BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maka dari itu, menurut Newalty, (2002: 19)

BAB II PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

Disusun Oleh : Mulyati

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Katalog dan Minat Baca

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

Morality Intellectuality Entrepreneurship

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PERPUSTAKAAN

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

PENGOLAHAN TERBITAN RESMI PEMERINTAH DI PERPUSTAKAAN DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

BAB III LANDASAN TEORI

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANFAAT NOMOR PANGGIL DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN

Pengelolaan Perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA KARYA CETAK DI KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH (KAPD)

BAB I PENDAHULUAN A. KONDISI LEMBAGA

INSTRUKSI KERJA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

KEGIATAN UTAMA DI PERPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KUNINGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi negeri atau swasta. Menurut Fahmi (2009:1) Perpustakaan perguruan tinggi

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

untuk keperluan studi atau bacaan, studi ataupun rujukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD)

Pengelolaan Perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PUSDOKINFO. di Perpustakaan Umum Kabupaten Wonogiri pada 1 Februari 2016 sampai 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perpustakaan sebagai pusat informasi. Perpustakaan merupakan salah satu. sarana untuk temu kembali dalam penelusuran informasi.

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

BAGIAN XI SOP PERPUSTAKAAN

BAB III PELAKSANAAN MAGANG DI UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA

LAPORAN OBSERVASI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tahapan Pengelolaan Bahan Pustaka di Badan Perpustakaan dan Arsip. Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN PEMBAHASAN. Hampir disetiap perpustakaan pasti melakukan pengolahan bahan pustaka.

STRATEGI PENELUSURAN LITERATUR BAGI SIVITAS AKADEMIKA UNS Oleh : Bambang Hermanto ( Pustakawan Madya UNS ) 1

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. dan misi dari perguruan tinggi tersebut. Perpustakaan menjadi bagian yang sangat

Kuesioner Penelitian. Identitas Responden

BAB II TINJAUAN LITERATUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Pemanfaatan Online Public Access Catalogue (OPAC) Sebagai Sarana Sistem Temu Balik Pada Perpustakaan

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB II KAJIAN TEORITIS

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN SMAN 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

PROFIL KOLEKSI PERPUSTAKAAN IPB

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. kitab primbon. Kemudian kata pustaka mendapat awalan per dan akhiran

A. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan SMP Islam Al-

BAB III LANDASAN TEORI. Kata perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti: kitab,bukubuku,

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO : PER- 038/A/JA/09/2011

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN BAHAN PUSTAKA DI RAK PERPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Universitas Sumatera Utara

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kompetensi Pustakawan Pengolahan. Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

JENIS-JENIS PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. membaca berbagai informasi yang disediakan oleh perpustakaan, disisi lain

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Tugas Tutorial Mata Kuliah: Pengolahan Terbitan Berseri RANGKUMAN MODUL 6 PUST2250 (BUKU MATERI PENGOLAHAN TERBITAN BERSERI) Dibuat Oleh:

PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

KELEMBAGAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dibawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama yakni membantu perguruan tinggi tersebut. Pengertian perpustakaan perguruan tinggi menurut Sjahrial (2000,4) adalah perpustakaan tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi. Dengan demikian, perpustakaan dapat diartikan secara luas sebagai salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis, untuk di gunakan oleh pemakaisebagai sumber informasi sekaligus sebagai sumber sarana belajar yang menyenangkan. Menurut ( UU NO 43. TAHUN 2007 ) Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada atau didirikan di suatu perguran tinggi baik berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, dan perguruan tinggi lainnya yang sederajat untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya. 2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peranan yang penting dalam mencapai tujuan perguruan tinggi dimana perpustakaan tersebut bernaung sehingga sudah semestinya setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki perpustakaan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal.sebagai bagian integral dari suatu perguruan tinggi, perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 4

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpusnas RI (2000,4) perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan yaitu: 1. Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan cara mengumpulkan, mengelola, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai demgam kurikulum yang berlaku. 2. Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengelola, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi para peneliti. 3. Dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, diselenggarakan melalui kegiatan megumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebar luaskan informasi bagi masyarakat. 2.1.3. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu tugas yang harus dilaksanakan dalam perpustakaan tersebut.sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan misinya. Fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pusat pelestarian ilmu pengetahuan. 2. Pusat belajar. 3. Pusat pengajaran. 4. Pusat penelitian. 5. Pusat penyebaran informasi. (Perpusnas RI 2000,5) Perpustakaan perguruan tinggi memiliki berbagai fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Edukasi. Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika. 2. Fungsi Informasi. Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. 3. Fungsi Riset. Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 4. Fungsi Rekreasi. Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan 5

5. Fungsi Publikasi. Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik. 6. Fungsi Deposit. Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya. 7. Fungsi Interpretasi. Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. (Depdiknas 2004,3). Berdasarkan uraian tersebut maka fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit dan fungsi interpretasi bagi pengguna perpustakaan dalam mencapai visi dan misi perguruan tinggi. 2.1.4 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi Tugas perpustakaan merupakan suatu kewajiban yang telah ditetapkan untuk dilakukan di perpustakaan Setiap perpus memiliki tugas yang diberi oleh lembaga induk yang menaunginya. Tugas perpustakaan adalah menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana dan pemanfaatannya, dan melayani masyarakat pengguna, yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan (Sutarno 2006,53). Selain itu dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (2000,5), Tugas perpustakaan perguruan tinggi dapat dirinci sebagai berikut: 1. Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran. 2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studinya. 3. Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang di perlukan bagi pra peneliti. 4. Memuktahirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak. Berdasarkan uraian diatas maka tugas 6

perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan, merawat dan mengadakan bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna untuk menyelesaikan semua kinerja yang dibutuhkan. 2.2 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyegarkan dan menyenangkan. Perpustakaan member kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat di peroleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat di sajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan kepada pengguna terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan. Kegiatan pengolahan bahan pustaka ialah kegiatan yang diawali sejak koleksi diterima meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, pengemasan agar tersusun rapi, mudah di telusuri kembali(temu balik informasi) dan di akses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan mengolah dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka preservasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan dokumentasi. (Suwarno, Wiji 2007:46) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan bahan pustaka adalah suatu kegiatan diperpustakaan yaitu proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan, dan perawatan bahan pustaka guna untuk menjalankan tugas atau kinerja diperpustakaan. 7

2.2.1 Tujuan Pengolahan Bahan Pustaka Sebelum membahas lebih dalam tentang pengolahan bahan pustaka di perpustakaan, ada baiknya dipaparkan terlebih dahulu tujuan utama dari pengolahan bahan pustaka. Adapun tujuan utama dari pengolahan bahan pustaka adalah: 1. Untuk mempermudah pengaturan koleksi yang ada agar siap pakai dan berdaya guna secara optimal. 2. Agar semua koleksi dapat ditemukan/ditelusur dan dipergunakan dengan mudah oleh pemakai, karena pengolahan bahan pustaka merupakan kegiatan yang berurutan, mekanis dan sistematik. 2.2.2 Fungsi Pengolahan Bahan Pustaka Pengolahan bahan pustaka memiliki fungsi sebagai prosedur yang mengolah koleksi bahan pustaka, dengan adanya pengolahan bahan pustaka, suatu perpustakaan akan menjadi lebih berstruktur. Oleh karena itu juga setiap bahan pustaka atau informasi yang dibutuhkan oleh pengguna sedapat mungkin harus disediakan olehperpustakaan. Disamping itu perpustakaan harus mampu menjamin bahwa setiap informasi atau koleksi yang berbentuk apapun mudah diakses oleh masyarakat pengguna yang membutuhkan. Agar informasi atau bahan pustaka di perpustakaan dapat dimanfaatkan atau ditemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan sistem pengolahan dengan baik dan sistematis yang biasa disebut dengan kegiatan pengolahan (processing of library materials) atau pelayanan teknis (technical service). 2.3 Tahapan Pengolahan Bahan Pustaka Pengolahan bahan pustaka suatu kegiatan yang meliputi Inventarisasi, Katalogisasi, klasifikasi dan pelabelan serta penyampulan bahan pustaka. 8

2.3.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah pencatatan atau pendaftaran milik kantor (sekolah, rumah tangga dan lain-lain) yang dipakai dalam melaksanakan tugas. Pengertian lainnya, pencatatan atau pengumpulan data tentang kegiatan, hasil yang dicapai dan lain-lain. Bahan pustaka baik buku maupun majalah, koran atau yang lainnya yang telah ada diperpustakaan perlu diolah sedemikian rupa sehingga lebih berdaya guna bagi pemakai. Pemesanan dan penerimaan bahan pustaka merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan dan serangkaian kegiatan diperpustakaan. Bahan pustaka yang diterima diperpustakaan dapat berasal dari pembelian, tukar menukar, maupun sebagai hadiah. Menurut Sutarno (2006) kegiatan Inventarisasi merupakan kegiatan yang terdiri dari pemeriksaan dan pengecekan bahan pustaka atau koleksi yang datang ke Perpustakaan dan pembubuhan stempel Perpustakaan pada bagian atau lembar tertentu pada seetiap buku milik Perpustakaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa inventarisasi adalah sutu proses pemberian identitas atau nomor induk untuk setiap buku yang datang keperpustakaan dimana setiap buku memiliki identitas yang berbeda. Kegiatan inventarisasi terutama bertujuan agar pepustakaan dapat mengontrol pemiliknya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik, menerima khasanah bahan pustaka yang dimiliki atau mengetahui bahan pustaka yang belum atau sudah dimiliki. Selain itu dapat diketahui jumlah bahan pustaka yang dimiliki suatu perpustakaan pada kurun waktu tertentu dan mengetahui bahan pustaka yang hilang. Pada intinya, kegiatan inventarisasi bahan pustaka ini adalah pencatatan semua bahan pustaka milik perputakaan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan atau pustakawan. Adapun langkah-langkah menginventarisasi buku adalah: 1. Pemberian stempel buku Semua buku yang sudah masuk diperpustakaan harus perlu dibubuhi stempel. Tempat-tempat yang perlu dibubuhi stempel yaitu: dibalik halaman judul, bagian 9

tengah halaman, bagian yang tidak ada tulisan atau gambar, pada halaman akhir, dan pada halaman yang dianggap rahasia. Stempel itu ada bermacam-macam. Ada stempel inventaris dan stempel identitas perpustakaan. Stempel inventaris dibubuhkan dibubuhkan dibalik halaman judul yang memuat nama perpustakaan, kolom tanggal, serta nomor inventaris. Sedangkan nomor inventaris perpustakaan yang bersangkutan diletakkan dibagian yang dianggap perlu. Misalnya pada halaman judul, ditengah-tengah buku, dan dibagian akhir buku. 2. Pemberian nomor buku. Setiap buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan, yang harus disusun dirak buku harus diberikan nomor. Pemberian nomor tidak hanya nomor induk saja, tetapi juga pemberian nomor berdasarkan klasifikasi (call number). Nomor induk adalah nomor urut buku yang sudah ada dari nomor satu sampaii nomor terakhir menunjukkan nomor buku. Nomor induk menandai setiap buku dalam perpustakaan dan sangat berguna untuk membedakan buku-buku dengan judul yang sama atau buku-buku yang dibeli lebih dari satu. Dalam buku induk, data yang perlu dicatat adalah: a) Nomor induk b) Tanggal pembelian/pencatatan c) Penulis d) Judul ( tidak perlu seluruh kalimat judul perlu dicatat) e) Darimana buku diperoleh (toko buku, penyalur, badan penyumbang) f) Harga g) Catatan lain ( jumlah halaman, keterangan) 2.3.2 Katalogisasi Pengguna perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan dengan bermacam-macam keperluan. Untuk mengetahui buku-buku apa saja yang dimiliki oleh suatu perpustakaan diperlukan alat bantu yang disebut dengan katalog perpustakaan. katalog merupakan istilah umum yang sering diartikan 10

sebagai suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada benda tertentu. Sebagai istilah umum catalog ini sering dijumpai pada penerbit, tempat pameran, toko buku, perpustakaan bahkan supermarket sekalipun katalog-katalog tersebut biasanya memuat informasi-informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat umum. Sebagai contoh katalog penerbit, merupakan informasi daftar pustaka yang telah atau akan diterbitkan oleh suatu atau beberapa penerbit yang berisi informasi tentang pengarang, judul bahan pustaka,edisi, tahun terbit dan harga bahan pustaka tersebut. Menurut Pawit M. Yusuf dan Priyo Subekti (2010: 215) katalog adalah daftar susunan alfabetis (atau dengan cara lain) tentang suatu barang, item, atau bahanlain dengan tambahan informasi singkat dari bahan atau item ini,, termasuk ukuran, warna, atau bahkan harga. Sedangkan menurut Siahaan (2013:1) Katalog merupakan sistem temu balik informasi yang utama diperpustakaan. Tanpa katalog pengguna akan mengalami kesulitan untuk melakukan pencarian terhadap sumber daya informasi yang tersedia diperpustakaan, katalog perpustakaan berisi uraian ringkas dari data-data fisik dari sebuah bahan pustaka. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa katalogisasi merupakan proses pengambilan keputusan yang menuntuk kemampuan menginterpresentasikan dan menerapkan berbagai standar sehingga hal-hal penting dari bahan pustaka terekam menjadi katalog. Ada beberapa macam bentuk fisik katalog sesuai dengan perkembangan perpustakaan saat ini yaitu: 1. Katalog cetak atau katalog buku ( printed catalog) Bentuk katalog buku berupa daftar judul-judul bahan pustaka yang ditulis atau dicetak pada lembaran lembaran yang berbentuk buku. Keuntungannya: 1. Biaya pembuatannya lebih murah 2. Mudah dicetak 3. Mudah dikirim ke berbagai perpustakaan atau instansi lain 11

4. Mudah dibawa kemana-mana 5. Dapat dibuat dalam jumlah eksemplar yang cukup banyak Kelemahannya: Tidak fleksibel karena penyisipan dan pengeluaran entri katalog tidak mudah dilakukan. 2. Katalog kartu (card catalog) Bentuk katalognya menggunakan kartu berukuran 7,5 cm x 12,5 cm Kelebihan katalog berbentuk kartu ini adalah 1. Awet dan tahan lama 2. Fleksibel, yaitu penyisipan entri baru dan pengeluaran entri yang tidak diperlukan mudah dilaksanakan 3. Ringkas, yaitu hemat dalam tempat 4. Akses langsung, yaitu dapat digunakan kapan saja oleh pegawai dan beberapa pengguna sekaligus 5. Tersedia lebih dari satu pendekatan. Kartu katalog pengarang, kartu katalog judul, dan kartu katalog subjek. 6. Dapat diperbanyak dengan mudah, murah, dan cepat 7. Ekonomis, tidak memerlukan biaya tinggi pada pembuatannya Kelemahannya: Satu laci katalog hanya menyimpan satu jenis entri saja, sehingga pengguna harus antri menggunakannya, terutama bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulitmenggunakannya jika pada jumlah yang besar, karena harus memilahmilah jajaran kartu sesuai urutan indeksnya. 3. Katalog COM (Computer Output Microform) Dalam COM rekaman bibliografisnya dibuat dengan microfilm atau mikrofis sehingga biayanya mahal. Dan untuk dapat menggunakan katalog ini, diperlukan alat khusus yaitu microreader. Keuntungannya: 1. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah disbanding katalog buku. 2. Biaya pemeliharaannya lebih murah dari katalog kartu. 3. Bentuknya ringkas dan mudah penyimpanannya Kelemahannya: 12

Menggunakan microreader, dan banyak para pelanggan menemukan versi microfiche tidak menyenangkan digunakan. 4. Katalog komputer terpasang (online computer catalog) Sering disebut dengan OPAC (Online Public Access Catalogue). Program aplikasi yang digunakan diperpustakaan seperti CDS/ISIS, Inmagic, VTLS, Tinlib, dll Keuntungannya: 1. Penelusuran informasi dapaat dilakukan secara cepat dan tepat 2. Penelusuran informasi dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling mengganggu 3. Jajaran tertentu tidak perlu di file 4. Penelusuran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan sekaligus, misalnya lewat judul, pengarang, subjek, tahun terbit, penerbit dsb, yaitu dengan memanfaatkan penelusuran Bolean Logic. 5. Rekaman bibliografis yang dimasukkan kedalam entri katalog tidak terbatas 6. Penelusuran dapat dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus mengunjungi perpustakaan, yaitu dengan menggunakan sistem jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network) (Siahaan 2013 : 4) Dari beberapa macam bentuk katalog seperti yang tercantum diatas dapat disimpulkan bahwa setiap bentuk katalog perpustakaan mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam melakukan sistem temu balik informasi. 2.3.2.1 Deskripsi Biblografi Deskripsi biblografi disebut juga dengan katalogisasi deskriftif yang merupakan tahap kegiatan dari pencatatan data dari buku atau pemberian identitas setiap bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam penyusunan deskripsi biblografi di butuhkan suatu standar agar orang atau pengguna yang membutuhkan informasi dapat mencari dan menelusur informasi yang dibutuhkan. Menurut Siahaan, (2013: 5), Katalogisasi deskriptif adalah kegiatan mencatat identitas setiap bahan pustaka yang diperlukan untuk dapat memberikan gambaran tentang bahan pustaka yang bersangkutan. 13

Seperti yang dinyatakan oleh siahaan (2013: 9) deskrifsi bibliografi buku adalah sebagai berikut: 1. Sumber informasi utama deskripsi buku adalah Tabel 2.1 DAERAH Judul dan pernyataan tanggung jawab Edisi Publikasi Deskripsi fisik Seri Catatan Nomor standart dan harga SUMBER INFORMASI UTAMA Halaman judul Halaman judul, halaman lain, kolofon Halaman judul, halaman lain, kolofon Terbitan yang bersangkutan Halaman judul seri, halaman judul, kulit buku, bagian dari publikasi Sumber apa saja Sumber apa saja Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, sumber informasi utama deskripsi buku adalah daerah judul dan penanggung jawab, edisi, publikasi, deskripsi fisik, seri, catatan, nomor standar dan harga. 2. Tanda baca Dalam peraturan katalogisasi deskriftif digunakan tanda baca yang setiap daerah deskripsi nya telah ditentukan. Berikut ini adalah penggunaan tanda baca terhadap susunan deskripsi seperti yang dituliskan (Siahaan, 2013 : 10) a. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Judul utamaa = judul pararel : judul lain atau anak judul / pernyataan kepengarangan yang pertama, pernyataan kepengarangan yang kedua dan selanjutnya ; pernyataan kepengarangan berikutnya yang berbeda peran dan kontribusinya b. Daerah edisi Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi,-- Pernyataan edisi / pernyataan tanggung jawab ; pernyataan tanggung jawab kedua dan selanjutnya sesuai dengan edisi c. Daerah terbitan dan publikasi Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi 14

.-- Tempat terbit : nama penerbit, tahun terbit d. Daerah deskripsi fisik Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi Jumlah halaman : pernyataan iliustrasi ;ukuran + bahan yang disertakan e. Daerah seri Tanda baca unsur deskrpsi bibliografi.--pernyataan seri : pernyataan anak seri ; nomor seri f. Daerah catatan Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru g. Daerah nomor standar dan harga Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru 2.3.2.2 Penentuan Tajuk Entri Utama Dalam proses katalogisasi, hal yang dilakukan adalah membuat konsep entri utama, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi suatu buku atau karya. Tajuk entri utama adalah uraian lengkap katalog dari sebuah buku yang dibuat sebagai dasar untuk pembuatan entri-entri lainnya. Tajuk entri utama biasanya merupakan entri pengarang, yaitu uraian katalog dengan tajuk biasanya berupa nama pengarang. Menurut Siahaan (2013 : 31) Tajuk entri utama adalah kata pertama yang dicantumkan dalam katalog utama, disebut juga sebagai tajuk (heading) suatu karya (bahan pustaka). Menurut Siregar (2013 : 43) tujuan dari pada pendekataan pada pengarang adalah untuk mengetahui: a. Apakah bahan pustaka tertentu dapat diketahui pengarangnya ada dalam koleksi perpustakaan. b. Bahan pustaka apa saja dari pengarang tertentu ada dalam koleksi perpustakaan. A. Cara menentukan tajuk badan korporasi menurut jenis karyanya Menurut Siahaan, (2013 : 31) badan korporasi ditetapkan sebagai tajuk entri utama pada suatu karya, apabila karya tersebut memuat/ berhubungan dengan 15

a. Administrasi yang berhubungan dengan badan korporasi yang bersangkutan, misalnya: laporan tahunan, kebijaksanaan, kegiatan, keuangan, personalia, hak milik, dsb b. Suatu hukum atau kumpulan, peraturan administrasi, perjanjian c. Suatu laporan panitia, komisi d. Suatu teks liturgy gereja, sekte e. Suatu koleksi makalah yang disajikan pada suatu konferensi seperti prosiding. B. Menurut Siregar (2013 : 43) ada beberapa jenis dari karya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Karya pengarang tunggal Karya pengarang tunggal adalah karya yang disusun atau dikarang oleh seorang pengaraang. 2. Karya pengarang ganda Karya pengarang ganda adalah karya dua orang atau lebih, yang bersama-sama menciptakan suatu karya. 3. Karya redaktur Karya redaktur yang dimaksud disini adalah hanya karya pengarang ganda yang terdiri dari tiga pengarang dan berada dibawah pimpinan seorang redaktur. 4. Karya campuran Karya campuran yang dimaksud disini adalah karya terjemahan, saduran, dan sebagainya. 5. Karya anonim. 2.3.2.3.Mengindeks/ Menentukan Tajuk Subjek Penentuan tajuk subjek adalah suatu kegiatan menentukan subjek (isi) buku dalam bentuk kata. Tajuk subjek dapat ditentukan dari judul, daftar isi, pendahuluan atau timbangan buku. Penentuan tajuk subjek berguna untuk mengetahui masalah yang akan dibicarakan dalam suatu terbitan dan untuk memudahkan bahan pustaka yang membahas suatu pokok masalah tertentu yang sedang dicari oleh pengguna. Menurut Siregar, (2014 : 21).Fungsi daftar tajuk subjek adalah: 1. Mencatat istilah-istilah yang digunakan dalam katalog, indeks, atau pangkalan data.(daftar hendak untuk istilah indeks) kata-kata indeks dan bentuknya. 16

2. Member rekomendasi menguasai pembuatan acuan, untuk memandu pemakai dalam hal istilah yang berkaitan (menunjukkan hubungan semantik khusus nya). Dalam penentuan tajuk subjek ada beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh perpustakaan untuk menjaga keseragaman dalam mengindeks, seperti yang dikemukakan oleh (Perpustakaan Nasional, 1994: 22). Untuk menentukan tajuk subjek suatu buku biasanya dipergunakan beberapa pedoman yaitu: 1. Library Of Congress Subject Heading (LCSH) Pedoman ini digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah besar, dipergunakan untuk menentukan subjek buku ini secara detail. 2. Sears Lists Subject Headings Pedoman penentuan subjek secara umum, biasanya digunakan pada perpustakaan yang memiliki bahan pustaka dalam jumlah yang tidak terlalu besar. 3. Medical Subjek Headings (MeSH) Pedoman ini digunakan khusus untuk bidang kesehatan dan kedokteran. 4. Pedoman tajuk subjek untuk perpustakaan, yang diterbitkan oleh pusat pembinaan perpustakaan departemen pendidikan dan kebudayaan 2.3.3 klasifikasi Klasifikasi merupakan suatu pengelompokan yang sistematis dari sejumlah objek, gagasan, buku atau benda-benda lain kedalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan cirri-ciri yang sama. Menurut Siregar, dalam temu kembali informasi yang didalam hal ini disebut kelas adalah kelompok dokumen yang paling sedikit mempunyai cirri yang sama. Kegiatan pengelompokan atau pembentukan kelas disebut klasifikasi, yang dalam kaitannya dengan temu kembali informasi sering disebut klasifikasi perpusataan (library classification) atau klasifikasi bibliografi (bibliographic classification) (Siregar, 2013 : 27). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi perpustakaan adalah proses pengelompokan bahan pustaka menurut nomor kelas dan subjek guna untuk menyajikan sistem temu balik informasi lebih relevan. Secara umum klasifikasi terbagi dalam dua jenis, seperti yang dikemukakan oleh Suwano (2007 : 66) yaitu: 17

1. Klasifikasi artificial (artificial classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan sifat-sifat yang secar kebetulan ada pada bahan pustaka tersebut. Misalnya, bahan pustaka berdasarkan warna kulit buku: buku yang berwarna merah dikelompokkan dengan warna merah, warna kuning dengan warna kuning dan sebagainya. 2. Klasifikasi fundamental (fundamental classification), yaitu klasifikasi bahan pustaka berdasarkan isi atau objek buku, yaitu sifat yang tetap pada bahan pustaka meskipun kulitnya berganti-ganti atau formatnya diubah. Dari kedua jenis klasifikasi diatas, dapat diketahui kegunaan klasifikasi bagi perpustakaan yaitu: 1. Untuk menyusun buku-buku dalam penyimpanannya dirak. Untuk kepentingan ini, buku yang diberi label untuk tanda buku yang salah satu unsurnya adalah notasi klasifikasi. 2. Untuk menyusun katalog berdasarkan nomor klasifikasi (clsified catalog). (Suwarno 2007 :67) Sistem klasifikasi umum mencakup semua cabang ilmu pengetahuan. Sistem klasifikasi khususnya mencakup beberapa subjek. Sistem klasifikasi umum yang banyak digunakan seperti yang dikemukakan (Suwarno 2007 : 76) 1. DDC (Dewy Decimal Classification) 2. UDC ( Universal Decimal Classificaton) 3. LC (Library of Congress Classification) 1. DDC (Dewey Decimal Classification) DDC merupakan sistem klasifikasi yang paling popular dan paling banyak pemakainya saat ini. Sistem klasifikasi ini menggunakan desimal dalam mengembanhkan notasinya dengan menggunakan angka Arab. Sistem klasifikasi ini telah dikembangkan sejak tahun 1873 oleh seorang pustakawan Amherst Collage yang bernama Melvil Dewey. Pada garis besarnya sistem klasifikasi ini menyediakan bagan yang meliputi seluruh bidang pengetahuan yang dibagi menjadi 10 bidang. 2. UDC (Universal Decimal Classification) 18

UDC seharusnya merupakan ekstensi dari DDC, deterbitkan pertama kali tahun 1905 dengan nama Classification Decimal. 3. LCC (Library of Congress Classification) LCC melai dikembangkan pada awal tahun 1899 dan terbit pertama kali pada tahun 1901. Adanya sistem klasifikasi ini terutama karena kepentingan perpustakaan Congress Amerika yang begitu besar koleksinya dan dirasa kurang sesuai jika menggunakan system klasifikasi yang lain. Leksmono (2009) menyebutkan apa yang menjadi keunggulan DDC? a) Paling banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di dunia. b) Pembagian bagannya sistematis. c) Bersifat universal, mencakup semua bidang ilmu pengetahuan. d) Bersifat fleksibel, dapat menampung subyek-subyek baru. e) Pembagian kelas logis dan konsisten. f) Bagan merupakan notasi atau kode yang mudah diingat karena menggunakan angka murni. g) Notasi klas dapat digunakan secara sederhana / secara lengkap sesuai dengan kebutuhan perpustakaan h) Memiliki indeks agar memudahkan penggunanya. i) Ada badan / lembaga khusus yang mengawasi perkembangan skema klasifikasi. j) Pembagian kelas berlaku dari subjek yang umum ke khusus secara hirarki 2.3.3.1 Bagan Klasifikasi DDC DDC membagi ilmu pengetahuan dari subyek umum ke subyek khusus. DDC membagi subyek ilmu pengetahuan ke dalam 10 kelas besar atau disebut juga dengan 10 kelas utama (dijelaskan pada bagan di bawah ini). Selanjutnya dari masing-masing kelas utama dibagi lagi kedalam 10 bagian yang disebut divisi, dari masing-masing divisi diperinci lagi ke dalam 10 bagian yang disebut subdivisi,dan lebih diperinci lagi menjadi bagan lengkap. Menurut Suwarno Wiji (2007 : 90) pengelompokan pertama dalam sistem DCC yaitu: 000 Karya utama 100 Filsafat 200 Agama 19

300 Ilmu sosial 400 Bahasa 500 Ilmu murni 600 Ilmu Terapan 700 Kesenian 800 Kesusasteraan 900 Sejarah dan Geografi Pengelompokan 10 sub divisi dari divisi pertama 300 Imu-Ilmu Sosial 310 Statistik 320 Politik 330 Ekonomi 340 Hukum 350 Administrasi Umum 360 Masalah Sosial dan Pelayanan Sosial 370 Pendidikan 380 Perdagangan, Komunikasi dan Transfortasi 390 Adat Istiadat, Cerita Rakyat Pengelompokan 10 seksi dari sub divisi 370 Pendidikan 371 Faktor-Faktor Pendidikan 372 Pendidikan Dasar 373 Pendidikan Menengah 374 Pendidikan Dewasa 375 kurikulum 376 Pendidikan Wanita 377 Sekolah dan Agama 378 Pendidikan Tinggi 379 Pendidikan dan Negara 2.3.4 Pelabelan dan Penyampulan Menurut Qalyubi (2007 : 67) pelabelan adalah kegiatan pemasangan kelengkapan bahan pustaka sebagai identitas buku seperti label buku, dan lembaran tanggal kembali. 20

Sedangkan menurut Suwarno (2010 : 140) bahwa : Pelabelan adalah pemasangan label pada punggung buku yang berisi call number sesuai dengan yang tertulis dalam Katalog. Pelabelan ini sebaiknya diketik pada kertas label putih, ataupada kertas HVS biasa yang digunting satu ukuran (seragam), sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pelabelan suatu kinerja memberikan perlengkapan terhadap suatu bahaan pustaka sebelum disusun dan disediakan di rak perpustakaan. Pelabelan dilakukan untuk memudahkan pengguna mengenali bahan pustaka. Dengan kata lain pelabelan merupakan suatu pekerjaan memberi perlengkapan pada buku yang terutama juga untuk dipergunakan sebagai alat perlengkapan dalam tugas perpustakaan melayani peminjaman dan pengembalian buku. Dengan demikian sebelum label distempel pada punggung buku, terlebih dahulu dibuat nomor panggil yang memuat keterangan nomor kelas, tiga huruf nama tajuk entri utama, nama pengarang utama, dan satu huruf pertama dari judul buku dengan huruf kecil. Label tersebut ditempatkan pada punggung buku kira-kira 2,5 cm dari bawah dalam posisi buku berdiri, agar jika buku dijajarkan akan tampak rapi. Contoh label buku Gambar 2.1 Label Buku 375 523 213 221 Nah Olm Bas Jun J b L k Menurut Sutarno ( 2005 : 107) pembuatan perlengkapan koleksi bahan pustaka antara lain: Label Kartu buku Kantong buku Slip buku Slip tanggal Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, perlengkapan pada buku adalah berupa bahan-bahan berupa label, kartu buku, kantong buku, slip buku, slip tanggal yang dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan kepada petugas didalam mengolah bahan pustaka (buku). 21

Bahan pustaka yang telah selesai di bubuhi label harus diberi sampul plastik dengan tujuan supaya bahan pustaka lebih terawat dan terhindar dari serangga atau segala jenis perusak bahan pustaka. 2.3.4.1 Penyusunan Buku Penyusunan buku atau bahan pustaka adaalah suatu proses pengolahan bahan pustaka, dimana buku atau bahan pustaka yang sudah selesai di katalog, di klasifikasi dan di beriperlengkapan seperti label di dususun didalam rak sesuai dengan urutan nomor klas buku atau bahan pustaka. Menurut Sutarno (2005 : 107) penyusunan bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Penempatan tetap maksudnya bahwa setiap koleksi yang sudah ditempatkan pada suatu tempat seterusnya berada ditempat tersebut, tidak berubah, jika ada penambahan disusun pada urutan selanjutnya 2. Penempatan tidak tetap artinya bahwa penematan koleksi bias dipindahkan atau digeser jika ada enembahan atau pengurangan koleksi dengan yang sama atau berdekatan. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyusunan bahan pustaka dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penempatan tetap dan penempatan tidak tetap dengan tujuan agar pengguna lebih nyaman dalam menelusur bahan pustaka. Menempatkan buku-buku yang sudah diolah dan telah dilengkapi dengan label didalam rak atau lemari. Buku diatur sesuai dengan sandi buku yang merupakan kode kelompok subjek atau isi buku. Dengan demikian dalam penyusunan buku dirak diperhatikan nomor panggil buku karena fungsinya sebagai petunjuk tempat dan nomor urut dimana buku harus ditempatkan. Pada saat menyusun buku atau bahan pustaka, rak tidak boleh diisi terlalu penuh karena buku akan rusak jika suatu saat pengguna menarik buku dari rak kemungkinan besar akan merusak bagian depan dan bagian samping buku dan juga pegawai perpustakaan akan sulit untuk menyususn buku atau biasa di sebut Shelving. 22

Setiap tingkat pada rak sebaiknya diisi setengah atau tiga perempatnya agar buku atau bahan pustaka baru mudah untuk di susun. Tingkat paling bawah dari setiap rak sebaiknya tidak diisi dengan buku agar tambahan buku mudah ditempatkan. Karena koleksi umumnya bertambah dengan cepat, mengosongkan satu tingkat dari setiap rak akan menghindarkan pegawai dalam menggeser susunan buku terlalu sering. Setiap rak buku harus diberi label yang dapat membantu pengguna mencari buku atau bahan pustaka dengan mudah dan cepat. Apabila ada kelompok buku yang sama, maka diurutkan 3 huruf dari nama pengarang utama mulai dari huruf pertama, kedua dan selanjutnya, maka diurutkan adalah huruf yang terakhir berbeda. Jika satu huruf pertama dari judul semua sama, maka yang diurutkan adalahurutan nomor berbeda yang masih ada tercantum dalam label. Penyusunan buku ini adalah kegiatan yang terakhir dari pengolahan bahan pustaka. 23