Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI POMPA MESIN. Oleh: F DEPARTEMEN

III. METODE PELAKSANAAN PENELITIAN

Lampiran 1. Kondisi Pipa dan Nilai C (Hazen-William)

Gambar 1. Komponen PATM (Kalsim D, 2002)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pompa Hydram Sebagai Penyedia Air Baku Lahan Pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

PILOT PLANT TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

PENGGUNAAN TEKNOLOGI POMPA TANPA MOTOR (HYDRAM PUMP) UNTUK MEMBANTU IRIGASI PERSAWAHAN DI PROPINSI LAMPUNG

MODUL TENTANG SISTEM IRIGASI POMPA

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia pompa diperlukan dalam berbagai. bidang, selain dalam bidang industri, pertambangan, pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggalnya di daerah perbukitan dan memiliki lokasi mata air di bawah tempat

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

Bagaimana Caranya Memadamkan Api Kebakaran di Lahan Gambut?

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

SISTEMATIKA DOKUMEN RENCANA PEMANTAUAN DAN PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap instalasi pengolahan air tersebut memiliki zona distribusi pengairannya masing-masing, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

Studi terhadap prestasi pompa hidraulik ram dengan variasi beban katup limbah

BAB 1 KATA PENGANTAR

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI POMPA HYDRAM UNTUK PERTANIAN DAN PERKEBUNAN DI INDONESIA. Teknologi Tepat Guna

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI TUGAS AKHIR PERENCANAAN BENDUNG TETAP SEMARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR KHAIRUL RAHMAN HARKO DISAMPAIKAN OLEH :

ANALISA PENGARUH TINGGI JATUHAN AIR TERHADAP HEAD POMPA HIDRAM

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

Pengaruh Jumlah Katup Hisap dan Katup Buang Terhadap Kinerja Pompa Hidram

APLIKASI TEKNIK IRIGASI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (STUDI KASUS KEBUN SURYA ADI PT BINA SAWIT MAKMUR)

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN TINGGI TEKAN KECIL DI SALURAN IRIGASI

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

EXECUTIVE SUMMARY JARINGAN IRIGASI PERPIPAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan

ANALISIS SUMBANGAN NILAI EKONOMIS AIR PADA KINCIR AIR IRIGASI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DAN MASYARAKAT TANI. Oleh : ENDANG PURNAMA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

PERANAN TEKNOLOGI MEKANISASI DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR UNTUK PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

Keperluan air irigasi dengan Pola tanam seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Pola tanam. antar blok 1 MT blok

KONDISI UMUM BANJARMASIN

PRADESAIN PENYEDIAAN AIR BERSIH DENGAN POMPA TENAGA ANGIN DI WILAYAH GRIGAK, GUNUNG KIDUL. Laporan Tugas Akhir

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN I-1

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

BAB I PENDAHULUAN. Pompa merupakan pesawat angkut yang berfungsi untuk memindahkan zat

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi teknologi yang sederhana dan mampu dilaksanakan oleh masyarakat secara luas. Pembangunan Pompa Air Tanpa Mesin (pompa hidram dilihat perlu untuk membantu kebutuhan air pertanian dan danau perintis pada musim kering yang berlokasi di Desa Alale, Kabupaten Bone Bolango. Selain itu PATM juga telah dibangun di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo dengan jumlah unit pompa yang lebih sedikit dibanding pompa yang berada di Kabupaten Bone Bolango yang diperuntukkan untuk mengairi lahan pertanian. Menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo pada tahun 2007 lahan pertanian yang dalam pengembangan di Kabupaten Bone Bolango khususnya daerah Tilongkabila adalah sekitar 699 ha. Pada musim kering, lahan dan sawah tersebut mengalami kekurangan air, sehingga menghambat proses penanaman. Pembangunan PATM ini direncanakan untuk mengairi sawah dan lahan pertanian yang mengalami kekeringan dengan luas sekitar 190 ha. PATM di Kabupaten Bone Bolango ini juga diperuntukkan untuk pengairan danau perintis dengan luas sekitar 6 ha pada musim kering. Selain dari PATM, danau ini juga mendapatkan sumber air dari mata air pegunungan. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 4, yang memperlihatkan keadaan sebelum adanya air dari PATM danau tersebut kering dan setelah adanya pengairan dari PATM. Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM 16

Saat ini PATM tidak dapat dioperasikan seperti yang direncanakan karena terdapat permasalahan pada pipa menuju ke lahan pertanian. Lahan pertanian yang sebelumnya pernah menerima air dari PATM saat ini tidak melakukan penanaman pada musim kemarau lagi karena tidak ada sumber air yang mendukung proses penanaman. Sebaliknya pada musim hujan PATM tidak dapat beroperasi karena debit air dari saluran sekunder terlalu besar sehingga menutupi seluruh komponen dari PATM seperti terlihat pada Gambar 5. Adanya kelebihan air yang berasal dari saluran sekunder ini membuat pengoperasian PATM tidak dapat dijalankan setahun penuh. Dibutuhkan waktu sebulan untuk memindahkan komponen PATM pada saat musim hujan agar tidak menjadi rusak karena terendam air. Pemindahan PATM ini tidak pernah dilakukan oleh operator, tetapi hanya dibersihkan pada saat air sudah surut. Gambar 5. Perbedaan tinggi muka air pada saat musim hujan dan musim kemarau PATM di Kabupaten Bone Bolango Perawatan yang masih dapat dilakukan oleh operator adalah membersihkan pompa ketika sudah terendam oleh lumpur pada saat air yang masuk dari saluran dalam kondisi keruh. Perawatan yang tidak berkala membuat beberapa pompa menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi lagi. Jumlah pompa yang masih dapat beroperasi terdapat 30 unit pompa sedangkan 10 unit yang tidak beroperasi terdapat kerusakan pada katup limbah dan packing. Adapun kerusakan yang sering terjadi adalah baut berkarat dan membuat adanya kebocoran pada penyambungan antar pipa. 17

Pembangunan jaringan irigasi PATM lainnya bertempat di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah pompa 15 unit. Pompa ini diharapkan untuk mengairi lahan pertanian milik warga setempat pada musim kering. Pembangunan ini berencana untuk mengairi areal persawahan dan perkebunan pada beberapa kelurahan di Kecamatan Limboto antara lain di Hunggaluwa, Kayubulan, Hepuhulawa, Bolihuangga, Dutulanaa dengan luasan sekitar 700 ha. Sungai Hunggaluwa merupakan sungai yang memberikan sumber air kepada PATM. Penempatan PATM ini berada pada posisi hilir sungai Hunggaluwa. Jika pada bagian hulu dibendung maka air yang mengalir pada bagian hilir sangat sedikit. Pada musim kemarau tidak ada air yang mengalir pada PATM sehingga PATM tidak dapat dioperasikan seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kondisi PATM pada musim kemarau Permasalahan utama pembangunan PATM Limboto saat ini adalah kurangnya debit pada musim kemarau dan berlebihnya debit air pada saat musim hujan. Kurangnya debit pada musim kemarau terjadi karena adanya bangunan bendung di sepanjang aliran hulu sungai Hunggaluwa yang membuat debit sungai yang mencapai hilir menjadi berkurang. Pada saat musim hujan ketinggian air di sungai Hungaaluwa hampir mencapai tanggul sungai tersebut, sehingga merendam daerah-daerah yang memiliki elevasi yang lebih rendah dibandingkan elevasi sungai. Setelah musim hujan berakhir lumpur yang berada di lokasi PATM telah menutup pompa hingga ketinggian 60 cm seperti terlihat pada Gambar 7. Hal ini membuat 18

operator harus membersihkan lumpur tersebut ditambah lagi elevasi pompa lebih rendah dari sungai sehingga lumpur mengendap di daerah sekeliling pompa. Gambar 7. Kondisi pada saat PATM tertutup lumpur B. Pompa Air Tanpa Mesin (PATM Pompa air tanpa mesin (PATM yang berada di Kabupaten Bone Bolango ini menggunakan sumber air yang berasal dari sungai yang telah dibendung. Air tersebut mengalir menuju pompa melalui saluran sekunder dengan panjang 600 m dari pintu bendung. Instalasi pompa ditempatkan di sebelah kiri saluran sekunder, sehingga pembagian air untuk daerah hilir saluran sekunder dengan daerah hasil pemompaan dapat diatur. Saluran sekunder yang mengalirkan air untuk PATM masih banyak sampah dan kotoran yang mengotori saluran, sehingga air yang masuk ke bak penampung disaring dengan menggunakan kawat seperti terlihat pada Gambar 8. Penyaring kawat ini belum mampu menyaring sampah dan kotoran yang berukuran kecil, sehingga membuat adanya sumbatan pada saluran perpipaan. 19

Gambar 8. Rangkaian kawat penyaring sampah Debit rata-rata air yang mengalir di saluran sekunder adalah berkisar pada 1,3 m 3 /det, tetapi tidak semua air yang mengalir di saluran sekunder digunakan untuk pengairan di pompa. Sebagian air yang tidak digunakan dialirkan ke hilir saluran sekunder untuk keperluan daerah yang berada di sekitar pompa. Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, pada musim kering tidak ada air yang mengalir ke hilir sungai sehingga PATM tidak dapat dioperasikan. Menurut (Kalsim, 2004 debit air minimum yang diperlukan untuk pengoperasian PATM adalah 0,02 m 3 /det per pompa. Berdasarkan kebutuhan air minimum ini, dapat dikatakan bahwa PATM ini tidak mengalami kekurangan pasokan air. Debit air yang masuk ke dalam bak penampung sementara sebesar 1,092 m 3 /det. Prinsip kerja (PATM di Kabupaten Bone Bolango adalah sebelum air yang menuju ke pipa pemasukan, air ditampung di bak penampung guna memenuhi ketinggian yang optimal untuk memperoleh daya tekan kepada pompa. Berdasarkan perhitungan rata-rata ketinggian air di bak penampung adalah 2,16 m. Ketinggian maksimum dari bak penampung yang menjadi tinggi terjun maksimum ini mencapai 2,6 m. Berbeda dengan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo, air langsung masuk tanpa ditampung terlebih dahulu. Kondisi ini membuat peluang masuknya sampah, kotoran ataupun lumpur ke pipa pemasukan semakin besar. Hal ini membuat pompa sering terjadi macet karena adanya kotoran yang menyumbat kerja katup pada PATM. 20

Di Kabupaten Bone Bolango beda elevasi antara PATM menuju bak penampung mencapai 20 m. Ketinggian tekan yang begitu besar membuat PATM ini membutuhkan hidropore untuk menjaga daya dorong hingga menuju ke bak penampung sebelum didistribusikan. Kehilangan energipun semakin besar karena jarak dari pompa menuju ke bak penampung mencapai 2.400 m. Selain kehilangan energi dari panjang pipa, kehilangan energi juga terjadi karena adanya belokan dan sambungan pada pipa sehingga total head dari PATM adalah 55 m. Besarnya perbandingan antara tinggi tekan dengan tinggi terjun ini membuat efisiensi menjadi lebih rendah. Addison (1964 menyatakan bahwa pompa air tanpa mesin akan bekerja dengan baik pada perbandingan Hd dan Hs cukup besar, akan tetapi pada kondisi ekstrim dimana tinggi angkat dua puluh kali atau lebih dari tinggi terjun, efisiensi menjadi lebih rendah. Berdasarkan perhitungan efisiensi PATM pada waktu perencanaan adalah 38,8%, sedangkan pada kondisi aktual atau 30 pompa yang beroperasi efisiensi yang dihasilkan hanya 13,8%. Selain itu faktor yang mempengaruhi efisiensi pompa adalah adanya kerusakan pada PATM. Kerusakan tersebut diantaranya adalah katup tidak berfungsi dengan baik, packing yang sudah mengeras seperti terlihat pada Gambar 9. Gambar 9. Kerusakan yang sering terjadi pada PATM PATM di Kabupaten Bone Bolango sudah tidak dijalankan sejak awal tahun 2008, sehingga membuat banyak komponen yang tidak mendapatkan perawatan dan perbaikan oleh operator. Hal ini yang membuat beberapa komponen mengalami kerusakan. 21

PATM ini memiliki keuntungan tidak membutuhkan mesin untuk mengalirkan air ke tempat tinggi dan jauh dari sumber mata air. penggunaan mesin digantikan dengan adanya tekanan yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan ketinggian. Perbedaan ketinggian ini dibuat dengan menggunakan bak penampung yang telah dibendung dengan ketinggian tertentu. Ketinggian tersebut dirancang untuk mendapatkan hasil ketinggian yang maksimum dengan level muka air maksimum. C. Pompa Mesin Pompa mesin yang digunakan untuk perbandingan biaya pokok air adalah pompa mesin sentrifugal 8 inchi dengan merk Niagara seperti terlihat pada Gambar 10. Pompa ini memiliki kapasitas maksimum mengalirkan air hingga 5,93 m 3 /menit dan mampu mengalirkan air dengan total head maksimum 19 m. Pompa ini membutuhkan daya kurang lebih 25 HP untuk memutar silinder pompa. Jika dibandingkan dengan PATM pompa mesin Niagara ini memiliki efisiensi lebih tinggi, yaitu 65%. Gambar 10. Pompa sentrifugal beserta engine Pemanfaatan engine dengan daya 25 HP untuk menaikkan air dengan total head sebesar 19 m atau total head maksimum, debit yang dihasilkan sebesar 64,14 lt/det. Pada pemanfaatan pompa untuk menaikkan air dengan total head sebesar 13 m maka debit air yang dapat dihasilkan sebesar 93,75 lt/det. Untuk keperluan perbandingan biaya pokok pengangkatan air dengan pompa mesin, maka total head disamakan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo. Di Kabupaten Bone Bolango dengan total 22

head 55 maka dibutuhkan 3 unit pompa mesin untuk menaikkan air dan dilengkapi dengan bangunan penampung pada setiap pompa mesin. Keuntungan pompa mesin dibandingkan PATM adalah pompa mesin tidak membutuhkan tinggi terjun untuk mengalirkan air ke permukaan yang lebih tinggi. Selain itu juga pompa mesin tidak membutuhkan adanya aliran air seperti pada PATM. Tetapi pompa ini mempunyai keterbatasan total head yang jauh berbeda dengan PATM. Kerusakan yang sering dialami dalam pengoperasian pompa mesin hanyalah pada silinder yang menghubungkan antara engine dan Pompa. Ketika penghubung tidak dalam kondisi yang baik maka ada udara yang masuk ke dalam pompa yang dapat menyebabkan pompa susah untuk menghisap air dari elevasi yang lebih rendah. D. Analisis Biaya Pokok Analisis biaya ini diperuntukkan untuk mengetahui biaya yang ditimbulkan setiap pengadaan pompa air tanpa mesin (PATM dan pompa mesin. Analisis ini membutuhkan data biaya investasi dan biaya perawatan. Berdasarkan data yang didapatkan biaya investasi dari PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin Niagara 8 inchi. Untuk memperoleh 1 unit PATM dibutuhkan biaya Rp 33.852.600 ditambahkan dengan biaya jaringan perpipaan sebesar Rp 1.010.042.784 dan biaya bendung sebesar Rp 954.525.533 untuk PATM di Kabupaten Bone Bolango, sedangkan untuk memperoleh pompa mesin Niagara 8 inchi dibutuhkan biaya sebesar Rp 31.900.000. Selain biaya investasi, biaya yang mempengaruhi analisis biaya adalah biaya perawatan. Perbedaan utama dari PATM dengan pompa mesin adalah terletak pada biaya perawatan. Penggunaan bahan bakar dan pelumas untuk keperluan engine membuat biaya perawatan pompa mesin menjadi lebih besar. PATM hanya memerlukan biaya perawatan seperti pergantian komponenkomponen yang sering rusak dan gaji operator, sedangkan pompa mesin biaya perawatan terdiri dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan, dan gaji operator. PATM yang berada di Kabupaten Bone Bolango dengan jumlah pompa sebanyak 40 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp 41.466.000 23

per tahun. Sedangkan PATM yang berada di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah pompa sebanyak 15 unit membutuhkan biaya perawatan sebesar Rp 31.311.000 per tahun. Pompa mesin Niagara 8 Inchi untuk setiap unitnya membutuhkan biaya perawatan yang tergantung dari pengoperasiannya dalam sehari. Jika penggunaannya selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun maka biaya tak tetap yang dibutuhkan dalam setahun sebesar Rp 147.349.440 per tahun. Pada pengoperasian selama 10 jam dalam sehari biaya tak tetap sebesar Rp 135.394.200 per tahun. Setiap penurunan jam pengoperasian akan menurunkan biaya tak tetap pompa mesin. Biaya tak tetap pompa mesin lebih besar dibandingkan dengan PATM dikarenakan biaya penggunaan bahan bakar yang besar. Kebutuhan bahan bakar untuk mengoperasikan setiap 1 jam membutuhkan 1,5 liter solar. Biaya tak tetap dari PATM lebih rendah dibandingkan pompa mesin sedangkan biaya tetap dari PATM lebih besar dibandingkan biaya tak tetap pompa mesin. Hal ini membuat perhitungan biaya pokok pengangkatan air harus menggunakan metode harga pokok penuh, sehingga perlu adanya penjumlahan biaya tetap dan biaya tak tetap setiap volume air yang dihasilkan selama setahun. Biaya pokok yang dihasilkan oleh setiap penggunaan PATM dalam setahun dalam kondisi perencanaan dan keadaan aktual terlihat jauh berbeda seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan debit keluar antara keadaan aktual yang hanya mengeluarkan debit air 6 lt/det, sedangkan dalam perencanaan debit air keluar adalah 20 lt/det. Tabel 1. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango dalam keadaan aktual dan perencanaan No Jenis Pompa Total Jam Biaya Debit Total Biaya Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone 1 Bolango 55 0,006 24 505.800.671 3.252 Aktual 2 PATM Bone Bolango Perencanaan 55 0,020 24 505.800.671 976 24

Pada keadaan aktual biaya pokok pengangkatan air oleh PATM terlalu besar. Penggunaan untuk air minum masih tergolong lebih murah dibandingkan dengan air minum yang diberikan oleh PDAM sebesar Rp 5.000/m 3. Sementara untuk penggunaan pertanian harga tersebut tergolong mahal. Perbedaan biaya pokok air pada keadaan aktual dan keadaan perencanaan ini membuat perlu adanya perbaikan pada setiap komponen PATM agar kembali pada keadaan perencanaan. Beberapa kerusakan seperti adanya kerusakan pada packing yang membuat air keluar dari celah pipa, dapat membuat debit yang keluar menjadi lebih kecil. Biaya pokok pengangkatan air dalam penggunaan pompa selama 12 jam/hari dan 300 hari/tahun di Kabupaten Bone Bolango, PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin seperti terlihat pada Tabel 2. Biaya pokok pengangkatan air oleh PATM adalah sebesar Rp 1,951/m 3, sedangkan pompa mesin sebesar Rp 390/m 3. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Gorontalo memperlihatkan hal yang sama, yaitu biaya pokok pengangkatan air dengan PATM lebih besar dibandingkan dengan pompa mesin. Tabel 2. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM dan dengan Pompa Mesin pada jam pengoperasian yang sama Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone 1 0,020 505.800.671 Bolango 55 1.951 2 Pompa Mesin 0,064 323.163.607 390 12 PATM Kab. 3 0,013 166.618.935 Gorontalo 13 976 4 Pompa Mesin 0,090 209.491.124 180 Perbedaan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo adalah pada jumlah unit masing-masing pompa dan total head dari masing-masing pompa. Jumlah pompa di Kabupaten Bone Bolango lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pompa di Kabupaten Gorontalo karena total head di Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan di Kabupaten Gorontalo. Hal ini yang membuat biaya pokok pengangkatan air di 25

Kabupaten Bone Bolango lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo. Pengoperasian pompa mesin memiliki keterbatasan penggunaan karena menggunakan engine maka tidak dapat digunakan sepenuhnya dalam 24 jam/hari selama 300 hari/tahun, tetapi penggunaan PATM dapat digunakan selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun. Untuk itu ada perbedaan biaya pokok jika menggunakan kerja optimal dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Lampiran 12e. Biaya pokok pengangkatan air PATM di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok pengangkatan air pompa mesin. Semakin kecil jam pengoperasian pompa mesin maka semakin besar biaya pokok pengangkatan airnya seperti terlihat pada Tabel 3. Pada pengoperasian selama 10 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin untuk penggunaan di Kabupaten Bone Bolango sebesar Rp 447/m 3, sedangkan pada pengoperasian selama 8 jam/hari dan 300 hari/tahun sebesar Rp 704/m 3. Penggunaan 6 jam/hari selama 300 hari/tahun pengoperasian pompa mesin, biaya pokok pengangkatan air pompa mesin masih lebih rendah dibandingkan dengan PATM di Kabupaten Bone Bolango pada pengoperasian maksimal selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun. Tabel 3. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Bone Bolango dan Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Bone 1 55 0,020 24 505.800.671 976 Bolango 2 Pompa Mesin 55 0,064 10 309.138.831 447 0,064 8 295.114.056 534 0,064 6 281.089.280 678 Besarnya biaya pokok pengangkatan air oleh PATM dibandingkan dengan pompa mesin terlihat juga di Kabupaten Gorontalo seperti pada Tabel 4. Pada pengoperasian PATM selama 24 jam/hari dan 300 hari/tahun, biaya pokok 26

pengangkatan air adalah sebesar Rp 494/m 3. Perbedaan biaya pokok pengangkatan air ini tidak sebesar perbedaan di Kabupaten Bone Bolango. Tabel 4. Perbandingan Biaya Pokok Air PATM di Kabupaten Gorontalo dan Pompa Mesin pada Jam Pengoperasian yang Berbeda-beda Total Jam Biaya Debit Total Biaya No Jenis Pompa Head (lt/m 3 Pengoperasian (Rp/m 3 Pokok (m (jam/hari (Rp/m 3 PATM Kab. 1 13 0,013 24 505.800.671 494 Gorontalo 2 Pompa Mesin 13 0,090 10 309.138.831 211 0,090 8 295.114.056 257 0,090 6 281.089.280 335 Biaya pokok air PATM lebih besar daripada pompa mesin dikarenakan biaya investasi yang jauh lebih besar dibandingkan pengadaan pompa mesin. Biaya investasi yang menjadi besar dikarenakan adanya pembangunan bendung yang diperuntukkan untuk menaikkan muka air. Pengadaan PATM di Kabupaten Bone Bolango membutuhkan bangunan bendung yang dapat meningkatkan tinggi muka air hingga pada ketinggian yang ditentukan. Biaya investasi menjadi lebih besar karena adanya pembangunan bendung. Pembangunan bendung ini diperlukan ketika sungai yang menjadi inlet memiliki elevasi yang datar, sehingga perlu adanya tambahan pekerjaan bangunan. Untuk pembangunan di daerah pegunungan bangunan bendung ini tidak diperlukan dikarenakan sudah ada perbedaan elevasi. Penggunaan PATM pada kondisi yang sudah memiliki beda elevasi maka tidak membutuhkan lagi bangunan bendung, sehingga biaya pokok pengangkatan air PATM lebih rendah seperti terlihat pada Lampiran 12f. Biaya pokok pengangkatan air PATM dalam pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung di Kabupaten Bone Bolango masih lebih besar daripada pompa mesin. Biaya pokok pengangkatan air PATM sebesar Rp 847/m 3, sedangkan biaya pokok pengangkatan air pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun sebesar Rp 678/m 3. 27

Biaya pokok pengangkatan air di Kabupaten Gorontalo untuk PATM pada pengoperasian 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa memperhitungkan biaya bendung adalah sebesar Rp 395/m 3. Biaya ini masih lebih besar dibandingkan dengan penggunaan pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun, yaitu sebesar Rp 335/m 3. Penggunaan PATM tanpa hidrophore akan membuat biaya pokok pengangkatan air akan menurun tapi masih tetap dapat mengangkat air pada total head yang dibutuhkan. Pada penggunaan PATM di Kabupaten Bone Bolango tanpa menggunakan biaya pembangunan bendung dan pengandaan hidrophore adalah sebesar Rp 833/m 3. Tetapi biaya ini masih lebih mahal dibandingkan dengan pompa mesin. Pada saat kondisi PATM di Kabupaten Bone Bolango pengoperasiannya 24 jam/hari selama 300 hari/tahun dan tanpa biaya bendung, biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 833/m 3. PATM di Kabupaten Gorontalo pada pengoperasian yang sama biaya pokok pengangkatan air sebesar Rp 395/m 3. Kedua biaya pokok pengangkatan air PATM pada kondisi diatas akan lebih kecil dibandingkan dengan pompa mesin, dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dan jika terjadi penurunan efisiensi dari 65% menjadi 45% seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan PATM (tanpa memperhitungkan biaya bendung dan dengan Pompa Mesin (terjadi penurunan efisiensi menjadi 45% No Jenis Pompa Total Head (m Debit (lt/m 3 Jam Pengoperasian (jam/hari Total Biaya (Rp/m 3 Biaya Pokok (Rp/m 3 PATM Bone 1 0,020 439.050.701 847 Bolango 55 24 2 Pompa Mesin 0,064 281.089.280 986 3 PATM Kab. Gorontalo 13 0,013 4 Pompa Mesin 0,090 6 31.311.000 395 195.466.348 686 Nilai PATM pada 20 tahun setelah pembuatan dengan tingkat inflasi sebesar 5 %/tahun adalah sebesar Rp 13.854.329.385. Besarnya nilai PATM ini membuat angsuran setiap tahun menjadi besar. Biaya angsuran yang harus dikeluarkan 28

oleh petani setempat agar PATM jika sudah pada umur ekonomis dapat digantikan dengan PATM yang baru. Angsuran setiap tahunnya dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga 10%/tahun adalah sebesar Rp 243.058.410. Biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh petani untuk menjaga keberlanjutan penggunaan PATM hingga mencapai umur ekonomis adalah sebesar Rp 469 /m 3. Penggunaan PATM selama 24 jam/hari selama 300 hari/tahun memperlihatkan biaya yang besar dengan memperhitungkan biaya untuk pembelian komponen PATM setelah mencapai 20 tahun seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Pokok Pengangkatan Air dengan mempertimbangkan biaya pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun 505.800.671 Volume Air m 3 /tahun 518.400 Angsuran Rp/tahun 243.058.410 Biaya Replacement Rp/m 3 469 Biaya Air Rp/m 3 976 Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m 3 1.445 Biaya pokok air dari PATM lebih besar dibandingkan dengan biaya pokok air pompa mesin dalam pengoperasian 6 jam/hari selama 300 hari/tahun dengan mempertimbangkan biaya untuk pembelian komponen masing-masing pompa selama umur ekonomis dari masing-masing pompa seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya biaya pokok pengangkatan air dengan mempertimbangkan biaya pembelian pompa mesin setelah mencapai umur ekonomis Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun 281.089.280 Volume Air m 3 /tahun 414.720 Angsuran Rp/tahun 78.524.570 Biaya Replacement Rp/m 3 189 Biaya Air Rp/m 3 678 Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m 3 867 29

Biaya pokok air PATM di Kabupaten Bone Bolango yang harus dibayarkan oleh petani masih tergolong besar. Hal ini disebabkan oleh masih dilakukan perhitungan pada investasi awal. Biaya pokok pengangkatan air akan lebih kecil jika investasi awal menjadi tanggung jawab dari pemerintah dan tidak mengharapkan modal untuk investasi tersebut kembali. Perhitungan biaya pokok air jika hanya memperhitungkan biaya operasional maka biaya pokok air terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya pokok pengangkatan air dengan memperhitungkan total biaya berasal dari biaya operasional Parameter Satuan Nilai Total Biaya Rp/tahun 41.466.000 Volume Air m 3 /tahun 518.400 Angsuran Rp/tahun 243.058.410 Biaya Replacement Rp/m 3 469 Biaya Air Rp/m 3 80 Biaya Air + Biaya Pembelian PATM Rp/m 3 549 Biaya air ditambahkan biaya untuk pembelian PATM setelah mencapai umur ekonomis masih lebih kecil dibandingkan dengan biaya air pompa mesin. Hal ini membuat petani menjadi lebih mudah untuk membeli air yang dihasilkan oleh PATM. Masyarakat setelah menggunakan PATM selama 20 tahun, pada tahun berikutnya sudah dapat membeli PATM yang baru karena adanya biaya replacement yang ditambahakan pada biaya air setiap m 3. 30