Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 4. Simpulan dan Saran. suka berkelompok, dan sebagainya. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

Peranan Polri dalam Mencegah Tindak Pidana Narkotika di Kalangan Remaja (Penelitian di Kabupaten Simalungun)

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah yang dalam masa perkembangannya berada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengertian yang berbeda. Dimana secara yuridis-formal, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat ini adalah Adolescense yang berasal dari kata latin yaitu Adolescentia

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

CURRICULUM VITAE. B." PENDIDIKAN No. Universitas Fakultas Strata Tahun. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hukum (Hukum Pidana)

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Masyarakat Jepang dalam Kehidupan Berkelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA PENCURIAN PADA SAAT TERJADI BENCANA ALAM

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

Transkripsi:

Bab 5 Ringkasan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang disebut juga dengan shuudan shugi. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa keterikatannya terhadap kelompok di mana dia berada, terutama perusahaan tempat kerjanya. Bilamana perusahaannya menghadapi masalah atau tugas yang mendesak dan harus segera dituntaskan, maka para karyawan merasa terpanggil untuk ikut memikul beban kerja bersama-sama, dengan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadinya. Kesetiaan kelompok tidak terbatas di perusahaan atau kantor saja. Bisa saja dalam kelompok klub olahraga, klub kesenian, kelompok ketetanggaan, kelompok kelas di sekolah, kelompok seangkatan di universitas, dan lain lain. Kesadaran stratifikasi dalam kehidupan berkelompok pada masyarakat Jepang menciptakan kerukunan bersama sebagai harmoni kelompok yang melahirkan rasa saling memiliki dan rasa kebersatuan sesuai dengan status dan peran di dalam kelompok. Kesadaran stratifikasi, rasa memiliki, dan rasa kebersatuan ini menjadi nilai budaya masyarakat Jepang yang lahir dari pembinaan, pendidikan, atau pelatihan. Nilai ini ditanamkan pada anak mereka karena anak adalah generasi penerus masyarakatnya. Prestasi seorang individu dalam kelompok bukan lagi prestasi pribadi yang bersangkutan tapi menjadi prestasi kelompoknya. Masyarakat Jepang kurang dapat menerima sifat individualisme, apalagi yang mencolok seperti dalam masyarakat Barat. Masyarakat Jepang selalu menjaga keharmonisan dengan kelompok, lingkungan, dan alam. 52

Akan tetapi tidak semua kehidupan kelompok dalam masyarakat Jepang menghasilkan suatu yang positif. Ada juga dampak negatif yang dihasilkan oleh kehidupan berkelompok. Bermunculannya tindak delikuen yang dilakukan para kelompok remaja Jepang ini menimbulkan banyak perdebatan dan juga keresahan di kalangan masyarakat Jepang itu sendiri. Masa remaja seharusnya menjadi masa yang menyenangkan bagi seorang remaja walaupun masa transisi ini harus diawasi oleh pihak dewasa agar remaja tidak salah jalan dalam menemukan jati dirinya. Di Jepang sendiri adanya bentuk pengabaian sosial seperti merenggangnya hubungan antar anggota keluarga, pihak orang dewasa yang acuh tak acuh, juga masalah-masalah ijime di sekolah menyebabkan berkembangnya perilaku-perilaku menyimpang pada remajanya. Para generasi mudanya tidak lagi menempatkan budaya mereka dalam hal tata krama melainkan mereka lebih senang untuk menyerap unsur budaya yang masuk dari luar Jepang itu sendiri. Masuknya dan diserapnya pengaruh dari luar ini menyebabkan para remaja Jepang bertindak di luar aturan sehingga sekarang ini pergaulan di Jepang menjadi sangat bebas sehingga munculah penyimpangan-penyimpangan perilaku pada remaja di negara tersebut. Perilaku menyimpang juga telah dibedakan definisinya yaitu secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga, dan lain lain) dapat disebut perilaku menyimpang. Akan tetapi, jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma-norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Dengan demikian, kenakalan remaja akan dibatasi pengertiannya pada tingkah laku yang jika dilakukan oleh orang dewasa disebut sebagai kejahatan. Di luar itu, penyimpangan-penyimpangan lainnya hanya disebut perilaku menyimpang saja. 53

Munculnya bentuk kekhawatiran masyarakat mengenai kenakalan remaja sendiri sudah terjadi dimana-dimana dan mereka yang nantinya bergantung kepada remajaremaja ini sangat khawatir mengenai tanggung jawab yang akan mereka jalani. Tindakan para remaja ini tidak hanya mengungkapkan permasalahan internal dalam diri mereka sendiri tetapi menunjuk pada tekanan-tekanan yang dibebankan pada para remaja ini oleh perubahan dalam masyarakat Jepang itu sendiri. Banyaknya kenakalan remaja atau anak di bawah umur menimbulkan keresahan dan perdebatan dalam masyarakat. Sebagaimana di negara-negara lain yang mengalami hal yang sama dalam menghadapi kenakalan remaja, reaksi pemerintah dan media massa di Jepang adalah menganjurkan agar hukuman diperberat dan proses hukum bagi remaja juga diperketat, disamakan dengan orang dewasa. Selain pengaruh- pengaruh di atas, kenakalan remaja juga di akibatkan karena pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk daerah- daerah perkotaan menjadi cepat pula berubah. Sebagian besar daerahnya dipakai untuk mendirikan bangunan-bangunan, industri, perumahan penduduk, kantor pemerintah dan militer. Semua upaya pembangunan itu mempunyai dampak samping berupa disrupsi sosial (kekacauan sosial). Disrupsi ini dicerminkan oleh semakin meningkatnya keluarga yang pecah berantakan, kasus bunuh diri, alkoholisme, korupsi, kriminalitas, pelacuran, dan juga kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang terjadi dari berbagai faktor seperti lingkungan, kultural, sosiogenis, juga industrialisasi memainkan peranan besar dalam terbentuknya kenakalan remaja. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut memainkan peranan dalam menentukan tingkah laku delikuen pada anak-anak remaja. Mereka sangat terpengaruh oleh kondisi sosial yang jahat sehingga anak pun menjadi delikuen. 54

Seseorang dapat menjadi buruk atau jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar. Kenakalan remaja sering kali dikaitkan dengan ketidak seimbangan mental dari remaja tersebut. Ketidakseimbangan dalam diri remaja tersebut disebabkan oleh keadaan emosi yang berubah-ubah. Hal ini menyebabkan orang sulit memahami diri remaja dan remaja pun sulit untuk memahami diri mereka sendiri. Dalam pembentukan jati diri, para remaja sangat membutuhkan arahan dalam menentukan yang terbaik. Akan tetapi kurangnya komunikasi seakan membuat remaja ini bertindak sendiri dengan mencari perhatian lebih yang ternyata berlawanan dengan budaya dan masyarakatnya. Selain komunikasi, penghargaan dari pergaulan dan lingkungan sekitar terhadap remaja sangatlah penting. Baik buruknya reaksi yang diberikan terhadap remaja itu akan mempengaruhi kejiwaannya. Jika reaksi yang diterima remaja adalah sebuah reaksi buruk maka remaja akan menganggap diri mereka sebagai orang yang tidak memiliki pengaruh. Banyaknya bermunculan kasus kejahatan di Jepang yang dilatar belakangi oleh para remajanya, menimbulkan banyak tanda tanya yang mengarah pada faktor pemicu terjadinya kasus tersebut. Yang mengejutkan masyarakat adalah para remaja pelaku 55

terkadang termasuk dalam individu yang sensitif, pintar, dan termasuk dalam keluarga menengah biasa. Dan ini terlihat dalam lima kasus yang telah dianalisa dalam skripsi ini. Dalam kasus yang telah dianalisa terdapat lima kasus delikuen sekelompok remaja yang berujung kepada tindak kriminalitas di Jepang. Diceritakan dalam kasus pertama yaitu kasus pembunuhan oleh sekelompok remaja yang terbentuk dengan sebuah visi yang sama yaitu balas dendam terhadap korban yang dulu pernah melakukan tindak kejahatan terhadap mereka. Pada kasus kedua terdapat kasus pemukulan oleh sekelompok remaja putri yang berujung pada kematian terhadap lelaki tua berumur 69 tahun di apartemennya, ini terjadi dikarenakan rasa kesal kelompok remaja putri tersebut karena lelaki tersebut tidak mengembalikan uang yang dipinjam dari mereka. Pada kasus ketiga terdapat kasus permerkosaan oleh sekelompok mahasiswa baru dari organisasi sebuah universitas ternama di Jepang, kasus kejahatan seksual ini memakan korban teman dari organisasi tersebut. Kemudian dalam kasus keempat terdapat kasus penyerangan oleh sekelompok remaja kekediaman seorang polisi dengan tujuan ingin menyelamatkan teman anggota mereka yang ditahan oleh polisi tersebut akibat tindak kejahatan yang dilakukan temannya itu yaitu menyalakan kembang api di salah satu pos jaga polisi, kasus ini memakan korban luka yaitu polisi yang diserang rumahnya tersebut. dan terakhir pada kasus lima yaitu kasus perampokan oleh sekelompok remaja dengan tujuan agar mendapatkan uang jajan lebih. Dan kasus ini merupakan kasus yang berulang kali dilakukan oleh sekelompok remaja yang sama dengan target operasi mereka adalah para salesman yang sedang dalam keadaan mabuk. Berdasarkan lima kasus diatas maka untuk memudahkan pembaca maka dalam skripsi ini penulis membuat tabel data kasus yang telah dibahas pada analisis data sehingga diharapkan bisa membantu pembaca dalam memahami tentang kasus yang ada. 56

Tabel 5.1 Tabel Kasus Delikuen Kelompok Remaja Jepang Kasus Pembunuhan Pemukulan Pemerkosaan Penyerangan rumah polisi Perampokan Tahun 1999 2000 2003 2004 2007 Usia 17-19 14-15 20-23 14-18 14-18 Jenis Kelamin Pria Wanita Pria Pria Pria Tingkat Pendidikan SMU SMU Mahasiswa SMU, SDF SMP, SMU Latar Belakang Kasus Emosi balas dendam Rasa kesal terhadap korban Ketidaksetujuan atas kegiatan kelompok tersebut Menyelamatkan teman yang ditahan Ingin uang jajan lebih Berdasarkan tabel diatas maka jelas bahwa kehidupan berkelompok masyarakat Jepang yang sudah menjadi budaya masyarakat itu sendiri tidak selamanya selalu berdampak positif. Ini bisa terlihat pada kasus dalam tabel diatas bahwa kegiatan berkelompok juga menghasilkan hal yang negatif dan ini banyak dilakukan oleh remaja Jepang itu sendiri yang akan menjadi generasi penerus bangsa Jepang. 57