Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

Data dan Pembahasan. Tabel V.1 Perbandingan Nilai Kehilangan Air PDAM Kota Bandung Tahun 2004, 2005 dan 2006

BAB I PENDAHULUAN. keharusan dan menyangkut hajat hidup orang banyak, maka. diperlukan suatu badan atau organisasi yang professional yang dapat

BAB III. METODE PENELITIAN

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

meter, kesalahan pencatatan angka meter, pemakaian yang tidak tercatat misalnya untuk pengurasan dan pemadam kebakaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kuantitas dan kualitas tertentu untuk menopang kehidupannya. Penambahan

4.1. PENGUMPULAN DATA

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. melalui PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mengetahui volume air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Latar Belakang 1

KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (Studi Kasus PDAM Kota Bandung)

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Air Minum (PDAM). Air sangat berguna dalam kehidupan sehari hari bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama perusahaan besar maupun perusahaan kecil adalah

OLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGELOLAAN SISTEM PIPA TRANSMISI DAN DISTRIBUSI PDAM DUA SUDARA KOTA BITUNG UNTUK MELANJUTKAN PELAYANAN

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MONITORING TERHADAP KOMPONEN SAMBUNGAN RUMAH SEBAGAI SATU UPAYA PENGENDALIAN KEHILANGAN AIR DI PDAM KOTA MALANG

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI KECAMATAN TANGGULANGIN, KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

V. EVALUASI KINERJA PDAM KABUPATEN SUKABUMI. Dalam mengukur kinerja PDAM Kabupaten Sukabumi sebagai

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan air bersih atau air PDAM sering di sebut sebagai Non-Revenue-Water

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. LEIDING BEDRIJF yang dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan

STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA MATARAM

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Untuk dapat bertahan dalam

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara

BAB II SEJARAH PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

STUDI PENYUSUNAN PROGRAM PENYEHATAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN LAMONGAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SATRIA KABUPATEN BANYUMAS. NOMOR : 3 Tahun 2016 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR TENTANG PELAYANAN AIR MINUM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Disamping kebutuhan manusia untuk mengonsumsi air sehari hari, air juga

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SEMARANG

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN RESERVOIR PDAM TIRTAULI DI KELURUHAN TONG MARIMBUN KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2009

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. salah satu peusahaan BUMD yang bergerak di bidang pelayanan air bersih.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru

Bab III Tinjauan Pustaka III.1 Pendahuluan

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

TUGAS AKHIR STUDI KEHANDALAN METER AIR

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 21 TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SEMARANG

SUMBER AIR BAKU. Kapasitas Kapasitas Tahun Pembuatan. Kondisi (l/det) (l/det)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES) PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN NIKMAD ARSAD SIREGAR

I. Latar belakang penyesuaian tarif air minum tahun 2013 meliputi :

KAJIAN POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH, KOTA CIMAHI SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA KONVERSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih sudah menjadi suatu keharusan dan menyangkut hajat hidup orang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Evaluasi Pajak Pengambilan dan Pemanfataan Air Permukaan

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENGATURAN TARIF AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berhasil dan sesuai dengan tujuan dari penelitian. Tahap persiapan dimulai dengan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Bab I V Metodologi Penelitian IV.1 Umum Untuk penentuan perhitungan penelitian kehilangan air pada sistem jaringan perpipaan distribusi air minum Kota Bandung, perlu diketahui dahulu apakah kehilangan air ini terjadi secara fisik ataukah non fisik. Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara nyata terbuang dari sistem distribusi, penyebabnya merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih, misalnya kelalaian pemasangan dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa atau pun akurasi meteran yang tidak tepat Kehilangan air non fisik sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor non teknis yang sulit dilacak meupun ditanggulangi karena menyangkut masalah kompleks baik di dalam maupun di luar PDAM itu sendiri. Merupakan kehilangan air yang terpakai tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya karena berbagai alasan. Beberapa contoh kehilangan air non fisik adalah kesalahan membaca meteran, pencatatan angka meteran pelanggan yang tidak sesuai dengan semestinya, misalnya karena aliran air terlalu kecil atau karena ketidaktelitian meter air, kesalahan pembuatan rekening air disebakan adanya selisih pembacaan meteran dan adanya sambungan liar. IV-1

Pendefinisian Masalah dan Studi Literatur Pengumpulan Data Sekunder Analisis Kesetimbangan Air Pada Sistem Distribusi Penentuan Nilai Kehilangan Air Tiap Kelurahan Penentuan Pilot Project Pengumpulan Data Lapangan Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air Pembuatan Laporan Gambar IV.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian IV.2 Pendefinisian Masalah dan Studi Literatur Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah pendefinisian masalah. Hal ini harus dilakukan untuk menyamakan konsep antara tujuan akhir dari tugas akhir ini dan tujuan akhir dari program PDAM Kota Bandung sehingga akan diketahui ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Setelah masalah telah didefinisikan maka langkah selanjutnya adalah studi literatur. Studi literatur perlu dilakukan untuk mendapatkan dasar teori dan data IV-2

yang mencukupi selama pengerjaan tugas akhir. Studi literatur diperoleh dari internet, buku, jurnal dan lain-lain. IV.3 Pengumpulan Data Sekunder Pengamatan kondisi eksisting dilakukan dengan cara mengambil data sekunder. Data sekunder diperlukan sebagai data awal untuk penentuan kehilangan air. Data sekunder yang diperlukan meliputi antara lain data tentang pemakaian air rata-rata penduduk per kelurahan setiap bulannya, data tentang jumlah pelanggan, data tentang sistem perpipaan dan kelengkapan sistem perpipaan distribusi yang dipakai sebagai bahan analisis teknis penyebab kebocoran. Data-data tersebut diperoleh dari PDAM Kota Bandung. Selain itu, diperlukan juga data besarnya debit yang tersedia untuk melihat kesesuaiannya dengan kebutuhan penduduk, juga besarnya debit sumber air yang didistribusikan keseluruhan dan sistem perpipaan distribusi yang dipakai. Data tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap sistem distribusi air minum pada wilayah pilot project yang merupakan salah satu zone sistem distribusi air minum pada wilayah Kota Bandung. IV.4 Analisis Kesetimbangan dan Kehilangan Air Seluruh Bandung Analisis kesetimbangan air dilakukan dengan cara membandingkan antara volume produksi yang berperan sebagai input sistem dengan distribusi dan konsumsi sebagai outputnya. Setelah itu, baru dapat dibuat tabel kesetimbangan air, lalu menyimpulkan kehilangan air untuk seluruh Bandung. Setelah analisis kesetimbangan air secara umum telah dilakukan, maka akan dilihat kehilangan air tiap kelurahan yang dilayani oleh PDAM Kota Bandung. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kelurahan mana saja yang memberikan kehilangan air terbesar dan terkecil bagi PDAM Kota Bandung. Perhitungan kehilangan air tiap kelurahan dilakukan dengan cara membandingkan antara model Epanet yang diterapkan PDAM Kota Bandung dengan data pemakaian air rata-rata penduduk per kelurahan tiap bulannya. Dengan cara mencari kelurahan mana yang mempunyai selisih yang paling besar dengan model yang sudah ada saat ini, maka akan didapat nilai kehilangan airnya. IV-3

Setelah mengetahui penyebab terbesarnya, lalu akan dicari solusinya dari segi teknis dan non teknis. Studi ini menggunakan model Epanet jaringan distribusi Kota Bandung berdasarkan referensi dari tugas akhir Rahmat Satria Dewangga, (2003) karena model distribusi inilah yang digunakan oleh PDAM Kota Bandung sekarang ini. IV.5 Penentuan Pilot Project Penentuan pilot project diperlukan karena tidak mungkin penulis menjadikan keseluruhan Kota Bandung sebagai wilayah studi. Hal ini dikarenakan banyaknya interkoneksi pipa dan intervensi aliran, terutama di bagian Bandung Selatan. Pilot project ditentukan dengan beberapa kriteria sebagai berikut, wilayah yang dijadikan pilot project harus mempunyai semua golongan kelas pelanggan, mempunyai sistem pengaliran 24 jam, mempunyai pendistribusian air yang relatif baik, mempunyai efisiensi penagihan yang relatif tinggi, dan tingkat permasalahan meterannya tinggi. Pilot project ditentukan dari kelurahan-kelurahan yang berada dalam wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung saja. IV.6 Pengumpulan Data Lapangan Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan penentuan jumlah sampel terlebih dahulu. Metoda sampling yang digunakan adalah metoda disproportionate stratified random sampling. Metoda ini dipakai karena populasi yang ada merupakan populasi yang berstrata tetapi kurang proporsional. Sampling dilakukan selama 4 hari dengan rentang antara hari pertama-hari ketiga dan hari kedua-hari keempat adalah seminggu. Juga dilakukan wawancara dengan pengelola PDAM Kota Bandung dan masyarakat sekitar pilot project yang memakai air bersih dari PDAM Kota Bandung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mencocokkan data yang ada di Data Sambungan Meter Air Pelanggan dengan angka yang ada di meteran air. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya selisih pembacaan antara data yang dilaporkan dengan keadaan di lapangan. Selisih pembacaan ini bisa dipakai untuk mengindikasikan penyebab kehilangan air terbesar di wilayah pilot project. IV-4

Observasi lapangan ini sangat penting untuk mengetahui dengan pasti keadaan sebenarnya dari kondisi daerah pilot project, karena data-data yang didapat dari instansi (PDAM) seringkali di lapangan tidak lagi sesuai. IV.7 Pembuatan Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air Rekomendasi ini ditujukan untuk memperkirakan langkah-langkah apa yang harus dibuat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengurangi tingkat kehilangan air yang dapat terjadi. Rekomendasi usulan diajukan setelah menganalisis output dari data-data yang telah didapat. IV-5