ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA TANI KEDELAI DI DESA KEBONAGUNG KABUPATEN GROBOGAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISA USAHATANI KEDELAI VARIETAS WILIS PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI DESA KLOMPANG BARAT KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI POLONG TUA DAN POLONG MUDA DI KECAMATAN JATIWARAS, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

PEMERINTAH KABUPATEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA TANI KEDELAI DI DESA KEBONAGUNG KABUPATEN GROBOGAN Bayu Nuswantara, Georgius Hartono, Tinjung Mary Prihtanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga bnuswan@yahoo.com ABSTRAK Ketergantungan terhadap impor yang semakin tinggi menyebabkan diperlukan upaya peningkatan produksi kedelai nasional, termasuk di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi salah satu provinsi sentra produksi kedelai Indonesia, salah satu sentra adalah Kabupaten Grobogan. Biaya tinggi diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya produksi usahatani kedelai. Upaya peningkatan produksi kedelai saat ini mengalami tantangan adanya keraguan kelayakan ekonomi atau profitabilitas yang menyebabkan berkurangnya minat petani untuk terus melakukan usahatani kedelai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan ekonomi usahatani kedelai di daerah sentra produksi. Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer berupa informasi dari petani serta data sekunder berupa data kondisi alam wilayah penelitian, demografi penduduk, potensi sosial dan ekonominya. Data primer diambil menggunakan teknik survei yakni mewawancarai petani dan informan kunci dengan panduan kuesioner. Sampel ditentukan secara acak pada populasi petani kedelai di lokasi penelitian sejumlah 50 petani. Teknik analisis data meliputi analisis tabulasi digunakan untuk pemahaman kondisi sosio-ekonomi petani, analisis kelayakan ekonomi menggunakan R/C ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R/C ratio dari usahatani kedelai adalah 1,29 yang berarti usahatani kedelai ini layak untuk dilaksanakan. Namun demikian perlu adanya insentif usahatani, agar petani terus berminat untuk menanam kedelai. Kata kunci: kedelai, kelayakan ekonomi, R/C ratio. PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glicine max) merupakan tanaman semusim yang banyak diusahakan hampir diseluruh Indonesia. Produksi kedelai dalam negeri sendiri hanya mampu memenuhi 30-40% dari kebutuhan nasional, kekurangannya dipenuhi dari impor. Impor kedelai lima tahun terakhir juga cenderung meningkat landai, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,94% per tahun. Impor kedelai mengalami penurunan di tahun 2012 dan 2015, masing-masing sebesar 41,58% dan 15,04%. Volume impor tahun 2015 relatif tinggi, yaitu sebesar 1,67 juta ton. Lebih dari setengah kebutuhan kedelai dalam negeri atau 70% masih dipenuhi dari impor. Faktor utama penyebab tingginya impor kedelai adalah rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Seperti telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, 295

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 produksi kedelai masih rendah jika dibandingkan dengan besarnya kebutuhan dalam negeri. Tingginya impor kedelai mempunyai korelasi secara langsung dengan kurangnya pasokan kedelai dalam negeri (Anonim, 2015). Konsumsi kedelai domestik terutama untuk pemenuhan bahan baku industri produk olahan seperti tahu dan tempe. Kedelai kuning sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu merupakan varietas yang kurang optimal pertumbuhannya di Indonesia karena iklim yang kurang sesuai. Hal ini menjadi penyebab rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Saat ini terjadi kecenderungan peningkatan harga berbagai komoditas pangan termasuk komoditas kedelai. Bila impor kedelai dibiarkan tetap tinggi, tentunya akan menurunkan cadangan devisa yg ada, untuk itu perlu diupayakan peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Sehubungan dengan ini pemerintah telah merencanakan untuk menaikkan subsidi pupuk, agar biaya produksi menurun dan petani terangsang untuk meningkatkan produksi. Sementara itu selama periode 2002 2014 konsumsi kedelai cukup fluktuatif dan cenderung menurun, dengan laju penurunan rata-rata 1,15% per tahun. Konsumsi kacang kedelai pada periode ini rata-rata sebesar 7,62 kg/kapita/ tahun, konsumsi tertinggi sebesar 8,63 kg/kapita/tahun terjadi pada tahun 2007. Namun satu tahun kemudian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 11,16% sehingga konsumsi menjadi 7,67 kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi pada tahun 2007-2008 tidak terlepas dari terjadinya resesi ekonomi global dan adanya kebutuhan pangan untuk energi alternatif, dampaknya adalah penurunan daya beli masyarakat dunia termasuk Indonesia (Ariani, M. 2010). Data periode tahun 2010-2015 dari sentra produksi kedelai Indonesia berada di 7 (tujuh) provinsi, memberikan kontribusi sebesar 87,40% terhadap produksi kedelai nasional selama lima tahun terakhir, dan 27 provinsi lainnya menyumbang 12,60%. Kontribusi terbesar diberikan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 39,74% (rata-rata produksi 351,92 ribu ton), diikuti Jawa Tengah 14,03% (ratarata produksi 124,23 ribu ton), dan Nusa Tenggara Barat 10,65% (rata-rata produksi 94,33 ribu ton). Sementara empat provinsi sentra lain berkontribusi di bawah 10%, yakni Jawa Barat 8,76% (rata-rata produksi 77,55 ribu ton), Aceh 5,96% (rata-rata produksi 52,78 ribu ton), Sulawesi Selatan 5,06% (rata-rata produksi 44,80 ribu ton), dan DI. Yogyakarta 3,21% (ratarata produksi 28,41 ribu ton) (Anonim, 2015). Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi kedelai nasional, termasuk di Provinsi Jawa Tengah yang 296

Analisis kelayakan ekonomi usaha tani kedelai di desa kebonagung Kab.Grobogan (Bayu Nuswantara, dkk) menjadi salah satu provinsi sentra produksi kedelai Indonesia. Di Jawa Tengah salah satu sentra produksi kedelai adalah Kabupaten Grobogan. Upaya peningkatan produksi kedelai saat ini mengalami tantangan adanya keraguan kelayakan ekonomi atau profitabilitas usahatani, tingginya biaya produksi, dan potensi dari tanaman komoditas lain yang menyebabkan posisi daya saing kedelai menjadi lebih rendah. Dalam Budidarsono (2002), terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas yang lazim dipakai, antara lain adalah analisa pendapatan usahatani dan analisa kelayakan (R/C) ratio yang merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang jika nilai R/C lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi cukup menguntungkan. Salah satu indikator daya saing suatu komoditas adalah apabila komoditas tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimum dari usahataninya. Jika keuntungan suatu komoditas meningkat, berarti daya saingnya juga meningkat. Dalam rangka memaksimalkan keun-tungan, pada areal dan musim yang sama dapat ditanam berbagai komoditas pangan selain kedelai, seperti jagung, kacang tanah, dan kacang hijau. Oleh karena itu permasalahan yang muncul adalah bagaimanakah kelayakan ekonomi usahatani kedelai? Tujuan penelitian 1. Mengetahui besarnya pendapatan usahatani kedelai di Desa Kebonagung Kabupaten Grobogan. 2. Menganalisis kelayakan ekonomi usahatani kedelai di Desa Kebonagung Kabupaten Grobogan. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Peneilitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif sehingga dapat menjelaskan aspek ekonomi yang mempengaruhi pendapatan usahatani kedelai secara jelas. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan Desa Kebonagung, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, dan dilaksanakan pada bulan Maret April tahun 2016. Teknik Pengambilan Data Data yang dicari dalam penelitian ini meliputi data primer berupa informasi dari petani dan informan kunci terkait, serta data sekunder berupa data kondisi alam wilayah penelitian, demografi penduduk, potensi sosial dan ekonominya, serta data sekunder lain yang terkait. Data primer diambil menggunakan teknil survei yakni mewawancarai petani dan informan kunci dengan panduan kuesioner, sedangkan data sekunder diambil pada instansi terkait. 297

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 Teknik Pengambilan Sampel Sampel ditentukan secara acak pada populasi petani kedelai di lokasi penelitian sejumlah 50 petani. Teknik Analisis Data Analisis kelayakan ekonomi: digunakan untuk melihat seberapa besar pendapatan dan produksi dari usahatani kedelai yang dihasilkan oleh petani kedelai di desa Kebonagung. Pendapatan usahatani dapat dianalisis dengan menganalisis biaya dan pendapatan dari usahatani (Lipsey, 1997). Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi/hasil yang diperoleh petani dengan harga jual (Soekartawi, 2006). Pengertian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Q x Py dimana: TR = total penerimaan Q = produksi dari kegiatan usahatani Py = harga Q Sedangkan besarnya biaya untuk kegiatan usahatani dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: TC = FC + VC dimana: TC = total biaya FC = biaya tetap dari kegiatan usahatani VC = biaya variabel dari kegiatan usahatani Sementara itu untuk menganalisis pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara total penerimaan dan total biaya, dengan rumus sebagai berikut: Pd = TR - TC dimana: Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan (total revenue) TC = tatol biaya (total cost) Analisa kelayakan ekonomi akan Dianalisis dengan R/C ratio yang merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total biaya, dengan rumus sebagai berikut: A = TR / TC dimana: A = R/C ratio TR = total penerimaan (total revenue) TC = tatol biaya (total cost) kriteria kelayakan ekonomi, jika: R/C ratio maka usahatani dikatakan layak / menguntungkan R/C ratio maka usahatani dikatakan tidak layak / rugi R/C ratio = maka usahatani dikatakan impas (tidak untung maupun rugi) HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Kebonagung merupakan daerah yang masih menjadi penghasil kedelai, walaupun jumlah petani kedelai terus 298

Analisis kelayakan ekonomi usaha tani kedelai di desa kebonagung Kab.Grobogan (Bayu Nuswantara, dkk) berkurang dari tahun ke tahun. Desa ini merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jarak desa ke kantor kecamatan sekitar 5 km dan jarak ke ibukota kabupaten di Purwodadi sekitar 41 km ke arah timur, jarak lebih dekat justru ke ibukota kabupaten di Demak yang berjarak sekitar 15 km ke arah utara. Adapun mata pencaharian Adapun jumlah penduduk tercatat 4.815 jiwa, terdiri 2.378 laki-laki dan 2.437 perempuan, dengan kepadatan penduduk 1.169 jiwa per km 2. Luas wilayah desa sekitar 412 hektar, terdiri dari tanah sawah tadah hujan seluas 99 ha dan sisanya sekitar 313 ha berupa tanah kering yang terdiri dari tegal, pekarangan dan jenis lainnya. Ada sekitar 33 ha tanah bengkok desa dan 14,5 ha tanah kas desa. Areal tanaman kedelei intensifikasi pada tahun 2014 tercatat seluas 134 ha. Input Produksi Usahatani Kedelai. Penggunaan input produksi merupakan faktor yang penting dalam kegiatan usahatani kedelai, yang meliputi: lahan persawahan tadah hujan, tenaga kerja, benih kedelai, pupuk (Urea, Ponska, TSP), pestisida, dan kegiatan kelembagaan lainnya seperti: penyuluhan, perdagangan, dan birokrasi desa. Luas lahan persawahan tadah hujan yang digarap petani kedelai pada umumnya memiliki luas kurang dari 0,5 hektar. Seperti umumnya di wilayah pedesaan lainnya di pulau Jawa, maka luas lahan untuk pertanaman kedelai ini tergolong sempit, sehingga merupakan kelemahan bagi petani, karena usahatani dengan lahan sempit kurang dapat memberikan keuntungan yang cukup bagi petani dan keluarganya untuk hidup layak jika tidak diimbangi dengan penghasilan dari kegiatan usaha ekonomi lainnya, hal sebaliknya jika semakin tinggi luas lahan untuk usahatani kedelai, maka ada kecenderungan untuk menghasilkan produksi yang semakin tinggi (Hernanto, 1991 dalam Supartama, dkk., 2013). Wilayah Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi kedelai dengan produktivitas yang baik, karena selain daerahnya cocok untuk usahatani kedelai juga penggunaan benih kedelai yang berkualitas unggul dan bermutu. Walaupun produktivitas hasil kedelai masih dibawah 2 ton per hektar, namun di wilayah ini produktivitasnya masih diatas rata-rata nasional yang hanya sekitar 1,6 ton per hektar (Anonim, 2015). Angka ini tentu akan memberikan kontribusi yang besar pada penerimaan usahatani, jika harga jual produksi kedelai tidak mengalami fluktuasi atau penurunan harga. Pengunaaan benih rata-rata per hektar oleh petani kedelai sekitar 69,2 kg per hektar dengan harga benih Rp.10.000,- per kilogram. 299

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 Penggunaan pupuk bagi usahatani kedelai, terutama diwilayah lahan sawah tadah hujan seperti di desa ini, sangat diperlukan agar dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai dengan memperhatikan dosis dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman selama masa pertumbuhannya (Supartama, dkk., 2015). Karena itu penggunaan pupuk yang meliputi: Ponska, Urea dan TSP oleh petani kedelai cukup tinggi, selama satu musim tanam sekitar 271,8 kg Ponska, 270,6 kg Urea, dan 110,4 kg TSP, dengan harga masing-masing di bawah Rp.3.000,- per kg. Angka ini cukup tinggi jika dikaitkan dengan rekomendasi pupuk oleh pihak terkait (penyuluh), yang dibawah 200 kg per hektar. Hal ini diduga karena areal tanam kedelai adalah sawah tadah hujan, yang memiliki karakterik pengairan yang sangat tidak menguntungkan bagi usahatani. Pestisida dalam usahatani kedelai akan selalu dibutuhkan mengingat, rentannya tanaman kedelai terhadap serangan organisme pengggangu tanaman (OPT), seperti: ulat grayak, ulat penggulung daun, lalat penggerek batang, kepik hijau dan penghisap polong, hama pengerek polong. Penggunaan pestisida berupa revator selalu dibutuhkan agar tanaman terhindar dari serangan OPT, dengan penggunaan sekitar 10 botol kecil per hektar setiap musim tanam dan harganya sekitar Rp.65.000,- per botol kecil. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani kedelai ini sangatlah dominan, sawah tadah hujan yang merupakan areal tanaman kedelai dalam kegiatan budidaya, mulai dari: pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama/ penyakit, pemanenan, pengangkutan, pengeringan, hingga penyelepan, sangat banyak membutuhkan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja selama musim tanam hingga panen dan pasca panen rata-rata membutuhkan 119 HOK/ha/MT. Sementara itu pengairan dan kegiatan kelembagaan usahatani lainnya, juga sangat membantu kegiatan usahatani kedelai dalam mencapai produksi. Air sangat dibutuhkan mulai dari kegiatan pengolahan lahan di sawah tadah hujan sampai tanaman kedelai mencapai masa panen atau sekitar 90 hari, namun karena merupakan sawah tadah hujan maka pemilihan masa tanam sangat menentukan keberhasilan produksi, karena ketersediaan air sesuai dengan musim sangat membantu pertumbuhan tanaman dan gangguan adanya serangan OPT. Kegiatan kelembagaan (penyuluhan dan perdagangan) oleh penyuluh dan pelaku swasta juga berperan dalam keberhasilan usahatani kedelai, karena akan menjadi faktor pelancar bagi petani kedelai dalam merespon aspek teknis dan pasar, 300

Analisis kelayakan ekonomi usaha tani kedelai di desa kebonagung Kab.Grobogan (Bayu Nuswantara, dkk) kapan harus melakukan kegiatan usahatani. Pendapatan Usahatani Kedelai. Pendapatan usahatani kedelai merupakan selisih antara penerimaan usahatani kedelai dengan biaya yang dikeluarkan selama periode satu musim tanam. Penerimaan yang diperoleh oleh petani kedelai dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi dan harga jual yang diterima, sehingga semakin besar produksi kedelai dan harga jual kedelai maka akan semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh petani kedelai. Rata-rata produksi yang dihasilkan petani dari usahatani kedelai di Desa Kebonagung selam satu musim tanam adalah sebesar 1.896,6 kg dengan rata-rata harga jual kedelai yang diterima petani sebesar Rp.5.986,- per kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh petani kedelai sebesar Rp.11.353.789,- per ha per MT. Biaya produksi usahatani meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan pada semua kegiatan usahatani kedelai selama satu musim tanam. Biaya tetap usahatani kedelai adalah biaya yang tidak mempengaruhi pada volume produksi. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani kedelai adalah pajak atas lahan (PBB), dengan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahatani kedelai sebesar Rp.190.581,- per ha per tahun. Sedangkan biaya variabel yang merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besarnya volume produksi, meliputi: benih, pupuk (Ponska, Urea, dan TSP), pestisida (revator), penggunaan tenaga kerja, dan biaya lainnya, dengan rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani kedelai sebesar Rp. 8.809.803,- per ha per MT. Dari hasil penelitian menunjukkan rata-rata total penerimaan yang diperoleh petani kedelai sebesar Rp.11.353.789,- per ha per MT dan rata-rata total biaya yang dikeluarkan petani kedelai sebesar Rp. 8.809.803,- per ha per MT, sehingga mengacu pada perhitungan pendapatan usahatani yang diperoleh petani kedelai, adalah sebesar: = Rp.11.353.789,- per ha per MT - Rp. 8.809.803,- per ha per MT = Rp.2.543.986,- per ha per MT Rata-rata pendapatan usahatani kedelai yang diperoleh petani di Desa Kebonagung, Kabupaten Grobogan adalah sebesar Rp.2.543.986,- per ha per MT, gambaran lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1. 301

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 Tabel 1 Analisis Ekonomi Usahatani Kedelai di Desa Kebonagung Kabupaten Grobogan per Hektar per Musim Tanam, Tahun 2016. No JENIS KEGIATAN Jumlah (Rp) Prosentase Biaya (%) Jumlah Produksi Kedelai (kg) 1.896,57 Harga Jual Kedelai 5.986 1 Total Penerimaan Usahatani (TR) 11.353.789 Biaya Produksi: a Benih 691.636 7,85 b Pupuk: 16,56 1. Ponska 641.462 7,28 2. Urea 541.139 6,14 3. TSP 275.924 3,13 c Pestisida: revator (botol kecil) 652.482 7,41 d Tenaga Kerja 5.481.308 62,22 e Biaya lain-lain 335.269 3,81 f Biaya Tetap: pajak PBB 190.581 2,16 2 Total Biaya Produksi (TC) 8.809.803 100,00 3 Pendapatan Usahatani (Pd) 2.543.986 4 R/C ratio 1,29 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016 Analisa Kelayakan Ekonomi Usahatani Kedelai Analisa kelayakan ekonomi usahatani kedelai juga menggambarkan efisiensi yang diperoleh oleh petani kedelai. Untuk melihat kelayakan ekonomi usahatani kedelai di Desa Kebonagung, Kabupaten Grobogan digunakan analisis R/C ratio, dengan perhitungan Total Penerimaan (TR) atau Revenue (R) dibagi Total Biaya (TC) atau Cost (C), sehingga diperoleh hasil sebesar: R/C = Rp.11.353.789,- per ha per MT / Rp.8.809.803,- per ha per MT R/C = 1,29, maka usahatani kedelai layak / menguntungkan Nilai R/C ratio (Return Cost Ratio), sebesar 1,29 menunjukan bahwa R/C 1 maka usahatni kedelai di Desa Kebonagung ini dikatakan layak atau menguntungkan (tambahan penerimaan/ manfaat lebih besar dari tambahan biaya). Beberapa hasil penelitian lainnya pada usahatani kedelai memberikan informasi yang cukup beragam, penelitian Farikin dkk (2016) memperlihatkan hasil R/C ratio sebesar 1,73, sementara itu hasil penelitian Arifin dan Sahrawi (2012) menunjukkan hasil R/C ratio sebesar 1,56, sedangkan penelitian dari Meryani (2008) menunjukkan hasil R/C ratio usahatani kedelai sebesar 1,28. Perbedaaan angka R/C ratio yang beragam ini lebih banyak dikarenakan perbedaan harga jual kedelai yang lebih besar ada yang Rp.7.500/kg, ada yang memperoleh harga jual Rp.6.940,-/kg (Farikin, dkk. 2016), sedangkan yang lainnya harga jual dibawah Rp.4.000,- /kg (Meryani, 2008). Namun R/C ratio ini juga ditentukan interaksi dari faktor 302

Analisis kelayakan ekonomi usaha tani kedelai di desa kebonagung Kab.Grobogan (Bayu Nuswantara, dkk) kuantitas produksi kedelai per musim tanam dan faktor biaya produksi per musim tanam, yang dalam perkembangan terus mengalami perubahan dan cenderung menekan penerimaan petani kedelai. Hasil usahatani kedelai di Desa Kebonagung secara ekonomi masih menguntungkan (R/C ratio = 1,29), dimana dengan rata-rata total biaya usahatani sebesar Rp.8.809.803,- per ha per MT, maka diperoleh rata-rata total penerimaan 1,29 kali lipat menjadi sebesar Rp.11.353.789,- per ha per MT atau dengan kata lain hasil penjualan dari usahatani kedelai mencapai 129% dari total biaya (modal) yang dikeluarkan. Namun demikian dalam perkembangannya faktor biaya produksi dan faktor harga jual dalam kegiatan usahatani kedelai ini terus mengalami perubahan dan cenderung tidak menguntungkan petani kedelai, sehingga bannyak petani kedelai yang beralih ke komoditi lainnya seperti: jagung dan kacang hijau yang harga dan produksinya lebih tinggi. Dari sisi biaya produksi, sekitar 62% biaya produksi dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja. Tenaga kerja untuk pertanian di Desa Kebonagung sudah sangat sulit dicari dan tingkat upahnya tinggi dengan rata-rata Rp.46.200,- per tenaga kerja per 6 jam kerja sehari. Adanya pabrik di wilayah sekitar desa yaitu: wilayah Mranggen Demak dan Pedurungan Semarang, membuat tenaga kerja tidak tertarik bekerja di sektor pertanian dan beralih bekerja di sektor industri dan konstruksi dengan upah yang lebih tinggi, akibatnya upah tenaga kerja di sektor pertanian juga terus meningkat, seperti pada kegiatan pemanenan hasil yang mencapai Rp.65.000,- per hari atau upah borongan yang juga mahal. Tingginya upah tenaga kerja di sektor pertanian akibat imbas kenaikan upah di sektor industri dan konstruksi ini juga berdampak pada pengeluaran biaya lainlain di usahatani, yaitu bertambahnya pengeluaran untuk biaya makan dan rokok. Rata-rata biaya lainnya yang dikeluarkan petani kedelai dalam penelitian ini sebesar Rp.335.269,- per ha/mt. Dari sisi harga jual hasil panen kedelai, juga mengalami tekanan akibat adanya kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga kedelai, ratarata harga jual kedelai dalam penelitian ini sebesar Rp.5.986,- per kg. Harga sebesar ini tentu saja membuat petani kedelai menjadi kurang tertarik untuk terus menanam kedelai, karena harga komoditi lainnya jagung dan kacang hijau terus mengalami kenaikan sesuai dengan mekanisme pasar. Harga jagung dan kedelai lebih ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar, dimana permintaan cenderung terus 303

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 menaik terutama oleh industri (pakan dan makanan), harga kacang hijau bahkan bisa mencapai Rp.18.000,- kg dan tataniaga yang lebih mapan dan stabil tanpa adanya banyak tengkulak yang menekan harga petani. Sementara kedelai harga jualnya cenderung stabil pada harga Rp.6.000,-/kg di wilayah Grobogan, hal ini diduga pemerintah cenderung menjaga harga kedelai tidak bergejolak yang merugikan industri kecil tahu-tempe, akibatnya petani kedelai selalu menerima harga yang relatif tetap, ditengah terus meningkatnya harga jual komoditas lain, seperti jagung dan kedelai yang sebenarnya petani juga mampu dan bisa untuk menanam di areal lahannya, akibatnya petani menjadi enggan dan kurang tertarik untuk menanam kedelai. Disamping itu produksi kedelai saat ini juga dari sisi produktivitasnya masih rendah (dibawah 2 ton/ ha/mt) dan kalah dengan jagung dan kacang hijau. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Petani kedelai di Desa Kebanagung dari segi pendapatan usahatani ratarata memperoleh Rp.2.543.986,- per ha per MT. Ini didapat dari selisih antara rata-rata penerimaan sebasar Rp.11.353.789,- per ha per MT dan rata-rata biaya sebesar Rp.8.809.803,- per ha per MT. 2. Usahatani kedelai di Desa Kebonagung memberikan nilai R/C ratio sebesar 1,29, yang menunjukkan bahwa usahatani ini masih layak untuk dilakukan. Saran Usahatani kedelai di Desa Kebonagung masih layak untuk diusahakan, karena dari sisi penerimaan usahatani dan R/C ratio masih menguntungkan. Namun diharapkan petani tetap berupaya menjaga produktivitas kedelai yang cukup tinggi, dan pemerintah terus berupaya menjaga harga jual kedelai petani pada harga yang kompetitif dengan komiditi pesaing lainnya seperti: jagung dan kacang hijau. Juga perlu intervensi dari pemerintah untuk tetap memberikan subsidi pada input produksi (pupuk, dll), serta memperbaiki sarana dan prasarana irigasi yang lebih layak, sehingga areal persawahan di Desa Kebonagung tidak lagi lahan sawah tadah hujan dan menjadi lahan irigasi teknis atau minimal irigasi ½ teknis. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kementerian Pertanian. 304

Analisis kelayakan ekonomi usaha tani kedelai di desa kebonagung Kab.Grobogan (Bayu Nuswantara, dkk) Apsari, Sofia Rieni, dan R. Hermawan. 2009. Analisis Ekonomi Produksi Kedelai Hitam di Kec. Playen Kab. Gunung Kidul. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 5 No. 1, 2009. Ariani, M. 2010. Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan, http://www.journal.persagi.org/go/ index.php/gizi. Arifin, Z dan Sahrawi. 2012. Analisa Usahatani Kedelai Varietas Wilis Pada Lahan Sawah Tadah Hujan Di Desa Klompang Barat Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan. Jurnal Ilmiah OnlineUniversitas Yudharta Pasuruan. http://jurnal.yudharta.ac.id/wp- content/uploads/2015/05/3.-zainol- Arifin-Analisa-Usahatani-Kedelai- Varietas-Wilis-Pada-Lahan-Sawah- Tadah-Hujan-Di-Desa-Klompang- Barat-Kecamatan-Pakong-Kabupaten- Pamekasan.pdf Budidarsono, Suseno. 2002. Analisis Nilai Ekonomi Wanatani. Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara. 11-14 November 2001. Denpasar Bali. Farikin, dkk. 2016. Analisis Usahatani Kedelai Varietas Grobogan Di Desa Pandaharum Kabupaten Grobogan. Jurnal Agromedia, Volume 34, No. 1 Maret 2016. Krisdiana, Ruly. 2012. Daya Saing dan Faktor Determinan Usahatani Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Volume 31 No. 1 2012. Lipsey, 1997. Pengantar Mikroekonomi jilid2. Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. Meryani, N. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skripsi, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ray, Subhash C. 1982. A Translog Cost Function Analysis of US Agriculture 1939-77. American Journal of Agricultural Economics Vol. 64 No. 3 August 1982. Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press. Soekartawi, 2006. Analisa Usahatani. Penerbit UI Press. Jakarta. Supartama, dkk. 2013. Analisis Pendapatan dan kelayakan Usahatani Padi Sawah di Subak baturiti Desa Balinggi Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Agrotekbis Vol.1 (2): 166-172, Juni 2013 ISSN:2338-3011. 305

PROSEDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL Vol. 2, Agustus 2016 ISSN: 2460-5506 306