KLOROFIL X - 2 : 58 62, Desember 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Perkembangan Ekonomi Makro

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Karena itu penduduk membudidayakan tanaman yang dianggap,mampu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak dan Luas Wilayah

Lanjutan Unsur-Unsur Pertanian

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

TINGKAT KERAPATAN DAN POLA PEMETAAN TANAMAN PEKARANGAN DI KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH SKRIPSI

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kesesuaian Lahan Potensial

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 PEMETAAN ASPEK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA DI WILAYAH PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara


PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

Transkripsi:

POLA DAN INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN DI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN MUSI RAWAS 1) Haris Kriswantoro 1) Firdinan Wahyudi 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas ABSTRAK Pekarangan bagi penduduk di pedesaan selain berfungsi sebagai tempat bermukim juga berfungsi sebagai sumber pendapatan dan sumber gizi bagi keluarga. Pada lahan pekarangan ditanami berbagai macam tanaman hortikultura (mix cropping) yang dipadukan dengan usaha ternak dan pemeliharaan ikan, sehingga ditemukan berbagai pola dan intensitas pemanfaatan sesuai dengan luas lahan yang dimiliki. Penelitian ini telah dilaksanakan di desa Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, pada bulan November 2010. Metode yang dilakukan adalah metode survei dan metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak sederhana (simple random sampling). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam pola pemanfaatan lahan pekarangan pada kedua desa yang diteliti, dimana di desa R Rejosari terdapat 8 macam pola dan di desa P1 Mardiharjo terdapat 9 macam pola, yang didominasi tanaman buah-buahan (pisang, sawo dan rambutan). Intensitas pemanfaatan lahan di kedua desa tersebut tergolong masih rendah, karena banyak ditemukan lahan kosong atau tidak ditanami, sebagian tanaman masih muda dan kurang optimal pertumbuhannya, serta sebaran pohon yang tidak merata. Kata kunci: pekarangan, pola pemanfaatan, intensitas pemaanfaatan PENDAHULUAN Lahan pekarangan adalah sebidang lahan yang berada di sekeliling rumah yang dihuni secara permanen memiliki batas yang jelas, diatanami dengan beberapa jenis tanaman dan memiliki hubungan fungsional dengan rumah tempat tinggal tersebut (Karyono, 1981). Menurut Soemarwoto (1981), bagi penduduk desa pekarangan mencakup dua arti yaitu tempat bermukim dan satuan produksi. Pekarangan merupakan sistem ekologis yang mencakup interaksi antara manusia, tumbuhan, hewan dan lingkungan. Secara umum pada lahan pekarangan ditanami dengan berbagai macam tanaman hortikultura dan tanaman budidaya lainnya, seperti palawija, bumbu dapur, obat-obatan dan tanaman tahunan (Soemarwoto, 1994). Lakitan (1995) menjelaskan bahwa pada lahan pekarangan biasanya menerapkan pola tanam campuran (mixed cropping) dimana beraneka jenis tanaman hortikultura dan tanaman pertanian lainnya ditanam pada lahan penduduk dengan tanpa pengaturan tata letak sama sekali. Menurut Zulkarnain (2009), lahan pekarangan dapat menjadi alternatif sebagai sumber pendapatan, sumber vitamin, mineral, protein, dan sumber tambahan karbohidrat. Berdasarkan penelitian Lakitan (2004), bahwa jenis tanaman yang banyak dijumpai pada lahan pekarangan di pedesaan adalah tanaman hortikultura, terutama tanaman buah-buahan. Sedangkan tanaman sayuran jarang dijumpai dibudidayakan pekarangan. Beberapa tanaman sayuran jarang dijumpai dilahan pekarangan sebenarnya tidak sengaja ditanam, namun tumbuh dengan sendirinys karena biji/buah tanaman tersebut tercecer dari limbah rumah tangga atau disebarkan oleh agroklimat, agronomi dan sosial budaya. Budiono (1993) menghitung indeks intensitas penanaman semusim pada lahan pekarangan yang berkisar anatara 0-0.57, yang termasuk kategori tidak intensif sampai dengan agak intensif. Kecamatan Purwodadi merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Musi Rawas yang kebanyakan masyarakatnya hidup dari bertani (Anonimous, 2008). Umumnya setiap rumah di daerah tersebut memiliki pekarangan dengan luasan yang bervariasi. Karena sebagian besar masyarakatnya berasal dari suku Jawa, maka pemanfaatan pekarangannya lebih berkembang. Sebagaimana dijelaskan oleh Zulkarnain (2009), bahwa daerah-daerah yang masih menganut pola kekerabatan matrilineal (seperti Aceh, Minang, Jawa dan Bali), maka pemanfaatan dan pengusahaan pekarangan untuk berbagai kepentingan lebih berkembang dibandingkan daerah-daerah dengan pola kekerabatan patrilineal. Adanya perbedaan kepentingan masyarakat desa dalam memanfaatkan pekarangan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan fungsi pekarangan sebagai sumber pendapatan dan pemenuhan gizi, maka terdapat perbedaan pula upaya intensifikasi dan diversifikasi lahan pekarangan yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan nilai, peran dan fungsi pekarangan tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, peneltian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan intensitas pemanfaatan lahan pekarangan di Kecamatan Purwodaddi Kabupaten Musi Rawas. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan di dua desa yang terdapat di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, yaitu Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo, yang pelaksanaannya telah dilaksanakan pada bulan November 2010. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan mengunakan petani contoh. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak berlapis (Stratified Random Sampling 58

Methode). Jumlah Kepala Keluarga di Desa R Rejosari berjumlah 317 KK dan Desa P1 Mardiharjo berjumlah 688 KK. Adapun besarnya jumlah petani contoh yang ditetapkan dalam penelitian ini dari masing masing desa sebanyak 15 petani contoh yang diambil secara acak sehingga petani mendapat peluang yang sama untuk menjadi responden penelitian. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada lahan pekarangan milik responden untuk memperoleh gambaran tentang pola pemanfaatan dan intensitas pemanfaatan lahan pekarangan, dan memberikan kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti luas dan tipe penggunaan lahan, kondisi tanah dan agroklimat. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk tabulasi atau narasi, untuk kemudian analisis secara deskripstif. Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tipe Penggunaan Lahan Adapun tipe penggunaan lahan di Desa R. Rejosari dengan luas wilayah 240 hektar dan Desa P1 Mardiharjo dengan luas wilayah 4.625 hektar, terdiri dari lahan sawah, lahan perkebunan, kolam/tambak, rumah dan pekarangan dengan rincian masingmasing luasan tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Luas lahan dan persentase masing-masing tipe penggunaan lahan di Desa R. Rejosari dandesa P1 Mardiharjo Kecamatan Purwodadi No. Desa P1 Desa R. Rejosari Penggunaan Mardiharjo Lahan Luas Luas % % (Ha) (Ha) 1 Lahan Sawah 124,0 51,65 199 4,30 2 Lahan perkebunan 6,75 2,81 39 0,84 3 Kolam/ Tambak 0,25 0,10 9 0,20 4 Pemukiman dan pekarangan 104 45,41 4.378 94,66 Total 240 100 4.625 100 Sumber : Monografi Desa R. Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo (2010) Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lahan pekarangan mempunyai potensi besar untuk dapat 59 dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan lahan pekarangan selain dekat dengan rumah, cukup luas, juga memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan lahan kering, khususnya berkaitan dengan tingkat kesuburan tanah. 2. Kondisi Tanah dan Agroklimat Kondisi tanah di Desa R. Rejosari tergolong subur dengan tekstur tanah lempung berpasir dan tingkat kemasaman tanah 4,5 6. Sedangkan di Desa P1 Mardiharjo, kondisi tanah sama dengan Desa R Rejosari, namun tingkat kemasaman tanahnya 5,5-6. Kondisi agroklimat di desa R Rejosari adalah suhu udara berkisar anatara 28 30 0 C dengan suhu rata rata harian 29 0 C, curah hujan berkisar antara 2000 2358 mm per tahun. Sedangkan di desa P1 Mardiharjo, suhu rata-rata harian 27 0 C dan curah hujan rata rata 200 mm per bulan. 3. Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berdasarkan pengamatan lapangan mengenai pola pemanfaatan lahan pekarangan di Desa R. Rejosari dan desa P1 Mardiharjo didapatkan pola pemanfaatan sebagaimana tersaji pada Tabel 2. Komoditas utama di lahan pekarangan desa R Rejosari adalah tanaman buah-buahan yaitu tanaman pisang dan rambutan, diselingi dengan tanaman durian, sawo, mangga, papaya dan alpokat. Sedangkan komoditas penunjangnya adalah tanaman perkebunan (kelapa, coklat dan kopi), tanaman sayuran (bayam, cabe, katu, terong), tanaman pangan (ubi kayu, kacang tanah), tanaman hias (asoka, bougenvil, hanjuang, aglonema). Selain itu, pada beberapa lahan pekarangan diusahakan pula budidaya ternak (kambing, sapi, unggas) dan kolam pendederan serta pembesaran ikan lele. Komoditas utama di lahan pekarangan desa P1 Mardiharjo adalah tanaman buah-buahan yaitu tanaman pisang dan sawo, diselingi dengan tanaman (durian, rambutan, jeruk, mangga, papaya, mangga, alpokat, sirsak, rambe). Sedangkan komoditas penunjangnya adalah tanaman perkebunan (kelapa, coklat dan karet), tanaman sayuran (bayam, cabe, katu, terong, kacang panjang, melinjo, kangkung, kecipir, kemangi), tanaman pangan (ubi kayu, kacang tanah), dan tanaman obat-obatan/bumbu (jahe, kunyit). Selain itu, pada beberapa lahan pekarangan dilakukan pula budidaya ternak (kambing, sapi, unggas) dan kolam pendederan serta pembesaran ikan lele. Tabel 2. Pola pemanfaatan lahan pekarangan di Desa R. Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo No. Nama Desa Pola Pemanfaatan Lahan Pekarangan 1 Desa R Rejosari Pola I : tanaman buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias Pola II : tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman perkebunan, tanaman pangan Pola III : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman perkebunan, tanaman pangan, ternak Pola IV : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman pangan, ternak Pola V : tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan Pola VI : tanaman buah-buahan, ternak Pola VII : tanaman buah-buahan, kolam ikan, dan ternak Pola VIII : tanaman buah-buahan, tanaman pangan

2 Desa P1 Mardiharjo Pola I : tanaman buah-buahan, sayuran,tanaman perkebunan Pola II : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman pangan Pola III : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias, tanaman perkebunan, kolam, ternak Pola IV : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, kolam Pola V : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman perkebunan, tanaman pangan Pola VI : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman obatobatan/bumbu Pola VII : tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman obatan/bumbu, kolam, ternak Pola VIII : tanaman buah-buahan, tanaman obatan/bumbu, kolam Pola IX : tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan, ternak 4. Intensitas Pemanfaatan Lahan Pekarangan Berdasarkan pengamatan di lapangan untuk intensitas pemanfaatan lahan pekarangan di desa R Rejosari dan P1 Mardiharjo memperlihatkan bahwa masih banyak lahan pekarangan yang intensitas pemanfaatan lahannya masih rendah. Hal ini terlihat dari luas lahan yang dimiliki ternyata masih banyak ditemukan lahan kosong atau tidak ditanami, sebagian tanaman mash muda (beum berproduksi), dan sebagian lagi kurang optimal pertumbuhannya. Selain itu, sebaran pohon pada lahan pekarangan tidak merata, sehingga ada bagian pekarangan yang ditanami terlalu rapat dan ada bagian pekarangan yang tidak ditanami. 5. Pemeliharaan Tanaman dan Pemanfaatan Hasil Berdasarkan jawaban responden melalui kuisioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan kegiatan pemeliharaan tanaman walaupun kurang optimal. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan seperti pemupukan, hanya menggunakan pupuk kandang, dan penyiraman dilakukan seperlunya, sedangkan pengendalian hama dan penyakit jarang dilakukan. Kegiatan pemeliharaan di lahan pekarangan umumnya dilakukan oleh para ibu rumah tangga beserta anak-anaknya. Adapun hasil panen dari tanaman yang ditanam di lahan pekarangan, sebagian untuk dikonsumsi sendiri, sebagian lagi djual dan sisanya diberikan kepada tetangga, family atau untuk kepentingan sosial. Pembahasan Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa luas lahan pemukiman dan pekarangan di desa R Rejosari menempati urutan kedua (45,4 %) dan desa P1 Mardiharjo menempati urutan pertama (94,66 %) berdasarkan luas lahan untuk tipe penggunaan lahan di kedua desa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lahan pekarangan di kedua desa tersebut mempunyai potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi pemiliknya. Kondisi ini didukung oleh kondisi tanah yang subur dengan tekstur lempung berpasir,dan ph rata rata > 5. Demikian juga dengan kondisi agroklimatnya, baik cuarh hujan untuk memenuhi kebutuhan air penyiraman maupun suhu udara yang tidak terlalu tinggi (rata rata 27 29 0 C), yang dapat mendukung berbagai proses fisiologi tanaman yang diusahakan. Anonimous (2010) menjelaskan, lahan pekarangan merupakan lahan yang pada umumnya menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal pemiliknya. Namun, sebagian besar lahan tersebut belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal kegiatan pemanfaatan pekarangan merupakan suatu kegiatan yang mendukung pembangunan pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikannya untuk menjamin kesejahteraan masyrakat. Oleh sebab itu kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan perlu mendapat perhatian lebih oleh pemiliknya. Hosen (2007) menyatakan, bahwa pada dasarnya secara fisik lahan pekarangan memiliki potensi yang besar untuk pengembangan berbagai jenis tanaman. Hal ini didasarkan atas pertimbangan: 1) umumnya setiap rumah tangga tani memiliki lahan pekarangan dengan luasan yang cukup bervariasi, 2) adanya dukungan agroklimat, dan 3) adanya kecocokan setiap jenis tanaman untuk dapat dikembangkan di lahan pekarangan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pola pemanfaatan lahan pekarangan baik di desa R Rejosari maupun desa P1 Mardiharjo memperlihatkan bahwa ada berbagai macam bentuk pola pemanfaatan lahan, dimana di desa R Rejosari ditemukan sekitar 8 pola sedangkan di desa P1 Mardiharjo sekitar 9 pola. Adanya variasi pola pemanfaatan lahan pekarangan pada kedua desa tersebut, diduga berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap nilai kegunaan/manfaat dari lahan pekarangan, luas lahan yang dimiliki dan kondisi fisik lahan. Dijelaskan oleh Lakitan (1995), luas lahan pekarangan dapat mempengaruhi tingkat keragaman tanaman dan jumlah individu untuk masing-masing jenis tanaman. Menurut Zulkarnain (2009), persepsi masyarakat terhadap nilai manfaat dari lahan pekarangan akan menentukan bentuk usaha budidaya baik budidaya tanaman maupun budidaya ternak dan ikan, yang dapat dikembangkan di lahan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya curahan waktu dan tenaga pada kegiatan usaha di lahan pekarangan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Lakitan (1994), memperlihatkan bahwa kondisi fisik lahan akan mempengaruhi pengembangan pola pemanfaatan lahan. 60

Soetomo (1992) dalam Anonimous (2010) bahwa, perlu adanya pengembangan pola pemanfaatan lahan pekarangan bagi masyarakat di pedesaan, yang tujuannya diarahkan kepada peningkatan produksi, baik kualitas maupun kuantitas, untuk mencapai swasembada pangan dan meningkatkan pendapatan petani. Hosen (2007) menjelaskan bahwa system usahatani pada lahan pekarangan umumnya berupa campuran tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman hias), tanaman perkebunana dan tanaman pangan, ditambahkan oleh Anonimous (2010), pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola secara terpadu dengan berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap intensitas pemanfaatan lahan pekarangan di desa R Rejosari dan desa P1 Mardiharjo memperlihatkan bahwa rata-rata intensitas pemanfataan lahan pekarangan masih rendah. Hal ini ditunjukkan oleh masih adanya lahan kosong atau yang tidak ditanami, sebagian tanaman masih muda (belum berproduksi), dan sebagian lagi kurang optimal pertumbuhannya, serta sebaran pohon pada lahan pekarangan tidak merata. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tim Fakultas Pertanian IPB (1992) dalam Lakitan (1995) bahwa walaupun keragaman tanaman di lahan pekarangan cukup baik, namun intensitas penanaman (banyaknya tanaman yang diusahakan) dan produktivitasnya masih rendah. Selain itu dari segi gizi, terutama protein, mineral dan vitamin. Selanjutnya dijelaskan oleh Lakitan (1995) bahwa, untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan dan produktivitas lahan pekarangan dapat dilakukan dengan cara penataan kembali pola penanaman lahan tersebut dengan menggunakan jenis buahbuahan unggul, mempunyai nilai ekonomi dan nilai gizi yang tinggi, demikian pula untuk komoditas tanaman sayurannya. Hosen (2007) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pengembangan pemanfaatn lahan pekarangan dapat dilakukan dengan pilihan komoditas yang toleran dengan faktor-faktor pembatas di lahan tersebut. Berdasarkan hasil jawaban responden terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman di lahan pekarangan di desa R Rejosari dan desa P1 Mardiharjo, menunjukkan bahwa kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan dan penyiraman tetap dilakukan meskipun belum optimal, sedangkan pengendalian hama dan penyakit jarang dilakukan. Zulkarnain (2009) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman di lahan pekarangan, selain menggunakan jenis tanaamn unggul yang memiliki nilai ekonomi dan nilai gizi yang tinggi, juga diperlukan upaya pemeliharaan tanaman yang intensif, terutama untuk komoditas tanaman sayuran. Menurut Lakitan (1995), budidaya tanaman sayuran membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan dengan tanaman lainnya, namun tanaman ini dapat menjadi komoditas pertanian yang sangat produktif jika dikelola dan dipelihara secara 61 baik. Tanaman sayuran juga dapat ditanam berulang ulang, bergiliran sepanjang tahun, sehingga intensitas pemanfaatan lahan menjadi tinggi. Berdasarkan jawaban responden tentang pemanfaatan hasil komoditas yang diusahakan di lahan pekarangan menunjukkan bahwa sebagian hasil dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi dijual. Namun, karena hasil panen yang tidak diperoleh tidak banyak dan tidak kontinu, maka nilai ekonomi dari penjualan komoditas tersebut belum optimal untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya. Nosen (2007) menjelaskan, bahwa permasalahan usahatani pada lahan pekarangan adalah: 1) pemanfaatan lahan belum optimal, produktivitas tanaman relatif rendah dan belum berorientasi ekonomi, 2) penataan tanaman tidak teratur dan pemeliharaan tanaman belum optimal, 3) mutu hasil panen yang relative rendah. KESIMPULAN 1. Kondisi lingkungan (luas lahan, tanah dan iklim) di Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo cukup mendukung untuk mengembangkan usaha pemanfaatan lahan pekarangan baik budidaya tanaman maupun usaha ternak dan ikan 2. Masyarakat Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo melakukan berbagai usaha budidaya baik tanaman (hortikultura, perkebunan dan pangan) maupun ternak dan ikan dilahan pekarangan yang dimiliki dengan pola pemanfaatan lahan yang berbeda-beda. Komoditas utama di kedua desa tersebut adalah tanaman buah-buahan, dimana untuk Desa R Rejosari didominasi tanaman pisang dan rambutan, dan Desa P1 Mardiharjo didominasi tanaman pisang dan sawo. 3. Intensitas pemanfaatan lahan di Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo tergolong masih rendah. 4. Masih kurang optimalnya kegiatan pemeliharaan tanaman di lahan pekaranganm baik di Desa R Rejosari dan Desa P1 Mardiharjo. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2008. Musi Rawas dalam angka. Kerjasama Badan perencanaan Pembangunan daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas.Musi Rawas. Anonimous, 2010. Hubungan Antara Faktor-faktor Sosial Ekonomi dan Ketersediaan Air dengan Tingkat Adopsi Kelompok Wanita Tani dalam pemanfaatan Lahan Pekarangan di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. http://h0404055.wordpress.com/ (diakses tanggal 18 Maret 2011) Budiyono, 1993. Poladan Intensitas Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Desa Sako, Kecamatan Sako, Kotamadya Palembang. Laporan Praktek Lapangan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. Hosen, N. 2007. Potensi dan Masalah Pengembangan Lahan Pekarangan Mendukung

Peningkatan Produksi Buah-buahan Di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Hortiklutura. http://sumbar.litbang.deptan.go.id./ (diakses tanggal 18 Maret 2011) Karyono, 1981. Struktur Pekarangan di Pedesaan Daerah Aliran Sungai Citarum, Jawa Barat. Universitas Padjajaran. Bandung Lakitan, B. 1994. Pengembangan Pola Pemanfatan Lahan Pekarangan sebagi Sumber Pendapatan dan Gizi Keluarga di Pedesaan Sumatera Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang Lakitan, B. 1995. Hortikuktura : Teori, Budidaya dan Pasca Panen. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Soemarwoto, O. 1994. Ekologi. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta. Sunaryono, H. 1990. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura. Sinar Baru.Bandung Zulkarnain, H. 2009. Dasar-dasar hortikultura. Bumi Aksar. Jakarta. 62