PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA


BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

GAMBARAN KUALITAS UDARA AMBIEN TERMINAL KAITANNYA DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PEDAGANG TETAP WANITA DI TERMINAL JOYOBOYO SURABAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN FAAL PARU PADA PENJUAL UNGGAS DI PASAR BURUNG KUPANG SURABAYA

Ambient Air Quality, Housewifes Lung Function and Respiratory Complaints In Affected and Non Affected Area by the Sidoarjo Mudflow

KARAKTERISTIK RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN POLUTAN UDARA PADA PEKERJA SOL SEPATU (DI SEKITAR JALAN RAYA BUBUTAN KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

Nurdin Zakaria, R. Azizah Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KADAR DEBU LINGKUNGAN KERJA UNIT PENGEPAKAN SEMEN TERHADAP KESEHATAN SERTA UPAYA PENGENDALIANNYA DI PT HOLCIM, BOGOR

PENGARUH PAPARAN DEBU KAYU TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA DI PT. UTAMA CORE ALBASIA KECAMATAN CANGKIRAN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PENGANTAR POS DI DELIVERY CENTRE SURABAYA UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN MASKER DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU PADA SUKARELAWAN PENGATUR LALU LINTAS (SUPELTAS) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

PENGARUH KARAKTERISTIK DAN KADAR DEBU AMBIEN TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PENYAPU JALAN DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN TAHUN 2015 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KUALITAS UDARA AMBIEN DI KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR RISIKO GANGGUAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI DAERAH CARGO PERMAI, KABUPATEN BADUNG, BALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: CINDY AUDINA PRADIBTA

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan penambangan kapur

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Faal Paru Polisi Lalu Lintas di Wilayah Jakarta Timur

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

PREVALENSI GANGGUAN FUNGSI PARU AKIBAT PAPARAN ASAP PADA PEDAGANG SATE DI DENPASAR

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN MASKER DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA MEBEL DI KELURAHAN HARAPAN JAYA, BANDAR LAMPUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: (2013) ISSN

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ABSTRACT

PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI UNIT BOILER INDUSTRI TEKSTIL X KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pembangkit tenaga listrik, dan industri. Upaya pemerintah Indonesia untuk

Transkripsi:

PENGARUH PENURUNAN KUALITAS UDARA TERHADAP FUNGSI PARU DAN KELUHAN PERNAFASAN PADA POLISI LALU LINTAS POLWILTABES SURABAYA EFFECT OF POOR AIR QUALITY ON LUNG FUNCTION AND RESPIRATORY COMPLAINTS AMONG TRAFFIC POLICEMEN, POLWILTABES SURABAYA Christyana Sandra* ABSTRACT Some of the air pollutants that may result in respiratory complaints are NO 2, SO 2, and dust particles. These pollutants may irritate respiratory tract, leading to lung function impairment and respiratory complaints. The objective of this study was to analyze the concentration of NO 2, SO 2, and dust in Surabaya. This was an observational analytic study conducted crosssectionally among traffic policemen and staff policemen in Polwiltabes Surabaya. This study was conducted within the working area of Polwiltabes Surabaya from December 2007 to July 2008. Population of study group was the members of traffic policemen and control group was staff policemen who had met the given criteria. Sample size was 42 persons, 21 persons each from study group and control group. Data analysis used independent two sample t test and multiple logistic regression test. Mean of NO 2 and dust levels had exceeded the established standard, while mean of SO 2 level was still below its established standard. Mean of indoor NO 2, SO 2 and dust levels were still below the established standard. Lung function test revealed that 13 (61.9%) of study group had normal lung function and 8 (38.1%) had mild restrictive impairment. In control group, 19 (76.2%) had normal lung function and 2 (23.8%) had mild restrictive impairment. Study group had restrictive impairment 4 time higher risk and 1,4 time higher risk having obstruction impairment than control group. Study group had respiratory complaints 2 time higher risk than control group. Method of data analysis using multiple logistic regression test revealed that age and SO 2 concentration had significantly affected lung function and respiratory complaints in study group. It must be consider that poor air quality have causative factor into lung function. It is recommended that local government increased public transportation service, provide additional air quality monitoring, transportation arrangement system, and motor exhaust gas should periodically be checked. Keywords: air pollution, respiratory complaints, lung function, traffic police *Christyana Sandra adalah Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

PENDAHULUAN Sektor transportasi merupakan penyumbang 80% pencemaran udara di daerah perkotaan di Indonesia. Pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor antara lain adalah NO 2, SO 2, CO, Pb, hidrokarbon, dan partikulat (Mukono, 1997). Pada pengukuran tahun 2007, konsentrasi debu di beberapa lokasi masih melebihi batas baku mutu udara ambien. Untuk konsentrasi gas yang melebihi batas yaitu gas NO 2 pada bulan April 2007 yang mencapai angka 0,0667 ppm. Angka tersebut melebihi nilai baku mutu udara ambien yaitu 0,05 ppm (BTKL, 2007). Polutan udara tersebut dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan terutama gangguan pada saluran pernafasan. Polutan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran pernafasan adalah gas NO 2, SO 2, formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gas SO 2 dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran pernafasan bagian atas karena mudah larut dalam air yang mengakibatkan produksi lendir meningkat sehingga terjadi penyempitan pada saluran pernafasan. Nitrogen dioksida bersifat iritan dan radikal. Gas NO 2 termasuk salah satu gas utama dalam reaksi kimia di atmosfer karena dapat menghasilkan ozon di lapisan troposfer setelah bereaksi dengan sinar ultraviolet (Anonim, 2006). Masyarakat yang berisiko terkena pencemaran udara yaitu masyarakat pengguna jalan raya, masyarakat yang tinggal di tepi jalan raya, maupun masyarakat yang bekerja di ataupun dekat jalan raya, misalnya polisi lalu lintas, penyapu jalan, pedagang kaki lima, pedagang asongan ataupun anak jalanan yang biasa mengamen atau meminta-minta di persimpangan jalan. Polisi lalu lintas yang bekerja di sepanjang jalan di Surabaya yang padat merupakan anggota masyarakat yang berisiko terkena pencemaran udara. Selama minimal 5 jam per hari Polantas bertugas di lapangan. Hari Senin dimulai dari pukul 05.30-09.00 WIB dan pada hari Selasa dimulai dari pukul 05.30-08.30 WIB. Pada sore hari bertugas mulai pukul 16.00-18.00 WIB. Jadwal tersebut masih ditambah dengan tugas bergantian pada hari Sabtu dan Minggu serta pada hari libur nasional dan hari besar. Paparan dalam jangka waktu yang lama akan memiliki risiko mendapat gangguan saluran pernafasan. Tingginya polutan di udara pada pagi hari dan sore hari dapat mengakibatkan keluhan pernafasan dan gangguan fungsi paru pada Polantas. Berdasarkan hasil survei awal dengan melakukan wawancara terhadap 14 anggota polisi lalu lintas Polwiltabes Surabaya pada hari Sabtu, 8 Maret 2008 didapatkan 11 dari 14 orang yang mengeluhkan sering batuk kering, terdapat 8 dari 14 orang juga mengeluhkan

batuk berdahak. Selain itu terdapat 7 dari 14 orang yang mengeluhkan batuk yang disertai dengan sesak nafas dan suatu kali sesak nafas tanpa batuk. Data kesehatan Poli Kedokteran dan Kesehatan Polantas Polwiltabes Surabaya tahun 2005 diketahui bahwa terdapat 27 orang mengeluhkan sering batuk terutama yang disertai dahak di malam hari dan sesekali disertai dengan sesak nafas disaat batuk. Namun pada pemeriksaan rontgen tidak dideteksi adanya penyakit paru. Dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh Polantas Polwiltabes Surabaya tersebut apabila tidak ditangani sejak dini dapat menimbulkan gangguan secara kronis dan mengganggu fungsi paru. Dalam penelitian ini akan dikaji seberapa besar polutan udara tersebut dapat mempengaruhi fungsi paru Polantas Polwiltabes Surabaya dan keluhan pernafasan apa saja yang dapat timbul akibat pemaparan dalam jangka waktu yang lama. Namun dalam penelitian ini akan diteliti pada 3 parameter saja yaitu partikel debu, gas SO 2, dan gas NO 2, karena formaldehid di udara jumlahnya sangat kecil, sedangkan ozon mencapai puncaknya pada siang hari pukul 12.00 WIB dimana Polantas Polwiltabes Surabaya tidak berada di lapangan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yang dilakukan secara cross sectional pada anggota polisi lalu lintas dan polisi staf dalam ruangan Polwiltabes Surabaya. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Polwiltabes Surabaya, pada bulan Desember 2007-Juli 2008. Populasi studi dalam penelitian ini adalah anggota polisi lalu lintas sebanyak 163 orang dan populasi pembanding yaitu anggota polisi staf dalam ruangan sebanyak 101 orang yang telah memenuhi persyaratan. Besar sampel yang diambil adalah 42 orang dengan pembagian 21 orang polisi lalu lintas dan 21 orang polisi staf dalam ruangan, penentuan besar sampel dilakukan secara random. Pada populasi individu dilakukan pemeriksaan fungsi paru dan wawancara untuk menggali keluhan pernafasan yang dirasakan. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kadar SO 2, NO 2, dan debu di pos polisi Dolog, pos polisi Wonokromo, dan pos polisi Siola sebanyak 3 kali selama 3 hari dan di kantor Polwiltabes Surabaya. Tehnik analisis data untuk membandingkan fungsi paru dan keluhan pernafasan kedua kelompok dan menganalisis faktor yang mempengaruhi keluhan pernafasan dan fungsi paru berturut-turut menggunakan uji-t 2 sampel bebas dan regresi logistik ganda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden a. Umur Komposisi umur responden terbanyak adalah pada interval umur 25-30 tahun (47,6%). Semua responden berada pada kelompok usia produksi (15-64 tahun). b. Lama bekerja Lama kerja responden terbanyak adalah antara 6-10 tahun yaitu sebanyak 21 orang (50%). c. Status fungsi paru Polantas yang mempunyai status fungsi paru restriksi sebanyak 8 orang (38,1%) dan polisi staf yang mempunyai status fungsi paru restriksi sebanyak 2 orang (9,5%). d. Keluhan pernafasan Keluhan pernafasan berupa batuk kering dirasakan oleh 13 orang Polantas (61,9%) dan 5 orang polisi staf (23,8%), batuk berdahak dirasakan oleh 10 orang Polantas (47,6%) dan 2 orang polisi staf (9,5%) dan sesak nafas disertai batuk dirasakan oleh 8 orang Polantas (38,1%) dan 2 orang polisi staf (9,5%). Deskripsi Kualitas Udara a. Pengukuran udara di 3 pos polisi Hasil pengukuran udara yang melebihi batas Surat Keputusan Gubernur Tingkat I Jawa Timur adalah kadar gas NO2 dan debu, sedangkan kadar gas SO2 tidak melebihi batas. Hasil pengukuran udara tersaji pada tabel 1 dibawah ini :

Waktu Pengambilan Pagi (06.00-08.00) Siang (11.00-13.00) Sore (16.00-19.00) Tabel 1. Rata-rata Pengukuran Udara Luar Ruangan Para meter Satuan Kadar Terukur Ratarata Dolog Wonokromo Siola Pengukuran Pengukuran Pengukuran I II III I II III I II III NO 2 Ppm 0,0269 0,1915 0,0755 0,0431 0,1783 0,0972 0,0928 0,0874 0,1124 0,1005 SO 2 Ppm < LD 0,0083 0,0093 0,0022 0,0114 0,0136 0,004 0,0095 0,0179 0,0084 Debu mg/m 3 2,2016 0,7539 0,3604 0,136 0,3404 0,3 0,2606 0,1708 0,3425 0,5406 NO 2 Ppm 0,0627 0,182 0,1098 0,0527 0,115 0,071 0,0703 0,0958 0,0766 0,0928 SO 2 Ppm <LD 0,0174 0,0096 0,0033 0,0058 0,004 0,0029 0,0048 0,0239 0,0079 Debu mg/m 3 0,2203 0,2001 0,5813 0,211 0,148 0,2823 0,2688 0,2294 0,1863 0,2586 NO 2 Ppm 0,049 0,0834 0,1019 0,0489 0,1188 0,0885 0,0538 0,0907 0,042 0,0752 SO 2 Ppm 0,0017 0,0035 0,0166 0,0032 0,0056 0,0046 0,0035 0,0003 0,0054 0,0049 Debu mg/m 3 2,9602 0,1048 1,2268 0,2953 0,3387 0,2785 0,2101 0,2168 0,1739 0,645 Keterangan : LD (Limit Deteksi) SO 2 = 0,0002 ppm Kadar NO 2 di pos polisi Dolog, pos polisi Wonokromo, dan pos polisi Siola rata-rata berkisar antara 0,0802 ppm sampai dengan 0,0903 ppm. Kadar SO 2 di 3 lokasi pengukuran lapangan rata-rata berkisar antara 0,0059 ppm sampai dengan 0,0080 ppm. Kadar debu di pos polisi Dolog, pos polisi Wonokromo, dan pos polisi Siola rata-rata berkisar antara 0,2287 mg/m 3 sampai dengan 0,9565 mg/m 3. Hal tersebut menunjukkan rata-rata kadar NO 2 dan debu lapangan melebihi standar, sedangkan rata-rata kadar SO 2 masih di bawah standar yang ditetapkan. b. Pengukuran udara dalam ruangan Lokasi pengukuran udara dalam ruangan adalah di gedung Polwiltabes Surabaya Jalan Taman Sikatan. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 titik dan diambil 1 kali saja karena diasumsikan kadar udara dalam ruangan tertutup relatif stabil. Hasil pengukuran udara dalam ruangan tersaji pada Tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Pengukuran Udara Dalam Ruangan No Parameter Satuan Kadar Terukur Ratarata I II III 1 NOx Ppm 0,0294 0,0382 0,0313 0,0033 2 SO 2 Ppm 0,0001 0,00002 0,0008 0,0003 3 Debu mg/m 3 0,1217 0,109 0,1263 0,119 Rata-rata kadar NO 2 dalam ruangan sebesar 0,0033 ppm, rata-rata kadar SO 2 sebesar 0,0003 ppm, dan rata-rata kadar debu sebesar 0,1190 mg/m 3. Hal tersebut

menunjukkan kadar NO 2, SO 2, dan debu dalam ruangan dibawah batas baku mutu udara. Risiko Prevalensi Status Fungsi Paru dan Keluhan Pernafasan Responden Beberapa nilai % FVC predicted dan % FEV 1 predicted polantas adalah kurang dari 80%. Status fungsi paru polisi lalu lintas diketahui sebanyak 13 orang mempunyai status fungsi paru normal (61,9%) dan 8 orang mempunyai status fungsi paru restriksi ringan (38,1%), sedangkan pada polisi staf dalam ruangan diketahui sebanyak 19 orang mempunyai status fungsi paru normal (76,2%) dan 2 orang mempunyai status fungsi paru restriksi ringan (23,8%). Restriksi adalah gangguan pengembangan paru akibat adanya hambatan elastisitas paru. Hasil analisis tersaji dalam tabel 2 dibawah ini : Tabel 2. Risiko Prevalensi Status Fungsi Paru dan Keluhan Pernafasan Responden Parameter Polantas (n) Polisi Staf (n) Risiko Prevalensi Status Fungsi Paru Restriksi 8 2 4 Obstruksi 10 7 1,4 Keluhan Pernafasan Batuk kering 2,16 Batuk Berdahak 2,27 Risiko restriksi dan obstruksi pada Polantas berturut-turut adalah 4 kali dan 1,4 kali lebih besar daripada Polisi Staf, sedangkan keluhan batuk kering dan batuk berdahak pada Polantas berturut-turut adalah 2,16 kali dan 2,27 kali lebih besar daripada Polisi Staf. Hal ini berarti risiko keluhan pernafasan berupa batuk kering dan batuk berdahak yang dirasakan oleh Polantas 2 kali lebih banyak daripada yang dirasakan oleh polisi staf. Pemeriksaan fungsi paru menggunakan spirometer berguna untuk penemuan dini dari kelainan pernafasan meskipun secara pemeriksaan klinik maupun radiologi pada penderita tersebut belum dapat ditemukan kelainan. Pemeriksaan secara medis misalnya foto thorax dilakukan apabila telah ada indikasi kelainan fungsi paru atau fungsi parunya menurun secara permanen (Keman, 1997). Parameter fungsi paru yang dipakai dalam penelitian ini adalah % FVC predicted, % FEV 1 predicted, dan ratio FEV 1 /FVC. Status fungsi paru adalah keadaan fungsi paru berdasarkan hasil pengukuran atau uji fungsi paru dengan alat spirometer (Setiadji et al., 1987). Bila % FVC predicted lebih dari sama dengan 80% dan FEV 1 /FVC lebih dari sama dengan 70% maka berarti fungsi parunya dalam batas normal. Bila % FVC predicted kurang dari 80% dan FEV 1 /FVC kurang dari sama dengan 70% maka berarti

restriktif. Bila % FVC predicted lebih dari sama dengan 80% dan FEV 1 /FVC kurang dari 70% maka berarti obstruktif, dan bila % FVC predicted kurang dari 80% dan FEV 1 /FVC kurang dari 70% maka berarti tipe kombinasi obstruktif dan restriktif (Muliarta et al., 2007). Gas SO 2, NO 2, dan debu diketahui dapat mempengaruhi nilai FVC dan FEV 1. Konsentrasi gas SO 2 dan NO 2 yang kecil sekalipun namun apabila terinhalasi setiap hari dapat menimbulkan gangguan fungsi paru. Pada tahun 1992-1999 di Jerman Timur, menurunnya konsentrasi partikel debu dari 79 mg/m 3 menjadi 25 mg/m 3 dan konsentrasi SO 2 dari 113 mg/m 3 menjadi 6 mg/m 3, diketahui nilai FEV 1 dan FVC pada anak-anak meningkat. Didapatkan hasil kenaikan sebesar 4,7% setiap 50 mg/m 3 penurunan konsentrasi debu dan 4,9% setiap 100 mg/m 3 penurunan konsentrasi SO 2 (Frye et al., 2003). Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Pernafasan dan Fungsi Paru Berdasarkan hasil kuesioner tentang karakteristik dan keluhan pernafasan yang dirasakan anggota Polantas dan polisi staf serta hasil perhitungan rata-rata konsentrasi gas SO 2, NO 2 dan partikel debu di udara maka diperlukan uji statistik untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status fungsi paru dan keluhan pernafasan Polantas dan polisi staf. Uji statistik yang digunakan adalah uji Regresi Logistik Ganda. Hasil perhitungan statistik tersaji pada tabel 4. dibawah ini : Tabel 4. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Pernafasan dan Fungsi Paru Variabel Dependent Variables in The Equation Variabel Independent B Sig. Keluhan pernafasan Batuk kering Masa kerja 0,364 0,130 Kadar debu -0,127 0,631 Kadar NO 2-16,760 0,211 Sesak nafas disertai Umur 0,314 0,002* batuk Kadar SO 2 0,044 0,030* Sesak nafas tanpa Kadar SO 2-0,939 0,992 batuk Fungsi paru Status fungsi paru Umur 0,314 0,002* Kadar SO 2 0,044 0,030* Dari uji regresi logistik ganda diketahui umur dan kadar SO 2 yang dihirup Polantas setiap hari mempengaruhi keluhan pernafasan dan fungsi paru Polantas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winarti (1999), yang menyatakan bahwa pertambahan umur akan mempengaruhi jaringan tubuh, fungsi elastisitas jaringan paru berkurang sehingga

kekuatan bernafas menjadi lemah sehingga volume udara pada saat pernafasan akan menjadi lebih sedikit, sehingga menyebabkan fungsi paru seseorang menurun. Paparan gas SO 2 dalam konsentrasi yang kecil sekalipun dapat menyebabkan gangguan paru, apalagi paparan tersebut secara terus menerus seperti yang diterima oleh Polantas selama bekerja. Namun perlu diperhatikan pula gas-gas iritan lain seperti gas NO 2 yang dapat menyebabkan efek kombinasi apabila terpapar pada saat bersamaan (Siswanto, 1991). Paparan gas dan debu tersebut dapat mengiritasi saluran pernafasan yang makin lama akan berakibat penurunan fungsi paru. Menurut Alsagaff dan Mukty (2005), keluhan pernafasan adalah adanya gangguan pada saluran pernafasan akibat selalu terpapar polutan udara. Semakin lama individu terpapar polutan udara maka kemungkinan adanya keluhan pernafasan semakin besar. Variabel yang mempengaruhi sesak nafas disertai batuk adalah umur dan kadar SO 2 dengan p berturut-turut 0,002 dan 0,030. Polantas memiliki risiko 1,369 kali lebih besar terpapar polutan gas dan debu dan dapat menimbulkan sesak nafas disertai batuk daripada polisi staf. Apalagi umur Polantas sebagian besar lebih dari 40 tahun yang merupakan umur dengan risiko tinggi apabila terpapar polutan udara setiap hari. Dalam penelitiannya, Groneberg-Kloft et al (2006) menyatakan bahwa dengan konsentrasi SO 2 yang rendah sekalipun secara terus menerus dapat mengiritasi saluran pernafasan dan menimbulkan batuk kronis atau bronkitis. SIMPULAN DAN SARAN Disimpulkan bahwa % FVC predicted Polantas lebih jelek daripada % FVC predicted polisi staf dan keluhan pernafasan yang dirasakan polisi lalu lintas lebih banyak daripada yang dirasakan polisi staf dalam ruangan. Umur dan kadar SO 2 diketahui mempunyai pengaruh yang signifikan dapat menimbulkan batuk kering dan sesak nafas disertai batuk, dan dapat menurunkan fungsi paru Polantas. Selain umur, faktor polusi udara tidak dapat diabaikan dalam penurunan fungsi paru pada Polantas. Pemerintah Kota Surabaya disarankan untuk melakukan peningkatan pelayanan transportasi umum, penambahan titik monitoring kualitas udara, sistem pengaturan transportasi, pemeriksaan emisi kendaraan bermotor secara berkala. Kepala Polwiltabes Surabaya disarankan untuk mensubsidi jenis masker yang tepat secara berkala selama bertugas bagi Polantas.

DAFTAR RUJUKAN Alsagaff, H dan Mukty, H.A., 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. BBTKL dan PPM, 2007. Data Pengukuran Kualitas Udara di Kota Surabaya Tahun 2006-2007. Surabaya : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Frye, C., Hoelscher, B., Cyrys, J., Wjst, M., Wichmann, H.E., Heinrich, J., 2003. Association of Lung Function with Declining Ambient Air Pollution. Available at : www.ephonline.org. (Sitasi 25 Juni 2008). Groneberg-Kloft, B., Kraus, T., van Mark, A., Wagner, U., Fischer, A., 2006. Analysing the Causes of Chronic Cough: Relation to Diesel Exhaust, Ozone, Nitrogen oxides, Sulphur oxides and Other Environmental Factors. Germany: Journal of Occupational Medicine and Toxicology. Available at : http://www.occup-med.com. (Sitasi 25 Juni 2008). Keman, S., 1997. Biomarkers of Chronic Non Spesific Airway Diseases An Application of Molecular Epidemiology in Occupational Settings. Disertation. Netherlands : Maastricht University. Mukono, H.J., 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Surabaya : Airlangga University Press. Muliarta, I.M., Susy, P., 2007. Gambaran Spirometri pada Pengelas di Bengkel Las Kodya Denpasar Tahun 2007. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Setiadji, V. Sutarmo., Busra, M. Nur., B. Gunawan., 1987. Uji Faal Paru. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No 24 Universitas Indonesia. Siswanto, A., 1991. Penyakit Paru Kerja. Surabaya : Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Jawa Timur. Winarti., 1999. Hubungan Pencemaran Udara dengan Fungsi Paru Pedagang Wonokromo Surabaya. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga.