MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

ANALISA SEMENTARA MINI SURVEY PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2010

PEMANTAUAN PASANGAN USIA SUBUR MELALUI MINI SURVEI DKI JAKARTA 2007 PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI 2007

PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI PROVINSI BENGKULU ( HASIL MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS )

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KB PROPINSI BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

ANALISA PENURUNAN TFR DAN BONUS DEMOGRAFI DI PROPINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

FAKTOR-FAKTOR PENURUNAN FERTILITAS DI PROVINSI BENGKULU (PERBAIKAN HASIL SDKI TAHUN 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

Tabel 13. Pencapaian Peserta KB Aktif Terhadap PPM Bulan Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

Faktor Karakteristik Keluarga, Tingkat Fertilitas dan Pemakaian Kontrasepsi

TABEL 3. KKP JUMLAH DAN PERSENTASE PENCAPAIAN PB SAMPAI DENGAN BULAN MARET 2011 DAN APRIL 2011 TOTAL MARET 2011 APRIL 2011 NO KAB/KOTA % THD

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA, PERBEDAAN, DAN DETERMINAN KELUARGA BERENCANA. Perilaku praktek keluarga berencana (family planning practice):

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1

KAJIAN TENTANG PREVALENSI KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA CATATAN KECIL DALAM UPAYA PENCAPAIAN MDGs 2015 DI MALUKU. Abstract

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

sedang berkembang setelah India. Hasil pencacahan lengkap sensus 2015, penduduk Indonesia berjumlah 254,9 juta jiwa. Menurut proyeksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Program KKB Kota Tegal Tahun 2015

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

ANALISIS DAN EVALUASI PENGENDALIAN LAPANGAN BULAN DESEMBER 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

1. Pendahuluan A. UU 52 tahun Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non fisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4 Kaur 4,2 8,7 5 Seluma 4,3 5,5 6 Mukomuko 4,1 7,9 7 Lebong 3,1 4 8 Kepahiang 4,2 7,7 9 Kota Bengkulu 2,4 4,6 Provinsi 3,6 5,7 Melihat perilaku Penyebaran Umur PUS per Klp Umur 21 persen pd 25-39 Rata-rata umur PUS 34 Penyebaran Umur PUK per Klp Umur 45 persen pd 15 19 dan 44 pada 20-24 Rata-rata Umur PUS menurut latar belakang, Pendidikan dan Thapan KS Rata-rata Umur PUK menurut latar belakang, Pendidikan dan Tahapan KS Mempengaruh Penyebaran alh dan amh per Klp Umur Penyebaran rata-rata alh dan amh latar belakang pus : Pendidikan dan Tahapan KS Pelayanan KB, Unmet Need, Alasan Tdk KB Paritas lengkap (rata-rata ALH per PUS 40 49) 3,6 terendah di Kota Bengkulu 2,4 dan Bengkulu Selatan 2,7, penyebaran PUS 25 39 dengan rata-rata diatas 34 tahun, PUK pada kelompok 15 19 dan 20 24 tahun, rata-rata menurut latar belakang tidak mempunyai pola beraturan mempengaruhi jumlah anak dilahirkan hidup, perilaku tersebut juga mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi, kehamilan dan keputusan tidak ber-kb. Dampak langsung juga mempengaruhi jumlah anak lahir hidup dan anak masih hidup. 1

LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS TAHUN 2009 BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS) melalui mini survey di Provinsi Bengkulu tahun 2009 merupakan survey yang ketujuh, sejak tahun 2003. Informasi yang diperoleh adalah prevalensi peserta KB beserta karakteristik latar belakang social dan demografi. Pemantauan Pasangan Usia Subur (PUS) melalui mini survey mengumpulkan berbagai keterangan tentang umur isteri, jumlah anak lahir hidup dan anak jumlah masih hidup, umur kawin pertama, status tahapan keluarga, pendidikan isteri, kehamilan serta ber-kb dengan alat/cara KB yang dipakai, sumber alat/cara KB, cara pembayaran pelayanan KB, keinginan mempunyai anak dan alasan utama tidak memakai alat/cara KB. Data tersebut sangat berguna dan diperlukan oleh pengambil kebijakan, perencanaan dan pengelola program dalam perencanaan dan pelaksanaan program KB di Provinsi Bengkulu pada masa akan datang, sekaligus dapat digunakan sebagai evaluasi/penilaian pelaksanaan program di tingkat Kabupaten/kota. 2. Tujuan Tujuan Umum : Secara umum tujuan mini survey adalah untuk mengetahui pencapaian peserta KB aktif menurut karakteristik latar belakang PUS di provinsi, kabupaten/kota pada kurun waktu tertentu. Tujuan Khusus Secara khusus survey ini bertujuan untuk mendapatkan : 1. Data peserta KB aktif representative provinsi, dan kabupaten/kota 2. Data karakteristik latar belakang Pasangan Usia Subur (PUS) 2

3. Data Pasangan Usia Subur (PUS) menurut pemakaian dan jenis alat/cara KB 4. Data kesertaan KB menurut sumber/tempat mendapatkan alat/cara KB 5. Data kesertaan KB menurut cara mendapatkan alat/cara KB (membayar atau gratis) 6. Data tentang umur kawin pertama wanita Pasangan Usia Subur (PUS) 7. Data tentang keinginan mempunyai anak 8. Informasi tentang alasan Pasangan Usia Subur (PUS) tidak ber-kb 9. Data tentang unmet need KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) (proxi) 3

BAB II HASIL DAN ANALISIS 1. Fertilitas : Children Ever Born (CEB) Ukuran fertilitas dalam survey Pemantauan Pasangan Usia Subur pada tahun 2009, yang ingin disajikan melalui jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup (Children Ever Born-CEB) mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama reproduksinya dan disebut juga paritas. Data paritas dapat disajikan melalui rata-rata anak lahir hidup pada kelompok umur Pasangan Usia Subur 40 49 yang disebut Completed Family Size merupakan rata-rata anak lahir hidup dari wanita tua yang hampir berakhir masa reproduksinya Tabel Rata-rata jumlah ALH Rata-rata ALH Persentase 2.1 terhadap PUS umur terhadap PUS Wanita Hamil 40-49 Umur 40-49 Umur 15-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4 Kaur 4,2 8,7 5 Seluma 4,3 5,5 6 Mukomuko 4,1 7,9 7 Lebong 3,1 4,0 8 Kepahiang 4,2 7,7 9 Kota Bengkulu 2,4 4,6 merupakan indikator dari rata-rata fertilitas lengkap dan data ini dapat diperoleh Provinsi 3,6 5,7 melalui mini survey Pemantauan Pasangan Usia Subur serta dapat dilihat per kabupaten/kota. Hasil Mini Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur tahun 2009, fertilitas dari Children Ever Born-CEB pada tingkat provinsi Bengkulu (3,6) artinya rata-rata anak dilahirkan hidup dari wanita tua umur 40 49 tahun yang hampir berakhir masa reproduksinya sebesar 3,6, hasil tersebut tidak beda jauh hasil SDKI tahun 2007 sebesar (3,5). Kota Bengkulu dan Bengkulu Selatan lebih rendah dibandingkan kabupaten/kota lain masing (2,4 dan 2,7) Tujuh kabupaten rata-rata ALH terhadap PUS umur 40 49 diatas empat. Pada saat yang sama diperoleh informasi rata-rata wanita hamil pada PUS umur 15 49 tahun sebesar enam persen, dengan variasi per Kabupaten diatas empat persen. Kabupaten Bengkulu Selatan dapat menjaga kestabilan rendahnya fertilitas (2,7) dengan persentase wanita hamil umur 15-49 (3,8 persen) dibanding Kota Bengkulu tidak diikuti rendahnya wanita hamil umur 15 49 (4,6 persen). 4

Dengan membandingkan rata-rata anak lahir hidup terhadap PUS 40-49 tahun dan rata-rata PUS hamil pada PUS 15 49 tahun tiga kabupaten yaitu Kaur, Mukomuko dan Kepahiang menunjukkan gambaran fertilitas tinggi. 2. Umur PUS Hasil Mini Survei Pemantauan PUS 2009 menunjukkan 20 % PUS berada pada kelompok 25 39 tahun, kelompok umur 20 24 dan 45 49 tahun,( 10 % ), kelompok umur 40 44 tahun (15,9%), terendah kelompok umur 15 19 tahun (1,3%). Tabel.2.2 Distribusi PUS per Kelompok Umur 15-49 KABUPATEN/KOTA 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 1 Kab Bengkulu Selatan 0,7 7,1 14 19,5 23,1 15,1 20,5 444 2 Kab Rejang Lebong 1,4 8,7 21,1 21,1 20,7 15,9 11 953 3 Kab Bengkulu Utara 1 8,8 20 21 21,8 20 7,4 1033 4 Kab Kaur 1,6 7,1 24,5 22,9 20,7 13,1 10 409 5 Kab Seluma 1,6 15,3 23,2 18,4 18,6 13,3 9,5 852 6 Kab Mukomuko 2,2 14,3 25 16,9 17,6 14,3 9,6 454 7 Kab Lebong 0,8 7 17,6 21,1 21,9 16,9 14,6 368 8 Kab Kepahiang 1 10 20,9 23,7 21,7 14,7 8 455 9 Kota Bengkulu 0,1 5,3 12 19,3 22,6 19,7 20,9 127 10 Total 1,3 10 20,7 20,5 20,7 15,9 10,9 5094 Perkembangan PUS per kelompok umur tingkat kabupaten/kota memberikan gambaran bervariasi, Di Bengkulu Selatan diatas 20 persen pada kelompok 30-39 tahun dan 45 49 tahun, Kabupaten, Rejang Lebong, Kaur, Kepahiang 25 39 tahun, dan Bengkulu Utara (25 44 tahun), Seluma dan Mukomuko pada 25 29 tahun., Tabel 2.3 Karakteristik Latar Belakang Rata-rata umur PUS provinsi Bengkulu hasil mini survey pemantauan PUS tahun 2009 sebesar 34 tahun dengan umur median 34 tahun, umur ratarata Kota Bengkulu dan Bengkulu Selatan lebih tinggi dibanding kabupaten lain masing-masing (37 tahun dan 36 tahun) kondisi yang sama terhadap median dari umur PUS saat ini, untuk kabupaten lain antara 33 tahun dn 34 tahun. Median umur PUS tidak mengalami perbedaan dengan rata-rata PUS Tiga dari 10 PUS berpendidikan tamat SD (32 persen), dan 26 persen tamat SLTP, 22 persen Pendidikan Tidak Sekolah 1,3 Tidak Tamat SD 12,7 Tamat SD 32,3 Tamat SLTP 26,7 Tamat SLTA 22,8 Tamat Akademi/PT 4,3 Tahapan Keluarga Pra KS 16,6 KS I 29,8 KS II 34,2 KS III 17,5 KS III + 5 1,9

tamat SLTA, hanya 1,3 persen tidak sekolah dan 4,3 persen tamat Akademi/PT. Pola penyebaran tingkat kabupaten/kota tidak berbeda dengan provinsi membentuk huruf U terbalik, Tahapan Keluarga adalah karakteristik yang digunakan laporan sebagai pendekatan untuk mengukur standar hidup dari keluarga responden. Tahapan keluarga didasarkan atas data karakteristik rumah, ibadah, sosial, pakaian, kesehatan. Tabel 2.3 menunjukkan kecenderungan responden berada pada tahapan keluarga II (34,2 persen), KS I (29,8 persen), KS III (17,5 persen), sementara dari keluarga Pra Sejahtera (16,6 persen) dan KS III+ (1,9 persen). Distribusi tahapan keluarga Kabupaten/kota cenderung pada kelompok KS I dan KS II, keluarga dari KS III Plus rendah. Tabel.2.4 Penyebaran tingkat Kabupaten menunjukkan variasi, Kabupaten Seluma tertinggi pada kelompok Pra Sejahtera (33,6 persen), Kabupaten Bengkulu Utara, Kaur, Mukomuko, Kepahiang tertinggi pada keluarga KS I masing-masing (30,2 persen, 42,4 persen, 46,7 persen, 34,1 persen ), Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Lebong pada kelompok KS II sebesar (41,8 persen, 45,7 persen, 36,3 persen ). Pada kelompok KS III rata-rata diatas 20 persen di kabupaten Bengkulu Selatan 27,6 persen, Bengkulu Utara 23,5 persen, Kota Bengkulu 24 persen. Tabel.2.4 Status Tahapan Keluarga Pra Sejahtera KS 1 KS 2 KS 3 KS 3+ 1 Kab Bengkulu Selatan 6,4 22,7 41,8 27,6 1,5 444 2 Kab Rejang Lebong 6,3 26 45,7 18,5 3,5 953 3 Kab Bengkulu Utara 17,7 30,2 26,5 23,5 2,1 1033 4 Kab Kaur 7,5 42,4 42,7 7,5 409 5 Kab Seluma 33,6 22,8 27,7 15,3 0,5 852 6 Kab Mukomuko 18,2 46,7 27,2 7,2 0,7 454 7 Kab Lebong 29,1 22,6 36,3 11,1 0,8 368 8 Kab Kepahiang 13,7 34,1 30,4 18,5 3,3 455 9 Kota Bengkulu 6,6 30,5 33,8 24 5,2 127 Total 16,6 29,8 34,2 17,5 1,9 5094 Penyebaran tahapan keluarga per kelompok umur PUS saat ini dapat digunakan sebagai penajaman garapan baik peningkatan ekonomi juga garapan pelayanan KB. Pada kelompok umur 15 19 tahun dari satu persen tertinggi pada kelompok Pra Sejahtera dan KS I, kelompok umur PUS 20 24 tahun sebesar Sembilan persen tersebar pada tahapan KS I dan KS II ( 3 persen), kelompok 6

umur 25 39 tahun tertinggi pada tahapan KS I dan KS II (7 persen), kelompok umur PUS 40 49 tahun pada tahapan KS I dan KS II (5 persen), 3. Umur Perkawinan Pertama Umur kawin pertama merupakan salah satu indicator demografi yang penting, karena berkaitan dengan permulaan wanita kumpul pertama, yang memungkinkan wanita hamil dan melahirkan. Wanita menikah pada usia muda mempunyai reproduksi yang lebih panjang, yang dapat berakibat angka kelahirannya lebih tinggi dibandingkan wanita yang menikah pada usia lebih tua. Rata-rata Umur Kawin Pertama provinsi Bengkulu 20 tahun, dengan median 20 tahun, Kesadaran untuk menikah pada Usia kawin pertama ideal di kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur, Kota Bengkulu lebih tinggi dibanding yang lain (21 tahun, 21 tahun dan 22 tahun), terendah Mukomuko 19 tahun. Median umur kawin pertama Kota Bengkulu 22 tahun melebihi rata-rata provinsi dan kabupaten lain. Tabel.2.5.Usia Kawin Pertama Kab Bengkulu Selatan Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Utara Kab Kaur Kab Seluma Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu Group Total - 14 Row % 15-19 Row % Umur kawin pertama 20-24 Row % 25-29 Row % 30+ Row % Group Total Count,2 35,8 54,0 9,1,9 444 1,0 43,1 42,1 12,4 1,4 953,2 52,9 40,3 6,2,4 1033,4 37,1 50,7 10,7 1,1 409,5 45,1 47,3 6,4,7 852 1,7 60,5 32,5 5,0,4 454,7 40,5 46,9 11,2,7 368 1,2 44,7 42,1 9,2 2,8 455,7 24,3 49,5 22,6 2,9 127,7 45,3 44,0 8,9 1,0 5094 Distribusi umur kawin pertama PUS di provinsi Bengkulu dibawah 14 tahun dan diatas 30 tahun sebesar satu persen pada kelompok tersebut kabupaten Mukomuko tinggi diantara kabupaten lain perkawinan dibawah 14 tahun sedang Kepahiang dan Kota Bengkulu tinggi dibandingkan kabupaten lain melakukan perkawinan diatas 30 tahun sebesar tiga tahun, umur kawin pertama kelompok 15 19 sebesar 45,3 persen dan umur 20 24 sebesar 44 persen, 4. Umur Kawin Pertama menurut kelompok umur PUS saat ini Tabel 2.6 menyajikan distribusi umur kawin pertama per kelompok umur PUS saat ini. Umur kawin pertama yang mempengaruhi panjangnya proses fertilitas. 7

Dua persen dari 10 Wanita PUS saat nikah pertama dibawah 14 tahun tersebar pada kelompok 20 24 tahun, 30 39 tahun hanya 10 persen pada kelompok umur ibu saat ini 15 19 tahun. Dua persen dari 10 wanita PUS nikah saat 15 19 tahun tersebar pada kelompok umur saat ini 25 29 tahun dan 35 39 tahun, hanya tiga persen pada kelompok 15 19 tahun. Pada kelompok nikah pertama 20 24 tahun tertinggi pada kelompok umur ibu PUS 25 39 tahun diatas 20 persen, kelompok nikah pertama 25 29 tahun 25 persen pada kelompok 30 34 tahun dan 35 39 tahun, Persebaran PUK pada Umur Wanita PUS saat ini 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 - 14 10,1 22 11,9 21,7 20 8 6,3 15-19 2,7 13,6 21,3 17,8 19,6 15,2 9,7 20-24 8,3 21,6 22,3 20,4 16,2 11,1 25-29 16,4 24,8 25,3 18,6 15 30 + 19,3 44,5 17 19,2 Total 1,3 10 20,7 20,5 20,7 15,9 10,9 Tabel 2.7 menyajikan informasi Umur Kawin Pertama menurut pendidikan, yang mempengaruhi keputusan melaksanakan kawin pertama, hasil uji korelasi mempunyai hubungan erat antara tingkat pendidikan terhadap keputusan kawin pertama, semakin rendah pendidikan wanita semakin rendah umur kawin pertama, dan sebaliknya semakin tinggi pendidikan semakin tinggi umur kawin pertama, selain pendidikan umur kawin pertama dipengaruhi factor social, budaya dan ekonomi serta akses tentang kesehatan reproduksi. Tabe. 2.7 Tidak Tidak Tamat Tamat Tamat Akademi/ Total Sekolah Tamat SD SD SLTP SLTA PT Umur dibawah 14 tahun 0,2 0,5 0,1 0,7 Umur 15-19 tahun 0,8 6,1 16,9 12,4 5,3 0,5 42 Umur 20-24 tahun 0,5 3,2 10,8 12 15,8 3 45,2 Umur 25-29 tahun 0,1 0,5 1,8 2 3,8 2,4 10,7 Umur 30 Keatas 0,1 0,3 0,1 0,4 0,4 1,3 Ibu yang umur kawin dibawah 14 tahun hanya satu persen dengan pendidikan tidak tamat SD tersebar di kabupaten Rejang Lebong, Kaur, Seluma, Muko, sedang tamat SD tersebar di delapan Kabupaten/Kota kecuali Kaur, dan tamat SLTP terbar di Seluma, Lebong dan Kepahiang, Empat puluh dua persen ibu melaksanakan kawin pertama pada usia 15 19 tahun, dengan tingkat pendidikan tertinggi tamat SD 17 persen, satu persen 8

pada tingkat pendidikan tidak sekolah dan Akademi/Perguruan Tinggi. Enam persen pada tidak tamat SD, 12 persen tamat SLTP, dan tamat SLTA lima persen, persebaran per kabupaten/kota dalam lampiran Empat puluh lima persen ibu melaksanakan kawin pertama pada usia 20 24 tahun, dengan tingkat pendidikan tertinggi tamat SLTA 16 persen disusul tamat SLTP 12 persen, kabupaten Bengkulu Selatan 54 persen dan Kaur 51 persen tertinggi ibu melaksanakan kawin pertama 20 24 tahun, Sebelas persen ibu melaksanakan kawin pertama umur 25 29 tahun, empat persen berpendidikan tamat SLTA, disusul tamat Akademi/PT ( 2,4 persen). Satu persen umur kawin pertama diatas 30 tahun 5. Anak Lahir Hidup Tabel.2.8. menampilkan informasi distribusi PUS menurut jumlah anak lahir hidup (ALH), PUS telah melahirkan anak hidup satu orang (22 persen) kabupten Seluma dan Kepahiang sebesar 27 persen, terendah 15 persen. Anak lahir hidup Tabel.2.8 ALH ANAK LAHIR HIDUP Total 1 2 3 4 + 1 Kab Bengkulu Selatan 14,7 33,6 27,8 20,9 430 2 Kab Rejang Lebong 23,2 33,7 21,5 16,5 905 3 Kab Bengkulu Utara 18,7 31,3 25,5 20 986 4 Kab Kaur 18,4 33,6 24 19,8 392 5 Kab Seluma 27,4 32,8 23,4 12,8 821 6 Kab Mukomuko 24,4 29,8 22,4 18,9 434 7 Kab Lebong 22,6 40,9 21,3 12,9 358 8 Kab Kepahiang 26,5 33,2 23,2 12 433 9 Kota Bengkulu 16,7 32 27,3 20,6 123 Total 22,1 33,2 23,7 16,9 4883 Wanita dari PUS yang pernah melahirkan hidup dua orang sebesar 33 persen tertinggi di kabupaten Lebong (41 Mean Median persen), terendah 30 persen di 3 2 kabupaten Mukomuko, Melahirkan anak hidup tiga orang 24 persen, tertinggi di kabupaten Bengkulu Selatan (28 persen) dan Kota Bengkulu (27 persen) Kab Bengkulu Selatan Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Utara Kab Kaur Kab Seluma Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 Wanita dari PUS melahirkan anak hidup empat atau lebih 17 persen, tertinggi Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu (21 persen) 9

Rata Anak lahir hidup 2 dengan median 2 untuk rata-rata anak lahir hidup tiga pada Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kota Bengkulu. 5.1. Anak Lahir Hidup per Kelompok Umur PUS Satu persen anak dilahirkan hidup pada kelompok umur 15 19 tahun dengan anak satu dibawah satu persen, Sembilan persen anak lahir hidup di kelompok umur PUS 20-24 tahun, jumlah tertinggi pada anak lahir hidup satu orang enam persen, anak dua sebesar 2 persen, jumlah anak tida dan empat dibawah satu persen. Dua puluh persen ibu umur 25 29 tahun telah melahirkan anak hidup, delapan persen jumlah anak lahir hidup satu dan dua orang, PUS umur 30 39 tahun tertinggi dengan jumlah anak dua yaitu 10 persen, 21 persen ibu melahirkan anak hidup saat ini umur 35 39 tahun rata-rata jumlah anak dua atau tiga sebesar tujuh persen. PUS dengan umur 40-44 tahun sebesar 16 persen telah melahirkan anak hidup dan tertinggi anak tiga dan empat masingmasing enam dan lima persen. Tiga belas persen PUS umur 45 49 tahun telah melahirkan anak hidup tertinggi dengan jumlah anak tiga dan empat lebih. 5.2 Jumlah Anak Lahir Hidup menurut karakteristik latar belakang Informasi tentang jumlah anak yang lahir hidup dan jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki oleh PUS hasil survey Pemantauan PUS tahun 2009 menurut latar belakang tempat tinggal, pendidikan, Tahapan Keluarga. Distribusi anak lahir hidup merupakan indikasi dari tingkat fertilitas semasa hidup dari PUS yang dijadikan sampel. Dua puluh satu persen ibu melahirkan anak hidup satu lima persen di perkotaan dan 17 persen di perdesaan. Kategori pendidikan PUS tidak sekolah kurang satu persen, tidak tamat SD dan tamat Akademi/Perguruan tinggi satu persen, tamat SD, tamat SLTP dan tamat SLTA masing (5 persen, 6 persen dan 7 persen). Empat persen PUS yang mempunyai anak hidup satu masuk dalam keluarga Pra Sejahtera, tujuh persen KS I dan KS II, KS III dua persen dan KS III plus dibawah satu persen. PUS dengan anak lahir hidup dua delapan persen wilayah perkotaan dan 25 persen di perdesaan, kategori pendidikan tidak sekolah dibawah satu persen, tidak tamat SD 3 persen, tamat SD dan tamat SLTP 10 persen dan tamat SLTA Sembilan persen sedangkan tamat Akademi/PT dua persen. Lima persen diantara masuk keluarga Pra Sejahtera, 10 persen KS I, 12 persen KS II, KS III da KS III plus masing enam persen dan dibawah satu persen. 10

PUS dengan anak lahir hidup tiga tujuh persen tinggal di perkotaan, dan 18 persen di perdesaan, kategori per tingkatan pendidikan tidak sekolah dibawah satu persen, tidak tamat SD tiga persen, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA masing-masing (Sembilan persen, enam persen, lima persen) tamat akademi dua persen. Tiga persen masuk Pra Sejahtera, delapan persen KS I dan KS II, lima persen KS III dan dibawah satu persen KS III Plus. PUS mempunyai anak lahir hidup 4 atau lebih lima persen tinggal di perkotaan dan 12 persen di perdesaan pendidikan tidak sekolah dan tamat Akademi/PT satu persen, Tidak tamat SD dan Tamat SLTA dua persen, tamat SD dan Tamat SLTP masing-masing enam persen dan tiga persen dan tiga persen masuk Pra Sejahtera dan KS III, lima persen KS I dan KS II dan dibawah satu persen KS III plus. 5.3 Jumlah Anak Masih Hidup Informasi yang akan disampaikan mengenai jumlah anak masih hidup, hasil mini survey pemantauan PUS tahun 2009, rata-rata anak masih hidup sejumlah 2 orang dengan Kabupaten Selatan dan Kota Bengkulu jumlah anak lahir hidup tiga orang, sedangkaan median anak masih hidup 2 orang dan penyebaran per kabupaten/kota dua orang. Jumlah Anak Masih Hidup Mean Median Kab Bengkulu Selatan 3 2 Kab Rejang Lebong 2 2 Kab Bengkulu Utara 2 2 Kab Kaur 2 2 Kab Seluma 2 2 Kab Mukomuko 2 2 Kab Lebong 2 2 Kab Kepahiang 2 2 Kota Bengkulu 3 2 Total 2 2 5.4 Jumlah Anak Masih Hidup menurut kelompok umur PUS Jumlah anak masih hidup menurut kelompok umur PUS pada umur PUS 15 19 tahun satu persen, dengan jumlah anak masih hidup satu orang sebesar satu persen, distribusi kabupaten/kota tertinggi Kaur, Seluma dan Mukomuko dua persen, pada kelompok umur PUS 20 24 tahun sebesar Sembilan persen, PUS lebih banyak mempunyai anak masih hidup satu sebesar enam persen, anak dua sebesar dua persen dan jumlah anak masih hidup tiga dan empat dibawa satu persen. Jumlah anak masih hidup menurut kelompok PUS pada umur 25 29 tahun sebesar 20 persen, jumlah anak masih hidup tertinggi satu dan dua orang sebesar 11

delapan persen, jumlah anak tiga orang dua persen, distribusi per Kabupaten/Kota Rejang Lebong, Kaur, Seluma, Lebong, Kepahiang diatas 20 persen. Pada kelompok umur 30 34 tahun 20 persen, tertinggi jumlah anak masih hidup sebesar dua sebesar 10 persen, tingkat kabupaten Rejang Lebong, Kaur, Lebong, Kepahiang diatas 20 persen. Kelompok umur 35 39 tahun sebesar 21 persen, kelompok anak tertinggi pada anak dua dan tiga masing-masing delapan persen dan tujuh persen, rata-rata kabupaten 20 persen. Pada kelompok umur 40 44 tahun sebesar 16 persen dan kelompok umur 45 49 tahun sebesar 13 persen dan rata-rata jumlah anak masih hidup tiga dan empat orang masing-masing (6 persen dan 4 persen) Tabel.5.4 Jumlah Anak Masih Hidup menurut Kelompok Umur PUS 15-49 tahun 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 1 Kab Bengkulu Selatan 0,7 7,1 14 19,5 23,1 15,1 20,5 2 Kab Rejang Lebong 1,4 8,7 21,1 21,1 20,7 15,9 11 3 Kab Bengkulu Utara 1 8,8 20 21 21,8 20 7,4 4 Kab Kaur 1,6 7,1 24,5 22,9 20,7 13,1 10 5 Kab Seluma 1,6 15,3 23,2 18,4 18,6 13,3 9,5 6 Kab Mukomuko 2,2 14,3 25 16,9 17,6 14,3 9,6 7 Kab Lebong 0,8 7 17,6 21,1 21,9 16,9 14,6 8 Kab Kepahiang 1 10 20,9 23,7 21,7 14,7 8 9 Kota Bengkulu 0,1 5,3 12 19,3 22,6 19,7 20,9 Total 1,1 9,2 19,6 20,4 21 16 12,7 12

BAB III PELAYANAN KB 3.1. Prevalensi KB Menurut Alat/Cara KB Informasi mengenai tingkat pemakaian kontrasepsi adalah sangat penting untuk mengukur keberhasilan program KB, hasil Mini Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur Tabel.3.1 Kesertaan KB Kesertaan KB Total tahun 2009 (MS-09) Tidak KB KB menunjukkan dari 5094 PUS menjadi peserta KB sebesar 4.032 dan tidak KB 1.062. Prevalensi peserta KB yang didefinisikan sebagai proporsi PUS umur 15-49 tahun yang memakai salah satu alat/cara KB. Kab Bengkulu Selatan 75 369 444 Kab Rejang Lebong 176 777 953 Kab Bengkulu Utara 239 794 1033 Kab Kaur 109 300 409 Kab Seluma 146 706 852 Kab Mukomuko 115 338 454 Kab Lebong 74 293 368 Kab Kepahiang 94 362 455 Kota Bengkulu 34 93 127 Total 1062 4032 5094 Di Indonesia hasil Mini Survei Pemantauan Pasangan Usia Subur pemakaian alat/cara KB (prevalensi) 67,7 persen, di provinsi Bengkulu 79,16 persen terdiri dari 78,88 persen menggunakan alat/cara KB modern dan 0,28 persen menggunakan cara tradisional. Alat/cara/metode KB Suntikan dan Pil merupakan metode yang dominan dipakai peserta KB berturut-turut 46,5 persen dan 16,2 persen. Alat/cara KB dipakai berikutnya adalah Implant (10,3 persen), IUD/spiral (2,9 persen), MOW (1 persen). Sedangkan pemakaian alat/cara KB modern untuk pria masih rendah yaitu 2,1 persen, terdiri dari sterilisasi pria (MOP) 0,7 persen dan Kondom 1,4 persen. Tabel 3.2. menyajikan distribusi persentase wanita PUS menurut alat/cara KB di Provinsi Bengkulu tahun 2009 pada tingkat Kabupaten/Kota. 13

Tabel 3.2. Distribusi persentase wanita PUS menurut pemakaian alat/cara KB, Provinsi Bengkulu, 2009 Semua cara Semua cara mod Jenis alat/cara KB IUD MOW MOP Implan Suntikan Pil Kondom Total PUS 1 Kab Bengkulu Selatan 83,09 83,09 4,18 1,64 1,64 17,27 44,73 12,91 0,73 444 2 Kab Rejang Lebong 81,50 81,30 2,24 1,02 0,81 12,60 45,53 17,68 1,42 953 3 Kab Bengkulu Utara 76,85 76,65 3,50 0,97 0,58 8,17 52,14 11,28 1.033 4 Kab Kaur 73,45 73,45 2,55 0,73 0,55 7,64 41,27 19,45 1,27 409 5 Kab Seluma 82,85 82,66 1,82 0,73 0,91 5,47 54,74 18,07 0,91 852 6 Kab Mukomuko 74,63 74,26 2,76 0,55 0,18 13,05 45,40 11,58 0,74 454 7 Kab Lebong 79,73 78,73 4,02 1,51 0,34 14,24 24,96 25,46 7,87 368 8 Kab Kepahiang 79,47 78,80 1,67 0,50 10,52 45,58 19,87 0,67 455 9 Kota Bengkulu 73,53 73,53 6,87 2,43 0,14 5,15 44,78 11,02 3,15 127 Total 79,16 78,88 2,86 0,97 0,65 10,31 46,49 16,22 1,36 5.094 14

3.3. Trend Prevalensi Provinsi Bengkulu, MS PUS 2009 Provinsi Bengkulu pada tahun 2004 tidak melakukan kegiatan mini survey, dan apabila diamati perkembangan prevalensi kontrasepsi hasil mini survey selama periode 2004 2009 seperti disajikan pada tabel dibawah ini terjadi fluktuasi, pada tahun 2006 prevalensi secara total turun dibandingkan tahun 2005 dan kondisi sama antara tahun 2007 dengan tahun 2008, sedangkan tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 naik 1,7 menjadi 79,2 persen. Perkembangan dari cara/alat KB IUD dan MOW dari tahun 2005 sampai tahun 2009 cenderung turun 5,4 persen untuk IUD tahun 2005 menjadi 2,9 persen pada tahun 2009, sedang MOW dari 5,3 persen tahun 2005 turun menjadi 1 persen pada tahun 2009. Hal yang berbeda pada MOP dan Implant dan Kondom dari tahun 2005 terus naik pada tahun 2009, untuk alat/cara KB Suntik dan Pil perkembangan fluktuasi. VARIABEL 3.3 BENGKULU 2004 2005 2006 2007 2008 2009 I. PREVALENSI - SUATU CARA - 76,1 76 77,8 77,5 79,2 - SUATU CARA MODERN - 75,7 75,8 77,7 77,3 78,9 - TIDAK PAKAI - 23,9 24 22,2 22,5 20,8 BY METHODS - IUD - 5,4 4,1 4 3,8 2,9 - MOW - 5,3 1,6 1,5 1,6 1 - MOP - 0,1 0,2 0,3 0,2 0,7 - IMPLAN - 4,4 6,2 8,2 7 10,3 - SUNTIK - 48,4 46,1 44,6 46,9 46,5 - PIL - 11,6 17 18,2 17 16,2 - KONDOM - 0,5 0,5 0,9 0,6 1,4 - M A L - 0,1 0,1-0,1 0,3 - PANTANG BERKALA - - - 0 0,1 0,2 - SENGGAMA TERPUTUS - - - 0 0 0,1 - JAMU / PIJAT - - - 0 0 0,2 - LAINNYA - 0,3 0,2 0 0,1 0 15

80 79 78 77 76 75 74 73 76,1 76 77,8 77,5 79,2 Gambar 3.1. Trend Prevalensi 78,9 77,7 77,3 75,7 75,8 2005 2006 2007 2008 2009 Axis Title Semua Cara Cara Moderen 3.4. Peserta KB Pria Tabel.3.4. menyajikan informasi Peserta yang menggunakan alat/cara KB pria tahun 2009 sebesar 2,5 persen, tertinggi Lebong 8,2 persen terendah Bengkulu Utara, Mukomuko, Kepahiang sebesar satu persen. Tabel 4. Distribusi persentase wanita PUS menurut pemakaian kondom/mop, Provinsi Bengkulu, 2009 Kab Bengkulu Selatan Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Utara Kab Kaur Kab Seluma Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu Total MOP dan kondom Total MOP dan Lainnya Row % Row % Count 2,4 97,6 550 2,2 97,8 492,6 99,4 514 1,8 98,2 550 1,8 98,2 548,9 99,1 544 8,2 91,8 597,7 99,3 599 3,3 96,7 699 2,5 97,5 5093 3.5 Peserta KB Implant, Suntik, PIL ( Hormonal ) Tabel. 3.5 menyajikan informasi kesertaan ber-kb pada peserta yang menggunakan alat/cara KB hormonal yang terdiri Implant, Suntik, dan PIL hasil mini survey pemantauan PUS tahun 2009. Kab Bengkulu Selatan Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Utara Kab Kaur Kab Seluma Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu Total KB Hormonal Total KB Lainnya Row % Row % Count 74,9 25,1 550 75,8 24,2 492 71,6 28,4 514 68,4 31,6 550 78,3 21,7 548 70,0 30,0 544 64,7 35,3 597 76,0 24,0 599 60,9 39,1 699 70,8 29,2 5093 16

Peserta KB yang menggunakan alat/cara KB hormonal (Implant, Suntik, PIL ) sebesar 70,8 persen, tertinggi pada kabupaten Seluma 78,3 persen, Rejang Lebong dan Kepahiang (76 persen) dan terendah Kota Bengkulu 61 persen. 3.6. Peserta KB Implant, Suntik, PIL ( Hormonal ) Menurut Kelompok Umur Distribusi peserta KB yang menggunakan alat/cara KB Implant, Suntikan dan Pil (Hormonal) menurut kelompok umur wanita PUS, sebagai berikut : Peserta menggunakan alat/cara KB hormonal tertinggi pada umur 35 39 tahun sebesar 16 persen. Pada kelompok umur 15 19 tahun satu persen, kabupaten Kaur, Seluma dan Mukomuko masing (1,3 persen, 1,1 persen, 1,3 persen) terendah Bengkulu Selatan 0,2 persen, kelompok umur 20 24 tahun 5,7 persen kabupaten Seluma dan Mukomuko tertinggi 10 persen dan 3 persen sebagai peserta terendah di Kaur dan Kota Bengkulu. Kelompok umur Wanita dari PUS 25 29 tahun 14 persen tertinggi kabupaten Seluma dan Mukomuko 19 persen, terendah Kota Bengkulu 7 persen. Pada kelompok umur 30 34 tahun peserta menggunakan alat/cara KB jenis hormonal 16 persen, kabupaten Kepahiang 20 persen, terendah Mukomuko 12 persen, kelompok umur 35 39 tahun sebesar 20 persen, tertinggi Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Kepahiang ( diatas 21 persen ). Pada kelompok umur 40 44 tahun sebesar 11 persen, tertinggi Rejang Lebong, Bengkulu Utara dan Kepahiang ( 13 persen) pada kelompok umur 45 49 tahun sebesar 7 persen tertinggi Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu ( 12 persen dan 11 persen ) terendah Bdengkulu Utara dan Mukomuko ( 4 persen) Peserta KB menggunakan alat/cara KB Implant, Suntikan dan PIL (Hormonal) menurut jumlah anak masih hidup, tertinggi pada jumlah anak hidup 2 orang 27,5 persen dan terendah jumlah anak masih hidup 4 atau lebih 11,1 persen. Pus yang mempunyai jumlah anak hidup 1 sebesar 13 persen tertinggi kabupaten Seluma 21 persen dan Mukomuko 17 persen, terendah Kaur delapan persen dan Kota Bengkulu 9 persen. Pada jumlah anak masih hidup 2 sebesar 28 persen tertinggi di Lebong dan Kepahiang 31 persen dan Rejang Lebong 30 persen, anak hidup 3 orang sebesar 19 persen tertinggi Seluma dan Kepahiang 21 persen, jumlah anak hidup 4 atau lebih 11 persen tertinggi Bengkulu Selatan 14 persen dan Bengkulu Utara dan Mukomuko 13 persen. Distribusi kabupaten/kota dalam lampiran., 17

3.7. Sumber Alat/Cara KB Mini survey pemantauan PUS 2009 mengumpulkan informasi tentang sumber pelayanan KB, Sumber pelayanan KB dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu pemerintah, swasta, dan lainnya (sumber masyarakat), sumber pemerintah terdiri dari RS pemerintah, Puskesmas/Pustu, Klinik Pemerintah, PLKB, TKBK/TMK, Bhakti Sosial, sedangkan sumber swasta meliputi RS swasta, klinik swasta, praktek dokter, praktek bidan/bdd/mantra, apotik/took obat dan sumber lainnya terdiri dari polindes/pkd, posyandu dan Pos KB/PPKBD/kader. Tabel 3.6 menyajikan informasi sumber pelayanan melalui pemerintah tertinggi 49,3 persen, tertinggi kabupaten Benkulu Selatan 63 persen, disusul Kaur dan Mukomuko 58 persen dan terendah di Seluma 41 persen. Tabel. 3.6 Sumber alat/cara KB Pemerintah Swasta Lainnya Bengkulu Selatan 62,8 23,6 13,6 Rejang Lebong 45,4 34,9 19,7 Bengkulu Utara 45,8 33,2 21 Kaur 58,2 21,5 20,3 Seluma 41 40,3 18,7 Mukomuko 58,4 27,8 13,8 Lebong 50,6 14,5 34,9 Kepahiang 48,7 29,4 21,8 Bengkulu 56,2 39,9 3,9 Total 49,3 31 19,7 Sumber pelayanan melalui swasta 31 persen tertinggi Seluma dan Kota Bengkulu sebesar 40 persen dan 60 TREND SUMBER PELAYANAN ALAT/CARA KB terendah Lebong 15 52,6 49,3 49,3 50 persen, selanjut sumber 47 44,8 44,1 42,4 pelayanan lainnya 40,7 40 sebesar 20 persen, 31,5 31 tertinggi Lebong 35 30 persen dan terendah Kota 19,2 19,7 20 Bengkulu 4 persen. 12,8 15,1 Gambar 3.2. menyajikan informasi trend sumber pelayanan alat/cara KB dari tahun 2005 sampai 2009. 10 0 0,3 2005 2006 2007 2008 2009 - PEMERINTAH - SWASTA - LAINNYA 18

Sumber pelayanan di pemerintahan mengalami fluktuasi dan pada tahun 2007 dan 2009 mengalami kondisi jumlah sama 49,3, tidak jauh keadaan dengan pemerintah pada jalur swasta kondisi naik turun, tidak jauh dengan pemerintah pada tahun 2007 dan 2009 data sama. Tabel. 3.7 menyajikan sumber dan cara memperoleh alat/cara KB tahun 2009, pada tingkat pemerintah yang mendapatkan secara gratis 17 persen tertinggi di Bengkulu Selatan 35 persen dengan terendah Seluma tujuh persen, sedangkan yang membayar pada jalur pemerintah 33 persen tertinggi kabupaten Kaur 44 persen disusul Lebong 39 persen. Pada jalur swasta peserta KB mendapatkan secara gratis satu persen, tertinggi kabupaten Mukomuko 2,5 persen sedangkan yang membayar 30 persen tertinggi di Seluma 40 persen dan Kota Bengkulu 39 persen. Jalur lainnya mendapatkan secara gratis tujuh persen tertinggi Kabupaten Kaur 12 persen dan terendah Seluma 2 persen sedang yang membayar sebesar 13 persen tingkat kabupaten tertinggi di Lebong 19 persen dan terendah Kota Bengkulu satu persen. Sumber dan cara memperoleh alat/cara KB Tabel. 3.7 Pemerintah Swasta Lainnya Gratis Bayar Gratis Bayar Gratis Bayar 1 Kab Bengkulu Selatan 34,8 28 0,7 23 6,1 7,4 2 Kab Rejang Lebong 24,9 20,4 0,5 34,4 7,7 12 3 Kab Bengkulu Utara 10,4 35,4 0,8 32,4 5,6 15,4 4 Kab Kaur 14,4 43,8 0,5 21 12,4 7,9 5 Kab Seluma 6,8 34,1 0,4 39,9 1,8 17 6 Kab Mukomuko 22,7 35,7 2,5 25,4 5,9 7,9 7 Kab Lebong 11,8 38,9 1,1 13,4 16 18,9 8 Kab Kepahiang 11,8 37 0,8 28,6 8 13,9 9 Kota Bengkulu 18,5 37,7 0,8 39,1 3,3 0,6 Total 16,5 32,7 0,8 30,2 6,8 12,9 3.8. Pemakaian KB menurut karakteristik latar belakang Informasi tentang kesertaan ber-kb menurut pendidikan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pendidikan wanita dengan kesertaan dalam ber-kb, Hal ini untuk mengetahui segmen tingkat pendidikan tertentu di masyarakat yang sudah maupun belum tersentuh oleh KIE maupun pelayanan KB. Prevalensi KB Wanita yang 19

tidak sekolah sebesar 76,7 persen tertinggi kabupaten Lebong 92,3 persen, kabupaten Rejang Lebong, Kaur, Kota Bengkulu tidak ada peserta KB dari wanita tidak sekolah. Wanita tidak tamat SD menggunakan salat satu alat/cara KB sebesar 81,2 persen dan kabupaten Seluma dan Bengkulu Utara tertinggi (83 persen dan 82 persen), tamat SD sebesar 81,4 persen Seluma 88 persen, Bengkulu Selatan dan Lebong (86 persen), tamat SLTP 79,4 persen dan Bengkulu Selatan 86,3 persen, Bengkulu Utara dan Kepahiang sebesar 83 persen, tamat SLTA sebesar 74,3 persen dan Bengkulu Selatan 80 persen dan Seluma 79,2 persen. Delapan dari 10 wanita tamat Akademi/Perguruan Tinggi menggunakan alat/cara KB dan kabupaten Rejang Lebong 93 persen pada posisi tertinggi, terendah Kepahiang dan Kota Bengkulu 65 persen. Tabel 3.8. Prevalensi peserta KB menurut tingkat pendidikan wanita, Provinsi Bengkulu, 2009 Pendidikan Tidak Tidak Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademi/PT sekolah tamat SD Kab Bengkulu Selatan 88,9 78 86,2 86,3 80,1 82,1 Kab Rejang Lebong 86 85,9 76,9 75,9 93,1 Kab Bengkulu Utara 80 82,2 71,8 83,3 67,5 83,3 Kab Kaur 77,4 75,5 73,6 69,4 77,8 Kab Seluma 25 83,1 88,1 81,4 79,2 88,9 Kab Mukomuko 76,5 78,2 77,8 68,4 71,2 76 Kab Lebong 92,3 65,5 86,1 79,4 72,7 70,6 Kab Kepahiang 83,3 80,4 85 83,3 69,8 64,7 Kota Bengkulu 65,5 72,4 75,8 78 64,6 Total 76,7 81,2 81,4 79,4 74,3 80,4 3.9. Prevalensi peserta KB menurut umur wanita, Provinsi Bengkulu 2009 Tabel 3.9 memberikan informasi pola hubungan antara umur wanita dan kesertaan dalam ber KB untuk melihat apakah penerimaan KB terjadi pada semua kelompok umur atau hanya menjangkau segmen kelompok umur tertentu. Informasi ini berguna keperluan intervensi dalam upaya penyempurnaan kegiatan Program KB. Hasil mini survey pemantauan PUS tahun 2009 menyajikan bahwa pola hubungan antara pemakaian KB berdasarkan umur wanita pada kelompok 15 39 menunjukkan trend naik dan mulai umur 40 49 menunjukkan trend turun seiring dengan meningkatnya umur. 20

Prevalensi terendah pada kelompok umur 15 19 tahun sebesar (55,3 persen), selanjutnya 20 24 tahun (65 persen), kelompok umur 25 29 tahun (75,5 persen), kelompok umur 30 34 tahun (84,1 persen), kelompok umur 35 39 tahun (86,4 persen), kelompok umur 40 44 tahun (83,9 persen), kelompok 45 49 tahun (72,1 persen). Tabel 3.9. Prevalensi peserta KB menurut umur wanita, Provinsi Bengkulu, 2009 Umur wanita 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 Kab Bengkulu Selatan 25 61,5 75,3 85 94,5 84,3 82,3 Kab Rejang Lebong 71,4 65,1 72,1 90,4 90,2 92,3 64,8 Kab Bengkulu Utara 20 60 74,8 85,2 84,8 76,7 63,2 Kab Kaur 77,8 48,7 69,6 76,2 78,9 86,1 65,5 Kab Seluma 66,7 69 83,5 89,1 85,3 89 80,8 Kab Mukomuko 58,3 73,1 75 75 88,5 73,1 55,8 Kab Lebong 100 69 79 77 83,2 84,2 78,2 Kab Kepahiang 61,7 72,8 83,8 84,6 89,8 83,3 Kota Bengkulu 100 64,9 69 68,9 79,7 76,1 73,3 Total 55,3 65 75,5 84,1 86,4 83,9 72,1 Distribusi Kabupaten/Kota pada kelompok umur 15 19 tahun tertinggi Lebong dan Kota Bengkulu, Kaur terendah Bengkulu Utara 20 persen, kelompok umur 20 24 tertinggi Mukomuko dan terendah Bengkulu Utara, kelompok umur 25 29 tahun tertinggi Seluma dan terendah Kaur dan Kota Bengkulu 69 persen, kelompok umur 30 34 tahun tertinggi Rejang Lebong (90,4 persen). Dari 86 persen kesertaan ber-kb pada kelompok 35 39 tahun Bengkulu Selatan dan Rejang Lebong tertinggi masing-masing (94,5 persen dan 90,2 persen) dan terendah Kaur 78,9 persen, Kesertaan ber-kb kelompok umur 40 44 tahun kabupaten Rejang Lebong menunjukkan keadaan tertinggi 92,3 persen terendah Mukomuko 73 persen, dan kelompok umur 45 49 tahun kabupaten Kepahiang 83 persen tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya dan Mukomuko terendah 55,8 persen. 3.10. Prevalensi peserta KB menurut jumlah anak masih hidup Provinsi Bengkulu 2009 Tahapan Keluarga adalah karakteristik yang digunakan laporan sebagai pendekatan untuk mengukur standar hidup dari keluarga responden. Tahapan keluarga didasarkan atas data karakteristik rumah, ibadah, sosial, pakaian, kesehatan. 21

Tabel.3.10 menyajikan data prevalensi dari peserta yang memakai alat/cara KB menurut Tahapan Keluarga, menyajikan huruf U terbalik dengan titik terendah pada keluarga KS II (78,3 persen) yang masih memakai alat/cara KB, untuk keluarga Pra Sejahtera 76,3 persen, KS I sebesar 79,3 persen, KS III 82,8 persen KS III Plus tertinggi dengan 84,5 persen. Di Kabupaten Lebong lebih banyak keluarga Pra Sejahtera yang ikut memakai alat/cara KB disbanding dengan kabupaten lainnya, sedangkan terendah di Kaur 65,9 persen. Selanjutnya pada kelompok tahapan KS I Kota Bengkulu terendah 67,1 persen tertinggi kabupaten Kepahiang 85, persen. Bengkulu Selatan 87 persen dari keluarga KS II menggunakan alat/cara KB yang merupakan tertinggi di provinsi Bengkulu tahun 2009, terendah Mukomuko 68,9 persen, Kabupaten seluma kesadaran dari kelompok keluarga Tahapan KS III tinggi untuk menggunkan alat/cara KB, sedangkan di Kaur terendah. 3.11. Prevalensi peserta KB menurut jumlah anak masih hidup Provinsi Bengkulu 2009 Pemakaian alat/cara KB menurut jumlah anak masih hidup meningkat seiring dengan jumlah anak masih hidup. Wanita dari PUS yang belum mempunyai anak sebagai peserta alat/cara KB sebesar 4,1 persen, Kabupaten Rejang Lebong tertinggi 8 persen dilanjutkan Lebong dan Kepahiang (7,1 persen dan 6,5 persen), 62 persen peserta alat/cara KB berada pada wanita dari PUS yang mempunyai anak 1 tertinggi di kabupaten Seluma 78,4 persen dan Mukomuko 69,3 persen, terendah Kaur 44,7 persen, wanita yang mempunyai anak 2 sebesar 88,7 persen dan mempunyai anak 3 dan 4 orang masingmasing 92,1 persen dan 84,1 persen. 22

Tabel.3.11. Prevalensi peserta KB menurut jumlah anak masih hidup, Provinsi Bengkulu, 2009 Anak masih hidup 0 1 2 3 4+ Kab Bengkulu Selatan 55,6 92,2 94,9 86,9 Kab Rejang Lebong 8 60 94,8 94,3 90,7 Kab Bengkulu Utara 4 57,1 87,3 89 81,3 Kab Kaur 4 44,7 82,7 91,7 78,8 Kab Seluma 78,4 87,6 94,7 81,5 Kab Mukomuko 69,3 77,4 87,8 81,6 Kab Lebong 7,1 57,6 90,2 90,1 82,6 Kab Kepahiang 6,5 56,1 95,6 96,3 87,9 Kota Bengkulu 4,3 53,8 75,5 83,2 85,5 Total 4,1 62,2 88,7 92,1 84,1 Tabel.3.10 Tabel 3.10. Prevalensi peserta KB menurut tahapan keluarga, Provinsi Bengkulu, 2009 Status tahapan keluarga Pra KS 1 KS 2 KS 3 KS 3+ Sejahtera Kab Bengkulu Selatan 74,3 80,8 87 81,6 75 Kab Rejang Lebong 67,7 82 80,9 85,7 88,2 Kab Bengkulu Utara 78 76,1 72,1 80,2 100 Kab Kaur 65,9 73 74,9 75,6 Kab Seluma 76,1 84,8 83,6 92,9 100 Kab Mukomuko 74,7 77,2 68,9 79,5 75 Kab Lebong 84,5 80 76 78,8 80 Kab Kepahiang 75,6 85,8 76,9 76,6 70 Kota Bengkulu 67,4 67,1 77,1 82,7 52,8 Total 76,3 79,3 78,3 82,8 84,5 Pola pemakaian kontrasepsi secara umum menunjukkan pola hubungan yang positif dengan karakteristik latar belakang tahapan keluarga, Pada tahapan Pra S pemakaian KB 76,3 persen, tahapan KS I tercatat 79,3 persen, selanjutnya KS 2 sebesar 78,3 persen, KS III sebesar 82,8 persen, KS III Plus sebesar 84,5 persen. Keluarga Pra S kabupaten Lebong tertinggi 84,5 persen, disusul Seluma 76,1 persen, keluarga KS I tertinggi di Bengkulu Selatan, Seluma, Lebong, Kepahiang masing-masing (80,8 persen, 84,8 persen, 80 persen, dan 85,8 persen) kabupaten Bengkulu Selatan dari keluarga KS II tertinggi 87 persen, KS III keluarga Seluma tertinggi 92,9 persen. 23

4, KEINGINAN MEMILIKI ATAU MENAMBAH ANAK Wanita Pasangan Usia Subur yang pada saat wawancara dalam keadaan tidak hamildan tidak menggunakan alat/cara KB ditanya lebih lanjut apakah ingin mempunyai anak atau ingin mempunyai anak lagi. Keinginan mempunyai anak segera dimaksudkan bila wanita menginginkan tambah anak dalam waktu kurang dari 2 (dua) tahun yang akan dating. Keinginkan tambah anak kemudian dimaksudkan bila wanita menginginkan tambah anak pada masa mendatang, dalam waktu dua tahun atau lebih. Sedangkan tidak ingin tambah anak dimaksudkan bahwa responden benar-benar sudah tidak ingin menambah jumlah anaknya. Berdasarkan MS 2009, secara umum dari keseluruhan responden wanita PUS 5.094 terdapat 772 wanita PUS tidak ber-kb dalam keadaan tidak hamil pada saat pengumpulan data. Diantara wanita PUS tidak ber-kb dan tidak hamil, 51,1 persen menginginkan anak dalam waktu kurang dari 2 tahun (keinginginan anak segera), 15 persen menginginkan anak lagi dalam waktu 2 (dua) tahun atau lebih. Persentase wanita tidak ber-kb dan tidak hamil menyatakan sudah tidak menginginkan anak lagi tercatat 34 persen. Distribusi dari keinginkan punya anak menurut kabupaten/kota, pada wanita PUS yang inginkan segera tertinggi pada kabupaten Kepahiang 66,2 persen, untuk mempunyai anak kemudian kabupaten Lebong tertinggi 33 persen dan tidak ingin lagi kabupaten Seluma 45,3 persen. 4.1. Keinginan punya anak menurut kelompok umur wanita PUS Pola keinginkan mempunyai anak atau menambah anak segera terlihat sangat beragam menurut kelompok umur dan tingkat kabupaten/kota. Secara provinsi bahwa proporsi terbanyak pada kelompok umur 25 29 tahun sebesar 30,6 persen, selanjutnya kelompok umur 30 34 tahun sebesar 19,6 persen, 20 24 tahun (16,9 persen), 35 39 tahun (15 persen), pada kelompok umur resiko tinggi pada wanita PUS muda 15 19 tahun sebesar 3,4 persen dan kelompok umur wanita PUS tua 40 44 tahun dan 45 49 tahun masing-masing (10,5 persen dan 4,1 persen). Kabupaten/kota yang perlu mendapatkan perhatian dalam penggarapan program KB melalui KIE dan pelayanan KB kabupaten Seluma, Rejang Lebong dan Bengkulu Utara tertinggi pada keinginan punya anak segera tertinggi masing-masing ( 7,4 persen, 5 persen dan 4,1 persen), untuk kelompok anita PUS umur tua 45 49 tahun yang ingin anak segera kabupaten Seluma 11,1 persen dan Rejang Lebong 7,5 persen. 24

Pola keinginan mempunyai anak atau menambah anak kemudian mempunyai pola beragam, secara provinsi terbanyak pada kelompok umur 25 29 tahun 24 persen, selanjutnya 20 24 tahun sebesar 22,1 persen, pada kelompok umur 30 34 tahun (19,7 persen), kelompok umur 35 39 tahun (18,3 persen), kelompok umur muda yang berisiko tinggi 15 19 tahun (4,1 persen) dan kelompok umur wanita PUS tua 40 44 tahun (6,7 persen) dan 45 49 tahun (5,2 persen). Kabupaten yang harus mendapat perhatian dalam memberikan intervensi program melalui KIE dan pelayanan KB pada kelompok resiko muda kabupaten Kepahiang (16,7 persen) dan Seluma (12,5 persen). Kelompok umur wanita PUS tua 45 49 tahun kabupaten Lebong (18,8 persen) dan kota Bengkulu (11,8 persen). Wanita PUS yang tidak KB dan tidak ingin anak lagi menurut kelompok umur wanita PUS semakin naik sesuai dengan naiknya kelompok umur wanita PUS. Kelompok umur 20 24 tahun 0,9 persen, 25 29 tahun (2,6 persen), 30 34 tahun (6 persen), 35 39 tahun (14 tahun), 40 44 tahun (27,7 persen) dan 45 49 tahun (48,7 persen). 4.2. Keinginan punya anak menurut jumlah anak hidup. Apabila wanita yang menginginkan anak segera dirinci menurut jumah anak yang dipunyai terlihat secara provinsi proporsi terbesar terdapat pada wanita yang mempunyai anak 1(satu) anak yaitu 57,8 persen selanjutnya yang belum mempunyai anak yaitu 30,7 persen. Pola catur warga sebagian besar belum diterima, masih ada 10,2 persen PUS telah mempunyai anak 2(dua) ingin segera punya anak, 1,1 persen dari keluarga yang telah mempunyai anak 3(tiga) dan 0,3 persen mempunyai anak 4 atau lebih. Pola yang sama terjadi pada wanita PUS yang ingin anak kemudian menurut jumlah anak yang dipunyai, pada PUS yang telah mempunyai anak 1 (satu) tertinggi 50,8 persen disusul mempunyai anak 2 (dua) sebesar 30,1 persen, anak 3 (tiga) sebesar 11,1 persen dan mempunyai anak 4 atau lebih 7,5 persen sedangkan yang belum mempunyai anak mempunyai anak kemudian sebesar 0,5 persen. Keinginan dari PUS yang telah mempunyai anak 4 atau lebih tidak ingin anak lagi 40,3 persen, selanjutnya yang mempunyai anak 2(dua) yaitu 27,4 persen, anak hidup 3(tiga) sebesar 24,2 persen, dilanjutkan telah mempunyai anak 1(satu) sebesar 7,7 persen dan PUS yang belum mempunyai anak dan tidak ingin anak sebesar 0,3 persen. 25

4.3. Alasan tidak memakai alat/cara KB Wanita PUS pada saat pengumpulan data tidak menggunakan alat/cara KB, namun masih ingin anak kemudian maupun tidak ingin anak lagi ditanyakan alasan utama tidak ber-kb, secara umum alasan utama tidak ber-kb yang paling dominan dikemukan wanita adalah kesehatan 22,5 persen, selanjutnya merasa tidak subur (20,4 persen), menopause (17,6 persen), baru melahirkan (12,6 persen), efek samping (9,2 persen). Alasan lain puasa dan jarang jauh masing-masing (4,6 persen dan 4,3 persen), tidak nyaman dan lainnya (2,9 persen dan 2,2 persen), larangan agama/budaya (1,8 persen), ibu/suami menolak (0,2 persen), tidak tersedia (0,2 persen). 4.4. Unmet Need KB pada wanita Pasangan Usia Subur Ukuran mengenai kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) didefinisikan sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB. Ukuran tentang pelayanan KB yang tidak terpenuhi, digunakan untuk menilai sejauh mana program KB telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan perhitungan unmet need KB dari hasil data MS 2009, total 3,7 persen yang terdiri dari penjarangan 1,3 persen dan pembatasan 2,4 persen. 6 5 4 TREND UNMET NEED 2005-2009 PROVINSI BENGKULU, MS 4,9 4,2 3,7 3,8 3,7 3,5 3,3 3 2 1 0,9 1,4 2,1 1,6 2,4 2,4 1,4 1,3 0 2005 2006 2007 2008 2009 Penjarangan Pembatasan Total Gambar diatas menyajikan informasi trend dari Unmet need KB provinsi Bengkulu hasil Mini Survei Pemantauan PUS, perkembangan unmet need secara total turun dari 3,8 tahun 2008 menjadi 3,7 tahun 2009, untuk pembatasan tidak ada perubahan 26

sedangkan penjarangan turun 0,1 persen dari 1,4 persen tahun 2008 menjadi 1,3 persen pada tahun 2009. Distribusi per kabupaten/kota secara total Kota Bengkulu dan Mukomuko tertinggi masing-masing (6,4 persen dan 6,2 persen), terendah kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong (1,7 persen dan 1,8 persen). Unmet need untuk penjarangan tertinggi kabupaten Lebong 2,7 persen 4(empat) kabupaten yaitu Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Seluma, Kepahiang dibawah 1(satu) persen, pada kelompok pembatasan tertinggi Kota Bengkulu 5,2 persen dan terendah Rejang Lebong dan Kepahiang (1,0 persen dan 1,3 persen). Tabel 21. Unmet need KB (proxy) pada wanita PUS menurut provinsi, Provinsi Bengkulu, 2009 Kab Bengkulu Selatan Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Utara Kab Kaur Kab Seluma Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu Total Penjarangan Penjarangan Row % Pembatasan Pembatasan Row % Unmet Total unmet need Row %,9 1,8 2,7,8 1,0 1,8 1,9 2,7 4,7 1,6 2,5 4,2,9 2,7 3,6 1,7 4,6 6,2 2,7 1,8 4,5,3 1,3 1,7 1,3 5,2 6,4 1,3 2,4 3,7 4.5. PROPORSI HAMIL PADA WANITA PUS Mini Survei pemantauan PUS 2009 menghasilkan informasi status kehamilan wanita PUS, data tentang status Tabel 4. Status hamil pada wanita PUS menurut provinsi, kehamilan ini sangat penting Provinsi Bengkulu, 2009 karena memberikan kesempatan Status hamil Total pada program untuk melakukan Ya Tidak kegiatan dalam upaya % % n peningkatan kesertaan ber-kb, Kab Bengkulu Selatan 3,8 96,2 444 Kab Rejang Lebong 4,7 95,3 953 melalui penggarapan segmen Kab Bengkulu Utara 5,3 94,7 1033 sasaran sasaran calon peserta Kab Kaur 8,7 91,3 409 KB baru setelah mereka Kab Seluma 5,5 94,5 852 melahirkan. 7,9 92,1 454 Hasil survey melaporkan bahwa secara proporsi wanita hamil tercatat 5,7 persen, Kab Mukomuko Kab Lebong Kab Kepahiang Kota Bengkulu Total 4,0 96,0 368 7,7 92,3 455 4,6 95,4 127 5,7 94,3 5094 27

kabupaten Kaur, Mukomuko dan kepahiang banyak wanita PUS sedang hamil masingmasing (8,7 persen, 7,9 persen, 7,7 persen), terendah di Bengkulu Selatan (3,8 persen) 28

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Fertilitas Rata-rata anak lahir hidup pada kelompok umur PUS 40 49 mini survey pemantauan PUS tahun 2009 provinsi Bengkulu sebesar (3,6), merupakan rata-rata anak lahir hidup dari wanita PUS tua yang hampir berakhir masa reproduksi 3,6. 2. Umur Responden Rata-rata dan median umur wanita PUS di provinsi Bengkulu tahun 2009 sebesar 34 tahun. Kota Bengkulu dan Bengkulu Selatan sebesar (37 tahun dan 36 tahun). Umur wanita PUS per kelompok umur tertinggi pada kelompok 25 39 tahun, kelompok umur rendah. Tingkat pendidikan dari wanita PUS hasil mini survey tahun 2009 tertinggi tamat SD, PUS tidak sekolah dan tamat Akdemi/Perguruan Tinggi rendah. Rata-rata PUS masuk dalam kategori tahapan KS II, selanjutnya KS I. 3. Umur Usia Kawin Pertama Rata-rata dan median Umur Kawin Pertama tingkat provinsi Bengkulu 20 tahun. Kabupaten Bengkulu Selatan, Kaur, Kota Bengkulu tinggi ( 21 tahun dan 22 tahun), terendah Mukomuko 19 tahun. Kelompok usia kawin pertama wanita PUS 15 19 tahun rata-rata berpendidikan Tamat SD, kelompok umur kawin pertama 20 24 tahun rata-rata tamat SLTA disusul tamat SLTP dan tamat SD, dan 25 29 tahun berpendidikan tamat SLTA 4. Anak Lahir Hidup Rata-rata dan median anak dilahirkan hidup sebesar dua, Anak Lahir Hidup 4 (empat) atau lebih tertinggi di Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu, jumlah anak lahir hidup pada kelompok umur wanita PUS mengikuti pola fertilitas sesuai dengan kelompok umur. 5. Keluarga Berencana Prevalensi peserta KB moderen hasil Mini Survei tahun 2009 sebesar 78,9 dengan Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Seluma diatas 80 persen dan terendah Kaur dan Kota Bengkulu 73,5 persen, persebaran jenis alat/cara KB masing-masing tertinggi 29

Suntikan dan Pil (46,5 persen dan 16,2 persen), KB Pria (MOP dan kondom) dua persen. Sumber pelayanan melalui pemerintah membayar 32,7 persen, swasta membayar 30,2 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan peserta KB tidak tamat SD, tamat SD, dan Akademi/PT diatas 80 persen, pada tingkatan pendidikan lainnya dibawah 80 persen, menurut kelompok umur tertinggi pada kelompok 30 44 tahun diatas 80 persen.ratarata peserta KB di Provinsi mempunyai anak tiga sebesar 92 persen, anak dua sebesar 89 persen dan anak empat atau lebih sebesar 84 persen.unmet Need tahun 2009 sebesar 3,7 persen terdiri penjarangan 1,3 persen dan pembatasan 2,4 persen. 6. Kesimpulan 1. Fertilitas lengkap masih tinggi, dengan rata-rata umur PUS tua (34 tahun) yang tidak mempengaruhi penurunan fertilitas. 2. Tingkat pendidikan PUS rendah tamat SD dan tahapan keluarga KS II dan KS I. 3. Umur kawin pertama 20 tahun, pada kelompok 15 19 tahun berependidikan tamat SD 4. Anak lahir hidup sejumlah 4 orang atau lebih tertinggi pada kelompok umur PUS 40 49 tahun. 5. Prevalensi 78,9 persen dengan wanita tidak tamat SD, tamat SD dan Akademi/PT diatas 80 persen dan pada kelompok umur 30 44 tahun, 6. Peserta KB Suntik dan Pil tinggi dibandingkan dengan jenis alat/cara KB lainnya 7. Peserta KB mandiri tinggi 30