BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Nur Fitria Rahmawati 1, Siti Aisah 2, Mifbakhuddin 3. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

MALNUTRISI DAN INFEKSI CACING STH PADA IBU HAMIL DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK PEKANBARU. Yanti Ernalia, Dietisien, MPH dr Lilly Haslinda, M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

Diponegoro No.1, Pekanbaru,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO INFEKSI KECACINGAN MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN ANGKOLA TIMUR KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 ABSTRACT

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

EFEKTIFITAS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA MENGATASI MASALAH KESEHATAN DI KELUARGA. Agrina 1, Reni Zulfitri

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE DI SDNEGERI 16 SUNGAI ROTAN KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFEKSI CACINGAN PADA ANAK DI SDN 01 PASIRLANGU CISARUA

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol. 2 No PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SD NEGERI MERJOSARI 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal higiene adalah perawatan kaki, tangan, dan kuku (Perry & Potter, 2005). Kaki, tangan dan kuku membutuhkan perhatian khusus dalam perawatan kebersihan diri seseorang karena rentan terhadap infeksi. Setiap kondisi yang mengenai tangan dan kaki secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan dalam hal perawatan kebersihan diri seseorang. Kuku merupakan salah satu anggota badan yang terdapat pada ujung jarijari tangan dan kaki yang mengandung lapisan tanduk (Isro in & Andarmoyo, 2012). Kebersihan kaki, tangan, dan kuku menjadi hal yang penting untuk diperhatikan kebersihannya terutama ketika sedang sakit, perawatannya menjadi semakin penting untuk diperhatikan. Kuku yang tidak terawatt juga dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Beberapa masalah akibat tidak terawatnya kuku misalnya kuku yang panjang dapat mengakibatkan kuku menjadi mudah robek dan dapat melukai kulit sekitar, kuku yang tumbuh ke dalam menuju jaringan lunak sekitar kuku karena pemotongan kuku yang salah (Isro in & Andarmoyo, 2012). Dampak yang dapat terjadi apabila kuku tidak dirawat diantaranya kecacingan dan diare (Siswanto, 2010). Pengetahuan masyarakat yang kurang mengakibatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat menjadi sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah personal higiene dianggap kurang penting karena kurangnya pengetahuan mereka terhadap pentingnya PHBS. Penelitian dari Kusumawati, dkk (2008) didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara 1

2 pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (Kusumawati,dkk, 2008). Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai banyak aktivitas, dan aktivitas tersebut seringkali berhubungan langsung dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh orang tua. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua dalam memperhatikan personal higiene anak menyebabkan anak juga tidak memperhatikan kebersihan dirinya sendiri. Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Wong, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2011) didapatkan data tentang tingkat pengetahuan anak usia Sekolah Dasar tentang kecacingan dalam kategori baik 13,1%, sedang 48,2%, dan rendah 38,7%. Sedangkan sikap baik 48,2% dan cukup baik 51,8%. Hasil penelitian juga didapatkan data bahwa perilaku merawat kuku seminggu sekali pada siswa SD sebanyak 64,2%. Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2012 mendapatkan hasil bahwa kebersihan kuku mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian kecacingan pada siswa SD. Siswa SD yang mempunyai kuku kotor dan panjang mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kecacingan. Sebanyak 60% siswa positif terkena kecacingan dan 40% lainnya negatif (Fitri,dkk, 2012). Penelitian Texanto & Hendratno (2008) menunjukkan bahwa 10,7% dari 56 siswa terinfeksi soil transmitted helminthes dimana dari hasil kuesioner didapatkan 7,1% anak dengan higiene kurang. Survei yang pernah dilakukan oleh Depkes RI tahun 2003 didapatkan data 85,8% anak usia sekolah di kabupaten pesisir selatan mengalami kecacingan (Depkes RI, 2003).

3 Tahun 2010 ditemukan angka kejadian diare sebanyak 24 per 1000 penduduk di Kota Semarang (DKK Semarang, 2010). Pada tahun 2006-2010, ditemukan case fatality rate diare sebesar 2,16%, 1,79%, 2,34%, 1,74%, dan 1,74% (Depkes RI, 2011). Usaha Kesehatan Sekolah perlu didirikan dalam rangka untuk meningkatkan perilaku personal higiene pada anak usia sekolah dasar. Usaha kesehatan sekolah mempunyai peranan penting terhadap pemantauan kesehatan anak-anak di sekolah. Selain itu, usaha kesehatan sekolah juga berfungsi memberikan pengetahuan tentang kesehatan, seperti cara menjaga kebersihan diri, mengobati luka dengan benar, perawatan kuku, serta penerapan perilaku kesehatan yang lainnya (Wong, 2009). Penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2009 didapatkan hasil bahwa selain perawatan rambut, telinga, dan gigi, perawatan kuku merupakan salah satu materi kesehatan yang dipilih oleh guru PAUD untuk dapat disampaikan pada murid-muridnya (Adiwiryono, 2009). Adanya program UKS di sekolah juga perlu didukung dengan upaya penyuluhan kesehatan yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun orang-orang yang berpengalaman di bidang kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ceramah tentang kesehatan, demonstrasi perawatan kesehatan, maupun dengan cara diskusi. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pada seseorang agar mampu mengubah perilaku kesehatannya yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik (Notoatmodjo, 2012). Penelitian yang dilakukan Rachmayanti (2009) menunjukkan bahwa pemberian edukasi melalui media boneka di panggung lebih efektif meningkatkan pengetahuan siswa SD dibandingkan dengan siswa yang diberikan edukasi hanya melalui ceramah saja. Penelitian lain pada tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa pemberian edukasi dengan penggunaan modul dan presentasi yang disertai leaflet juga meningkatkan pengetahuan pada siswa SMA Bantul (Hastuti & Mahaningsih, 2009).

4 Sekolah Dasar Negeri Kalikayen 02 terletak di desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur. Lokasi SD N Kalikayen 02 ada di daerah pedesaan, dikelilingi oleh persawahan, dan lapangan yang digunakan untuk bermain sehari-hari masih lapangan tanah. Program UKS tidak berjalan dengan lancar karena sekolah ini tidak memiliki ruang khusus untuk UKS. Keterangan guru setempat mengatakan hanya tersedia kotak P3K yang ada di ruang guru. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 didapatkan data jumlah adalah 45 anak. Hasil observasi kebersihan kuku yang dilakukan pada siswa kelas 5 didapatkan data 7 dari 10 siswa kelas mempunyai kuku yang panjang dan kotor dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui cara merawat kuku yang benar. Hasil wawancara dengan wali kelas didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02 belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perawatan kuku. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait personal higiene perawatan kuku tangan dan kaki pada siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02, Ungaran Timur. B. Rumusan Masalah Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa tumbuh kembang yang baik. Masa-masa ini, anak-anak perlu mendapatkan pengawasan terhadap kesehatannya karena usia sekolah adalah masa dimana anak-anak mempunyai banyak aktivitas, dan aktivitas tersebut seringkali berhubungan langsung dengan lingkungan yang kotor dan menyebabkan anak-anak mudah terserang penyakit. Perawatan kuku pada anak-anak juga seringkali terabaikan oleh orang tua. Meskipun terlihat sepele, tetapi perawatan kuku juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 didapatkan data jumlah siswa kelas 5 adalah 45 anak. Hasil observasi kebersihan kuku yang dilakukan pada siswa kelas 5

5 didapatkan data 7 dari 10 siswa mempunyai kuku yang panjang dan kotor dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui cara merawat kuku yang benar. Hasil wawancara dengan wali kelas didapatkan informasi bahwa siswa kelas 5 SD N Kalikayen 02 belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan perawatan kuku. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini Adakah perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan perawatan kesehatan kuku pada siswa kelas 5 di SD Negeri Kalikayen 02? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktik antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan perawatan kesehatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan tentang perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. b. Mendeskripsikan sikap tentang perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. c. Mendeskripsikan praktik perawatan kuku pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan. d. Menganalisis perbedaan pengetahuan pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah

6 e. Menganalisis perbedaan sikap pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah f. Menganalisis perbedaan praktik pada siswa kelas 5 di SD N Kalikayen 02 tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah g. Menganalisis perbedaan pengetahuan antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah h. Menganalisis perbedaan sikap antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah i. Menganalisis perbedaan praktik antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi tentang perawatan kuku sebelum dan sesudah D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan program pendidikan keperawatan terhadap masalah personal hygiene, terutama yang berkaitan dengan kebersihan dan perawatan kuku. 2. Bagi Guru Memberikan masukan pada guru untuk lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini memberikan sebuah pengalaman pembelajaran sesuai dengan praktik keperawatan.

7 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan lebih lanjut mengenai perilaku hidup bersih dan sehat khususnya dalam item perawatan personal hygiene yang lainnya. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu keperawatan komunitas. F. Originalitas Penelitian Judul penelitian Variabel Desain Hasil Hubungan Antara Variabel Observasional Penelitian Status Hygiene independen : status analitik dengan menunjukkan Individu Dengan hygiene. rancangan cross bahwa 10,7% dari Angka Kejadian Variabel dependen sectional. 56 siswa terinfeksi Infeksi Soil : kejadian infeksi STH dimana dari Transmitted STH. hasil kuesioner Helminthes di SDN didapatkan 7,1% 3 Pringapus, anak dengan Kabupaten hygiene kurang. Semarang, Jawa Tengah Peneliti : Andray Hadi Texanto, Sri Hendratno Analisis Faktorfaktor Faktor-faktor Deskriptif analitik Kebersihan kuku Resiko resiko kecacingan. dengan rancangan memberikan Infeksi Kecacingan cross sectional. pengaruh Murid Sekolah bermakna terhadap Dasar di kejadian infeksi Kecamatan kecacingan dengan Angkola Timur, nilai p Kabupaten value=0,000, dapat Tapanuli Selatan disimpulkan ada Tahun 2012 hubungan yang Peneliti : Juni Fitri, signifikan antara Zulfan Saam, M. kebersihan kuku Yulis Hamidy dengan infeksi kecacingan. Higienitas Kuku Tangan dan Infestasi Ascaris Lumbricoides dan Trichuris Tichiura pada Murid SDN 40 Meranti Andak Kecamatan Rumbai Variabel independen : higienitas kuku tangan. Variabel dependen: infestasi Ascaris Lumbricoides dan Trichuris Tichiur. Analitik pendekatan sectional. dengan cross Dari analisis data ditemukan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara hygiene kuku dengan infestasi Ascaris

8 Pesisir Pekanbaru Peneliti : Deliyus Irman, Suri Dwi Lesmana, Lilly Haslinda Hubungan Higiene dan Sanitasi Dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminthes pada Anak-anak (Studi di Masyarakat Dusun Bunut Desa Sumber Makmur Kecamatan Mentaya Hilir Utara Kabupaten Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah) Peneliti : Nurul Huda Gambaran Faktorfaktor Penyebab Infeksi Cacingan Pada Anak di SD N 01 Pasirlangu Cisarua Peneliti : Adisti Andaruni, Sari Fatimah, Bangun Simangunsong Variabel independen : hygiene dan sanitasi. Variabel dependen: kejadian infeksi Soil Transmitted Helminthes. Faktor-faktor penyebab infeksi cacingan. Survey dengan pendekatan cross sectional. Lumbricoides dan Trichuris Tichiura, p value=0, 245. Ada hubungan dan ada resiko antara mencuci tangan (p value=0,039), memotong dan merawat kuku (p value=0,020), dan keberadaan telur STH pada tanah di belakang rumah (p value=0,026) dengan kejadian infeksi STH. Deskriptif. Hasil penelitian didapatkan infeksi cacingan dapat disebabkan dari 50,98% faktor personal hygiene, 52,95% mencuci tangan, 56,90% kebersihan kuku, dan 50,90% faktor sanitasi makanan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah desain penelitiannya menggunakan quasy experiment dengan rancangan pretest-posttest with control group. Sedangkan untuk variabel dependen dan independennya juga berbeda, pada penelitian ini variabel independennya adalah penyuluhan kesehatan dan variabel dependennya adalah pengetahuan, sikap, serta praktik dalam perawatan kuku.