PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK FUNGSI KOMPOSISI PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 TANJUNG

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN PENERAPANNYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEHNIK TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X MA NW TERARA PADA MATERI POKOK TRIGONOMETRI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja

Andrika Wiriyanti Pemerhati Pendidikan Matematika -

Penerapan Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Inpres 1 Slametharjo Kabupaten Banggai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN

JUPENDAS, Vol. 3, No. 1, Maret 2016 ISSN:

Frikson Jony Purba Dosen FKIP Universitas Quality E mail

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Kanjuruhan Malang 1) 2) 3) Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No. 2, ISSN

Persada, 1996), hlm.10. Rosdakarya, 2009), hlm. 13. hlm Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 2013 ISSN:

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 LIMBOTO PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DENGAN MENGGUNAKAN METODE OUTDOOR STUDY

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

AGUS SETIAWAN Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Riskah, S.Pd Guru SMAN 1 Kaliwungu Kabupaten Kendal

BAB III METODE PENELITIAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

BAB III METODE PENELITIAN

ABDUL RAHMAN Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo


Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No.1, ISSN

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 3 No.2, ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata atau pernyataan-pernyataan (yang diperoleh melalui wawancara,

BAB III METODE PENENLITIAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Yusuf Gafur Guru Biologi, SMP Negeri 2 Sano Nggoang -

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

1 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 2.

Strategi Pembelajaran Peningkatan...I Nyoman Rida 96

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

RAHMI Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Kepulauan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN METODE EPA (EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Ainun Sampede, Mohammad Jamhari, dan Amiruddin Kade. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Seting Dan Karakteristik Subjek Penelitian

ARIE WANGI CHANDRA NPM.

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Ani Wantini SMP N 10 Semarang. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK FUNGSI KOMPOSISI PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 TANJUNG Jainul Arifin Pemerhati Pendidikan Matematika E-mail: Jainularifin216@yahoo.co.id ABSTRAK : Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena masih diterapkannya metode pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga mengakibatkan siswa hanya mendegarkan dan menerima apa yang diberikan oleh guru, siswa hanya duduk diam mendegarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, jarang bertanya, jarang mengemukakan masalah dan masih banyak siswa yang tidak mengkaji dan menganalisa kebenarannya. Siswa cenderung berpikiran bahwa apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak ikut aktif menetapkan apa yang akan diterimanya. Untuk mengatasi persoalan tersebut, maka diterapkanlah metode Problem Based Learning (PBL), PBL merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran, yang memfokuskan pada pembelajaran siswa dan bukan pada pengajaran guru. Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan Problem Based Learning dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Fungsi Komposisi Siswa Kelas XI SMAN 1 Tanjung Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus. Berdasarkan hasil evaluasi Pada siklus I persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa sebesar 72,41 % dan aktivitas siswa sebesar 17,6 dengan katagori cukup aktif sedangkan aktivitas guru sebesar 2,71 dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II persentase ketuntasan klasikal mencapai 86,66% dan aktivitas siswa mencapai 3,8 dengan kategori sangat aktif sedangkan aktivitas guru mencapai 3,71 dengan kategori aktif. Berdasarkan uraian diatas hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan baik dari aktivitas belajar siswa, aktivitas guru maupun hasil belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan penerapan Problem Based Learning dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Fungsi Komposisi Siswa Kelas XI SMAN 1 Tanjung. Kata kunci : Problem Based Learning, aktivitas dan prestasi belajar. PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan (Hamalik, 2011:79). Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan siswa tergantung pada dua unsur yang saling mempengaruhi, yakni bakat yang telah dimiliki oleh siswa sejak lahir akan tumbuh dan berkembang berkat pengaruh lingkungan akan lebih bermakna apabila terarah pada bakat yang telah ada, kendatipun tidak dapat ditolak tentang adanya kemungkinan dimana pertumbuhan dan dan perkembangan itu semata-mata hanya disebabkan oleh faktor bakat saja atau oleh lingkungan saja (Hamalik, 2011:79) Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis telah merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan, yang menyediakan bermacam kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga para siswa memperoleh pengalaman pendidikan. Dengan demikian, mendorong pertumbuhan dan perkembangannya kearah suatu tujuan yang dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dalam bentuk kurikulum dan metode pengajaran. Masalah mengajar telah menjadi persoalan para ahli pendidikan sejak dahulu sampai sekarang. Pengertian mengajar mengalami perkembangan bahkan hingga dewasa ini belum ada definsi yang tepat bagi semua pihak mengenai mengajar. Definisi lama mengatakan mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Atau usaha mewariskan kebudayaan-kebudayaan 203

masyarakat pada generasi berikut sebagai generasi penerus (Slameto, 2010:29). Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan dari apa yang diberikan oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri, bukan lagi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan siswa lebih aktif dalam belajar, aktif berdidkusi berani menyampaikan gagasan dan menerima gagasan dari orang lain, dan memiliki kepercayaan diri yang tertinggi. Di sekolah, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, terutama dalam pemahaman konsep materi pembelajaran. Dari hasil observasi awal serta wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMAN 1 Tanjung menunjukan bahwa aktivitas dalam ruangan lebih terletak pada guru. Siswa hanya mendegarkan dan menerima apa yang diberikan oleh guru, siswa hanya duduk diam mendegarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, siswa jarang bertanya, jarang mengemukakan masalah. Masih banyak siswa yang menelan mentahmentah tanpa diolah dan diragukan kebenaranya. Masih banyak siswa yang berpikiran bahwa apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak ikut aktif menetapkan apa yang akan diterimanya. Berdasarkan hasil observasi awal didapatkan data ketuntasan belajar siswa SMAN 1 Tanjung pada mata pelajaran matematika, untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Nilai rata-rata ulangan tengah semester siswa kelas XI IPS SMAN 1 Tanjung. No Kelas Jumlah Siswa Siswa yang mendapatkan Rata-rata kelas Ketuntasan klasikal KKM 75 1. XI IPS 1 32 12 73,78 37,5 75 2. XI IPS 2 35 17 77,30 48,57 75 3. XI IPS 3 33 10 73,75 30,30 75 Sumber : Arsip nilai guru SMAN 1 Tanjung Berdasarkan tabel 1, secara umum dapat dikatakan prestasi belajar Matematika kelas XI SMAN 1 Tanjung termasuk dalam kategori sangat rendah terutama kelas XI IPS 1, 2, dan 3, dan belum mencukupi standar ketuntasan klasikal yaitu 85 dari keseluruhan siswa dan nilai rata-rata Mid Semester ganjill kelas XI IPS 1 dan 3 tergolong rendah. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya guru untuk memperbaiki dan terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari hasil observasi awal dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas XI, bahwa prestasi siswa dimateri Fugsi komposisipun masih rendah, hal ini terlihat dari nilai ulangan harian semester II siswa kelas XI IPS. Seperti ditampilkan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas XI IPS SMAN 1 Tanjung Tahun Pelajaran 2012/2013. No Kelas Materi Pokok Rata-Rata Kelas Ketuntasan Klasikal KKM Fungsi 67,06 54,83 1. XI IPS 1 Komposisi Limit Fungsi 78,12 72,72 Fungsi 70,39 60,60 2. XI IPS 2 Komposisi Limit Fungsi 76,42 63,63 Fungsi 70,30 57,57 3. XI IPS 3 Komposisi Limit Fungsi 77,69 69,69 Sumber : Arsip guru SMAN 1 Tanjung Tahun pelajaran 2012/2013. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa materi fungsi komposisi nilai rata-ratanya hanya 67,06 dan Limit fungsi sebesar 78,12 sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi siswa menurun pada materi fungsi komposisi. Sehingga peneliti menawarkan problem Based 75 Learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa XI SMAN 1 Tanjung. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan Problem Based Learningdapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok 204

Fungsi Komposisi Siswa Kelas XI SMAN 1 Tanjung "? Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan Problem Based Learningdapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Fungsi Komposisi Siswa Kelas XI SMAN 1 Tanjung. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto dkk, 2012:58). Dalam pelaksanaan PTK, siswa bukan hanya diajar seperti biasa dan mengerjakan LKS yang intinya mengerjakan soal-soal setelah mempelajari ringkasan, tetapi harus melakukan suatu tindakan, siswa harus aktif bekerja melakukan sesuatu yang diarahkan oleh guru (Arikunto, 2010:137). PTK yang terpenting adalah keaktifan siswa karena dalam pembelajaran siswa yang diutamakan. Adapun prosedur atau langkahlangkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Apabila Belum Berhasil Observasi Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Laporan Observasi Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Jika pada siklus I hasil yang diperoleh belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan maka akan dilanjutkan ke siklus II untuk dilakukan perbaikan pada kekurangan yang ada pada siklus I. Setelah siklus ke II mencapai standar ketuntasan maka akan dilaporkan hasil kegiatan penelitian. (Arikunto ddk, 2012:16) 1. Instrumen Penelitian Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah. a. Tes evaluasi Penggunaan tes dalam penelitian ini untuk mengetahui prestasi siswa dalam belajar menggunakan metode problem based learning. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes subyektif. b. Lembar Observasi Lembarobservasi yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data atau mengumpulkan data tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru dan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. 205

2. Teknis Analisi Data a. Menghitung skor aktivitas belajar siswa dengan rumus : Xi AS ni Keterangan: AS Xi Ni = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa. = Jumlah skor aktifitas siswa masing-masing indicator. = Banyaknya Item b. Tabel 3. Untuk menetukan keaktifan siswa dapat dilihat pada Tabel berikut: Interval Nilai Kriteria AS MI+1,5SDI AS 3,75 Sangat Baik MI+0,5SDI Ag<MI+0,5SDI 2,92 Ag<3,75 Baik MI-0,5SDI Ag<MI+0,5SDI 2,08 Ag<2,92 Cukup Baik MI-0,5SDI Ag<MI-0,5SDI 1,25 Ag<2,08 Kurang Baik Ag<MI-1,5SDI 0,00 Ag<1,25 Sangat Kurang Baik (Nurkencana,1990) Setiap indicator aktivitas guru pada penelitian ini mengikuti aturan sebagai berikut : 1) Skor 4 diberikan jika semua descriptor yang Nampak. 2) Skor 3 diberikan jika 3 deskriptor yang Nampak. 3) Skor 2 diberikan jika 2 deskriptor yang Nampak. 4) Skor 1 diberikan jika semua descriptor tidak Nampak. c. Ketuntasan Klaksikal Ketuntasan klaksikal dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Anda Watlina (Nurhayati, 2012). X KK Z Keterangan : KK = Ketuntasan Klaksikal X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 Z = Jumlah seluruh siswa yang ikut tes. Jika KK 85% maka kelas dapat dikatakan tuntas. Prestasi belajar siswa dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh masing-masing siswa sebesar 75, sedangkan ketuntasan secara klasikal dikatakan berhasil apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai sebesar 75. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil penelitian siklus I Siklus I dilaksanakan pada tanggal 07 Januari 2014 sampai 15 Januari 2014. Proses belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan hari selasa tanggal 07 Januari 2014 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit dan hari Rabu tanggal 08 Januari 2014 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Adapun hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I No. Parameter Keterangan 1. Banyaknya siswa 33 Orang 2. Jumlah skor 21 3. Skor rata-rata 2.28 aktivitas siswa 4. Kategori Cukup aktif Tabel 5. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru siklus I 1. Jumlah Skor 19 2. Skor ratarata 2,71 aktivitas 3. Kategori Cukup Aktif Bentuk soal evaluasi adalah soal essay sebanyak 5 soal untuk dikerjakan secara individu. Data hasil evaluasi siklus I tersebut diolah berdasarkan teknik yang telah ditetapkan. Adapun hasil evaluasi hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut: 206

Tabel 6. Data Evaluasi Hasil Belajar Siklus I 1. Jumlah peserta yang mengikuti tes 29 siswa 2. Jumlah soal 5 butir soal 3. Jumlah siswa yang tuntas 21 Orang 4. Jumlah siswa yang tidak tuntas 8 orang 5. Nilai rata-rata kelas 69,69 6. Presentase ketuntasan klasikal 72,41% 7. Nilai tertinggi 100 8. Nilai terendah 51 Pada tabel 6, sebanyak 29 siswa yang mengikuti tes evaluasi hasil belajar dan terdapat 21 siswa yang tuntas dan 8 siswa yang tidak tuntas, sehingga ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 72,41% Adapun hambatan-hambatan dalam siklus I yakni: 1. Siswa kurang memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan soal secara berkelompok. 2. Siswa kurang menanggapi pendapat anggota kelompoknya.. 3. Masih adanya siswa yang mengerjakan hal yang lain ketika proses belajar berlangsung 4. Siswa masih malu untuk mengemukakan pendapat kepada guru. 2. Hasil Penelitian Siklus II Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama siklus II ini adalah adalah pengertian fungsi komposisi dan pertemuan keduanya adalah materi komponen pembentuk fungsi komposisi. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, pertemuan pertama untuk menjelaskan pengertian fungsi komposisi dan pertemuan kedua membahas materi komponen pembentuk fungsi komposisi dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai permasalahan yang ada di dalam LKS dengan alokasi 2 x 45 menit yang dilaksanakan pada hari rabu tanggal 15 januari 2014 dan hari jum at tanggal 17 januari 2014. Pertemuan pertama, seperti biasa guru menyampaikan pengantar terkait dengan materi pengertian fungsi komposisi dan setelah itu siswa diminta untuk menemukan masalah didalam LKS dimana masalah untuk pertemuan pertama siklus ke II ini adalah siswa akan mencari nilaidari fungsi komposisi yang diketahui f(x) dan g(x)nya. Guru mengamati jalannya diskusi dan membimbing setiap kelompok secara bergiliran untuk memahami masalah yang ada dalam LKS dan mencari solusi atas permasalahan di LKS. Diskusi pada pertemuan pertama siklus II ini berlangsung teratur dan tertib, dimana siswa tidak lagi malu untuk bertanya kepada guru maupun teman sekelompoknya. Setelah siswa menemukan solusi atas permasalah tersebut guru meminta kepada setiap kelompok untuk menyampaikan laporan terkait dengan hasil pengerjaan soal yang ada didalam LKS dan dikerjakan didepan papan. Pertemuan kedua Guru mengamati jalannya diskusi kelompok pada siklus II ini, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Siklus II pun berlangsung teratur dan tertib, dimana siswa tidak lagi malu untuk bertanya kepada guru maupun teman sekelompoknya. Siswa lebih aktif dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Setelah siswa menemukan solusi atas masalah yang ada di LKS guru meminta kepada setiap kelompok untuk menyampaikan laporan terkait dengan hasil pengerjaan soal yang ada didalam LKS dan dikerjakan didepan papan. Selesai siswa menyampaikan laporan diskusinya didepan teman sekelasnya, siswa dan guru bersamasama menarik kesimpulan atas materi yang telah dipelajari Pertemuan ke tiga, pada hari rabu tanggal 22 januari 2014, dengan alokasi waktu 2 x 45 menit dilaksanakan evaluasi hasil belajar siklus II mengenai materi pengertian fungsi komposisi dan komponen pembentuk fungsi komposisi. Evaluasi ini dilaksanakan untuk meninjau sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi fungsi komposisi. 3. Hasil observasi aktivitas siswa Tabel 7. Data hasil aktivitas siswa siklus II 1. Banyaknya siswa 33 Orang 2. Jumlah skor 26 3. Skor rata-rata 3.71 aktivitas siswa 4. Kategori Aktif 207

4. Hasil observasi aktivitas guru Observasi aktivitas guru pada siklus II sama dengan pelaksanaan observasi aktivitas guru pada siklus I, tetapi pada siklus II peneliti mencoba memperbaiki dan melengkapi kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I. Adapun hasil observasi aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II 1. Jumlah skor 25 2. Skor rata-rata 3.5 aktivitas 3. Kategori Aktif 5. Evaluasi Setelah melaksanakan pembelajaran pada hari Rabu tanggal 15 januari 2014 dan jum at 17 januari 2014, selanjutnya dilakukan evaluasi dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada hari rabu tanggal 22 januari 2014. Bentuk soal evaluasi adalah soal essay sebanyak 5 soal yang dikerjakan secara individu. Adapun hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Data hasil evaluasi hasil belajar siklus II 1. Jumlah peserta 30 orang yang mengikuti tes 2. Jumlah soal 5 butit soal 3. Jumlah siswa yang 26 orang tuntas 4. Jumlah siswa yang tidak tuntas 4 orang 5. Nilai rata-rata 73.63 kelas 6. Persentase 86.66% ketuntasan klaiskal 7. Nilai tertinggi 100 8. Nilai terendah 55 Pada tabel 4.6 sebanyak 30 orang yang mengikuti evaluasi terdapat 26 orang yang tuntas dan 4 orang yang tidak tuntas, sehingga ketuntasan belajar siklus II 86,66%. Melihat besarnya nilai ketuntasan yang dicapai dan memenuhi indikator yang telah ditentukan. Maka tindakan pada siklus II ini dikatakan tuntas, maka penelitian ini bisa diakhiri karena nilai ketuntasan sudah memenuhi, namun perlu dilakukan perbaikan yaitu memberikan pengarahan dan tugas pada siswa yang nilainya dibawah ketuntasan. 6. Refleksi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II terlihat bahwa aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Siswa merasa senang, santai dan tidak tegang dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan dari evaluasi hasil belajar yang telah dilksanakan pada siklus II telah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi 21 siswa dari 29 siswa yang hadir mengikuti tes dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 72,41%, dan pada siklus II 26 siswa dari 30 siswa yang hadir mengikuti tes dengan ketuntasan klasikal sebesar 86,66 %. Dengan demikian merujuk dari hasil observasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan maka penelitian ini dihentikan padasiklus II. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I terlihat pada tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai rata-rata belajar siswa sebesar 69,69 dengan presentase ketuntasan belajar siswa 72,41%. Sedangkan untuk aktivitas belajar siswa yaitu nilai rata-ratanya adalah 2,28 dengan kategori cukup aktif. Dan aktivitas guru rata-ratanya adalah 2,71 dengan kategori cukup aktif. Ini berarti ketuntasan belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan pada indikator kerja sebesar 85%. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut tidak terlepas dari kekurangankekurangan yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pembelajaran konsep relasi dan fungsi, fungsi khusus dan aljabar fungsi menggunakan Problem Based Learning. Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat penting yaitu bagaimana memotivasi siswa agar minat belajarnya meningkat untuk mendapatkan hasil yang maksimal tentunya guru harus berani memperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan dan kekurangan tersebut. Diharapkan ketuntasan belajar dapat tercapai. Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal tidak semudah yang dibayangkan, tetapi memerlukan perjuangan dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fungsi komposisi menggunakan Problem Based Learning dapat meningkatkan 208

prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMAN 1 Tanjung tahun 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat dari respon siswa yang sangat tinggi saat pembelajaran. Pembelajaran menggunakan Problem Based Learning dalam penelitian ini memberikan banyak sekali positif terhadap siswa. Antara lain siswa siswa merasa senang, santai dan tidak tegang saat mengikuti pembelajaran dan juga siswa dapat dengan sendirinya menemukan masalaha sekaligus mencari solusi atas masalah yang didapatkan. Siswa lebih teratur saat bersdiskusi, lebih aktif menanggapi solusi yang disampaikan siswa lain dan siswa berani untuk bertanya ataupun mengemukakan pendapatnya saat diskusi berlangsung. Terjadi peningkatan dimana nilai rata-rata hasil belajar siswa 73,63 dan ketuntasan klasikal mencapai 86.66%. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Khoiru, Amri, Sofan dan Elisah, Tatik. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penetian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompentensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hanafiah, Nanag dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Reflika Aditama. Huda, Miftahul. Model Pengajaran dan Pembelajaran.2013.yogyakarta: Pustaka Belajar. Jihad, Asep dan Haris. Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo. Iskandar. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Syahrir, 2010. Metodologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Naufan Pustaka. Syahrir. 2013. Statistik Pendidikan. Yogyakarta: Samudra Biru: Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Menagajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Aqib Z.Siti J. Eko D. Khotimah K. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. 209