PERMASALAHAN PAJAK INDONESIA. Ayu Noviani Hanum. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

MANAJEMEN PAJAK. Amanita Novi Yushita

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya bersumber dari sektor perpajakan. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir ini, perpajakan telah menjadi sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sesuai dengan yang kita ketahui bahwa penerimaan negara untuk

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

Perkembangan Penerimaan Pajak di Indonesia. Abstract

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. dipaksakan oleh negara kepada seluruh warga negaranya, peran pajak tentu. sangat besar dalam perkembangan kemajuan ekonomi negara.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB II LANDASAN TEORI

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BAB II BAHAN RUJUKAN

Transkripsi:

PERMASALAHAN PAJAK INDONESIA Ayu Noviani Hanum Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang sangat penting untuk pembiayaan pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang secara suka rela dan senang untuk membayar pajak karena para Wajib Pajak merasa bahwa mereka tidak memperoleh keuntungan timbal balik dari jumlah pajak yang mereka bayarkan. Pajak yang di bebankan pemerintah kepada Wajib Pajak menimbulkan perbedaan kepentingan, karena bagi wajib pajak, membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis dan laba mereka. Perbedaan kepentingan ini cenderung memancing Wajib Pajak untuk mengurangi beban pajaknya baik secara legal maupun illegal, hal ini juga di mungkinkan oleh masih banyaknya celah peraturan perpajakan yang masih dimanfaatkan oleh sumber daya manusia petugas pajak (fiskus) untuk melakukan praktek Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN) dengan Wajib Pajak yang tidak jujur Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2004 di perkirakan terjadi penyimpangan terhadap hasil pungutan pajak sebesar 40 trilyun rupiah, dan juga yang sangat disayangkan, dari 220 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 2,3 juta orang yang mempunyai Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP) orang pribadi, hal ini di sebabkan karena belum semua pengusaha dan pribadi mendaftarkan dirinya pada Kantor Pelayanan Pajak untuk memperoleh NPWP. Hal ini mencerminkan kesadaran penduduk Indonesia untuk membayar pajak masih sangat rendah dan telah terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk menghindar dari kewajibannya. Kata Kunci : Pajak, Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, Kantor Pelayanan Pajak PENDAHULUAN Penerimaan dalam negeri mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, roda pemerintahan dan pembangunan tidak dapat bergerak tanpa di dukung oleh dana, terutama yang berasal dari dalam negeri. Salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari dalam negeri adalah penerimaan pajak. Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro (1979), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara atau peralihan kekayaan VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 1

dari sektor partikulir ke sektor pemerintah, yang berdasarkan Undang Undang dapat di paksakan dengan tiada mendapat jasa timbal, yang langsung dapat di tunjukkan dan di gunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Sedangkan menurut Ray M. Sommerfeld (1983), pajak adalah sumber dana yang di transfer dari pihak pribadi kepada sektor publik, berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan sebelumnya, tanpa menerima keuntungan timbal balik, dengan tujuan untuk mewujudkan perekonomian negara dan tujuan sosial. Menurut Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat 2, di sebutkan bahwa, Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang Undang. Undang Undang Perpajakan adalah undang undang yang mengatur hak dan kewajiban para Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dalam dua dekade ini, pajak telah merupakan isu utama, baik pada pihak pemerintah maupun pihak Wajib Pajak di Indonesia, pemerintah dari tahun ke tahun membutuhkan dana yang makin meningkat. Andalan sumber penerimaan negara yang selama ini terletak pada sumber-sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam, ternyata tidak dapat di pertahankan lagi, di karenakan harga minyak bumi dan gas alam sangat di pengaruhi oleh keadaan pasar internasional dan dalam jangka panjang, sumbersumber daya alam tersebut akan semakin berkurang dan habis. Menyadari hal ini maka pada akhir tahun 1983, pemerintah Republik Indonesia memulai di adakannya Tax Reform. Hal ini telah membuat perubahan mendasar ke arah pembaruan dalam sistem perpajakan nasional. Masyarakat ditempatkan dalam posisi utama dalam pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Hal ini sangat sejalan dengan tuntutan social oriented, di mana masyarakatlah yang paling menentukan kehidupan dan kegiatannya, sedangkan pemerintah lebih berfungsi sebagai pengawas, pembina dan penyedia fasilitas. Dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan telah terjadi perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak dan pemerintah. Wajib Pajak akan berusaha untuk menekan pembayaran pajaknya serendah mungkin, karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonominya, sedangkan pemerintah akan berusaha untuk menarik pajak pajak semaksimal mungkin, karena untuk memutar roda pemerintahan di VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 2

perlukan dana yang tidak sedikit dan pajak merupakan salah satu tumpuan pemerintah untuk memperoleh dana penyelenggaraan pemerintahan. STRUKTUR PAJAK Struktur Pajak di Indonesia terbagi atas : 1. Pajak Penghasilan (PPh) 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPNBM) 3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 4. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang terdiri dari empat jenis pajak untuk Propinsi dan tujuh jenis pajak untuk Kabupaten/Kota. 5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 6. Bea Materai FUNGSI PAJAK Fungsi pajak adalah tujuan atau untuk apakah pajak di pungut, Menurut Nurmantu (30:2003) pada umumnya di kenal dua jenis fungsi pajak, yang pertama adalah fungsi budgetair, atau di sebut fungsi fiskal, yaitu suatu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara berdasarkan Undang Undang Perpajakan yang berlaku, berdasarkan kepentingan ini, pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan.. Yang kedua adalah fungsi regulerend, di sebut juga fungsi tambahan, di mana pajak di gunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, untuk memberantas kebiasaan mabukmabukan pada masyarakat, pemerintah mengenakan tarif pajak yang tinggi, sehingga harga minuman keras menjadi mahal, dan tidak semua orang dapat membelinya, sehingga penerimaan dari sektor ini berkurang drastis. SISTEM PERPAJAKAN Sistem pemungutan pajak suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi pemasukan dana ke kas negara. Indonesia menerapkan sistem-sistem berikut dalam pungutan pajaknya : VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 3

1. Self Assessment System, yaitu suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. 2. Official Assessment System, yaitu suatu sistem perpajakan di mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus. Dalam sistem inilah fiskus yang aktif mencari WP untuk di berikan NPWP sampai kepada penetapan jumlah pajak terutang melaui penerbitan SKP (Surat Ketetapan Pajak). 3. Witholding Assessment System, yaitu sistem perpajakan dimana pihak ketiga mendapat tugas dan kepercayaan untuk memotong atau memungut suatu persentase pajak tertentu, terhadap jumlah pembayaran atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima pengahasilan, yaitu Wajib Pajak. PERMASALAHAN 1. Hal hal apakah yang menyebabkan terjadinya kebocoran dan penyimpangan pajak? 2. Apakah sistem perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah sudah mampu meminimalisir terjadinya kecurangan yang di lakukan oleh Wajib Pajak maupun aparat pajak (Fiskus)? PEMBAHASAN Selama ini pajak memberikan kontribusi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah, dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Kontribusi Pajak dalam APBN Tahun % Kontribusi dlm APBN 2000 56.5 % 2001 61.7 % 2002 70.3 % 2003 72.5 % 2004 80.0 % Sumber : Bisnis Indonesia VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 4

Jika di lihat dari persentase kontribusi pajak dalam APBN, setiap tahun memang meningkat, yang berarti bahwa kelangsungan hidup bernegara didominasi dan ditentukan dari besarnya penerimaan pajak. Tabel 1.2 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pendapatan Pajak Tahun Rencana Realisasi % Realisasi 1995 35.492 37.258 105,00% 1996 40.235 41.878 104,10% 1997 52.741 50.417 95,60% 1998 58.359 62.705 107,40% 1999 70.209 87.726 124,90% 2000 92.508 110.534 119,50% 2001 75.761 78.946 104,20% 2002 133.496 135.478 101,50% 2003 163.986 159.159 97,10% 2004 173.644 167.230 96,30% Ket : Dalam Milyar Rupiah Sumber : Buku Informasi Perpajakan Sedangkan dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dalam 1 dekade terakhir, Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah pendapatan pajak dari tahun ke tahun. Tetapi jika kita cermati dan membandingkan jumlah penerimaan pajak yang direncanakan sebelumnya setiap tahun dengan realisasi pendapatan pajak dari tahun 2000 sampai tahun 2004, ternyata walaupun secara nominal pendapatan pajak nasional mengalami peningkatan, sebenarnya persentase realisasinya mengalami penurunaan dari tahun ke tahun. Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Nasional % Kenaikan Tahun Bendahara Badan Org Pribadi WP PPh 21 Wjb PPN TOTAL 1995 84.113 458.732 1.086.488 571.071 325.354 2.525.758-1996 91.475 499.361 1.163.974 622.409 351.801 2.729.020 0,08 1997 97.939 543.433 1.232.457 675.622 374.793 2.924.244 0,07 1998 105.869 582.018 1.274.719 724.184 391.963 3.078.753 0,05 1999 117.194 650.691 1.316.259 806.480 416.867 3.307.491 0,07 2000 129.756 726.655 1.381.194 899.299 451.797 3.588.701 0,09 2001 147.131 804.959 1.697.180 1.001.298 489.232 4.139.800 0,15 2002 170.519 888.949 2.028.026 1.114.467 526.854 4.728.815 0,14 2003 195.556 974.004 2.330.802 1.232.626 559.247 5.292.235 0,12 2004 198.430 991.641 2.380.771 1.251.079 563.570 5.385.491 0,02 VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 5

Dapat kita cermati dari table 1.3, bahwa dari tahun ke tahun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar selalu meningkat, terutama mulai tahun 2001 terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak yang sangat signifikan, walaupun demikian, dari 220 juta penduduk Indonesia (40 juta kepala keluarga) ternyata hingga tahun 2004, hanya sekitar dari 2,3 juta orang yang mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), dan dapat kita simpulkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar pajak masih sangat rendah sekali. Menurut Bisnis Indonesia (5 April 2005), ada sekitar 60 persen Pengusaha Kena Pajak (PKP) tidak menyampaikan SPT. Hal ini mencerminkan kesadaran membayar pajak para WP masih rendah. Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang secara suka rela dan senang untuk membayar pajak karena para WP merasa bahwa mereka tidak memperoleh keuntungan timbal balik dari pajak yang mereka bayarkan. Pada umumnya WP telah mengetahui cara memperkecil kewajiban pajak dengan menghindari pajak atau tax evasion. Banyak hal yang di upayakan oleh para WP untuk menekan sedikit mungkin jumlah pajak yang harus di bayarkannya pada pemerintah dengan cara memasukkan SPT yang isinya tidak semua benar. Hal ini juga menimbulkan kebocoran pajak. hal-hal ini berikut ini adalah beberapa hal illegal yang dilakukan WP untuk memperkecil pajak yang harus di bayarnya : 1. Memperkecil penghasilan dengan cara hanya melaporkan sebagian, merendahkan harga jual, memilih menjual kepada pengusaha non PKP dalam bentuk Faktur Pajak Sederhana agar lebih mudah tidak melaporkan penjualannya. 2. Memperbesar harga pokok barang yang dijual, dengan cara meninggikan harga perolehan, membuat pembelian fiktif, membuat faktur PPN masukan fiktif membebankan Pajak Masukan yang telah dikreditkan ke dalam perhitungan harga pokok. Hal ini terutama di lakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengharapkan restitusi sesuai dengan UU No.18/2000, yang berisi tentang kelebihan pembayaran pajak masukan dalam suatu masa pajak yang sebelumnya hanya bisa di kompensasi, maka sejak 1 Januari 2001 bisa di minta kembali. VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 6

3. Memperbesar beban usaha dengan cara membuat utang fiktif, agar dapat membuat beban bunga, membuat seolah-olah ada pengeluaran (beban fiktif) yang tidak didukung dokumen yang memadai. 4. Meninggikan harga impor dari perusahaan yang ada hubungan istimewa di luar negeri. dan merendahkan harga ekspor kepada perusahaan yang ada hubungan istimewa di luar negeri. 5. Merendahkan penghasilan pegawai atau pembayaran lainnya dalam rangka penghitungan PPh Pasal 21, sementara di dalam perhitungan laba-rugi perusahaan ditinggikan untuk merendahkan laba kena pajak (PPh Badan). 6. Pembayaran dividen kepada pemegang saham secara terselubung seolah-olah pembayaran utang. Sejak tahun 1983, pemerintah mengacu pada self assessment system, hal ini sangat menguntungkan bagi pihak WP, karena WP dengan kesadarannya sendiri diharapkan melaporkan dan membayarkan sendiri jumlah pajak yang harus di bayarnya kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Permasalahannya, apakah kewajiban membayar pajak sudah internalize dengan diri setiap orang? Jawabannya, pasti belum, karena pada dasarnya tidak ada orang yang rela membayar pajak. Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk menghindari pembayaran pajak. Dibutuhkan pemahaman yang cukup baik agar tiap orang rela membayar pajak. Dari semua kegiatan yang dilakukan WP, tentunya harus mendapatkan pengawasan yang ketat dari pihak aparat pajak, jika tidak ada celah yang di berikan dari aparat pajak, tentunya para WP akan takut untuk melakukan penyimpangan pajak. Dan sanksi yang berat harus di berikan secara tegas kepada WP yang telah terang-terangan ketahuan melakukan penyimpangan pajak. Selain itu kualitas dan kuantitas aparat pajak (fiskus) juga menentukan optimalisasi pemasukan pajak. Fiskus yang profesional tidak mudah percaya begitu saja atas keterangan atau pembukuan WP dan akan secara konsisten menggali obyek-obyek pajak yang menurut ketentuan perundangan harus dikenakan pajak.disamping tingkat intelgensia, fiskus harus memiliki sifat pengabdian dan integritas moral yang tinggi dan terampil. Sedangkan kuantitas fiskus harus sesuai VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 7

dengan volume pekerjaan yang makin meningkat, jika kekurangan tenaga akan timbul kesulitan dalam optimalisasi penerimaan pajak. PENUTUP Dapat di tarik kesimpulan bahwa sistem pajak yang di gunakan pemerintah harusnya di ubah, dari Self Assessment System menjadi Official Assessment System. Hal ini akan lebih meminimalisir terjadinya kebocoran pajak, karena dalam sistem inilah fiskus yang aktif mencari WP untuk di berikan NPWP sampai kepada penetapan jumlah pajak terutang. Pihak Direktorat Jendral Pajak juga harus berusaha meningkatkan SDM nya dan memberikan hukuman dan sanksi yang tegas pada fiskus agar lebih profesional melakukan tugasnya, dan tidak bekerjasama dengan WP untuk melakukan penyimpangan pajak. Dan juga pihak fiskus harus memberi pengawasan dan pemeriksaan yang ekstra ketat untuk pemberian restitusi, agar tidak di manfaatkan oleh WP untuk memperoleh pengembalian dari transaksi fiktif yang dilakukannya. Hendaknya Ditjen Pajak segera menerapkan e-system dalam kegiatan perpajakan, ini seirama dengan tuntutan good government dan pelayanan prima. Sebagai upaya mengurangi kontak antara wajib pajak dengan aparat pajak. Karena adanya kontak secara langsung, ditengarai dapat terjadi halhal di luar sistem yang berlaku. Selain lebih praktis, mudah, sederhana dan cepat, WP juga akan lebih nyaman dalam berkomunikasi. Jika korupsi dalam berbagai aspek kegiatan pajak berkurang atau bahkan tereliminir, yang memperoleh kemanfaatan besar adalah masyarakat banyak. Karena uang atau dana yang ada akan masuk ke pasar. Dalam satu tahun akan bergulir dan berproses beberapa kali (return of production atau return of investment) dalam mesin perekonomian yang akhirnya menambah input dan output ekonomi. Bila ini terjadi, secara langsung dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menambah kesempatan berusaha, lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat banyak yang tercermin pada produk domestik bruto (PDB). Membayar pajak ternyata tidak hanya memenuhi kewajiban undang-undang, tapi juga berkaitan dengan rasa jiwa kebangsaan. Artinya, wajib pajak yang sudah VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 8

melaksanakan kewajibannya, di dalam jiwanya tertanam jiwa kebangsaan yang kuat dalam mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara. DAFTAR PUSTAKA Drs.Safri Nurmantu, M.Si, Pengantar Perpajakan,Edisi 2, Jakarta: Granit 2003 Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, Bandung: Eresco,Cetakan ke-9, 1979 Ray. M Sommerfeld, Hershel M.Anderson and Horace R.Brock, An Introduction to Taxation, New York, Harcourt Brace Jovanovic, Inc,1983 Bisnis Indonesia, 4 April 2005 Bisnis Indonesia, 5 April 2005 Buku Informasi Pajak www.pajak.go.id VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id 9