PENDAHULUAN. Latar belakang. Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK TANAH DENGAN HORISON PENIMBUNAN LIAT YANG BERKEMBANG DARI BATUAN SEDIMEN DAN VOLKANIK OLEH : AFRA D. N. MAKALEW

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Horison Penimbunan Liat. horison yang terbentuk dari hasil iluviasi liat horizon di atasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sifat-sifat Tanah. Sifat Morfologi dan Fisika Tanah. Sifat morfologi dan fisika tanah masing-masing horison pada pedon pewakil

KARAKTERISTIK TANAH DENGAN HORISON PENIMBUNAN LIAT YANG BERKEMBANG DARI BATUAN SEDIMEN DAN VOLKANIK OLEH : AFRA D. N. MAKALEW

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

TINJAUAN PUSTAKA. tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. seperti tekstur tanah (misalnya lempung, tanah liat atau pasir) atau bahan induk

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Klasifikasi Tanah USDA Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Bayu Prasetiyo B-01

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Soal UTS Klasifikasi Tanah dan Evaluasi Lahan Dikumpul Pada hari Jum at 26 Afril 2013 Batas pengumpulan Pukul Wib

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

PEDOGENESIS DAN MORFOLOGI TANAH. Ida Ayu Suty Adnyani, dkk

2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di

BAB III PERANCANGAN. Tabel 3.1. Ciri-ciri Horison Generik pada klasifikasi tanah. Nilai Indikator Horison O A E B. Indikator

PADA SABUAN TANAH DYSTWOPEPT DARl KECAMATAH BAHUGA, KOTWBAWU, LAMPURG UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. PEMBENTUKAN TANAH

PADA SABUAN TANAH DYSTWOPEPT DARl KECAMATAH BAHUGA, KOTWBAWU, LAMPURG UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. yang dipergunakan sebagai kriteria pengklasifikasian tidak di

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. ini tercatat melakukan erupsi terakhir pada tahun muda. Perkembangan tanah masih terbatas dan tekstur tanah kasar beralih ke

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

ANGGOTA KELOMPOK 6: KELAS : F TUGAS STELA MO-1

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata

ACHMAD MJR BACHTIAR. Oleh : A JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANAN BOGOR

ACHMAD MJR BACHTIAR. Oleh : A JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANAN BOGOR

01/04/2011 AL A F L ISO IS L L DAN DA ULT UL ISO IS L P L A P DA A DA VUL V K UL A K NIK A 3

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

IDENTIFIKASI HORISON ARGILIK DENGAN METODE IRISAN TIPIS PADA ULTISOL DI ARBORETUM USU KWALA BEKALA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

Survey Tanah & Klasifikasi Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

I. PENDAHULUAN. Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm 3. Volume

BAB II PEMBAHASAN B. PROFIL TANAH

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

M.K. Dasar-dasar Ilmu Tanah JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN - UNPAD

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Tingkat Perkembangan Tanah. daerah tropika: 1. Tahap awal bahan induk yang tidak terkikis; 2. Tahap yuwana

Bahan diskusi minggu ke-1

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

DASAR ILMU TANAH. Materi 04: Pembentukan Tanah

III. BAHAN DAN METODE

Gambar 5. Lokasi Penelitian di Wilayah Propinsi Jambi

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH PADA LAHAN KERING DAN LAHAN YANG DISAWAHKAN DI KECAMATAN PERAK KABUPATEN JOMBANG

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

Klasifikasi Dan Pemetaan Famili Tanah Berdasarkan Sistem Taksonomi Tanah di Desa Penatih Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

KLASIFIKASI TANAH DESA SIHIONG, SINAR SABUNGAN, DAN LUMBAN LOBU KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2010

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Inceptisols tersebar luas di indonesia yaitu sekitar 40,8 juta ha. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

DAFTAR PUSTAKA. Birkeland. P.W Pedology, Weathering and Geomorphological Research. Oxford University. New York. London. Toronto.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI PROVINSI JAMBI. Oleh : Busyra BS Firdaus

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

Lampiran 1. Deskripsi Profil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia

I. PENDAHULUAN. Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010), Ultisol merupakan tanah

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI JENIS TANAH DI WILAYAH SAGALAHERANG, SUBANG

MENGENAL JENIS-JENIS TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk organik cair (effluent sapi) ialah cairan hasil pemisahan oleh separator pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. MORFOLOGI DAN KLASIFIKASI TANAH SAWAH

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

BEBERAPA SEAT FISIK. TANAH LATOSOL (Oxic Dys YANG DIS M. ANIS AZIZI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1995.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Klasifikasi tanah : Usaha utk mengelompokkan tanah berdasarkan sifat-sifatnya.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar belakang Horison penimbunan liat merupakan horison dengan kandungan liat filosilikat yang lebih tinggi daripada bahan tanah yang terletak di atasnya. Horison ini dapat terbentuk akibat proses iluviasi liat horison di atasnya atau dari hasil proses pelapukan in situ, atau tertimbunnya bahan tanah dengan kandungan liat tinggi oleh bahan tanah dengan kandungan liat yang lebih rendah. Ada tidaknya bukti iluviasi liat berupa selaput liat (clay skin) pada horison penimbunan liat, merupakan salah satu dasar dalam identifikasi horison argilik atau bukan argilik. Horison argilik merupakan horison iluviasi liat yang digunakan sebagai horison bawah penciri untuk mengklasifikasi dan interpretasi proses-proses yang dominan pada pembentukan tanah Alfisol dan Ultisol. Selanjutnya horison penimbunan liat tanpa bukti selaput liat, kecuali pada tanah dengan sifat vertik termasuk dalam horison kambik yang digunakan sebagai salah satu horison bawah penciri untuk mengklasifikasi dan interpretasi proses pembentukan tanah Inceptisol (Soil Survey Staff, 2003). Pemanfaatan tanah-tanah yang memiliki horison penimbunan liat banyak menghadapi faktor pembatas produksi. Horison penimbunan liat yang relatif padat di bawah lapisan olah dan dekat dengan permukaan tanah mengakibatkan laju perkolasi terhambat, tanah cepat jenuh air dan mudah tererosi, serta terbatasnya daerah perakaran tanaman, sehingga produktivitas tanah menjadi terhambat (Afandi et al., 1997).

Di daerah tropika, tanah Alfisol, Ultisol, dan Inceptisol merupakan tanah-tanah yang umum di jumpai. Penyebaran tanah-tanah ini di Indonesia adalah Inceptisol 70,5 juta ha (37,5%), Ultisol sekitar 45,8 juta ha (24,3%), dan Alfisol 5,2 juta ha (3%) dari luas daratan. Lahan-lahan tersebut merupakan alternatif untuk pengembangan usaha pertanian (Subagjo et al., 2003). Horison penimbunan liat ditemukan pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk sedimen dan volkanik, pada beberapa regim kelembaban tanah (akuik, perudik/udik, dan ustik). Proses pembentukan horison penimbunan liat yang menghasilkan horison argilik meliputi proses dispersi liat di lapisan atas, dilanjutkan dengan proses pemindahan liat oleh air dari lapisan atas (eluviasi), dan pengendapannya di lapisan bawah (iluviasi). Banyak faktor yang berpengaruh agar liat lebih mudah terdispersi dalam air, sehingga lebih mudah dipindahkan. Demikian pula, banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses pemindahan dan pengendapan liat di lapisan bawah. Tiga tahap proses pembentukan horison penimbunan liat, yang meliputi proses dispersi, pemindahan, dan akumulasi liat, masing-masing memerlukan kondisi yang khusus (Buol et al., 1980). Sedangkan proses pembentukan horison penimbunan liat yang tidak menghasilkan argilik apabila (1) jumlah penimbunan liat tidak memenuhi argilik, meskipun ada selaput liat, (2) jumlah penimbunan liat memenuhi argilik tapi tidak ada selaput liat, atau (3) jumlah penimbunan liat tidak memenuhi argilik dan tidak ada selaput liat. 2

Tanah Alfisol dan Ultisol keduanya mempunyai horison penimbunan liat (argilik), tetapi Ultisol bersifat lebih masam dan Alfisol lebih alkalis. Kedua tanah ini dapat berkembang dari batuan sedimen ataupun bahan volkanik, pada regim kelembaban tanah akuik, udik, ustik, dan xerik. Horison penimbunan liat yang tidak memenuhi kriteria argilik, dapat sebagai horison kambik yang dimiliki oleh tanah Inceptisol. Permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah bagaimana sifat-sifat horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya dapat terjadi pada lingkungan yang berbeda-beda tersebut. Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai horison penimbunan liat yang memiliki selaput liat (argilik). Namun demikian, Allbrook (1973) masih mempertanyakan adanya horison argilik pada tanah-tanah Ultisol di Malaysia. Penelitian tentang sifat-sifat dan genesis horison argilik telah dilakukan pada tanah Aridisol berbahan induk sedimen (Nettleton et al., 1975; Southard dan Southard, 1985), pada tanah Alfisol berbahan induk sedimen oleh Smith dan Wilding (1972). Demikian pula penelitian tentang mikromorfologi horison argilik pada tanah Alfisol dengan regim kelembaban tanah akuik telah dilakukan antara lain oleh : Smeck et al. (1981), Cremeens dan Mokma (1986), serta Stolt dan Rubenhorst (1991). Selain itu terbentuknya horison argilik pada tanah yang berdrainase baik sudah dilakukan Rostad et al. (1976). Tetapi adanya horison argilik pada tanah-tanah berdrainase buruk atau pada regim kelembaban tanah akuik masih diperdebatkan (Smeck et al., 1981). 3

Penelitian tentang proses pembentukan horison penimbunan liat dengan atau tanpa selaput liat di daerah tropika basah khususnya di Indonesia masih sangat sedikit. Hasil penelitian Cahyono (1992) pada Ultisol Lampung dan Alfisol di Jawa Barat menunjukkan bahwa, liat iluviasi pada Ultisol umumnya lebih banyak (2-5%) dibandingkan dengan liat iluviasi pada Alfisol (1-2%). Kenampakan mikromorfologi yang berbeda menurut Goenadi dan Tan (1998) dapat membantu menjelaskan prosesproses pembentukan tanah pada masing-masing tanah. Demikian juga penelitian tentang mikromorfolgi horison penimbunan liat di Indonesia masih sangat kurang. Dari uraian di atas tampak bahwa penelitian tentang karakteristik horison penimbunan liat pada bahan induk dan regim kelembaban tanah yang berbeda masih perlu dilakukan. Demikian juga, ditemukannya horison penimbunan liat dengan atau tanpa selaput liat pada tanah Insceptisol, Alfisol, dan Ultisol masih perlu diteliti. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan ilmu pengetahuan genesis tanah dan sistem klasifikasi tanah, serta pengelolaan tanah di Indonesia. Tujuan (1) Mengidentifikasi sifat-sifat tanah dengan horison penimbunan liat dan proses-proses pembentukannya, yang berkembang dari batuan sediment (batuliat, dan batukapur) dan batuan volkanik. 4

(2) Membandingkan sifat-sifat horison penimbunan liat dan prosesproses pembentukannya pada tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol yang berkembang dari bahan induk sedimen atau volkanik, baik pada regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik. (3) Mengetahui sifat-sifat horison penimbunan liat yang berkaitan dengan pengelolaan tanah, baik pada tanah Ultisol, Alfisol, maupun Inceptisol. Hipotesis (1) Bahan induk yang berbeda akan mempengaruhi sifat-sifat dan pembentukan horison penimbunan liat, baik letak dari permukaan, ketebalan, adanya tidaknya selaput liat maupun tingkat perkembangannya. (2) Sifat-sifat horison penimbunan liat dan proses pembentukannya berbeda antara tanah Alfisol, Ultisol, dan Inceptisol, baik pada regim kelembaban tanah akuik, perudik, maupun ustik. (3) Terdapat sifat-sifat horison penimbunan liat yang penting kaitannya dengan pengelolaan tanah Ultisol, Alfisol, dan Inceptisol, baik yang berkembang dari batuliat, batukapur, maupun bahan volkanik. 5