PENGARUH UNSAFE ACTION PENGUNAAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN SISWA SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN SEMARANG TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk. memasyarakat dikalangan anak-anak. Hal ini mungkin menjadi suatu

PENGARUH UNSAFE ACTION PENGGUNAAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN SISWA SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN SEMARANG TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN MIOPIA DI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI DEPARTEMEN TEKNOLOGI

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PUBLCATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. penglihatan atau kelainan refraksi (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME)

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK HUBUNGAN POSISI KERJA DOKTER GIGI TERHADAP LOW BACK PAIN DI RSKGM KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN PENGLIHATAN STEREOSKOPIS PADA PENDERITA MIOPIA RINGAN, SEDANG, DAN BERAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Miopia dapat terjadi karena ukuran aksis bola mata relatif panjang dan disebut

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA JENIS PEKERJAAN DENGAN TIMBULNYA NYERI KEPALA TIPE-TEGANG. Oleh: KOMALAH CHENASAMMY NIM:

ANALISIS STRES KERJA KARYAWAN DI PT SINAR PANTJA DJAJA PADA UNIT PRODUKSI SPINNING III DAN UNIT NON PRODUKSI SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN ANTARA PENGGUNA TELEPON PINTAR DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR PADA SISWA SMA ST.

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Kebiasaan Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sahara Miranda* Elman Boy**

Kadek Gede Bakta Giri 1, Made Dharmadi 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang dan Sekolah Dasar

DINATIA BINTARIA S NIM.

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI KOTA MEDAN. Oleh : GOPINATH NAIKEN SUVERANIAM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH KECUKUPAN MENU MAKAN SIANG TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI PT. MUTU GADING TEKSTIL KARANGANYAR SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Guangzhou, China, dengan pasar ekspor terbesar ke Amerika dan sebagian

Pembimbing II : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA SISWA JURUSAN TKJ DI SMK I TAHUNA

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

ABSTRAK PENGARUH DURASI TIDUR TERHADAP RISIKO OBESITAS PADA PRIA DEWASA. Mutiara Hermana, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr, MS, MM, MKes, AIF

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA PEMBATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DAN KURSI KERJA TIDAK ERGONOMIS DI INDUSTRI BATIK MASARAN SRAGEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Fahma Hakiki R

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

Transkripsi:

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH UNSAFE ACTION PENGUNAAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN SISWA SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN SEMARANG TAHUN 2016 Rika Handriani*),Eni Mahawati**) *) Alumi Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula No 5-11 Semarang Email : rikahandriani20@yahoo.com ABSTRACT Background : Gadget not be a new thing for the community. Advances in the technology may adversely affect helath disorders. One of them is an interruption eye health. Approximately 80% of children who use glasses for the use of technology and information. This can result from the use of gadgets with unsafe acts (unsafe action). Therefore, it is necesarry to do research on the effect of unsafe action in the use of gadgets to visual acuity. Method : The study was analytic survey research with cross sectional approach. The sampel in the study was 64 people. Samples were taken proptional sampling technique usng questionnaire data collection and measurement of visual acuity. Analyses were performed using logistic regression test. Result : The biggest influence was based on the value of OR in a sequence that is the position (p value = 0,003 with OR 6.400), the duration (p value = 0,013 with OR 3.250), and visibility when using the gadget (p value =0,014 with OR 3.091) while, the lighthing has had no effect significant decrease in visual activity (p value = 0,280 with OR 0.567) Conclusion : Based on the above result, the authors recommend that parents supervise and give sense to the children that when using the gadget should be in a sitting position, the length of time of less than 2 hours, visibility is more than 30 cm. eye health checks on regular basis and extension to increase the knowledge in maintaining eye health Keyword: Gadget, Unsafe action, Visual acuity. ABSTRAK Latar Belakang: Gadget bukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat. Kemajuan teknologi dapat memberikan dampak buruk terhadap gangguan kesehatan. Salah satunya yaitu terjadi gangguan kesehatan mata. Sekitar 80% anak yang menggunakan kacamata karena penggunaan teknologi dan informasi. Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan gadget dengan tindakan yang tidak aman (unsafe action). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh unsafe action (tindakan tidak aman) dalam penggunaan gadget terhadap ketajaman penglihatan. Metode: Jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 64 orang. Sampel diambil secara proportional sampling dengan teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dan pengukuran ketajaman penglihatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Hasil: Pengaruh terbesar berdasarkan nilai OR secara berurutan yaitu posisi (p value=0,003 dengan OR 6,400), lama waktu (p value=0,013 dengan OR 3,250)

mata. (2) Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan merupakan sebuah sekolah swasta dan jarak pandang saat menggunakan gadget (p value=0,014 dengan OR 3,091) Sedangkan penerangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan ketajaman penglihatan (p value=0,280 dengan OR 0,567) Saran : Berdasarkan hasil penelitian diatas maka penulis menyarankan agar orang tua mengawasi dan memberi pengertian kepada anak bahwa saat menggunakan gadget harus dengan posisi duduk, lama waktu kurang dari 2 jam, jarak pandang lebih dari 30 cm. melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara rutin serta penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dalam menjaga kesehatan mata Kata Kunci : Gadget, Unsafe Action, Ketajaman Penglihatan PENDAHULUAN Kemajuan teknologi membuat perubahan yang begitu besar dalam kehidupan manusia. Penggunaan teknologi tidak hanya digunakan oleh orang dewasa saja. Akan tetapi, telah merambah kekalangan anak-anak. Salah satu bentuk kemajuan teknologi yaitu dengan adanya gadget. saat ini gadget dapat diperoleh dengan harga yang relatif terjangkau. Gadget memiliki berbagai manfaat seperti untuk berkomunikasi, menambah wawasan serta sebagai sarana hiburan. Disamping itu, gadget dapat pula menimbulkan dampak buruk terhadap gangguan kesehatan mata. Mata adalah panca indera yang memiliki fungsi yang sangat vital. Mata dapat mengalami berbagai kelainan. Kelainan ketajaman penglihatan pada anak usia sekolah menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Miopia merupakan salah satu penyebab penurunan tajam penglihatan pada anak-anak berusia 8-12 tahun. Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertmbuhan yang pesat, myopia semakin memburuk.(1) Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Gede Bakta Giri dan Made Dharmmadi, menunjukkan bahwa 78,9% dari seluruh responden penggemar video game mengalami penurunan ketajaman penglihatan. tingginya kasus kelainan refraksi pada penggemar video game didasari oleh beberapa faktor yaitu durasi, frekuensi, posisi ergonomis dan jarak mata antara monitor dengan yang terletak di daerah perkotaan Semarang. Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 31 Oktober 2015, siswa mengatakan mereka senang bermain

gadget dalam waktu yang cukup lama. Mereka biasanya menggunakan gadget untuk bermain game, sosial media, komunikasi dan mencari tambahan informasi mengenai materi pelajaran. Penggunaan gadget dalam usia dini dapat mempengaruhi kesehatan mata. Sehingga, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh unsafe action penggunaan gadget terhadap ketajaman penglihatan untuk mendeteksi lebih dini terhadap kelaian mata agar dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi kelainan mata. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan survei analitik. Pendekatan penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian terhadap variabel bebas dan terikat dilakukan dalam satu waktu tertentu. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang kelas III dan V. Metode sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Jumlah sampel dalam penelitian ini 64 anak. HASIL Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Di Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang Jenis Kelamin Distribusi Frekuensi % Laki-laki 24 37,5 % Perempuan 40 62,5 % Total 64 100,0 % Berdasarkan tabel 1 diatas sebagian besar responden (62,5%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Usia Responden Di Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang Umur Distribusi Frekuensi (Tahun) % 8 20 31,3 % 9 4 6,3 % 10 34 53,1 % 11 6 9,4 % Total 64 100,0 %

Usia siswa yang terbanyak yaitu 10 tahun dengan presentase 53,1%. Usia termuda responden adalah 8 tahun, sedangkan yang tertua berusia 11 tahun. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Ketajaman Penglihatan Responden Di Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan Semarang Ketajaman Penglihatan Distribusi Frekuensi % Normal 29 45,3% Ada penurunan ketajaman 35 54,7% Total 64 100,0 % Berdasarkan Tabel 3 diatas maka dapat dinyatakan bahwa sebesar 54,7 persen responden mengalami penurunan ketajaman penglihatan sedangkan sisanya (45,3%) memiliki ketajaman penglihatan dengan kategori normal. Tabel 4 Tabulasi Silang Posisi Tubuh dan Ketajaman Penglihatan Di Sekolah Dasar Tunas Harapan Semarang 2016 Posisi Ketajaman Penglihatan Total OR Ada Normal Penurunan % % % Tiduran 20 80,0 % 5 20,0 % 25 100 % 6.400 Duduk 15 38,5 % 24 61,5 % 39 100 % Berdasarkan tabel 4 diatas penurunan ketajaman penglihatan paling banyak dialami responden pada posisi tiduran saat menggunakan gadget (80%). Sedangkan responden yang memiiki ketajaman penglihatan normal sebagian besar (61,5%) memiliki kebiasaan menggunakan gadget pada posisi duduk. Posisi tiduran meningkatkan risiko 6 kali lipat terjadinya penurunan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan posisi duduk.

Tabel 5 Tabulasi Silang Jarak Pandang Mata Saat Menggunakan Gadget dan Ketajaman Penglihatan Di Sekolah Dasar Tunas Harapan Semarang Jarak Ketajaman Penglihatan Total OR Ada Normal Penurunan % % % < 30 cm 24 66.7 % 12 33.3 % 36 100 % 3.091 30 cm 11 39.3 % 17 60.7 % 29 100 % Berdasarkan tabel diatas jarak penglihatan saat menggunakan gadget yang kurang dari 30 cm menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan pada sebagian besar responden (66,7%) sedangkan responden yang menggunakan gadget dengan jarak lebih dari 30 cm lebih banyak (60,7%) memiliki ketajaman penglihatan normal. Jarak saat menggunakan gadget kurang dari 30 cm meningkatkan risiko 3 kali lipat terjadinya penurunan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan jarak lebih dari 30 cm. Tabel 6 Tabulasi Silang Penerangan Saat Menggunakan Gadget dan Ketajaman Penglihatan Di Sekolah Dasar Tunas Harapan Semarang Penerangan Ketajaman Penglihatan Total OR Ada Normal Penurunan % % % Redup 10 45.5 % 12 54.5 % 22 100% 0.567 Terang 25 59.5 % 17 40.5 % 42 100 % Dari tabel 6 diatas menyatakan bahwa penurunan ketajaman penglihatan lebih banyak terhadap responden yang menggunakan pencahayaan layar gadget dengan kategori terang sebanyak 25 orang dengan presentase 59,5 persen. Responden yang menggunakan pencahayaan layar gadget dengan kategori redup memiliki ketajaman penglihatan normal sebesar 54,5 persen. Penerangan yang redup mengurangi risiko setengah kali lipat terjadinya penurunan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan penerangan yang terang.

Tabel 7 Tabulasi Silang Lama Pengunaan Gadget dan Ketajaman Penglihatan Di Sekolah Dasar Tunas Harapan Semarang 2016 Lama Ketajaman Penglihatan Total OR Ada Normal Penurunan % % % 2 jam 28 63.6 % 16 36.4 % 44 100 % 3.250 < 2 jam 7 35.0 % 13 65.0% 20 100 % Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan gadget lebih dari dua jam dalam sehari mengalami penurunan ketajaman penglihatan (63,6%). Sedangkan responden yang menggunakan gadget kurang dari dua jam dalam sehari lebih banyak (65%) memiliki ketajaman penglihatan normal. Lama waktu saat menggunakan gadget lebih dari 2 jam meningkatkan risiko 3 kali lipat terjadinya penurunan ketajaman penglihatan dibandingkan dengan lama waktu kurang dari 2 jam. Tabel 8 Hasil uji Chi Square hubungan antara unsafe penggunaan gadget dengan ketajaman penglihatan Variabel Bebas Ketajaman Penglihatan P Value Posisi saat menggunakan gadget 0.001 Penerangan saat menggunakan gadget 0.283 Jarak pandang antara mata dengan gadget 0.029 Lama penggunaan gadget 0.033 Tabel 9 Hasil uji pengaruh antara unsafe penggunaan gadget terhadap ketajaman penglihatan Variabel Bebas Ketajaman Penglihatan P Value Nilai OR Posisi saat menggunakan gadget 0.003 6,400 Penerangan saat menggunakan 0.280 0,567 gadget Jarak pandang antara mata dengan 0.014 3,091 gadget Lama waktu penggunaan gadget 0.013 3,250

Berdasarkan hasil uji statistik regresi logistik, maka dapat disimpulkan bahwa posisi saat menggunakan gadget, jarak pandang antara mata dengan gadget serta lama penggunaan gadget memiliki pengaruh terhadap ketajaman penglihatan karena ketiga variabel tersebut memliki nilai p value kurang dari 0,05. Sedangkan variabel penerangan saat menggunakan gadget tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan ketajaman penglihatan dengan nilai p value lebih dari 0,05 (0,280) Faktor risiko terbesar unsafe action penggunaan gadget berdasarkan nilai OR secara berurutan sebagai berikut : 1. Posisi saat menggunakan gadget dengan nilai OR sebesar 6,400 yang berarti bahwa menggunakan gadget dengan posisi tiduran meningkatkan risiko 6 kali lipat mengalami penurunan ketajaman penglihatan. 2. Lama waktu menggunakan gadget dengan nilai OR sebesar 3,250 yang berarti bahwa menggunakan gadget dengan lama waktu lebih dari 2 jam meningkatkan risiko 3 kali lipat mengalami penurunan ketajaman penglihatan. 3. Jarak saat menggunakan gadget dengan nilai OR sebesar 3,091 yang berarti bahwa menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm meningkatkan risiko 3 kali lipat mengalami penurunan ketajaman penglihatan PEMBAHASAN A. PENGARUH POSISI SAAT MENGGUNAKAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN Ketajaman penglihatan merupakan sebagai kemampuan mata untuk dapat melihat sesuatu objek secara jelas dan sangat tergantung pada kemampuan akomodasi mata. (3) Dimana akomodasi ini adalah suatu proses aktif yang memerlukan kerja otot, sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Salah satu otot yang paling sering digunakan adalah otot siliaris. (4) Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden lebih sering menggunakan gadget dalam posisi duduk. Posisi duduk dinilai

lebih baik daripada tiduran dikarenakan saat melakukan aktivitas dengan posisi duduk dapat menjaga jarak ideal antara mata dengan bidang objek yang sedang dilihat. Sedangkan jika menggunakan gadget dengan posisi tiduran akan menyebabkan tubuh tidak bisa relaks karena otot mata akan menarik bola mata kearah bawah, mengikuti letak objek yang dilihat sehinga menyebabkan mata menjadi lebih berakomodasi. Mata yang terakomodasi dalam waktu yang lama akan lebih cepat menurunkan kemampuan melihat jauh. (5) Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara posisi saat menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan (p value < 0,05). Sejalan dengan penelitian wintara mengatakan bahwa posisi membaca merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan ketajaman penglihatan. (6) begitu pula dengan penelitian widea yang menyebutkan bahwa ada pengaruh antara posisi saat menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan. (7) Setelah dilakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan, responden dengan kebiasaan menggunakan gadget dengan posisi tiduran dapat meningkatkan risiko terjadinya penurunan ketajaman penglihatan 6 kali lipat (OR = 6,400). Sehingga saat menggunakan gadget lebih baik dengan posisi duduk dibandingkan tiduran. B. PENGARUH JARAK MENGGUNAKAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN Menjaga jarak pandang pada saat menggukan gadget merupakan salah satu hal yang penting untuk menjaga kesehatan indera penglihatan. untuk melihat suatu objek dnegan jelas mata harus melakukan kegiatan akomodasi. Apabila melihat objek dalam jarak yang jauh maupun jarak yang terlalu dekat maka mata akan berakomodasi. (8) Kegiatan akomodasi yang dilakukan oleh otot siliaris mata dapat menyebabkan gangguan melihat jauh.(9) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada pengaruh jarak pandang mata saat menggunakan gadget dengan ketajaman penglihatan (p value < 0,05). Sebagian besar responden memiliki kebiasaan menggunakan gadget dengan jarak yang unsafe action yaitu kurang dari

30 cm (56,2%). Responden yang memiliki kebiasaan menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm mengalami penurunan ketajaman penglihatan sebesar 66.7 persen. Sedangkan hanya sebesar 39.3 persen responden mengalami penurunan ketajaman penglihatan dengan kebiasaan menggunakan gadget berjarak lebih dari 30 cm. Dimana nilai OR jarak saat menggunakan gadget sebesar 3,091. sehingga dapat dikatakan bahwa menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm dapat meningkatkan risiko 3 kali lipat terjadinya penurunan ketajaman penglihatan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh rahma yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jarak membaca dengan penurunan ketajaman penglihatan. (10) Anatomi mata manusia didesain untuk melihat jarak jauh dalam waktu lama dan melihat objek dekat dalam waktu pendek. Jika membaca, menggunakan komputer atau bekerja dengan jarak dekat dengan waktu berjam-jam, berarti kita menggunakan mata berlawan dengan desain yang telah ditetapkan. Akibatnya sistem penglihatan akan tertekan dan akhirnya timbul kerusakan yang disebut stress titik dekat. Apabila stress titik dekat berlanjut mata akhirnya beradaptasi dengan situasi tersebut. Otot siliari (otot yang mengontrol) ukuran lensa mata akan mengunci lensa mata sehingga terkondisi untuk mudah memfokuskan pada jarak dekat. Otot ekstrakular juga akan mengunci bola mata sehingga mudah menunjuk pada objek yang dekat. Begitu otot-otot mata mengubah koenfigurasi fungsinya agar lebih efisien bekerja dalam jarak dekat kemampuan kita memfokus objek jauhpun menjadi berkurang sehingga lama kelamaan akan menjadi berpenglihatan dekat atau mengalami miopi. (5) C. PENGARUH LAMA WAKTU MENGGUNAKAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN Kebiasaan menggunakan gadget dalam waktu yang lama merupakan kebiasaan yang kurang baik. Jika kebiasaan menggunakan gadget dalam waktu yang lama ini terus dibiarkan maka hal ini akan berdampak buruk bagi kesehatan mata. menatap layar gadget dalam

waktu yang lama dapat memberikan tekanan tambahan pada mata dan susunan syarafnya. (5) Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh antara lamanya penggunaan gadget terhadap ketajaman penglihatan (p value < 0,05). Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh anggityas yang juga menyatakan bahwa ada hubungan antara durasi bermain game online dengan nilai visus mata. (11) Penggunaan gadget dengan waktu lebih dari dua jam dapat meningkatkan risiko penurunan ketajaman penglihatan 3 kali lebih besar dibandingkan yang menggunakan gadget kurang dari dua jam sehari (OR=3,250). Sejalan dengan penelitian Fauziah juga menyatakan bahwa siswa yang bermain video game dalam durasi yang tidak normal (lebih dari dua jam sehari) ketajaman penglihatannya menurun sebanyak 75%. (12) Penggunaan gadget dalam jangka waktu yang berlebihan juga terkait dengan durasi paparan radiasi yang diterima tubuh. Penggunaan gadget dengan durasi yang cukup lama akan membuat mata terkena radiasi yang berat. Radiasi dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan mata lainnya serta masalah visual lainnya. (5) Setiap melakukan aktivitas dalam waktu yang lama dengan menggunakan gadget perlu dilakukan istirahat bagi mata untuk melakukan relaksasi dan aktivasi otot-otot yang tegang. Hal ini dimaksudkan supaya mata menjadi tidak terlalu lelah dan memiliki kesempatan untuk berkedip. Mengedipkan mata itu penting untuk membasahi mata setidaknya dalam satu menit mata akan berkedip sebanyak 15 kali dengan lama kedipan selama 0,4 detik. Ketika menatap layar gadget secara terus menerus dengan frekuensi mengedip yang rendah dapat menyebabkan mata mengalami penguapan berlebihan sehingga mata menjadi kering. Air mata juga dibutuhkan karena dapat membentuk serta mempertahankan permukaan kornea agar tetap rata dan licin. Dengan kata lain dapat memperbaiki tajam penglihatan sesaat setelah mengedip. Air mata berperan dalam menjaga sel-sel permukaan kornea dan konjungtiva agar tetap lemab. (5)

D. PENGARUH PENERANGAN SAAT MENGGUNAKAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN Penerangan merupakan jumlah cahaya yang jauh pada SIMPULAN permukkaan kerja. (13) Penerangan berperan penting dalam fungsi penglihatan. apabila desain penglihatan penerangan kurang baik akan menyebabkan terjadinya kelelahan ataupun kelelahan dalam penglihatan. Akibat penerangan yang kurang memenuhi syarat dapat menimbulkan gangguan seperti berkurangnya daya dan efisiensi kerja sebagai akibat dari kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal didaerah mata, serta sakit kepala disekitar mata. (14) Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerangan tehadap ketajaman penglihatan (p value > 0,05). Sejalan dengan penelitian Zulfa menyatakan bahwa tidak ada pengaruh intensitas pencahayaan terhadap penurunan ketajaman penglihatan pada operator komputer. (15) Sebagian besar responden menggunakan gadget dengan pencahayaan yang terang. Responden yang menggunakan gadget dengan pencahayaan terang lebih banyak mengalami penurunan ketajaman penglihatan (59,5%). Penggunaan gadget dengan cahaya redup dapat mengurangi risiko terjadinya penurunan ketajaman penglihatan (OR=0,567). Pencahayaan yang kurang memenuhi persyaratan dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan. Dampak dari penerangan yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan mata dengan gejala iritasi pada mata, penglihatan terlihat ganda, sakit disekitar mata, kemampuan dalam akomodasi berkurang dan menurunkan ketajaman penglihatan. Untuk menjaga agar mata tetap cemerlang perlu diperhatikan agar mendapatkan pencahayaan yang cukup tidak terlalu terang dan tidak terlalu suram. (5) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut : 1. Karakteristik responden penelitan sebagian besar berusia 10 tahun (53,1%) dengan jenis kelamin perempuan (62,5%)

2. Sebesar 54,7 persen responden mengalami penurunan ketajaman penglihatan. 3. Ada pengaruh posisi saat menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan (p value = 0.003) dengan nilai OR 6,400 4. Ada pengaruh jarak pandang saat menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan (p value = 0,014) dengan nilai OR 3,091 5. Ada pengaruh lama penggunaan gadget terhadap ketajaman penglihatan (p value = 0,013) dengan nilai OR 3,250 6. Penerangan saat menggunakan gadget tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan ketajaman penglihatan (p value = 0,280) dengan nilai OR 0,567 SARAN 1. Bagi orang tua siswa Diharapkan orang tua dapat mengawasi anak dalam menggunakan gadget dengan memberi batas waktu tidak melebihi 2 jam dengan posisi duduk dan jarak pandang mata lebih dari 30 cm. Berikan pengertian kepada anak setelah menggunakan gadget dalam waktu yang lama istirahatkan mata dengan memfokuskan mata terhadap objek yang jauh untuk membuat otot mata menjadi rileks dan lakukan sesering mungkin mata untuk berkedip. Tingkatkan kepekaan apabila anak menunjukkan ciri-ciri gangguan kesehatan indera penglihatan seperti anak sering mengucek mata, menyipitkan mata, sakit kepala, sulit melihat objek jauh, maka lakukanlah pemeriksaan kesehatan mata secara rutin. Serta menerapkan pola makan gizi seimbang dengan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin A. 2. Bagi pihak sekolah Diharapkan pihak sekolah melakukan penyuluhuhan kesehatan mata untuk menambah pengetahuan siswa terhadap kesehatan mata. Selain itu, pihak sekolah diharapkan dapat menempelkan poster sebagai media informasi yang menarik mengenai aktivitas menggunakan gadget yang aman, bahaya dari aktivitas

menggunakan gadget yang berlebihan serta cara-cara untuk mencegah terjadinya penurunan ketajaman penglhatan. 3. Bagi peneliti lain Mengingat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai faktor lain yang menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan (visus mata) seperti, kebiasaan membaca, riwayat keturunan maupun status vitamin A. DAFTAR PUSTAKA 1. Gin Djing. Terapi Mata Dengan Pijat dan Ramuan. Jakarta : Penebar Swadaya. 2007 2. Kadek Gede BG, Made Dharmadi. Gambaran Ketajaman Penglihatan Berdasarkan Intesitas Bermain Game Siswa SMP di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Bulan Maret-April 2013. e-jurnal Medika Udayana. Vol 4. Issue 1. http://ojs.unud.acid/index.php/eum/article/view/12642 diakses tanggal 10 November 2015 3. Nur Ulfah. Pengaruh Usia dan Status Gizi Terhadap Ketajaman Penglihatan. Universitas Jendral Sudirman http://kesmas.unsoed.ac.id/sites/default/files/file- unggah/jurnal/pengaruh%20usia%20dan%20status%20gizi%20-8.pdf diakses tanggal 1 April 2016 4. Ganong Wiliam F. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2001 5. Mangoenprasodjo. Mata Indah,Mata Sehat. Yogyakarta: Thinkfresh. 2005

6. Wintantra DH. Prevalensi Penurunan Ketajaman Penglihatan Pada Siswa Kelas 3-6 Sekolah Dasar Negeri 1 Manggis, Karangasem Bali Tahun 2014. ISM Vol 6 No 1. 2014 https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1002006154-2-jurnal%20tantra.pdf diakses tanggal 1 April 2016 7. Widea Ernawati. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Penurunan Tajam Penglihatan Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) di SD Muhamadiyah 2 Pontianak Selatan. 2015 (Naskah Publikasi) http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanfk/article/view/10533/10151 diakses tanggal 12 November 2015 8. Nurlela Djua. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Progresivitas Penderita Miopia di Poliklinik Mata RSUD Prof. DR. H. ALOEI SABOE. Kota Gorontalo. 2015 (Skripsi) http://kim.ung.ac.id/index.php/kimfikk/article/download/11288/11161 diakses tanggal 25 Maret 2016 9. Muhammad Ihsan S. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Islam Cireundeu Kelas 5 dan Terhadap Miopia dan Faktor Yang Mempengaruhinya Tahun 2011. http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/1.riset%20muhammad%20ihsa n%20sasraningrat.pdf diakses tanggal 3 April 2016 10. Rahma Sari. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Ketajaman Penglihatan Yang Menyebabkan Miopia Pada Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri Kelas 4-6 di Yayayasan Pendidikan Shafiyyatul amaliyah. 2015 (Karya Tulis Ilmiah) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56126/7/cover.pdf diakses tanggal 3 April 2016

11. Anggityas FP. Gambaran Perubahan Ketajaman Penglihatan Pada Anak Usia Sekolah Yang Bermain Game Online Di Warnet X Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. 2015. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/shared/biblio_view.php?resource_id= 4162&tab=opac diakses tanggal 12 November 2015 12. Fauziah R. Hubungan Durasi Bermain Video Game Dengan Ketajaman Penglihatan Anak Usia Sekolah. Jurnal Skolastik Keperawatan. Vol 1,No 2. 2015. http://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/viewfile/83/pdf diakses tanggal 3 April 2016 13. Tarwaka. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta:Islam batik University Press. 2004 14. Arofah Gesti FD. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata Pada Siswa Kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri 02 Kuripan- Purwodadi. 2013 (Skripsi) http://eprints.ums.ac.id/27296/12/02._jurnal_publikasi.pdf diakses tanggal 25 maret 2016 15. Zulfa Mairia. Pengaruh Intensitas Dan Lama Paparan Cahaya Terhadap Penurunan Ketajaman Penglihatan Pada Operator Komputer Di PT. ASKES Purwekerto. (Skripsi) http://eprints.undip.ac.id/7084/ diakses tanggal 4 April 2016