BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia, tampak dari usaha-usaha manusia untuk senantiasa

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia merupakan negara yang sangat

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sekitar bandara juga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang Hans Dian Sintong

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandara Adi Soemarmo

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan output berkualitas dalam bentuk barang dan jasa.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

yang lebih luas1 Dari sarana transportasi udara tersebut, komunikasi dengan bangsa lain

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

PENGEMBANGAN TERMINAL BANDAR UDARA SULTAN ISKANDAR MUDA NANGGROE ACEH DARUSSALAM (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR RENZO PIANO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

TERMINAL PENUMPANG LOMBOK INTERNATIONAL AIRPORT Penekanan Konsep Desain Renzo Piano

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. PT. Angkasa Pura II (Persero) adalah salah satu badan usaha milik negara

PENTINGNYA MASTER PLAN DALAM PROSES PEMBANGUNAN TERMINAL ANGKUTAN JALAN (STUDI KASUS: MASTER PLAN TERMINAL ULU DI KABUPATEN KEPULAUAN SITARO)

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang melaksanakan pembangunan nasional dalam segala aspek. Sarana yang menjadi sasaran pembangunan nasional adalah bidang ekonomi, karena perekonomian suatu negara memegang peranan penting dalam menunjang berhasilnya pembangunan di negara tersebut. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia terutama dalam peningkatan produksi barang dan jasa, maka perlu adanya sarana guna menunjang mobilitas orang, barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu aspek pembangunan yang perlu di perhatikan yaitu sarana transportasi. Sarana transportasi merupakan faktor penting dalam upaya mendukung perekonomian nasional, wawasan nusantara, pengembangan wilayah, memantapkan ketahanan nasional serta memperkokoh negara dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya bisa disebut UUD 1945). Jasa transportasi merupakan jasa yang disediakan oleh sebuah sistem yang terintegrasi secara kuat dan utuh (Abdul Kadir Muhammad, 2007: 21). Kebutuhan akan jasa transportasi ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang akan diangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin yang disebut transportasi yang mempunyai beberapa dimensi seperti: lokasi (asal dan tujuan), alat (teknologi), dan keperluan tertentu di lokasi tujuan seperti ekonomi, sosial, dan lain-lain. Kalau salah satu dari ketiga dimensi tersebut

2 terlepas atau tidak ada, hal demikian tidak dapat disebut transportasi (Fidel Miro, 2012 : 1). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan jasa transportasi dapat ditinjau (Fidel Miro, 2012: 104): a. Aspek Pemakai Jasa Dari aspek ini, faktornya ialah penduduk, urbanisasi, jumlah pekerja, pendapatan, bentuk-bentuk kegiatan pengguna jasa, kondisi tata guna lahan dan lain sebagainya. b. Sistem Transportasi yang Melayani Dari aspek ini, faktor-fakor yang mempengaruhinya antara lain ialah, biaya transportasi, kondisi fisik alat transportasi, rute tempuh atau trayek, kenyamanan, keamanan dalam kendaraan, pelayanan awak kendaraan, kecepatan (waktu perjalnan dan waktu tunggu), dan lain-lain. Kemajuan bidang transportasi menunjang pembangunan di berbagai sektor. Di sektor perhubungan, transportasi akan memperlancar arus lalu-lintas manusia, barang, jasa dan informasi ke seluruh daerah di Indonesia, di sektor pariwisata, transportasi memungkinkan para wisatawan menuju obyek wisata yang berarti berbanding lurus dengan pemasukan daerah yang berarti meningkatkan tingkat perekonomian warga sekitar secara khusus dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun devisa negara Indonesia secara umum, di sektor perdagangan, transportasi mempercepat pengangkutan dan penyebaran barang kebutuhan sehari-hari seluruh tanah air, di sektor pendidikan, menunjang penyebaran sarana/prasarana pendidikan dan tenaga pendidik ke seluruh daerah sehingga tingkat pendidikan serta pengajaran antar daerah merata sehingga akan menunjang pada sektor-sektor lain (Abdul Kadir Muhammad, 2007: 1). Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar hanya bisa terhubungkan dengan baik dengan sistem transportasi multi moda, tidak ada satu modapun yang bisa berdiri sendiri, melainkan saling mengisi. Pemerintah dalam hal ini berfungsi

3 untuk mengembangkan keseluruh moda tersebut dalam rangka menciptakan sistem transportasi yang efisien, efektif dan dapat digunakan secara aman dapat menempuh perjalanan dengan cepat dan lancar. Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat yang saling berhubungan yang rangkai dalam Sistem Transportasi Nasional. Masing-masing moda transportasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi geografis daerah layanan (Abdul Kadir Muhammad, 2007: 3). Salah satu sarana transportasi massal yang biasa digunakan oleh masyarakat dan sarana pengangkutan barang adalah transportasi udara. Penyelenggaraan penerbangan harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang menjamin keselamatan, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman, dan efisien dengan biaya yang wajar serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Masyarakat menggunakan sarana transportasi udara sebagai sarana untuk berpergian ke daerah yang jauh dengan waktu yang singkat dan efisien. Pada zaman sekarang transportasi udara sudah semakin berkembang pesat. Pertumbuhan global tidak akan berkembang sama sekali tanpa terselenggaranya sistem angkutan udara yang baik. Transportasi udara merupakan moda transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena teknologi yang ada didalamnya lebih canggih, juga merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya karena dapat menjangkau daerah yang cukup dengan waktu yang lebih efisien serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis ( AB Rezalita. 2009). Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam mewujudkan sistem transportasi udara nasional yang andal dan terpadu adalah dilihat juga dari bentuk pelayanan

4 yang berupa sarana maupun prasarana yang diberikan pihak pengelola pada saat masih di dalam bandar udara. Perlu kita ketahui bahwa pengertian bandar udara menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan adalah : Kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Kelebihan menggunakan transportasi udara yang paling utama adalah cepat. Kelebihan ini merupakan salah satu faktor bagi para pebisnis untuk lebih memilih memanfaatkan transportasi udara sebagai pendukung kegiatan bisnisnya. Jarak jauh hingga dekat sekalipun, menggunakan jasa transportasi udara merupakan pilihan yang rasional. Pengelolaan bandara di Indonesia selain ditangani Kementerian Perhubungan, Pemerintah juga menyerahkan sebagian bandara untuk di kelola PT (Persero) Angkasa Pura. PT. (Persero) Angkasa Pura adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara di bawah Kementerian Perhubungan yang bergerak di bidang pengelolaan dan perusahaan bandar udara di Indonesia. Dalam pembahasan ini penulis ingin meneliti bagaimana peranan PT. (Persero) Angkasa Pura 1 khususnya Bandara Adi Soemarmo yang berlokasi di Boyolali. Bandara ini dahulu bernama Pangkalan Udara (Lanud) Panasan, karena terletak di kawasan kompleks TNI-AU Panasan kecamatan Ngemplak. Kemudian namanya diubah menjadi Pangkalan Udara Adi Soemarmo mengikuti nama Adisoemarmo Wirjoekoesoemo (adik dari Agustinus Adisucipto) sebagai Anggota TNI-AU dengan pangkat Opsir Muda Udara 1 yang telah gugur bersama dua penerbang muda lainnya Marsekal Muda TNI Agustinus Adisutjipto dan Marsekal Muda TNI Abdulrahman Saleh saat misi kemanusiaan membawa bantuan obatobatan dari pemerintah Malaya untuk Palang Merah Indonesia, pada 29 Juli 1947 menggunakan pesawat Cakota VT-CLA akan mendarat di Pangkalan Udara

5 Maguwo ditembak jatuh oleh pesawat Kitty Hawk Belanda (www.angkasapura1.co.id/sejarah). Bandara ini dahulu di bangun pertama kali tahun 1940 oleh Pemerintah Belanda sebagai lapangan terbang darurat. Ketika bala tentara Jepang masuk ke Indonesia bandara tersebut sempat dihancurkan oleh Belanda namun dibangun lagi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 sebagai basis militer penerbangan angkatan laut (Kaigun Bokusha). Pada tanggal 31 Maret 1989, Bandara ini ditetapkan menjadi Bandara Internasional dengan melayani penerbangan rute Solo-Kuala Lumpur dan Solo-Singapore-Changi. Pada tanggal 1 Januari 1992, Bandara Adi Soemarmo dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura I yang pada tanggal 1 Januari 1993 berubah status menjadi Persero Terbatas Angkasa Pura I sampai sekarang. Upaya perlindungan konsumen menjadi sangat penting. Untuk mewujudkan perlindungan konsumen akan sulit jika kita mengharapkan kesadaran dari pelaku usaha, maka dari itu dibutuhkan tanggap masalah/ kesadaran diri dari konsumen akan manfaat dan kelebihan produk barang/jasa yang mereka gunakan tetapi kepercayaan pun tidak cukup maka diperlukannya suatu aturan yang mengikatnya agar pelaku usaha tidak semena-mena dan hak-hak konsumen pun terlindungi. Dalam usaha menjalankan dan mengelola usaha transportasi udara, sebagai pelaku usaha PT. (Persero) Angkasa Pura 1 harus memperhatikan kewajibankewajibannya sesuai yang telah diatur dalam pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa beserta penjelasannya, dan memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

6 Dalam kaitannya dengan kegiatan usahanya di bidang pelayanan jasa, PT. (Persero) Angkasa Pura I sebagai pelaku usaha memiliki tanggung jawab terhadap konsumen sesuai dengan pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwa pada intinya setiap kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan suatu tanggung jawab terhadap konsumen dengan kompensasi atau ganti rugi yang harus diberikan jika terjadi suatu kerugian yang dialami konsumen, diwilayah yang menjadi otoritas PT. (Persero) Angkasa Pura I ( AB Rezalita. 2009). Adanya Undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Menurut penjelasan umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, faktor yang menyebabkan eksploitasi terhadap konsumen adalah masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan haknya. Jika dilihat lebih lanjut, konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan pada persoalan lemahnya kesadaran dan ketidak mengertian mereka terhadap hak-haknya sebagai konsumen. Lebih dari itu konsumen ternyata tidak mendapatkan penjelasan mengenai manfaat barang/jasa bahkan konsumen tidak memiliki posisi tawar yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Dalam hal ini hubungannya para pengguna jasa penerbangan sebagai pengguna fasilitas bandara dengan PT. (Persero) Angkasa Pura I khusunya Bandara Adi Soemarmo Boyolali yang mana para konsumen jasa penerbangan belum mengetahui hak apa yang mereka dapatkan setelah mereka memasuki area Bandara Adi Soemarmo. Maka keluhan ataupun kritik para pengguna jasa penerbangan khususnya penumpang perlu mendapat wadah atau tempat khusus untuk mendapat perlindungan bagi konsumen untuk menuntut yang seharusnya menjadi hak mereka. Pada prinsipnya yang menjadi inti pokok dari pembahasan ini adalah bagaimana peran PT. (Persero) Angkasa Pura I khususnya Bandara Adi Soemarmo Boyolali untuk melindungi kepentingan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

7 untuk melayani konsumen pengguna jasa penerbangan atau penumpang yang tercantum dalam undang-undang khususnya tentang hak mendapat kenyamanan keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Dalam hal ini terdapat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berlaku sejak tanggal 20 April 2000. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan kajian peranan Angkasa Pura guna melihat peranan tersebut, dalam penulisan hukum yang berjudul PERANAN PT. ANGKASA PURA 1 DALAM PERLINDUNGAN PENUMPANG ATAS HAK KENYAMANAN, KEAMANAN DAN KESELAMATAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN