DISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN SUKABUMI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

Distribution Distribution

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

Situasi Malaria di Kabupaten Lebak

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Received date: 23/1/2014, Revised date: 25/3/2014, Accepted date: 1/4/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA

M.Arie w. FKM Undip. M. Arie W, FKM Undip

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

KOMPOSISI PARASIT MALARIA DI DAERAH LOMBOK BARAT BERDASARKAN MALARIOMETRIC SURVEY (MS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

GAMBARAN KASUS DAN TERSANGKA VEKTOR MALARIA DI DAERAH PEDALAMAN MALINAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

KEGUNAAN SURVEILANS TUJUAN SUMBER INFORMASI 15/11/2013. PENGERTIAN (Surveilans Malaria)

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

HUBUNGAN KEBERADAAN PEKERJA MIGRASI KE DAERAH ENDEMIS MALARIA DAN JARAK KE TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN VEKTOR DENGAN KEBERADAAN PARASIT MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BABf PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap ketahanan nasional, resiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pada ibu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

Hubungan Insidens Malaria dengan Ketersediaan Unit Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Bayah, Provinsi Banten pada Tahun

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM ELIMINASI MALARIA DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN PENINGKATAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TETEL KECAMATAN PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

SKRINING MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUASIN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH

SPIRAKEL - Sarana Penyebaran Informasi Hasil Kegiatan Litbang P2B2 Vol. 8 No.1 Juni 2016 INDEKS SUBJEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIAK KOTA PAPUA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2011

kematian, terutama pada kelompok yang berisiko tinggi seperti bayi, balita dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

Transkripsi:

Aspirator Vol. 4 No. 2 Tahun 2012 (Hal. 92-99) DISTRIBUSI KASUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 Distribution of Malaria Case in Simpenan Public Health Centre Sukabumi District in 2011 Hubullah Fuadzy 1 dan Marliah Santi 1 Abstract. The number of malaria in Simpenan public health centre area needs a quick step in the patients finding by malaria microscopic officers, both by Active Case Detection (ACD) and Passive Case Detection (PCD). The objective of this article is to determine the distribution of malaria cases at Simpenan public health centre in Sukabumi during 2011. Data collection was carried out by malaria officers from Simpenan public health centre by identifying malaria parasite with microscope to any gold miners who just got home and was having a high fever. Malaria cases during the year 2011 experienced an increasing trend (R 2 = 0.0175) from January (8.86%) to December (15.18%), 79 cases of malaria was found and the peak of cases happened in December. Malaria was not found in the age group of 0 14 years, but cases of malaria were found in productive age group (15 44 years old = 83%, 45 59 years old = 14%, 60 years old = 3%), and also to all people working as gold miners in malaria-endemic areas i.e. Aceh, Bangka, Jambi, Kalimantan, Medan, Papua, Riau, and Sumbawa. This indicated that malaria in Simpenan was predicted as import cases. Keywords: malaria, import case, Simpenan Abstrak. Banyaknya penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenan membutuhkan langkah cepat dalam penemuan penderita oleh petugas mikroskopis malaria, baik secara Active Case Detection (ACD) maupun Passive Case Detection (PCD). Tujuan penulisan artikel untuk menggambarkan distribusi malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi selama tahun 2011. Pengumpulan data dilakukan oleh Juru Malaria Desa (JMD) Puskesmas Simpenan dengan mengidentifikasi parasit malaria secara mikroskopis pada setiap pekerja tambang emas yang baru sampai di rumahnya serta sedang mengalami demam tinggi. Kasus malaria tahun 2011 mengalami kecenderungan peningkatan (R 2 = 0,0175) dari bulan Januari (8,86%) hingga Desember (15,18), ditemukan 79 kasus malaria dan kasus paling tinggi terjadi pada bulan Desember. Malaria tidak ditemukan pada kelompok usia 0 14 tahun, tetapi ditemukan kasus malaria pada kelompok usia produktif (15 44 tahun = 83%, 45 59 tahun = 14%, 60 tahun = 3%), kemudian seluruh penderita bekerja sebagai pekerja tambang emas di daerah endemis malaria (Aceh, Bangka, Jambi, Kalimantan, Medan, Papua, Riau, dan Sumbawa). Hal ini mengindikasikan bahwa diduga malaria di Simpenan merupakan kasus impor. Kata Kunci: malaria, kasus impor, Simpenan Naskah masuk: 22 Oktober 2012 Review 1: 22 Oktober 2012 Review 2: 14 November 2012 Layak terbit: 17 Desember 2012 1 Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jl. Raya Pangandaran Km. 3 Ciamis. Telp/Faks: (0265) 639375, email: hubullah_fy@yahoo.com 92

Hubullah Fuadzy dan Marliah Santi, 2012. Distribusi Kasus Malaria di Wilayah... PENDAHULUAN Masyarakat dunia menyadari bahwa malaria merupakan masalah kesehatan global yang dapat menimbulkan dampak terhadap keadaan sosial ekonomi penduduk, khususnya penduduk miskin yang menetap di negara-negara berkembang dengan iklim tropis dan subtropis, akibat nilai morbiditas hingga mortalitas yang semakin hari semakin tinggi. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa dari 300 juta penduduk yang terjangkit malaria, 3 juta penduduk diantaranya meninggal dunia. Hal ini tentu berdampak pada kerugian ekonomi sebagai konsekuensi pembiayaan untuk penanggulangan malaria, yaitu sebesar 40% anggaran dibebankan kepada perbaikan derajat kesehatan masyarakat. 1 Malaria di Indonesia khususnya di Jawa dan Bali juga masih belum dapat dieliminasi secara menyeluruh. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan angka Kasus Baru malaria tahun 2009 2010 di seluruh Indonesia mencapai 22,9 per mil dengan kawasan Jawa-Bali mencapai angka Kasus Baru malaria sebesar 7,6 per mil. 2 Angka Annual Parasite Incidence (API) di Jawa dan Bali sejak tahun 2005 2009 cenderung stabil yaitu tahun 2005 (0,15 ), 2006 (0,19 ), 2007 (0,16 ), 2008 (0,16 ), dan tahun 2009 (0,17 ). Pada tahun 2009, Provinsi di Jawa-Bali dengan API tertinggi adalah Jawa Timur (0,71 ) kemudian peringkat kedua oleh Provinsi Jawa Barat sebesar 0,36. 3 Penanggulangan malaria di Indonesia terkendala oleh beberapa faktor antara lain peningkatan jumlah dan mobilitas penduduk yang semakin tinggi, yang mengakibatkan peningkatan sebaran penyakit ke berbagai wilayah, serta perubahan-perubahan lingkungan yang terkait dengan pengembangan wilayah transmigrasi, industri, dan pariwisata menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di beberapa wilayah di Indonesia. 4 Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah reseptif malaria di Jawa Barat dengan nilai Annual Parasite Index (API) 0,7 pada tahun 2011. Hingga bulan Mei 2012 telah tercatat kasus malaria sebanyak 135 kasus, terdiri dari 113 kasus merupakan kasus penyakit malaria impor dan 22 kasus lokal. Sebaran penyakit ini banyak ditemukan di 8 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Ciemas, Ciracap, Cimanggu, Lengkong, dan Simpenan. Salah satu wilayah dengan kasus malaria tinggi adalah Kecamatan Simpenan. 5 Banyaknya kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenan, membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah setempat. Hal ini terkait dengan kebiasaan warga dalam mencari pendapatan ekonomi di wilayah endemis malaria di luar Jawa. Selain itu, sesuai dengan amanat Kepmenkes No.293/2009 mengenai eliminasi malaria di Indonesia, bahwa eliminasi malaria merupakan suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, bukan berarti tidak adanya kasus malaria impor serta vektor malaria di wilayah tersebut, upaya 93

Aspirator Vol. 4 No. 2 Tahun 2012 (Hal. 92-99) kewaspadaan dini untuk mencegah penularan kembali masih tetap diperlukan. Tujuan penulisan artikel adalah untuk menggambarkan distribusi kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi tahun 2011. BAHAN DAN METODE Kabupaten Sukabumi terletak pada 106º49-107º BT, 60º57-70º25 LS. Wilayah administrasi terdiri dari 47 kecamatan, meliputi 364 desa dan 4 kelurahan. 5 Pada tahun 2011, telah dilakukan pemeriksaan parasit malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi oleh juru malaria desa (JMD) dan mikroskopis Puskesmas terhadap seluruh warga masyarakat yang baru kembali ke Simpenan setelah bekerja tambang di wilayah endemis malaria, serta sedang mengalami demam. Sampel diperoleh dengan dua cara, meliputi active case detection (ACD) yaitu petugas mendatangi warga yang baru kembali ke Simpenan setelah bekerja tambang di daerah endemis malaria serta sedang mengalami demam, dan passive case detection (PCD) yaitu warga yang sedang demam dan baru pulang setelah bekerja tambang di daerah endemis malaria mendatangi Puskesmas untuk diperiksa oleh JMD dan tim mikroskopis. Kegiatan terdiri dari tiga tahap, yaitu penemuan penderita malaria, pewarnaan sediaan darah, dan pemeriksaan mikroskopis parasit malaria. Pada tahap penemuan penderita malaria dilakukan pengambilan sampel darah dengan cara dipilih jari tengah, kemudian ditusuk bagian ujung jari dengan menggunakan jarum lanset, ditempelkan darah kapiler pada kaca objek, 2 tetes pada bagian tengah dan 1 tetes pada ujung kaca objek bagian atas, dibersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas beralkohol, apus darah tipis dibuat dengan menempelkan ujung objek kaca lain pada darah dengan sudut 45 kemudan digeser cepat, sehingga didapatkan sediaan apus tipis. Untuk apus darah tebal dibuat dengan cara memutar ujung kaca objek lain searah jarum jam pada darah, sehingga terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm, kemudian diberi label berupa nama penderita, nomor, dan tanggal pembuatan. 6 Tahap pewarnaan sediaan darah dilakukan dengan menggunakan metode Giemsa, yaitu sediaan darah tipis difiksasi metanol, kemudian bersama sediaan darah tebal ditetesi Giemsa 10% selama 20 25 menit. Pada tahap pemeriksaan mikroskopis, preparat hasil pewarnaan ditetes dengan minyak imersi, lensa objektif diletakkan pada preparat 1 cm dari ujung lidah, pemeriksaan dilakukan kearah kanan, bergerak seperti spiral. Pada apus darah tebal, pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapang pandang untuk menentukan apakah preparat positif atau negatif. Pemeriksaan pada apus darah tipis, dilakukan untuk mengetahui spesies dan stadium parasit malaria. 6 Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan distribusi tiap variabel melalui grafik dan tabel. Data kasus penyakit malaria 94

Hubullah Fuadzy dan Marliah Santi, 2012. Distribusi Kasus Malaria di Wilayah... yang disajikan merupakan data sekunder hasil pemeriksaan parasit malaria oleh JMD dan tim mikroskopis Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi. HASIL Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Simpenen Kabupaten Sukabumi sebagian besar menggantungkan pendapatan ekonomi keluarga pada aktivitas tambang emas, baik yang berada di sekitar Sukabumi maupun di luar Sukabumi. Ketika pekerja tambang emas tersebut melakukan aktivitas tambang di luar pulau Jawa dan daerah tersebut endemis malaria, besar kemungkinan terjadi penularan terhadap pekerja. Data penderita malaria di wilayah kerja Puskesmas Simpenen disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kecenderungan Penyakit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi dari Bulan Januari Desember 2011 Kondisi malaria kasus impor di wilayah kerja Puskesmas Simpenan selama tahun 2011 mengalami peningkatan dengan kecenderungan mencapai R 2 = 0,0175. Selama tahun 2011 kejadian malaria mencapai 79 kasus dengan kasus tertinggi terjadi pada bulan Desember (12 kasus) dan kasus terendah terjadi pada bulan Oktober (3 kasus). Standar baku WHO dalam penentuan penyakit malaria adalah pengamatan parasit secara mikroskopis. Pengamatan dilakukan pada preparat apus darah tebal untuk menentukan positif malaria dan preparat darah tipis untuk menentukan spesies Plasmodium. Hasil pemeriksaan sediaan darah kasus malaria disajikan pada Tabel 1. 95

Aspirator Vol. 4 No. 2 Tahun 2012 (Hal. 92-99) Tabel 1. Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria Kasus Impor Berdasarkan Kelompok Umur, Tempat Migrasi, dan Parasite Formula di Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi Tahun 2011 Positif Sediaan Darah (n = 79) Total P. falcifaum P. vivax Mix n % Kelompok Umur (tahun) 0 14 0 0 0 0 0 15 44 6 58 2 66 83 45 59 2 9 0 11 14 60 0 2 0 2 3 Tempat Migrasi Aceh 6 50 2 58 73 Bangka 2 10 0 12 15 Jambi 0 2 0 2 3 Kalimantan 0 1 0 1 1 Medan 0 2 0 2 3 Papua 0 1 0 1 1 Riau 0 2 0 2 3 Sumbawa 0 1 0 1 1 Parasite Formula (%) 11,2 88,8 - - - Penyakit malaria terjadi pada kelompok usia 15 60 tahun sebagai kelompok umur produktif. Kasus tertinggi pada kelompok usia 15 44 tahun (66 kasus) dengan Plasmodium vivax sebagai spesies yang sering ditemukan (58 kasus), kasus terendah terjadi pada kelompok usia 60 tahun (2 kasus) dan hanya ditemukan spesies P. vivax (2 kasus). Untuk kelompok usia 0-14 tahun tidak ditemukan kejadian penyakit malaria. Pekerja tambang yang positif malaria banyak yang melakukan aktivitas tambang emas dari daerah Aceh (58 kasus) dengan P. vivax sebagai spesies yang sering ditemukan (50 kasus) dan terendah dari daerah Kalimantan, Papua, dan Sumbawa (1 kasus) dengan spesies yang ditemukan adalah P. vivax. Untuk mengetahui spesies Plasmodium yang dominan terjadi di suatu daerah dan pada waktu tertentu dilakukan perhitungan Parasite Formula. Spesies Plasmodium yang dominan ditemukan pada pekerja tambang yang berasal dari Simpenen Kabupaten Sukabumi adalah P. vivax (88,8%). 96

Hubullah Fuadzy dan Marliah Santi, 2012. Distribusi Kasus Malaria di Wilayah... PEMBAHASAN Malaria adalah penyakit tular vektor yang disebabkan oleh suatu protozoa dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui perantara nyamuk Anopheles spp. Di Indonesia, telah teridentifikasi sebanyak 90 spesies Anopheles dan 25 spesies di antaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. 7 Di Kabupaten Sukabumi sendiri telah teridentifikasi spesies nyamuk yang berpotensi sebagai vektor malaria yaitu Anopheles aconitus, Anopheles maculatus, Anopheles sundaicus. Setelah dilakukan uji CSP-ELISA, didapatkan hasil bahwa ketiga spesies Anopheles tersebut tidak ditemukan positif sporozoit. 8 Hasil yang berbeda ketika dilakukan uji terhadap nyamuk Anopheles vagus yang ditemukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi, didapatkan indeks sporozoit 0,0012 dan dinyatakan sebagai vektor malaria potensial. 9 Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia sehingga dapat menyebabkan penyakit malaria adalah Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Di antara spesies tersebut, P. falcifarum merupakan parasit yang memiliki tingkat mortalitas paling tinggi dan P. vivax merupakan parasit yang memiliki tingkat virulensi yang paling tinggi. 10 Di wilayah kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi selama tahun 2011 terjadi kecenderungan peningkatan kasus malaria. Seluruh penderita malaria yang ditemukan merupakan pekerja tambang emas dari daerah-daerah endemis malaria di luar pulau Jawa seperti Aceh, Bangka, Jambi, Kalimantan, Medan, Papua, Riau, dan Sumbawa, sehingga diduga kejadian malaria di Simpenan merupakan malaria kasus impor. Hasil pengamatan mikroskopis, ditemukan 2 spesies parasit malaria yaitu P. falcifarum dan P. vivax. Tidak ditemukan Plasmodium pada usia 0 14 tahun, hal tersebut indikasi bahwa didaerah tersebut tidak terjadi penularan secara indigenous. Parasit dominan yang ditemukan di Simpenan adalah P. vivax sebesar 88,8%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa transmisi dini yang tinggi dengan vektor potensial (gamet cepat terbentuk antara 2 3 hari). Selain itu radical treatment kurang sempurna (adequate) sehingga menimbulkan long term relaps. Walaupun penyakit malaria di Simpenan merupakan kasus impor, perlu dilakukan pengawasan secara intensif melalui early diagnosis penyakit malaria. Hal ini guna mencegah terjadinya malaria reintroduksi yaitu kasus malaria muncul kembali di suatu daerah akibat infeksi malaria yang didapat dari luar daerah yang sebelumnya telah dilakukan eradikasi. Perlu diingat pula, bahwa pada tahun 2003 di Simpenan pernah terjadi kematian 17 penderita malaria akibat infeksi P. falcifarum. 97

Aspirator Vol. 4 No. 2 Tahun 2012 (Hal. 92-99) KESIMPULAN DAN SARAN Di wilayah kerja Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi dari bulan Januari sampai dengan Desember 2011 terjadi peningkatan kasus malaria dan diduga penularan penyakit malaria tersebut terjadi melalui kasus impor. Penelitian ini menyarankan perlu dilakukan early diagnosis melalui pemantauan mikroskopis malaria terhadap para pekerja tambang emas yang baru pulang ke wilayah Simpenan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan pada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, para petugas mikroskopis malaria, dan Juru Malaria Desa yang telah melakukan ACD dan PCD malaria di Puskesmas Simpenan Kabupaten Sukabumi. DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Fact Sheet Malaria. http://whqlibdoc. who.int [diunduh 16 Oktober 2012]. 2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Direktorat Pengendalian Penyakit Besumber Binatang. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2007. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2010. 4. Abedrego HM. dan Suroso T. Mosquito-borne disease: Status and Control in Indonesia. National Seminar On Mosquito Borne Disease by Molecular Approaches. Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta: Februari 1998. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Kecamatan di Sukabumi Rawan Penyebaran Malaria. http:// www.diskes.jabarprov.go.id/index. php/submenu/informasi/berita/ detailberita/126. [Diunduh tanggal 21 September 2012]. 6. Sukowati S. Masalah Keragaman Spesies Vektor Malaria dan Cara Pengendaliannya di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Entomologi. Balitbangkes Depkes RI. 2009. 7. Stoops CA, Rusmiarto S, Susapto D, Munif A. Bionomics Of Anopheles spp. (Diptera: Culicidae) in a Malaria Endemic Region of Sukabumi, West Java, Indonesia. Journal of Vector Ecology. 2009. 34 (2): 200 7. 8. Munif A, Rusmiarto S, Aryati Y, Andris H, dan Stoops CA. Konfirmasi Status Anopheles vagus Sebagai Vektor Pendamping Saat Kejadian Luar Biasa Malaria Di Kabupaten Sukabumi Indonesia. 98

Hubullah Fuadzy dan Marliah Santi, 2012. Distribusi Kasus Malaria di Wilayah... Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008. 7 (1): 689 96. 9. Nasrorudin, dkk. Penyakit Infeksi Indonesia, Solusi Kini dan Mendatang. Airlangga University Press. Surabaya. 2007. 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Jakarta. 2010. 99