepada guru dalam proses pemberian ilmu didalam maupun diluar kelas dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu, informasi dari kepala sekolah akan sangat membantu memperkuat data atau informasi yang ada. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi (pengamatan) dan dokumentasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap mengenai peran guru dalam upaya pembentukan moral anak usia 4-5 tahun. a. Metode Wawancara Wallace (2006) mengatakan bahwa pertanyaan membantu mengorganisir wawancara: pengetahuan, pendapat, ide serta pengalaman partisipan. Sementara itu, Kunandar (2008) mengatakan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. Menurut Holloway & Wheeler (1996) penelitian kualitatif umumnya menggunakan wawancara tidak berstruktur atau semi berstruktur, sehingga didalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik in-depth interview dengan jenis interviewnya adalah semi terstruktur. Dalam proses wawancara ini, peneliti hanya mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan inti (pedoman) yang akan ditanyakan kepada partisipan. Selanjutnya, jawaban partisipan akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk semakin mendalam memunculkan pertanyaan-pertanyaan lain yang nantinya menjawab pertanyaan penelitian. b. Metode Observasi Menurut Poerwandari (2005) istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut. Sementara itu, 38

Kunandar (2008) mengemukakan bahwa observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengambilan data untuk memotret seberapa jauh efek suatu tindakan telah mencapai sasaran. Oleh karena itu, selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi sebagai bagian dari proses pengumpulan data yang lebih akurat dan valid. Peneliti menyiapkan anduan observasi untuk membantu peneliti merancang secara sistematis tentang apa saja yang akan diamati dan ini mempermudah peneliti ketika melakukan observasi untuk mendapatkan data mengenai peran guru dalam upaya pembentukan moral anak usai 4-5 tahun. c. Dokumentasi Esterberg dalam Sarosa (2012) mengungkapkan bahwa dokumentasi merupakan segala materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumentasi berguna bagi peneliti yang ingin mendapatkan informasi mengenai suatu peristiwa. Untuk itu, peneliti juga mengunakan dokumentasi untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian yaitu peran seorang guru dalam upaya pembentukan moral anak usia 4-6 tahun. 3.5 Alat Pengumpul Data Untuk memperoleh data yang akurat serta mendetail mengenai cara dan tindakan (peran) yang dilakukan serta pendapat para partisipan tentang pentingnya peran tersebut dalam rangka membangun moral anak usia 4-6 tahun, maka instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. a. Panduan Wawancara Sebelum pengambilan data melalai wawancara, peneliti menyusun panduan wawancara. Panduan wawancara penting digunakan untuk membuat peneliti focus pada informasi yang ingin digali dari partisipan. Pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti, tetapi dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan. Peneliti dapat menghemat waktu melalui cara ini. Panduan wawancara yang disusun berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan peran guru. Panduan wawancara juga berisi gambaran mengenai motivasi dan 39

karakteristik menjadi seorang guru, gambaran peran guru dalam pembentukan moral anak serta hambatan-hambatan yang dialami selama proses pembentukan moral anak. Wawancara dilakukan sesuai dengan panduan yang ada. Peneliti juga mencatat menggunakan field note untuk mencatat hasil-hasil observasi mengenai partisipan selama wawancara berlangsung. b. Panduan Observasi Panduan observasi membantu peneliti untuk mendapatkan informasiinformasi yang diperoleh selain dari wawancara. Observasi dilakukan berdasarkan panduan observasi yang telah disusun dan peneliti langsung melakukan observasi di dalam kelas bagaimana proses pembentukan moral yang dilakukan oleh para guru guna menjawab rumusan masalah. Panduan observasi juga membantu peneliti dalam mendapat informasi serta mentriangulasi data yang didapatkan dari alat pengumpulan data lainnya. c. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang dikumpulkan berdasarkan persetujuan dari pihak sekolah. Sebelumnya peneliti akan menanyakan beberapa dokumen yang berkaitan dengan proses pembentukan moral dalam hal ini rencana kegiatan, program-program sekolah yang dibuat berdasarkan hasil kesepakatan guru, program semester yang dibuat oleh para guru dan beberapa dokumen lain. Data dari dokumen-dokumen ini akan membantu peneliti dalam proses analisi data. 3.6 Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tahapan wawancara. Dalam tahapan ini, peneliti akan mengajukan pertanyaan, merekam atau mencatat setiap detail informasi penting yang disampaikan oleh partisipan untuk memperoleh data mengenai peran guru dalam pembentukan moral anak usia 4-6 tahun. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam tahap wawancara. Langkah- langkah tersebut diadaptasi 40

dari prosedur wawancara (Creswell, 2007) dan beberapa langkah lain yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Awalnya, peneliti mengidentifikasi partisipan berdasarkan prosedur sampling yang telah dipilih. Peneliti kemudian merancang pertanyaan-pertanyaan inti yang akan ditanyakan selama proses wawancara sekaligus menyiapkan alat perekam yang sesuai. Kemudian peneliti bersama partisipan menetapkan waktu dan tempat yang ideal untuk melakukan wawancara. Apabila telah terjadi kesepakatan, peneliti kemudian menjumpai satu persatu partisipan untuk mewawancarai mereka. Selanjutnya, peneliti memberikan inform consent (informasi awal yang berhubungan dengan proses wawancara) kepada partisipan. Proses wawancara dilakukan selama kurang lebih 20-30 menit. Selama proses wawancara, peneliti menggunakan perekam audio atau suara untuk merekam semua informasi yang dibeberkan oleh partisipan. Peneliti diharapkan menghargai partisipan dan selalu bersikap sopan santun, sebab pewawancara yang baik adalah yang lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kegiatan wawancara ini dilakukan tidak hanya kepada para guru sebagai partisipan inti. Kegiatan tersebut berlanjut dengan agenda wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah sebagai sumber informasi tambahan. Data yang diperoleh dari kepala sekolah akan dibandingkan dengan data dari partisipan inti untuk memperkuat hasil penelitian yang diharapkan dalam menjawab pertanyaan penelitian yang ada. Selama proses wawancara peneliti menggunakan recorder untuk merekam semua informasi yang disampaikan oleh para guru sebagai partisipan inti serta kepala sekolah sebagai sumber informasi tambahan. Peneliti juga menggunakan field note sebagai sarana lain untuk menulis informasi-informasi tertentu yang tidak sempat direkam. Setelah melakukan wawancara, peneliti kemudian mencari informasi-informasi tambahan yang akan memperkuat data yang didapatkan dari proses wawancara melalui observasi. Observasi dilakukan di dalam kelas dengan melihat dan mengamati bagaimana peran partisipan terhadap pembentukan moral anak dengan 41

panduan observasi yang telah ada. Setelah itu, peneliti kemudian akan mengumpulkan beberapa dokumentasi yang diminta pada pihak sekolah dan mempelajari isi dari dokumentasi tersebut. Hasil rekaman dan catatan fied note, panduan observasi serta dokumentasi kemudian dipelajari dan dipahami lebih dalam untuk dilakukan proses analisa selanjutnya. 3.7 Teknik Analisa Data Dalam proses analisa data, peneliti menggunakan pendekatan naratif untuk menganalisa dan menginterpretasikan kembali pengalaman partisipan akan peran mereka mengenai pentingnya proses pembentukan moral anak usia 4-6 tahun. Teknik analisa data wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini diadaptatasi dari model Collaizi (1978) dalam Streubert & Carpenter (2011) yang langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat atau pernyataan partisipan. Pada tahapan ini, peneliti menuliskan hasil wawancara dalam bentuk naskah transkrip. Tujuannya adalah agar dapat mendeskripsikan gambaran dari konsep penelitian diperoleh dari data hasil penelitian. 2) Membaca serta mempelajari kembali seluruh deskrisi fenomena yang telah disampaikan oleh semua partisipan. 3) Membaca transkrip hasil wawancara dan mengutip pernyataan-pernyataan yang bermakna dari semua partisipan. Setelah mampu memahami pengalaman partisipan, peneliti membaca kembali transkrip hasil wawancara serta melakukan memilih pernyataan-pernyataan dalam naskah transkrip yang cukup signifikan dan sesuai dengan tujuan khusus penelitian dan memilih kata kunci pada detail pernyataan dengan menandai kata-kata kunci dimaksud. 4) Peneliti membaca kembali kata-kata kunci tersebut dan mencoba menemukan esensi atau makna dari kata kunci tersebut untuk diuraikan artinya sekaligus mengkategorikan. 5) Peneliti mempelajari hasil observasi dan dokumentasi untuk menguraikannya dalam kategori-kategori yang ada 42

6) Peneliti mempelajari seluruh kategori yang ada, membandingkan dan mencari persamaan diantara kategori tersebut, dan akhirnya mengelompokan kategorikategori tersebut dalam sub tema dan tema. 7) Menuliskan deskripsi yang lengkap. Peneliti merangkai tema yang dibuat selama proses analisa data dan mulai memenuliskannya menjadi sebuah deskripsi sebagai hasil dari penelitian. Selanjutnya, hasil tersebut dibahas dalam tahap pembahasan pada penelitian. Kelengkapan informasi yang dibutuhkan tentunya sangat penting untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. 43