KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TABALONG DALAM OTONOMI DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KERINCI DAN KOTA SUNGAI PENUH

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

EVALUASI KINERJA KEUANGAN DAERAH SE KARESIDENAN PEKALONGAN TAHUN

Kemampuan anggaran pendapatan desa: studi komparatif pada Desa Tanjung Mulia dan Desa Ujung Tanjung di Kecamatan Bahar Selatan Kabupaten Muaro Jambi

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN KETERGANTUNGAN KEUANGAN DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SAROLANGUN. Amelia Sutriani C0E013027

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Otda) adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEMAMPUAN DAERAH, TINGKAT KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

Pemetaan Kinerja Pendapatan Asli Daerah dan Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. yang bukan merupakan negara kapitalis maupun sosialis, melainkan negara

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang (UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KETERGANTUNGAN FISKAL PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PADA ERA OTONOMI DAERAH

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. implikasi pada pelimpahan wewenang antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang.

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini menarik untuk dicermati. Era

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH (STUDI KASUS KOTA SEMARANG TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

ANALISIS KEMANDIRIAN DAERAH SUBOSUKAWONOSRATEN DALAM PELAKSANAAN SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH ( TINJAUAN KEUANGAN DAERAH )*

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

Oleh: Syukria Dewi Pembimbing: Restu Agusti dan Rahmiati Idrus

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan untuk mengoreksi berbagai kebijakan pemerintah, salah satunya. menjelaskan bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DIBERLAKUKANYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kota Jambi. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan UU No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

RISMA MELATI Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

Lampiran 1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun (Juta Rupiah).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN FLORES TIMUR

Transkripsi:

DINAMIKA EKONOMI, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.6.No.1. Maret 3013 KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TABALONG DALAM OTONOMI DAERAH Muzdalifah Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin muzdalifah_feunlam@yahoo.co.id Abstract The objective of this research is to analyze financial capacity of the district Tabalong the indicators measure financial capacity are the independency ratio and the index of financial capacity that used by Bappenas. The financial secondary data is used during 2002-2011. The results show that the average ratio of independence 6,58 % under 25 % in relationship pattern instructive which means that still depends on the central government same with the result of average for the ability of the financial index 0,51 which means that district tabalong since the regional autonomy has not yet able to the treasury. Keywords: financial capacity, independency ratio. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah Kabupaten Tabalong yang dilihat dari rasio kemandirian dan indeks kemampuan keuangan. Data yang digunakan data sekunder berupa data keuangan dan data lainnya tahun 2002-2011 yang dianalisis secara diskriptif kuantitatif dengan model yang digunakan oleh Bappenas. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rasio kemandirian rata-ratanya sebesar 6,58% dibawah 25% dengan pola hubungan instruktif yang berarti bahwa daerah masih tergantung dengan pemerintah pusat, sama halnya dengan hasil perhitungan indeks kemampuan keuangan yang rata-ratanya sebesar 0,51 yang berarti bahwa Kabupaten Tabalong sejak adanya otonomi daerah belum mampu mandiri secara keuangan. Kata kunci: rasio kemandirian, kemampuan keuangan Pelaksanaan otonomi daerah dengan disentralisasi fiscal idealnya semakin mendekatkan daerah pada kebutuhannya akan penyediaan layanan publik yang realistis, realistis dalam artinya jenis dan jumlahnya, karena selama ini ditenggarai sentrslisasi membuat inisiatif daerah sangat minim sehingga banyak penyediaan layanan public yang terkesan mubazir akibatnya cita-cita nasional untuk mensejahteraan masyarakat semakin sulit tercapai. Fungsi ekonomi pemerintah menurut pandangan teori ekonomi public (Guritno Mangkoesubroto,1997), terdiri atas tiga fungsi pokok, yakni fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Adanya desentralisasi dibidang ekonomi mengharuskan pemerintah pusat menyerahkan sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan fungsi alokasi, fungsi 1

Muzdalifah, Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong... distribusi dan fungsi stabilisasi, yang ditujukan untuk mengatur dan mengurus perekonomian daerah dalam rangka menciptakan stabilitas perekonomian secara nasional. Ketiga fungsi tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat, namun untuk menuju kepada sistem pemerintahan yang efektif dan efisien sebagian besar wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat didesentralisasikan kepada pemerintah daerah. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang diwujudkan dalam bentuk Dana Perimbangan (transfer) merupakan subsistem keuangan Negara sebagai konseksuensi pembagian tugas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan merupakan sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di point c disebutkan bahwa UU ini dibuat dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pendanaan berdasarkan kewenangan Pemerintah Pusat, Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berupa sistem keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar susunan pemerintahan. Kabupaten Tabalong sebagai salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang memiliki sumber daya alam yang besar yang terlihat pada postur PDRB Kabupaten yang 70% hingga 80% diketahui disumbang oleh sektor primer.(lihat tabel1). Berdasarkan pengamatan tahun 2007-2011 terlihat bahwa sebagian besar PDRB Kabupaten Tabalong didominasi oleh sektor Pertanian dan Pertambangan dan Penggalian. 2

DINAMIKA EKONOMI, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.6.No.1. Maret 3013 Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga KonstanKabupaten Tabalong Tahun 2007 2011 (dalam jutaan rupiah) Sektor Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 2007 348,486.19 1,758,428.34 22,522.70 2,446.16 45,065.86 129,106.50 32,655.43 48,364.74 145,637.59 Share (%) 14.40 80.51 1.03 0.11 2.06 5.91 1.50 2.21 6.67 2008 355,054.63 1,876,119.42 23,507.67 2,240.63 47,255.85 145,730.44 36,430.38 59,532.68 145,185.73 Share (%) 14.67 69.72 0.87 0.08 1.76 5.42 1.35 2.21 5.40 2009 373,107.47 1,957,196.23 30,078.90 2,253.93 50,019.47 148,313.68 40,887.19 61,233.40 190,312.43 Share (%) 15.42 68.59 1.05 0.08 1.75 5.20 1.43 2.15 6.67 2010 * 384,367.52 2,079,466.58 33,793.99 2,278.99 52,873.21 153,101.64 43,921.21 64,574.07 205,946.61 Share (%) 15.89 68.85 1.12 0.08 1.75 5.07 1.45 2.14 6.82 2011** 403,858.58 2,200,602.57 41,105.12 2,432.08 55,713.43 160,718.68 44,433.42 71,702.88 228,160.88 Share (%) 16.69 68.58 1.28 0.08 1.74 5.01 1.38 2.23 7.11 Ket: * Angka diperbaiki ** Angka sementara Sumber : BPS Kab. Tabalong Gambaran tentang kondisi keuangan daerah di Kabupaten Tabalong selama periode tahun yang sama terlihat bahwa Pendapatan Daerah yang bersumber dari PAD sangat kecil yakni hanya 4,76% sedangkan 94,68% bersumber dari dana transfer (lihat tabel 2), hal ini tentunya sesuatu yang sangat ironis di dalam pepatah disebutkan sebagai ayam mati di lumbung padi, sehingga sudah selayakanya daerah harus banyak berperan dalam sumber pendapatan daerah. Besarnya sumber daya yang dimiliki daerah Kabupaten Tabalong tidak serta merta membuat daerah mampu menggali potensi daerahnya lebih besarseperti terlihat pada besarnya sumbangan sektor primer dalam pembentukan PDRB namun sangat kecil kontribusi PAD dalam Pendapatan daerah sehingga penulis tertarik untuk meneliti bagaimana kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Tabalong dilihat dari Indek Kemampuan Keuangan Daerah. Dengan diketahuinya indek kemampuan keuangannya diharapkan daerah mampu /bisa mengambil langkah_langkah strategis sehingga kemandiriaan yang diharapkan dari adanya otomi daerah bisa tercapai. 3

Muzdalifah, Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong... Tabel 2 Pendapatan Daerah (PD), PAD, Pendapatan Dana Perimbangan dan Belanja Daerah (BD) dalam APBD Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan Tahun 2002 2011 TH PENDAPATAN r (%) P A D share (%) Dana Transfer 405,445,921,896.00 2007 442,058,589,121.00 5.64 27,612,667,225.00 6.25 440,600,443,596.00 2008 471,121,475,957.00 6.57 27,812,376,985.00 5.90 642,733,349,723.74 2009 667,613,320,257.80 41.71 24,879,970,534.06 3.73 660,118,163,514.00 2010 691,341,805,050.67 3.55 31,131,903,436.67 4.50 775,882,487,394.00 2011 811,097,409,198.39 17.32 35,194,608,084.39 4.34 share (%) BELANJA r (%) 91.72 468,205,922,515.00 34.39 93.52 563,290,736,533.00 20.31 96.27 624,641,652,002.00 10.89 95.48 721,220,359,691.00 15.46 95.66 815,831,328,341.00 13.12 ratarata 616,646,519,916.97 14.96 29,326,305,253.02 4.76 584,956,073,224.75 94.53 638,637,999,816.40 18.83 Sumber : DPKKD Kab Tabalong diolah Kewenangan daerah menurut undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah menegaskan bahwa : pasal 10 ayat (1) berbunyi Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Ayat (2)berbunyi dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Ayat(3) berbunyi kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, agama. Ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi adalah (1) Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan; (2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah. (Halim,2007a:262) Otonomi daerah tersebut juga termasuk di dalamnya desentralisasi fiskal yang mengharuskan daerah mempunyai kemandirian keuangan yang tinggi. 4

DINAMIKA EKONOMI, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.6.No.1. Maret 3013 Desentralisasi fiskal dilakukan pada saat daerah mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Beberapa daerah dengan sumber daya. Beberapa daerah dengan sumber daya yang dimiliki mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi, mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki (Bappenas, 2003). Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan Pemda dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. (Halim,2007b:232) METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait, rentang data yang dianalisis periode 2003-2011 dengan metode analisis yang dipakai oleh Bappenas untuk menghitung indeks kemampuan keuangan daerah. Tolak ukur rasio kemandirian keuangan daerah dapat dijelaskan dengan menggunakan skala seperti dalam tabel 3, dengan pola hubungan Keuangan Daerah yang diinterpretasikan sebagai berikut : a. Pola Hubungan Instruktif : Peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah (Daerah tidak mampu melaksanakan otonomi daerah) b. Pola Hubungan Konsultatif : Campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi. c. Pola Hubugan Partisipatif : Peranan pemerintah pusat semakin berkurang, mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi. d. Pola Hubungan Delegatif : Campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada, karena daerah telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. 5

Muzdalifah, Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong... Tabel 3 Skala Interval Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kemampuan Keuda RKKD Pola Hubungan Rendah Sekali 0% s/d 25% Instruktif Rendah 25% s/d 50% Konsultatif Sedang Tinggi 50% s/d 75% Partisipatif Tinggi 75% s/d 100% Delegatif Sumber : http://www.docstoc.com/pad dan peta kemampuan keuangan daerah Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = Bantuan Pemerintah Pusat / Propinsi dan pinjaman Sumber : Abdul Halim ; 2007b Adapun untuk mengukur Kemampuan Keuangan dengan Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) (Bappenas,2003). Untuk menentukan IKK dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Perhitungan dan analisis kinerja PAD melalui ukuran share, growth dan elastisitas. (Bappenas, 2003) Share PAD = PAD t Total Belanja PAD t - PAD t-1 Growth PAD = PAD t-1 Growth PAD Elastisitas = Pertumbuhan ekonomi PDRB t - PDRB t-1 Pertumbuhan ekonomi = PDRB t-1 Keterangan : PADt = Pendapatan Asli Daerah tahun t PADt-1 = Pendapatan Asli Daerah tahun t-1 PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun t PDRBt-1= Produk Domestik Regional Bruto tahun t-1 2. Menyusun indeks untuk setiap komponen indeks kemampuan keuangan. Indeks ini diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagaiberikut : Indeks X = Nilai X hasil pengukuran Nilai X kondisi minimum Nilai X kondisi maksimumnilai X kondisi minimum 6

DINAMIKA EKONOMI, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.6.No.1. Maret 3013 3. Dari persamaan tersebut diatas IKK = kemudian dihitung IKK yang diperoleh dari persamaan berikut ini : XS + XG + XE 3 Keterangan : XS = Indeks share PAD terhadap belanja XG = Indeks growth (pertumbuhan PAD) XE = Indeks elastisitas pertumbuhan PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten Tabalong dapat dilihat pada tabel 4, berdasarkan perhitungan rasio kemandirian sepanjang periode pengamatan yakni tahun 2002 hingga 2011 besarnya rasio lemandirian berkisar antara 0 % - 25% sehingga masuk pada kategori rendah sekali dengan pola hubungan instruktif dimana peranan pemerintah pusat lebih dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah, dengan perkataan lain Kabupaten Tabalong dianggap otonomi daerah. tidak mampu melaksanakan Kemampuan keuangan daerah yang rendah ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan daerah untuk memperoleh pendapatan yang bersumber dari daerah, yang sepanjang tahun pengamatan terlihat trendnya terus menurun, hal ini mencerminkan bahwa Kabupaten Tabalong selama adanya otonomi daerah belum mampu mengembangkan kemandiriannya sehingga dikatakan sangat tergantung pada pusat. Indeks Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong Indeks Kemampuan Keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 pada tabel 5 jika diuraikan satu persatu mulai dari indeks share yang merupakan hasil dari perbandingan antara PAD terhadap Belanja daerah yang berarti bahwa semakin mendekati 1 berarti kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah besar, seperti tahun 2003 sampai dengan 2006 indeksnya diatas 0,50 ini berarti pada tahun tersebut peranan daerah Kabupaten Tabalong cukup tinggi untuk membiayai belanja daerah yang berarti daerah semakinmandiri. 7

Muzdalifah, Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong... Tabel 4 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong Tahun 2002-2011 Tahun Rasio Kemandirian (%) 2002 12.81 2003 6.99 2004 7.80 2005 5.94 2006 6.23 2007 6.66 2008 6.27 2009 3.87 2010 4.72 2011 4.54 Rata-rata 6.58 Sumber : DPKKD Kab Tabalong diolah Indeks Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong Indeks growth berarti pertumbuhan PAD tahun bersangkutan besar jika dibandingkan tahun sebelumnya sehingga daerah bisa mandiri karena dana transfer akan semakin kecil seiring dengan tingginya PAD, di Kabupaten Tabalong terlihat pertumbuhan PAD fluktuatif sehingga sangat tidak stabil tentunya akan sangat riskan jika tidak terus menggali potensi pendapatan dan mengoptimalkan sumber penerimaan PAD yang sudah ada. Indeks elastisitas tinggi berarti kepekaan PAD terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi tinggi sehingga makin besar angka elastisitas maka semakin besar peranan PAD terhadap pertumbuhan ekonomi yang tahun pengamatan tahun 2003-2007 masih diatas 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun tersebut terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh besarnya peranan PAD yang berarti Kabupaten Tabalong pada saat itu cukupmandiri. 8

DINAMIKA EKONOMI, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.6.No.1. Maret 3013 Tabel 5 Indeks Kemampuan Keuangan Kabupaten Tabalong Tahun 2003-2011 Tahun Komponen Xs XG XE IKK 2003 0.72 0.00 0.00 0.24 2004 1.00 0.55 0.81 0.79 2005 0.80 0.34 0.49 0.54 2006 0.76 1.00 1.00 0.92 2007 0.48 0.50 0.81 0.60 2008 0.24 0.34 0.49 0.36 2009 0.00 0.18 0.26 0.15 2010 0.08 0.67 0.99 0.58 2011 0.08 0.51 0.73 0.44 Rata-rata 0.46 0.45 0.62 0.51 Sumber : DPKKD Kab Tabalong diolah Indeks kemampuan keuangan merupakan nilai rata-rata dari ketiga indeks tersebut maka dapat disimpulkan bahwa semakin mendekati 1 berarti daerah yang bersangkutan dalam hal kemampuan keuangannya semakin mandiri sedangkan semakin mendekati 0 maka semakin tergantung kepada pemerintah pusat, jika dilihat dalam kurun waktu tahun 2003-2011 terlihat kondisi yang fluktuatif dan di 2 tahun terakhir cenderung mendekati 0 yang berarti semakin tergantung kepada pemerintah pusat. SIMPULAN DAN SARAN Rasio kemandirian rata-ratanya sebesar 6,58% dibawah 25% dengan pola hubungan instruktif yang berarti bahwa daerah masih tergantung dengan pemerintah pusat, sama halnya dengan hasil perhitungan indeks kemampuan keuangan yang rata-ratanya sebesar 0,51 yang berarti bahwa Kabupaten Tabalong sejak adanya otonomi daerah belum mampu mandiri secara keuangan. Kemandirian keuangan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan daerah dalam mengelola keuangannya haruslah dianggap sebagai sarana bagi daerah untuk melakukan instropeksi, kunci dari kemandirian tidak lain adalah daerah mampu mengoptimalkan dan menggali potensi Pendapatan Asli Daerahnya, maka upaya intensifikasi maupun ekstensitifkasi perpajakan menjadi solusinya. DAFTAR PUSTAKA Bappenas. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Propinsi dalam Era Otonomi Daerah, Belanja Pembangunan, Tinjauan atas Kinerja PAD, dan Upaya yang dilakukan Daerah. Direktorat 9

Muzdalifah, Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Tabalong... Pengembangan Otonomi Daerah, Jakarta. Permendagri. 2006. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemendagri, Jakarta. Permendagri,2007. Perubahan atas Permendagri no. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemendagri, Jakarta. Halim, Abdul, dkk., 2007. Seri Bunga Rampai Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN, Jogyakarta. Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat, Jakarta. UU NO. 32 TAHUN 2004, 2012. PEMERINTAH DAERAH. LAKSANA, Jogjakarta. UU NO. 33 TAHUN 2004, 2012. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. LAKSANA, Jogjakarta. PP NO. 58 TAHUN 2005, 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. CV. CITRA UTAMA, Jakarta. Mahmudi. 2009. Manajemen Keuangan Daerah. ERLANGGA, Jakarta. PP NO. 71 TAHUN 2010, 2011. Standar Akuntansi Pemerintahan, FOKUSMEDIA, Bandung. 10