BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendirian Madrasah aliyah sawasta (MA) memiliki banyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS). Namun demikian kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. 183) mendefinisikan prestasi sekolah sebagai hasil atau tingkat keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang DitamatkanTahun (persen) Pendidikan Tertinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi agenda penting pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

Mengharmonisasikan Tenaga Kerja dan Pendidikan di Indonesia Kamis, 14 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar pada hampir seluruh aspek kehidupan. Perkembangan ilmu

Indeks Kepuasan Masyarakat

I. PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini disebabkan melalui jasa pendidikan, akan dapat dihasilkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan global,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hashifah Inaroh Luthfiah Achmadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang penelitian, 2) fokus

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd FIAI UII YOGYAKARTA. kegiatan pendidikan di Indonesia menyiratkan tanda-tanda kebangkitan, terutama dari

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

HUBUNGAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Unsur sumber daya manusia memegang peranan sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. dunia pendidikan sangat dirasakan kebermanfaatannya. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional maka

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB V PENUTUP. pembelajaran dapat tercapai secara optimal. a. CTL (Contextual Teaching and Learning) b. Reading Guide (Bacaan Terbimbing)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendirian Madrasah aliyah sawasta (MA) memiliki banyak kekhasan, mulai dari awal mula pendirian, latar belakang pendirian, maupun karakteristik masyarakat yang mendirikannya. Kabupaten Bandung sebagai salah satu kabupaten dengan penduduk muslim terbanyak, tak luput dari kekhasan pendirian madrasah tersebut. Animo masyarakat untuk ikut andil membangun karakter bangsa memlalui jalur pendidikan formal memungkinkan madrasah aliyah sawasta memiliki pertumbuhan yang sangat pesat. Latar belakang pendirian ini diantaranya karena organisasi masa Islam, desakan anggota masyarakat yang memiliki kemampuan di bidang pendidikan, lulus dari perguruan tinggi Islam atau pesantren misalnya, serta kepedulian tokoh masyarakat terhadap kondisi akhlak masyarakat di sekitar mereka. Namun demikian kemajuan yang sangat pesat dari segi kuantitas yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitasnya sehingga kondisi MA menjadi tidak sehat. Faktor penyebab rendahnya kualitas madrasah aliyah sawasta selain kinerja pimpinan yaitu kepala madrasah juga kinerja guru. Menurut Balitbang Depdiknas. guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SMAN /MAN 65,29%. Guru SMA Swasta /MA 64,73%. Guru SMKN 58,26%. SMK swasta 55,26%. (htt://.www.psb-psma.org /control/blog/sertifikasi-guru. 2009). Hal ini mempengaruhi terhadap kualitas hasil belajar siswa. Hasil ujian nasional madrasah aliyah swasta tahun 2013/2014 tingkat Kabupaten Bandung

2 adalah hanya 4,58, jauh jika dibandingkan dengan SMA sebesar 5,67. Selain itu lemahnya kualitas madrasah aliyah sawasta ditenggarai juga indikator jumlah siswanya. Hal ini diantaranya disebabkan oleh banyaknya SMA dan SMK yang membuka jurusan yang lebih menarik dan menjanjikan. Di sisi lain menurunnya kualitas madrasah aliyah sawasta terutama di Kabupaten Bandung adalah adalah disebabkan karena (1) hilangnya idealisme di kalangan madrasah aliyah sawasta, sehingga yang tersisa komersialisasi, (2) tidak tegasnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam menerapkan kebijakan pendidikan, diantaranya adalah keterlambatan penerapan peraturan menteri pendidikan nasional sekarang pendidikan dan kebudayaan, (3) biaya pendidikan yang dibuat demikian rendah untuk tujuan menarik lebih banyak siswa. Selain itu terdapat suatu gejala yang terjadi pada madrasah yang ada di Indonesia, yaitu penurunan jumlah minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya pada madrasah aliyah sawasta. Penurunan ini terjadi karena rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada madrasah aliyah sawasta di Indonesia. Tingginya biaya pendidikan jika dikaitkan dengan pendapatan perkapita masyarakat dan tidak adanya jaminan diterimanya di dunia kerja menjadi faktor pendorong masyarakat untuk tidak menyekolahkan anaknya pada madrasah aliyah sawasta. Penurunan jumlah minat masyarakat pada madrasah aliyah sawasta terjadi pula karena lulusan dari madrasah terutama madrasah aliyah sawasta hanya bisa melanjutkan ke perguruan tinggi yang berlabel Islam seperti UIN, IAIN dan PTAIS lainnya.

3 Penyebab masalah tersebut salah satunya adalah kinerja kepala madrasah yang rendah karena ada sebagian kepala madrasah yang diangkat bukan karena keprofesionalan dan pengalamannya melainkan karena kedekatan dengan pihak atasan, atau dari kalangan keluarga pemilik yayasan yang kurang kompeten dalam mengelola madrasah. Sehingga dalam pelaksanaan pengelolaan madrasah dan hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Selain kinerja kepala madrasah yang dapat mempengaruhi mutu madrasah adalah kinerja komite madrasah. Terutama madrasah aliyah sawasta swasta yang mengibarkan suatu sekte ke-islaman tertentu kurang mendapat dukungan dari masyarakat umumnya hanya mendapat dukungan dari kelompok sekte yang bersangkutan sehingga produktivitas madrasahnya kurang berjalan secara maksimal. Selain hal tersebut penyebab lainnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang tampak dan terlihat oleh siswa adanya guru MA yang mengutamakan bekerja di madrasah aliyah sawasta lain daripada di tempat tugas utamanya. Kaitannya dengan relevansi lulusan madrasah aliyah sawasta dalam dunia kerja, Majalah Tempo pada tahun 2010 telah melakukan survei kepada Industri pengguna lulusan. Hasilnya adalah sekolah umum masih mendominasi terhadap relevansi lulusan yang dihasilkan, walaupun beberapa madrasah aliyah sawasta mulai muncul dan bahkan beberapa diantaranya dapat menggungguli madrasah aliyah sawasta. Tetapi pada sisi lain kualitas madrasah aliyah sawasta sekarang makin menurun. Hal ini memiliki imbas bagi madrasah aliyah sawasta tersebut yaitu: (1) turunnya minat bersekolah di madrasah aliyah sawasta, (2)

4 ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan bernuansa Islam. Madrasah aliyah sawasta agama merupakan salah satu wadah yang memiliki tanggungjawab dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun bagaimana bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, bila madrasah aliyah sawasta tersebut tidak memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sekolah menengah atas lainnya baik di dalam maupun di luar negeri. Kualitas dan relevansi lulusan madrasah aliyah sawasta, masih menjadi faktor utama lemahnya daya saing bangsa di kancah perdagangan bebas. Terpuruknya ekonomi bangsa ini, disebabkan oleh rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) yang mengelola sumber ekonomi. SDM merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas yang memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global. Menurut Damanhuri (2003 : 18), dalam kaitan ini ada dua hal penting tentang kondisi SDM Indonesia, yaitu: Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Pengangguran terbuka kini berjumlah 12,8 juta dan jumlah pengangguran dari madrasah aliyah sawasta adalah 1,1 juta (Fadel Muhammad, 2011 : 14). Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor.

5 Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Masih rendahnya kemampuan madrasah aliyah sawasta dalam menghasilkan keluaran sumber daya manusia yang berkualitas berawal pada kondisi madrasah aliyah sawasta yang tidak memiliki kemampuan dalam memformulasi kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, peran pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan yang terintegrasi untuk terciptanya link and match antara madrasah aliyah sawasta dengan dunia usaha belum sepenuhnya dijalankan. Data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Kompas, 6 Februari 2008) menjelaskan: Jumlah orang yang menganggur lulusan SLTA melonjak drastis dari 2006 hingga sekarang 12 juta orang ditambah dengan penganggur yang memegang gelar diploma I, II dan III yang menganggur berdasarkan pendataan tahun 2007 lebih dari 740.000 orang dan pada tahun 2011 adalah 1.1 juta. Angka pengangguran tahun 2012 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan sebesar 5 persen, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja (Jakarta, 2 Agustus 2010). Kondisi ini jelas telah terjadi mismatch atau ketidaksesuaian antara lulusan madrasah aliyah sawasta dan kualifikasi yang dibutuhkan sektor industri dan jasa. Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian tentang mutu kinerja madrasah aliyah sawasta diantaranya; Cyert (2003, 175), yang menyatakan terdapat tiga aspek yang memiliki pengaruh pada mutu kinerja madrasah aliyah

6 sawasta, yaitu: (1) pendidikan; (2) riset dan (3) perilaku internal manajemen. Selain itu, Elmuti et.at (2005 : 56) menyatakan bahwa, daya saing madrasah aliyah sawasta dapat ditingkatkan melalui strategi aliansi antara madrasah aliyah sawasta dengan perusahaan. Hal yang sama seperti yang diungkapan oleh Lindelof dan Lofsten (2004 : 25) yang menyatakan: Kerja sama antara perusahaan dengan madrasah aliyah sawasta melalui konsep New Technology Based Firms (NTBF) akan mampu memberikan daya saing bagi keduanya. Sedangkan Ham dan Hayduk (2003 : 204) menyatakan bahwa, daya saing madrasah aliyah dapat dilakukan melalui penekanan gap antara harapan dan persepsi atas kualitas pelayanan. Beberapa madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung mengalami hal yang serupa yaitu: (1) turunnya minat bersekolah di madrasah aliyah sawasta, (2) ketidakpercayaan kepada madrasah aliyah sawasta dalam menciptakan tenaga kerja ; (3) rendahnya minat memasuki pendidikan tinggi agama Islam; dan (4) kecenderungan pendidikan tinggi umum membuka program instan dan non eksakta (Fadjar, A.M., 2008: 204). Untuk itu madrasah aliyah sawasta harus meningkatkan mutu kinerjanya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan kinerja pimpinan yang efektif, efisien dan produktif, budaya mutu yang baik, kinerja komite madrasah, serta sistem kinerja guru yang baik maka akan terciptalah produktivitas untuk madrasah aliyah sawasta yang bersangkutan. Sehingga dalam penelitian ini mengkaji pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, budaya mutu dan kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

7 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berbagai persoalan dan tantangan yang dihadapi madrasah aliyah sawasta sebagaimana telah dikemukakan dalam latar belakang masalah dirasakan oleh hampir semua madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung belum bisa memenuhi tuntutan kualitas dan relevansi jika dibandingkan dengan sekolah umum lainnya. Pendidikan di madrasah aliyah sawasta lebih ditekankan pada pendidikan agama yang mampu menghasilkan lulusan lebih siap kerja sekaligus juga tetap menjaga nilai-nilai agama. Untuk mendorong arah pendidikan yang memberikan keseimbangan antara ilmu profesionalitas dan agama ini, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung menerapkan kebijakan misi agama sebagai basis pengembangan ilmu sekaligus basis pembelajarannya. Dalam perkembanganya saat ini, kualitas dan relevansi pendidikan telah menjadi persoalan yang cukup mendasar bagi Madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. Madrasah aliyah sawasta diharapkan selalu mencari kesempurnaan untuk memenuhi kebutuhan stakeholders serta memberikan kepuasan pada customer yang meliputi siswa, orang tua, industri, dunia kerja, dan pemerintah. Terkait hal tersebut, Hadiwiratama (2007: 47) mengemukakan sejumlah upaya antara lain: melakukan continous improvement, menerapkan quality assurance, serta melakukan technological improvement dan updating. Sedangkan Muhammad Ali (2009 : 204) memilah beberapa dimensi yang harus diperhatikan keberadaannya demi tercipata madrasah yang bermutu adalah :

8 a. Kurikulum/proses belajar mengajar b. Manajemen sekolah c. Organisasi/kelembagaan sekolah d. Sarana dan prasarana e. Ketenagaan f. Pembiayaan g. Peserta didik/siswa h. Peran serta masyarakat i. Lingkungan sekolah. Terkait dengan berbagai persoalan yang dikemukakan di atas, madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung dihadapkan dengan sejumlah permasalahan baik itu masalah eksternal terkait dengan tantangan madrasah aliyah sawasta ataupun masalah internal terkait dengan kondisi pada saat ini: a. Kinerja kepala madrasah aliyah sawasta secara langsung belum menggambarkan adanya pengembangan mutu kinerja lembaga. b. Kinerja komite madrasah belum memberikan pengaruh yang maksimal. c. Budaya mutu yang kodusif dan efektif untuk pengembangan mutu lembaga pada madrasah aliyah sawasta belum tercipta dengan baik. d. Kinerja guru yang diberikan pihak lembaga belum menyentuh kepada keinginan dan motivasi guru dan stap madrasah aliyah sawasta. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru, dan mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung?

9 2. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana pengaruh kinerja komite madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 4. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 5. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 6. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 7. Bagaimana pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 8. Bagaimana pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 9. Bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? 10. Bagaimana pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk :

10 1. Menganalisis kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru, dan mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 2. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 3. Menganalisis kinerja komite terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 4. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 5. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite, dan budaya mutu terhadap kinerja guru madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 6. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 7. Menganalisis pengaruh kinerja komite terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 8. Menganalisis pengaruh budaya mutu terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 9. Menganalisis pengaruh kinerja guru terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung. 10. Menganalisis pengaruh kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, budaya mutu, kinerja guru secara bersama-sama terhadap mutu madrasah aliyah sawasta di Kabupaten Bandung.

11 11. Menemukan model alternatif pengembangan mutu madrasah aliyah sewasta di Kabupaten Bandung D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada: 1. Keilmuan Penelitian ini berguna bagi pengembangan dan pengayaan : manajemen mutu, kinerja kepala madrasah, kinerja komite, budaya mutu, kompensasi, dan mutu madrasah aliyah sawasta. 2. Pimpinan pengelola madrasah aliyah sawasta (MA) Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat berguna: (1) sebagai pedoman dalam proses pengambilan keputusan, menjalankan kebijakan pada tingkat makro maupun mikro dalam rangka pelaksanaan penjaminan mutu pada madrasah aliyah sawasta, (2) sebagai landasan untuk meningkatkan mutu kinerja kepala madrasah,, (3) sebagai pedoman dalam menciptakan budaya mutu yang kondusif untuk menunjang kinerja madrasah aliyah sawasta yang produktif, efektif, dan efisien, (4) sebagai pedoman dalam menyusun skala prioritas program pengembangan kualitas pelayanan pendidikan. E. Struktur Organisasi Disertasi Disertasi ini dibuat dalam lima bab yaitu bab satu pendahuluan, bab dua kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab tiga tentang metode penelitian, bab empat hasil penelitian dan pembahasan, dan bab lima adalah simpulan dan saran.

12 Bab satu meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi disertasi. Bab dua meliputi tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Tinjauan pustaka meliputi mutu madrasah aliyah sawasta, kinerja kepala madrasah, kinerja komite madrasah, dan budaya mutu madrasah, dan kompensasi. Pada bab tiga dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian (populasi, teknik sampling,dan sampel), desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji kehandalan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data (analisis variabel, uji persyaratan pengolahan data, teknik pengolahan untuk uji hipotesis, analisis korelasi dan uji hipotesis. Bab empat membahas mengenai mengenai hasil penelitian dan pembahasannya serta model yang diperoleh, serta menyajikan strategi alternatif peningkatan mutu madrasah melalui model yang diajukan. Bab lima membahas mengenai kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir dari penulisan dicantumkan pula daftar pustaka serta berbagai lampiran yang ada hubungannya dengan penelitian ini.