ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS HIDROGEN SULFIDA (H 2 S) PADA PEMULUNG AKIBAT TIMBULAN SAMPAH DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG

commit to user BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR - FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS AMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA TERHADAP KELUHAN GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG

BAB V HASIL PENELITIAN

GANGGUAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI TPA ALAK KOTA KUPANG. Health Problems of Scavengers at the Alak Landfill, Kupang City

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

Mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida (H 2 S) pada Peternak Ayam Broiler di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAPARAN NITROGEN DIOKSIDA (NO 2 ) PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL PULOGADUNG JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

Ahmad., et al, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan risk agent total suspended particulate...

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

: FIANI RAHMADANI SIREGAR NIM.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN POLUTAN UDARA PADA PEKERJA SOL SEPATU (DI SEKITAR JALAN RAYA BUBUTAN KOTA SURABAYA)

3. METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

Keywords: Carbon monoxide, Traders, Environmental Health Risk Analysis, Ambarawa. Literature: 9,

: benzene, level of health risk, gas station

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL

STUDI ANALISIS RISIKO KONSENTRASI NITRAT, NITRIT, MANGAN, BESI DALAM AIR TANAH RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG LAPORANTUGAS AKHIR (EV -003)

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

dan TSP) Akibat Transportasi Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

Tingkat Risiko Kesehatan Akibat Pajanan PM 10 pada Populasi Berisiko di Terminal Bus Pulogadung Jakarta Timur Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

Kata Kunci : Sampah,Umur,Masa Kerja,lama paparan, Kapasitas Paru, tenaga kerja pengangkut sampah.

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan

ANALISIS RISISKO KESEHATAN PAJANAN BENZENA DI INDUSTRI PERCETAKAN X KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

ANALISIS RISIKO KESEHATAN PAJANAN BENZENE PADA PEKERJA DI BAGIAN LABORATORIUM INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Keywords: Mercury, Analysis on Environmental Health Risk, PETI

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

Analisis Risiko Kesehatan Pajanan PM 10 dan SO 2 di Kelapa Gading Jakarta Utara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beracun, dengan bau khas" telur busuk". (IPCS,1985). Struktur Kimia dari hidrogen

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) PADA PETUGAS PENGUMPUL TOL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi telah terjadi perkembangan di berbagai aspek

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

Bagian Epidemiologi & Biosta s k Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang

Rimba Putra Bintara Kandung E2A307058

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

PENILAIAN RISIKO PAPARAN ASAP KENDARAAN BERMOTOR PADA POLANTAS POLRESTABES SURABAYA TAHUN 2014

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KANDUNGAN KADMIUM (Cd) DALAM IKAN BANDENG DI KAWASAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN SALURAN PERNAPASAN SERTA KELUHAN IRITASI MATA PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 11, Issue 1: (2013) ISSN

Keywords : PM 10, health risk, EHRA, Kaligawe, Semarang City Bibliography : 68,

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAPARAN KARBON MONOKSIDA PADA HARI KERJA DAN CAR FREE DAY

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

Bab IV Metodologi Penelitian

PENGARUH PAPARAN GAS METANA (CH 4 ), KARBON DIOKSIDA (CO 2 ) DAN HIDROGEN SULFIDA (H 2

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula


IDENTIFIKASI KADAR DEBU DI LINGKUNGAN KERJA DAN KELUHAN SUBYEKTIF PERNAFASAN TENAGA KERJA BAGIAN FINISH MILL

ABSTRAK. Kata Kunci : Kadar debu kayu industri mebel, keluhan kesehatan pekerja, Kepustakaan : 9 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN SALURAN PERNAPASAN SERTA KELUHAN IRITASI MATA PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #3 Genap 2015/2016. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

PENYAKIT KULIT AKIBAT KERJA PADA PEMULUNG DI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR SUWUNG DENPASAR SELATAN TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat, terutama pada kondisi lingkungan yang di bawah standar. (1)


Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

Keywords: subjective complain, respiratory, RPU, air quality

PENGARUH PAPARAN CH4 DAN H2S TERHADAP KELUHAN GANGGUAN PERNAPASAN PEMULUNG DI TPA MRICAN KABUPATEN PONOROGO

Transkripsi:

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS HIDROGEN SULFIDA (H 2 S) PADA PEMULUNG AKIBAT TIMBULAN SAMPAH DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG Bariyadi Rifa i* ), Tri joko ** ), Yusniar Hanani D *** ) * ) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP ** ) Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP ***) Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP Email :barifai28@gmail.com ABSTRAK Garbage decomposition process at landfill causes air pollution, one of which is hydrogen sulfide gas that is colorless,highly toxic,flammable and has a characteristic smell of rotten eggs. H 2 S gas can cause health problems,especially in the respiratory tract. The scavengers rarely wear masks while working in Jatibarang landfill. This study was done to analyze the environmental health risk assessment of H 2 Sgas to scavengers at Jatibarang landfill. This research is a cross-sectional research with Environmental Health Risk Analysis (ARKL) method. The sample in this study is male scavengers and settled in the landfill more than one year amounted to 65 people. The results of the measurement of H 2 S gas concentrations in Jatibarang landfill with an average of 0.0057 ppm is below the threshold value. Projection exposure to real time, scavengers at the landfill Jatibarang do not have the risk of noncarcinogenic RQ (0.67 <1). Exposure projection for the next 5 years in there will cause a health risk noncarcinogenic (RQ> 1). In the calculation of individual scavengers found that 12.3% (8 people) scavengers already occurred non-carcinogenic risk (RQ> 1). Health complaints experienced by scavengers such as a headache, dizziness, irritation and pain in the respiratory tract.the conclusion of this study is the population of scavengers at the Jatibarang landfill doesnot have noncarcinogenic health risks. Scavengers will have a noncarcinogenic risk for about 10.43 years exposureduration (Dt) or in their next 3.43 years. Keywords :scavenger, hydrogen sulfide, Jatibarang landfill, garbage, Semarang city PENDAHULUAN sampah Kota Semarang akan selalu mengalami peningkatan. Presentase peningkatan sampah kota Semarang dari tahun 2008-2014 sebesar 15 %. Sampah dapat mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Hampir semua TPA saat ini dioperasikan dengan open dumping, termasuk TPA Jatibarang Semarang. Tempat pembuangan akhir sampah dengan sistem open dumping menimbulkan bau telur 692

busuk karena tumpukan sampah mengalami dekomposisi secara alamiah menghasilkan gas H 2 S, metana dan amoniak. 1 Hidrogen sulfida (H 2 S) merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Nama kimia asam sulfida ini adalah dihidrogen sulfida dan dikenal juga sebutan sebagai gas rawa atau asam sulfida.gas ini dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama pada saluran pernafasan. 2 Seiringdengan perkembangan jaman, TPA menjadi sumber pencaharian bagi pemulung dan bahkan menjadi tempat pemulung untuk bermukim. Pemulung merupakan orang yang mengumpulkan dan memilah sampah untuk dijual kependaur.jumlah pemulung di TPA Jatibarang sekitar 245 orang, berasal dari daerah sekitar TPA dan daerah luar Kota Semarang.Kondisi lingkungan kerja pemulung yang langsung berhubungan dengan debu, sampah dan sengatan matahari menyebabkan gangguan kesehatan. Pada penelitian pengukuran kualitas udara ambien yang dilakukan oleh Harning di tahun 2013, parameter hidrogen sulfida di zona 1 TPA Jatibarang yaitu sebesar 0,001 ppm Sedangkan pada zona II TPA Jatibarang kadar hidrogen sulfida yang diperoleh yaitu 0,001 ppm. Zona I dan zona II merupakan zona aktif yaitu dimana banyak terdapat pemulung yang berkerja di zona tersebut. Apabila dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 tahun 1996 mengenai baku tingkat kebauan, hasil pengukuran pada penelitian Harning masih di bawah nilai ambang batas yang bernilai 0,02 ppm. Akan tetapi, kadar gas H 2 S bernilai 0,001 ppm (zona I) dan 0,001 ppm (zona II) yang berarti bahwa gas H 2 S sudah terdeteksi dan tercium baunya. 1 Berdasarkan hasil wawancara dengan 15 orang pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang, 8 orang diantaranya mengeluh batuk-batuk, sesak nafas, dan nyeri dada serta banyak debu dan bau busuk dari sampah di lokasi TPA jatibarang. Sesak nafas dan nyeri dada merupakan salah satu gejala penyakit yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Proses pembusukan sampah di TPA menimbulkan pencemaran udara salah satunya gas hidrogen sulfida yang merupakan suatu gas tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Kadar gas H 2 S di TPA Jatibarang sudah cukup tinggi sehingga gas H 2 S sudah terdeteksi dan tercium baunya. Hal ini menyebabkan orang yang ada di sekitar TPA dapat terhirup gas H 2 S, termasuk para pemulung yang jarang menggunakan masker selama bekerja. Dampak yang terjadi adalah banyaknya pemulung yang mengeluhkan sakit pada saluran pernafasan mereka. Maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Berapa besar risiko kesehatan lingkungan pajanan 693

gas yang mengandung hidrogen sulfida pada pemulung akibat timbulan sampah di TPA Jatibarang Semarang? Tujuan dari penelitian ini adalahmenganalis risiko kesehatan lingkungan pajanan gas H 2 S pada pemulung akibat timbulan sampah di TPA Jatibarang Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang berupa pengukuran dan pengamatan konsentrasi gas hidrogen sulfida dan karakteristik anthropometri serta pola aktivitas responden pemulung untuk menghitung tingkat risiko pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan di di TPA jatibarang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Febuari-Mei 2016. Sampel objek yang digunakan adalah tiga titik pengambilan sampel udara yaitu, di zona I, zona II dan tempat peristirahatan pemulung yang merupakan zona aktif di TPA Jatibarang. Sampel subyek yang digunakan berjumlah 65 orang pemulung berjenis kelamin laki-laki dan bekerja di TPA Jatibarang minimal 1 tahun. Variabel yang akan diteliti adalah variabel bebas berupa: berat badan, konsentrasi gas hidrogen sulfida, laju asupan, durasi pajanan, frekuensi pajanan. Sedangkan untuk variabel terikat berupa Karakteristik Risiko. Analisisdata dilakukan menggunakan analisis univariat dan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL). Untuk menghitung risiko kesehatan masyarakat digunakan rumus sebagai berikut : Risk Quotients (RQ) = intake (mg/kg/hari) (Rfc ) Nilai RQ (risk quotients) menunjukan tingkat risiko kesehatan manusia akibat pajanan gas hidrogen sulfida yang terhirup. Nilai RQ 1 artinya pajanan masih berada di bawah batas normal dan pemulung aman dari risiko non karsinogenik. I = C xr xƒ E xd t W b xt avg Keterangan : I : Asupan (intake), jumlah risk agent (H 2 S) yang masuk dalam tubuh manusia per berat badan per hari (mg/kg/hari) C : Konsentrasi risk agent (mg/kg) R : Laju asupan (mg/hari) f e : frekuensi pajanan,(hari/tahun) D t : Durasi pajanan, real time atau 30 tahun untuk pajanan yang terjadi di tempat tinggal W b : berat badan responden (kg) t avg :Periode waktu rata-rata, (30 tahun x 365 hari/tahun untuk efek non karsinogen) HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Pemulung Di TPA Jatibarang Semarang Dari hasil analisis univariat didapat bahwa kebanyakan pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang Semarang adalah pemulung yang berjenis kelamin 694

laki-laki berusia 41-45 tahun yaitu 18 responden (27,7%), berpendidikan lulus sekolah dasar sebesar 45 responden (69,2%), sebanyak 12 responden (18,5 %) yang telah lulus sekolah menengah pertama (SMP), pemulung bertempat tinggal di kawasan pemukiman pemulung TPA Jatibarang. Pemulung sebagian besar berasal dari luar daerah Kota Semarang. Kebiasaan pemulung dalam menggunakan masker selama bekerja adalah sebanyak 61 responden (93,8 %) tidak menggunakan masker, sedangkan yang menggunakan masker sebanyak 4 orang responden (6,2%).Sebanyak 46 responden (70,8%) yang tidak merokok dan sebanyak 19 responden (29,2 %) yang merokok.sebanyak 15 responden pemulung memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan kesehatan pernafasan dan paru, antara lain sebanyak 4 responden (6,2 %) memiliki riwayat asma, 6 responden (9,2 %) memiliki riwayat gangguan paru, 5 responden (7.7 %) meiliki riwayat ISPA kronis (bronkitis). B. Konsentrasi Gas Hidrogen Sulfida Di TPA Jatibarang Sumber pajanan gas hidrogen sulfida di TPA jatibarang berasal dari zona pembuangan sampah dan kotoran dari ternak sapi di TPA Jatibarang. Jumlah sampah yang masuk ke TPA Jatibarang 4.273 m 3 /hari. Jumlah sapi yang ada di sekitar TPA Jatibarang ± 1.300 ekor sapi milik warga sekitar. Tabel 1 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Gas Hidrogen Sulfida Di Lokasi TPA Jatibarang Semarang Titik sampel Konsentrasi Gas Hidarogen Sulfida NAB (KEP-50 MENLH/ 11/1996) mg/m 3 Ppm Ppm Keterangan Zona 1 0,007 0,005 0,02 < NAB Zona 2 0,007 0,005 0,02 < NAB Peristirahatan pemulung Hasil analisis kadar gas hidrogen sulfida pada zona I dan II sebesar 0,005 ppm dan di tempat peristirahatan pemulung kadar gas hidrogen sulfida sebesar 0,006 ppm. Hasil tersebut masih dibawah baku mutu udara ambien yaitu 0,02 0,008 0,006 0,02 < NAB ppm berdasarkankep- 50/MENLH/11/1996. C. Pola Pajanan dan Antropometri Pemulung Di TPA Jatibarang Durasi pajanan minumum responden adalah 2 tahun dan maksimum 13 tahun. Rata-rata durasi pajanan responden 695

pemulung di TPA Jatibarang adalah 7,12 tahun dengan standar deviasi 2,775. Proporsi waktu pajanan responden pemulung di TPA Jatibarang yang bekerja 8 jam/hari lebih besar daripada yang bekerja lebih dari 8 jam/hari yaitu sebanyak 49 responden (75,4 %) yang bekerja 8 jam/hari dan sebanyak 16 responden (24,6 %) yang bekerja lebih dari 8 jam/hari. Waktu pajanan minumum responden adalah 5 jam/hari dan maksimum 9 jam/hari. Rata-rata waktu pajanan responden pemulung di TPA Jatibarang adalah 8 jam/hari dengan standar deviasi 1,077.Frekuensipajanan minumum responden adalah 300 hari/tahun dan nilai frekuensi maksimum adalah 360 hari/tahun.rata-rata waktupajanan responden pemulung di TPA Jatibarang adalah 333 hari/tahun dengan standar deviasi 17,681. Berat badan minimum responden adalah 45 kg dan berat badan maksimum 80 kg.rata-rata berat badan responden pemulung di TPA Jatibarang adalah 56 kg dengan standard deviasi 8,787.Karena laju inhalasi untuk orang indonesia belum ada, untuk perhitungan intake digunakan berdasarkan US-EPA, nilai laju inhalasi dengan default untuk orang dewasa adalah 20 m 3 / hari atau 0,83 m 3 /jam. D. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan 1. Identifikasi Bahaya Gas hidrogen sulfida masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi. Diketahui bahwa gas hidrogen sulfida tidak memiliki implikasi terhadap kasus kanker sehingga efek yang akan digunakan dalam analisis adalah efek sistemik atau efek non karsinogenik. Efek gas H 2 S bagi kesehatan antara lain dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi paru, kerusakan indra penciuman, kerusakan saluran pernafasan, pusing, efek kardiovaskuler, efek neurologis, efek pada metabolik tubuh dan hilang kesadaran karena menghambat oksigen di dalam tubuh. 3 Dari data keluhan kesehatan akibat pajanan gas hidrogen sulfida (H 2 S) didapatkan keluhan paling banyak adalah pusing sebanyak 28 orang, pilek dan flu ringan sebanyak 25 orang, batuk-batuk, sesak dada, sakit tengorokan dan hidung, rasa mudah lelah, sering merasa haus sabanyak 22 orang, sebanyak 65 orang tidak pernah mengalami hilang kesadaran saat bekerja di TPA Jatibarang. 2. Analisis Paparan (Exposure Assessment) Perhitungan asupan hidrogen sulfida proyeksi real time pada populasi sampel pemulung di TPA Jatibarang Semarang menggunakan data-data sebagai berikut: C = 0,0074 mg/m 3 R = 0,83 m 3 /jam t e = 8 jam/hari f e = 336 hari/tahun D t = 7 tahun = 55 kg W b 696

t avg = 30 tahun x 365 hari/tahun 3. Analisis Dosis-Respon Perhitungan untuk RfC paparan kronik H 2 S dari udara adalah sebagai berikut : RfC = 1 mg/m 3 1 x 1000 = 0,001 mg/m³ dimana : 1 mg/m³ = nilai NOAEL = nilai faktor ketidakpastian (uncertainty factor, UF) 1000 = nilai rekomendasi faktor ketidakpastian untuk paparan dalam udara. Nilai RfC ini harus dikonversi sedemikian rupa sehingga memiliki satuan (mg/kg)/hari yang menggunakan data-data sebagai berikut : Berat Badan (Wb) = 70 kg Laju Inhalasi = 20 m 3 / hari Maka RfC = 0,001 mg/m 3 x 20 m 3 /hr 70 kg = 2,86 x 10-4 (mg/kg)/hari Maka nilai RfC yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 2,86 x 10-4 (mg/kg)/hari. 4. Karakteristik Risiko (Risk Characterization) Karakterisasi risiko dilakukan untuk membandingkan hasil analisis pemaparan (intake) dengan nilai dosis acuan (RfC) yang dikenal dengan tingkat risiko atau Risk Quotient (RQ). Tabel 2. Data Perhitungan Tingkat Risiko Efek Non karsinogenik Gas Hidrogen sulfida Berdasarkan Pajanan Realtime, Dt+10 Tahun, Dt+20 Tahun dan Lifetime Pada Pemulung Di TPA Jatibarang Semarang Pajanan (tahun) RQ Realtime RQ Dt+10 RQ Dt+20 RQ Lifetime Tabel 3. RQ(Risk Quotient) Jumlah Orang Persentase (%) Total RQ 1 57 87,7 65 Orang RQ >1 8 12,3 RQ 1 2 3 65 Orang RQ >1 63 97 RQ 1 0 0 65 Orang RQ >1 65 100 RQ 1 0 0 65 Orang RQ >1 65 100 Estimasi Risiko kesehatan non karsninogenik Pajanan Gas Hidrogen Sulfida 697

Keterangan Dt (Lama Pajanan) tahun Real time 10,43 Dt+5 Dt+1 0 Dt+1 5 Dt+2 0 Life time Intake 1,9 x 2,86 x 3,25 4,6 x 5,95 7,3 x 8,22 x (mg/kg/hari) 10-3 10-4 x 10-3 10-3 x 10-3 10-3 10-3 RQ 0,67 1 1,13 1,60 2,08 2,58 2,875 Keterangan belum risiko Belum risiko Hasil perhitungan intake dan tingkat risiko non karsinogenik (RQ) pajanan gas hidrogen sulfida pada populasi pemulung di TPA Jatibarang pajanan real time atau waktu saat ini belum terjadi risiko kesehatan nonkanker RQ (0,67<1), pada durasi pajanan 5 tahun yang akan datang, akan terjadi risiko kesehatan nonkanker RQ (1,13>1). Pada durasi pajanan +10 tahun akan terjadi risiko kesehatan nonkanker RQ ( 1,60>1), pada tahun ke-30 atau durasi pajanan life time akan terjadi risiko kesehatan nonkanker pada pemulung di TPA Jatibarang, didapatkan RQ (2,875 >1). PEMBAHASAN A. Karakteristik responden Dari hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan pemulung di TPA Jatibarang masih rendah karena rata-rata lulusan sekolah dasar, bahkan ada yang tidak pernah sekolah Pendidikan yang rendah menyebabkan risiko kesehatan pemulung meningkat, karena kurangnya pengetahuan tentang bahaya toksik gas hidrogen sulfida yang terdapat di TPA Jatibarang. Umur seseorang akan mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap pajanan zat toksik/bahan Risik risiko risiko risiko Risiko o kimia. Pekerja pemulungmerupakanpekerja sektor informal yang dapat menciptakan usaha sendiri. 4 Kebiasaan merokok akan menambah jumlah asupan gas hidrogen sulfida ke dalam tubuh dimana akan memperburuk risiko kesehatan yang dihadapinya.karena pada rokok sudah mengandung gas hidrogen sulfida. Efek dari gas hidrogen sulfida pemulung yang memiliki riwayat penyakit akan memiliki bahaya lebih besar dari pada pemulung yang tidak memiliki riwayat penyakit pada saluran pernafasan dan paru. Gas hidrogen sulfida bersifat iritan bagi paru-paru dan dapat melumpuhkan pusat pernafasan. 5 B. Konsentrasi gas hidrogen sulfida Konsentrasi gas hidrogen sulfida yang rendah di TPA Jatibarang (<0,02 ppm) dipengaruhi berbagai faktor antara lain, lokasi pengambilan sampel yang dilakukan pada sampah yang baru diangkut, sampah tersebut belum terdekomposisi dengan sempurna sehingga sampah belum menimbulkan gas H 2 S dengan konsentrasi tinggi. Pengambilan pada titik ini dikarenakan pemulung 698

hanya bekerja mencari sampah pada lokasi sampah yang baru diangkut. Selain itu juga dipengaruhi oleh parameter meterologi yang berpengaruh terhadap konsentrasi gas H 2 S di udara ambien adalah temperatur, arah dan kecepatan angin, serta stabilitas atmosfer. 6 C. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pada perhitungan risiko kesehatan untuk analisis paparan gas hidrogen sulfida digunakan nilai anthropometri yang diambil dari analisis deskriptif faktor-faktor pemajanan tersebut didapatkan nilai asupan non kanker proyeksi real time pajanan gas H 2 S sebesar 0,0001919 mg/kg-hari, yang apabila dibandingkan dengan nilai konsentrasi referen RfC sebesar 2,86 x 10-4 mg/kg/hari maka didapatkan nilai Risk Qoutient (Risiko nonkanker) untuk real time sebesar 0,56. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pajanan gas H 2 S terhadap seluruh total responden di TPA Jatibarang tidak menunjukkan adanya risiko kesehatan non karsinogenik pada saat ini. 3 Untuk perkiraaan risiko kesehatan non karsinogenik pada tahun selanjutnya, dibuat jangka waktu pajanan Dt + 5 hingga 30 tahun (life time) didapatkan hasil bahwa pada durasi pajanan 5 tahun yang akan datang akan memiliki risiko nonkanker (RQ > 1), hal ini menunjukkan akan terjadi risiko kesehatan non karsinogenik yang harus dihindari. Dalam melakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pada masingmasing individu pemulung didapatkan hasil bahwa pada saat ini (real time) sudah terjadi risiko non karsinogenik pada pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang sebesar 12,3 % (8 orang). Pada proyeksi pajanan 10 tahun yang akan datang, pemulung yang memiliki risiko non karsinogenik meningkat menjadi 97 % (63 orang). Dilakukan perhitungan batas aman durasi pajanan efek non karsinogenik dari gas hidrogen sulfida didaptkan bahwa batas aman terjadi risiko yaitu pada tahun ke 10,5 tahun. Apabila pemulung bekerja lebih dari 10,5 tahun maka pemulung akan memiliki risiko non karsinogenik. Rata-rata pemulung di TPA Jatibarang sudah memiliki durasi pajanan selama 7 tahun. Pengaruh gas H 2 S pada konsentrasi rendah akan mengakibatkan terjadinya pusing, mual, rasa melayang, batuk-batuk, gelisah, mengantuk, rasa kering, nyeri pada hidung, tenggorokan dan dada dan dapat melumpuhkan indra penciuman. 3 Paparan H 2 S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernafasan, sakit kepala, dan batuk kronis. Manusia sangat sensitif terhadap bau hidrogen sulfida dan bisa mencium bau tersebut pada konsentrasi serendah 0,5 sampai 1 ppm. Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Connecticut Departement of Public Health, konsentrasi hidrogen sulfida di udara ambien sekitar TPA ± 15 ppm. Paparan gas H 2 S konsentrasi 20-50 699

ppm dapat menyebabkan iritasi paru dan iritasi mukosa. 7 Paparan gas H 2 S tingkat rendah dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko inflamasi saluran pernapasan dan patologis gejala saluran pernapasan. Penelitian sebelumnya pada pekerja saluran pembuangan ditemukan bukti bahwa paparan gas H 2 S tingkat rendah dapat dikaitkan dengan gangguan fungsi paru. Hidrogen sulfida mempunyai efek anoksik, dan merusak secara langsung sel-sel sistem saraf pusat. Gas H 2 S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menimbulkan kematian, edema pulmonary, dan asphyxiant. H 2 S digolongkan asphyxiant karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernapasan, sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya pernapasan. 5 Pengelolaan/pengendalian risiko kesehatan dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosioekonomis, dan pendekatan institusional. 8 Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menentukan batas aman /risiko terendah yang terjadi dengan cara mengurangi kontak dengan pajanan berupa meminamlisir pola aktifitas yang ada di TPA Jatibarang. Pengendalian risiko menggunakan pendekatan teknologi dapat digunakan untuk mengurangi konsentrasi gas hidrogen sulfida yang ada di TPA Jatibarang. KESIMPULAN 1. Responden pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang Semarang adalah pemulung yang berjenis kelamin laki-laki, berusia 28-56 tahun, berpendidikan lulus sekolah dasar, bertempat tinggal di Kawasan pemukiman pemulung TPA Jatibarang. 2. Kandungan kadar gas Hidrogen sulfida pada zona I dan II sebesar 0,005 ppm dan pada tempat peristirahatan pemulung kadar gas Hidrogen sulfida sebesar 0,006 ppm. Dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0,0053 ppm atau 0,0074 mg/m 3. Hasil tersebut masih dibawah baku mutu udara ambien yaitu 0,02 ppm atau 0,028 mg/m 3 berdasarkan KEP- 50/MENLH/11/1996. 3. Rata-rata durasi pajanan, lama pajanan dan frekuensi pajanan udara yang mengandung hidrogen sulfida pada pemulung di TPA Jatibarang berturut-turut antara lain adalah 7,12 tahun, 7,89 jam/hari dan 332,92 hari/tahun. Rata-rata berat badan pemulung adalah 56,77 kg dengan laju inhalasi standar US- EPA 0,83 m 3 /hari. 4. Proyeksi pajanan real time, pemulung di TPA Jatibarang belum memiliki risiko non karsinogenik RQ (0,67<1). Batas durasi pajanan yang aman adalah 10,43 tahun. Perhitungan RQ individu pada pemulung didapatkan bahwa 12,3 % (8 orang) pemulung sudah terjadi risiko non karsinogenik (RQ>1). Keluhan yang dihasilkan oleh pemulung berupa sakit kepala, 700

pusing, iritasi dan sakit pada saluran pernafasan. SARAN Disarankan kepada Pemerintah Kota Semarang agar mempertimbangkan pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang dengan sistem sanitary Landfill agar mengurangi dampak buruk dari sampah terhadap manuasia maupun lingkungan. Lokasi pemukiman pemulung terletak di luar TPA, karena pemukiman yang berada di TPA tidak sehat dan tidak memenuhi syarat pemukiman penduduk Diharapkan kesadaran dari para pemulung yang bekerja di TPA Jatibarang dalam upaya mengurangi dampak pajanan gas hidrogen sulfida dengan lebih memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan pemulung yaitu pengunaan APD terutama masker saat bekerja, untuk meminimalkan gas berbahaya di udara masuk kedalam tubuh. Pemulung juga harus memperhatikan pola pajanan seperti waktu, durasi dan frekuensi pajanan yang sesuai dengan batas aman yang tidak menimbulkan risiko nonkanker akibat gas hidrogen sulfida di TPA Jatibarang. DAFTAR PUSTAKA 1. Nadia, W. H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pemulung di TPA Jatibarang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2):263-271 2. ASTDR. Toxicological Profile for Hydrogen Sulfide. US Departement of Health and Human Services, Public Health Services, Agency fortoxic Substances and Disease Registry. Journal of Chemical Information and Modeling.2000. 1:22. doi:10.1186/1745-6673-1-22. 3. Legator, Marvin S. Health Effects from Chronic Low- Level Exposure to Hydrogen Sulfide.Archives of Environmental Health;56: (2):123-131. 2001 4. Ganong, W.F. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Adrianto P, Buku kedokteran ECG, Jakarta. 2000 5. Reinhard H. Sianipar. Analisis Risiko Paparan Hidrogen sulfida Pada Masyarakat Sekitar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2009 USU Repository. 2009 6. Mukono. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan Surabaya: Airlangga University Press. 2003 7. Jamet, S. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2003 8. U.S. EPA. Integrated Risk Information System Toxicity Summary for Hidrogen Sulfide.EPA 600/8-89/043. 2003. 701