BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

METODE DAKWAH DALAM AL-QUR A<N (STUDI KOMPARATIF ATAS TAFSIR FI< Z}ILA<L AL-QUR A<N DAN TAFSIR AL-MISHBA<H{)

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB IV ANALISA PENAFSIRAN AL-QURTHUBI DAN M. QURAISH SHIHAB. makna lahi sehingga tertolak oleh akal, namun al-qurthubi dalam ayat ini

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

Hakikat Syafaat dan Tawassul Menurut Al-Quran

BAB IV MAKNA DAN HUBUNGAN KESAKSIAN MANUSIA TERHADAP KE- ESAAN ALLAH DI ALAM RAHIM DALAM KEHIDUPAN DI DUNIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

3 Wasiat Agung Rasulullah

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

I Perdebatan mengenai suatu masalah merupakan hal lumrah yang sering dijumpai dalam setiap perkumpulan. Perdebatan seputar soal duniawi hingga yang

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsensus kaum muslimin. Ia dinamakan Al Fatihah (pembuka)

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

( Word to PDF Converter - Unregistered )

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode tafsir bi al-ma tsur dan tafsir bi al-ra yi. 1

BAB IV OTOPSI FORENSIK SEBAGAI PENGUNGKAP KASUS PEMBUNUHAN DALAM SURAT AL-BAQARAH: 72-73

PENGEJARAN DAN PEMBUNUHAN ISA AS. Pertanyaan Dari: H. Soekardi NBM , Baturetno (disidangkan pada hari Jum'at, 7 Shafar 1431 H / 22 Januari 2010)

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. terkutuk tidak sedikit pun jumlahnya. Tetapi diantara semua itu ada yang

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Ayat ini adalah di antara yang memberitakan tuduhan palsu yang dikatakan kaum kafir terhadap Alquran dan celaan keras terhadap pelakunya.

Tidak Menghadiri Kebatilan

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Islam tersebut dinamakan orang mu min. Orang mu min adalah seseorang yang

Membahas Kitab Tafsir

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum pendidikan, misalnya, yang sebelumnya terbatas pada Al-Qur an dan

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III MENGANALISIS SURAT ABASA AYAT diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Surat ini di turunkan sesudah surat

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA KISAH NABI YUSUF DALAM AL-QUR AN

Oleh: Rokhmat S Labib, MEI

2. Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina.

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan pemeliharaan dari Allah atas keotentikannya.

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

SILABUS PEMBELAJARAN

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Oleh: Rokhmat S.Labib, M.E.I.

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Alhamdulillah Was Shalaatu Was Salaamu Alaa Rasuulillah, adapun setelah ini:

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN AHMAD MUSṬAFĀ AL-MARĀGĪ DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT KEMISKINAN

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Manusia membutuhkan rambu-rambu lalu lintas yang memberinya

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Sehingga, lemahnya pendidikan suatu masyarakatakan

Furqan Salam Dalam Perspektif Islam tentang menebarkan dan menjawab salam, keutamaan menebarkan dan menjawab salam, kemudian makna dan cara memeberika

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk

Transkripsi:

170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun, sebagai berikut: 1. Dari kedua mufassir tersebut terlihat sangat jelas dari segi perbedaan dan persamaannya ketika menafsirkan QS. al-a ra>f [7]: ayat 189-190. Dari segi metode bahwa kedua mufassir sama-sama menggunakan manhaj tah}li>li>. Namun Ibnu Kas\i>r lebih menonjolkan corak bi al-riwayat baik berupa ayat al-qur a>n, h}adi>s\, maupun perkataan tabi in atau ulama. Sedangankan Muhammad Quraish Shihab lebih menonjolkan sisi penafsiran bi al-ra yi-nya. Kemudian dari sisi pemakaian kaidah-kaidah penafsiran dasar, mereka berdua sama-sama memakainya. Namun dari sisi kadar pemakaiannya berbeda, Ibnu kasi>r menggunakan kaidah dasar secara utuh atau sempurna. Hal ini tercermin ketika dia menafsirkan QS. al-a ra>f [7]: ayat 189-190, terlihat nuansa riwayatnya sangat kental. Penafsirannya pada ayat yang dikaji ini dia mengawalinya dengan mengaitkan dengan ayat-ayat al-qur a>n seperti al-hujarat: 13, QS. al-nisa> ayat 1, QS. al-ru>m [30]: 21. Kemudian dilanjutkan mengutip riwayat-riwayat, seperti riwayat dari pendapatnya mujahid, Hasan, Ibrahim An-Nakha i serta As-Saddi, Maimun ibnu Mahran, Imam Ahmad bin Hambal, dan Imam al-tirmidzi. Selanjutnya pendapat ulama-ulama tafsi>r seperti Ibnu Jarir, Muhammad ibnu Abu

171 H{a>tim. Berbeda dengan Muhammad Quraish Shihab yang menafsirkan ayat ini dengan memberikan pengantar diawal penafsiran dengan ra yunya yang kemudian menjelaskannya secara bahasa. Adapun pengutipan ayat al-qur a>n dan riwayat jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan Ibnu Kas\i>r. Kutipan dari Al- Qur a>n diantaranya dia mengembalikannya ke QS. al-nisa ayat 1, QS. al-hujara>t ayat 13, QS. al-nisa> ayat 4, yang kutipan ayat ini pun dia ambil dari pendapat ulama -ulama modern seperti Muhammad Abduh, dan al-qasimi. Dari segi riwayat tentang cerita A<dam dia hanya mengutip satu sumber saja dari Imam al- Tirmiz\i>. Selebihnya selain dari kutipan tersebut Muhammad Quraish Shihab menafsirkan secara kebahasaan. Terkait sikap kedua mufassir terhadap Isra>i> liyya>t dalam tafsi>r ayat diatas mereka sama-sama menolaknya. Penolakan terlihat jelas ketika keduanya memberikan penilaian bahwa riwayat tersebut dusta dan tidak bisa dibuat h{ujjah karena bertentangan dengan Nas al-qur a>n. Namun keduanya memiliki cara penolakan yang berbeda. Ibnu Kas\i\>r mengkritik h{adi>s\ tersebut dengan memberikan nilai (ma lul) ada celanya dengan menyebutkan sebanyak tiga kecacatan dari riwayat tersebut. Pertama, riwayat Umar bin Ibrahim dari Qatadah tidak bisa di jadikan h{ujjah. Kedua, kisah ini diriwayatkan dari Samurah juga tetapi tidak marfu ke Nabi. Ketiga, Hasan al-basri menafsirkan ayat ini berkenaan tentang sebagian ahli agama, bukan A<dam dan H{awa>. Sedangkan Muhammad Quraish Shihab memberikan kritikan dengan mengkiblat pada penilaian mukharij h{adi>s\ yang menilai sebagai h{adi>s\ h{asan garib yang tertolak dan diperkuat oleh argumentasi dari Sayyid Quthub. Meskipun keduanya berbeda model kritikannya, namun mereka sama-sama menolak riwayat tersebut.

172 Dari beberapa persamaan dan perbedaan tersebutlah mereka berdua memiliki produk penafsiran yang berbeda pula. Ibnu Kas\i>r memberikan tafsiran bahwa pada ayat tersebut bercerita tentang orang-orang musyrik dari kalangan keturunan A<dam dan H{awa>. Jadi, penilaian syirik tersebut tidak dinisbatkan langsung ke A<dam dan H{awa>. Sedangkan penyebutan A<dam dan H{awa> pada permulaan ayat, merupakan pendahuluan yang mengawali perihal kedua orang tua yang akan di sebutkan sesudahnya (yaitu orang-orang yang di nilai musyrik). Berbeda dengan Muhammad Quraish Shihab, dia menakwilkan ayat ini dengan menkontekstualkan dengan era modern saat ini. Dalam penafsirannya dia memaparkan bahwa ayat ini bercerita menyangkut tentang manusia yang tidak pandai mensyukuri anugerah Allah dan nikmat yang telah di berikan-nya. Hal ini digambarkan dalam tafsi>rnya, terbukti ketika manusia meminta sesuatu kepada Allah SWT dan kemudian diijabai setelah itu mereka melupakan-nya. Manusia tersebut melakukan yang tidak seperti apa yang dikatakan ketika meminta, yaitu melupakan kuwajibannya untuk bertakwa kepada Allah SWT, sehingga mereka berpaling dari-nya. 2. Metode Kritik Isra>i> liyya>t adalah suatu keakuratan dan kespesifikan sikap seseorang dalam memberikan informasi terhadap suatu riwayat yang telah di nilainya sebagai Isra>i> liyya>t dengan membandingkan dengan kitab aslinya. Adanya metode kritik tersebut memberikan implikasi yang berbeda-beda terhadap kualitas metode kritiknya masing-masing orang. Sehingga penulis membuat klasifikasi kualitas metode kritik tersebut, sebagai tolok ukur untuk membedakannya. Dalam hal ini penulis mengklasifikasikan metode kritik Isra>i> liyya>t menjadi tiga kategori, yaitu ketat, moderat, dan longgar. Ketika klasifikasi ini digunakan untuk mengukur kedua mufassir yang di kaji, yaitu Ibnu Kas\i>r dan Muhammad Quraish Shihab, maka keduanya terlihat memiliki

173 perbedaan. Ibnu Kas\i>r tergolong ketat sedangkan Muhammad Quraish Shihab cenderung longgar. Sehingga berimplikasi pada produk penafsirannya, bahwa kualitas kritik Isra>i> liyya>t yang tergolong ketat maka produk penafsirannya mudah diterima tanpa ada keraguan. Sedangkan yang tergolong longgar harus mengkaji ulang demi mendapatkan informasi yang lebih akurat. Sedangkan kualitas kritik yang moderat tidak ditemukan dari kedua mufassir tersebut. Meskipun demikian kedua tafs\i>r tersebut memiliki solusi penafsiran yang sama ketika telah menolak Isra>i> liyya>t. Persamaan tersebut terbukti ketika kedua mufassir menakwilkan ayatnya, mereka sama-sama mengikuti pandangan dari tokoh lain. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa metode tafsi>r era klasik masih relevan untuk di kontekstualkan pada tafsi>r era modern. B. Saran Secara konseptual keberdaan Isra>i> liyya>t di era modern terkhusus dalam tasfi>rtafsi>r era modern hampir di netralisir akan keberadaannya. Hal ini karena adanya Isra>i> liyya>t dianggap sebagai riwayat yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani sehingga kualitas kebenarannya menjadi oposisi untuk diyakini. Padahal disisi lain umat Islam dituntut untuk wajib beriman kepada informasi-informasi yang bersumber dari sebelum zaman Nabi Muhammad SAW sebagai dasar aqidahnya. Sumber Informasi tersebut diantaranya cerita-cerita tentang Nabi-Nabi dan Rasul Allah, cerita-cerita khurafat tentang mukjizat, dan lainnya. Bagi penulis dipungkiri atau tidak tentang Isra>i> liyya>t walaupun itu hanya sekelumit tetap di butuhkan untuk membaca kejelasan isi kandungan al-qur a>n. Demikian ini dilandaskan atas dasar argumentasi bahwa al-qur a>n sebagian besar telah mengandung tentang-cerita-cerita masa lampau. Namun karena Isra>i> liyya>t bersumber tidak dari orang-orang Islam murni, maka perlu diklarifikasi baik

174 kualitasnya maupun penggunaannya. Diantara caranya dengan menyempurnakan atau memperketat kualitas kritik Isra>i> liyya>tnya sehingga apa yang menjadi produk penafsiran bisa di telan pembaca dengan keyakinan yang kuat. Penelitian terkait dengan polemik Isra>i> liyya>t dalam tafsi>r yang mengkomparasikan pemikiran Ibnu Kas\i>r dan Muhammad Quraish Shihab ini penulis sajikan walaupun sudah selesai dan menghasilkan kesimpulan, namun penelitian dengan tema yang sama masih pantas untuk dilanjutkan. Karena masih banyak ayatayat lain yang berbicara tentang Isra>i> liyya>t yang belum penulis teliti. Tentunya penelitian lanjutan tersebut dengan menggunakan pisau analisis yang lebih tajam lagi, supaya penelitain yang dihasilkan dapat mengungkap problematika Isra>i> liyya>t secara lebih spesifik dan lebih akurat.