BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan yang diakibatkan oleh peperangan. dengan Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai salah satu subyek hukum internasional memegang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan interaksi masyarakat internasional. Dalam perkembangan hukum

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. enforcement system (sistem penegakan langsung) dan indirect enforcement

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB PENDAHULUAN Minggu I, Pertemuan ke-1 I. Pendahuluan a. Tujuan Instmksional Khusus: b. Penjelasan singkat materi kuliah:

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAGIAN KEDUA NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL BABV EKSISTENSI NEGARA DALAM MASYARAKATINTERNASIONAL

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain yang yang diderita oleh banyak orang di negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan ini tercantum dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

Bung Karno dan Pembebasan Papua Barat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

HAK UNTUK MENENTUKAN NASIB SENDIRI DALAM HUKUM INTERNASIONAL (TINJAUAN TERHADAP PENENTUAN PENDAPAT RAKYAT DI PAPUA BARAT TAHUN 1969)

BAB I PENDAHULUAN. federal/serikat. Pemerintah pusat memegang kekuasaan penuh tetapi. etnis, golongan dan ras yang berbeda-beda maka penyelenggaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah di Negara sendiri membuat penduduk menjadi tidak nyaman dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara yaitu pada bagian Pembukaan (Preambule) Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara hukum yang

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan gas yang terkandung di Laut Timor. tertentu berdasarkan pada prinsip Landas Kontinen.

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. data dan membahas permasalahan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Megi Ginanjar Rahmat, 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dunia dewasa ini menimbulkan banyak masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Selama 24 (dua puluh empat) tahun rakyat Timor Leste berjuang untuk memperoleh status sebagai sebuah negara merdeka. Hak untuk merdeka sebagai sebuah bangsa merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap negara di dunia. Sebelum kup di Lisbon, 25 April tahun 1974, Timor Leste adalah salah satu wilayah di Asia Tenggara yang paling terpencil dan terbelakang, wilayah ini tidak terkena gelombang nasionalisme yang menyapu seluruh bagian lain di Asia Tenggara pada masa setelah perang dunia kedua. 1 Pada tanggal 25 April tahun 1974 terjadi revolusi bunga di Portugal, revolusi tersebut dimotori oleh angkatan perang Portugal di bawah pimpinan Major Antonio Espinola, yang menyebabkan jatuhnya rezim Salazar. Pasca revolusi tersebut, Pemerintah Portugal, selain mengakui kemerdekaan negara-negara jajahannya di afrika, juga mengumumkan bahwa kepada Timor Leste pun diberikan hak untuk menentukan nasib 1 Helen Mary Hill, 2010, Timor Lorosae, Cetakan Pertama, Sahe Intitute For Liberation dan Yayasan Hak Dili, Timor Leste, hlm 1. 1

2 sendiri, hak tersebut diberikan melalui proses dekolonisasi yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Portugal yang baru. 2 Proses dekolonisasi yang dijalankan di Timor Leste tidak dapat berjalan dengan baik, kegagalan tersebut disebabkan oleh adanya kudeta yang dilakukan oleh partai UDT terhadap partai FRETILIN pada tanggal 11 Agustus tahun 1975. Selang beberapa hari FRETILIN membalas kudeta tersebut dan berhasil mengontrol seluruh wilayah Timor Leste dan menekan UDT beserta partai gurem lainya hingga memasuki wilayah Indonesia. Pada tanggal 7 Desember tahun 1975 militer Indonesia di bawah rezim Soeharto, melakukan invasi yang dinamai dengan sebutan Sandi Operasi Seroja, invasi skala penuh terhadap Timor Leste tersebut mendapat kritikan luas dari dunia internasional. Sementara itu PBB tetap menganggap Portugal bertanggung jawab sebagai penguasa administratif di wilayah tersebut sampai dilakukannya tindakan penentuan nasib sendiri yang diakui oleh dunia internasional. 3 Dalam perjalanan waktu, setelah 22 (dua puluh dua) tahun bergabung dengan Indonesia, ternyata masyarakat Timor Leste merasa tidak dapat bersatu dengan Indonesia dan dengan adanya reformasi pada tahun 1998, maka pada tanggal 27 Januari tahun 1999, Presiden Republik Indonesia B.J. Habiebie, mengumumkan adanya dua opsi yaitu otonomi 2 Avelino. M. Coelho, 2012, Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste, Cetakan Pertama, Djaman Baroe, Yogyakarta. hlm. 2. 3 Geoffrey C. Gunn, 2005, 500 tahun Timor Loro Sae, Cetakan Pertama, Insistpress, Yogyakarta. hlm 442.

3 khusus atau melepaskan diri dari wilayah NKRI. Penentuan opsi tersebut mengunakan teknik referendum, dengan hasil akhirnya Propinsi Timor- Timur memilih melepaskan diri dari NKRI, dan menjadi negara merdeka dengan nama Republik Demokratik Timor Leste. 4 Berdasarkan peristiwa historis tersebut terlihat bahwa integrasi Timor Leste dengan Indonesia masih menimbulkan persoalan. Pemerintah Indonesia selalu mengklaim bahwa integrasi Timor Leste sudah final. Konflik fisik yang terjadi itu dianggap persoalan dalam negeri, akan tetapi dunia internasional memandang bahwa persoalan tersebut merupakan tindakan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia karena hak untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat dan kesatuan-kesatuan yang belum merdeka diakui secara tegas oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa dalam Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514 tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negeri-negeri dan Rakyat Jajahan (Declaration on the Granting of Independence to Colonial Countries and People), dan juga diatur di dalam Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1541 (XV) tentang Penentuan Nasib Sendiri. Hak untuk menentukan nasib sendiri dianggap perlu mencakup sejumlah kewajiban yang berkaitan dan mengikat negara-negara, termasuk kewajiban untuk mendorong dilakukannya tindakan merealisasikan hak penentuan nasib sendiri baik melalui kerjasama maupun tersendiri, dan menyerahkan kekuasaan berdaulat kepada rakyat yang berhak atas hak ini 4 Atik Krustiyati, 2010, Penanganan Pengungsi di Indonesia, Tinjauan Aspek Hukum Internasional dan Nasional, Cetakan Kesatu, Brilian Internasional, Surabaya, hlm. 132.

4 dan kewajiban untuk menghindari tindakan pemaksaan yang dinilai merintangi rakyat menikmati hak ini. Kewajiban-kewajiban ini telah ditegaskan atau tersirat dalam deklarasi-deklarasi tersebut di atas yang di sahkan oleh Majelis Umum PBB, dan memperoleh dukungan dalam praktek pada dekade ini. Pertama, telah terjadi perkembangan pesat dalam emansipasi beberapa wilayah koloni atau wilayah-wilayah yang belum berpemerintahan sendiri. Yang kedua, telah terasa pengaruh Deklarasi tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negeri-negeri dan Rakyat-rakyat Terjajah yang telah disebutkan di atas. Dalam deklarasi ini, Majelis Umum PBB menyatakan perlunya mempercepat dan mengakhiri tanpa syarat semua bentuk kolonialisme dan manifestasinya dan meyerukan pengambilan langkah-langkah segera guna menyerahkan semua kekuasaan kepada rakyat di wilayah-wilayah yang belum merdeka. 5 Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas maka penting untuk dikaji apakah dengan adanya proses penentuan nasib sendiri tersebut tidak mengurangi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan bertentangan dengan hukum internasional. 5 J.G. Starke, 2012, Introduction To International Law, terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja, Cetakan Kesebelas, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 158.

5 B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, diangkat permasalahan hukum yaitu: 1. Apakah Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Rihgt of Self Determination) Rakyat Timor Leste tidak mengurangi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)? 2. Apakah Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Rigth of Self Determination) Rakyat Timor Leste tidak bertentangan dengan Hukum Internasional? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami apakah dengan adanya Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Rigth of Self Determination) Rakyat Timor Leste tidak mengurangi kedaulatan NKRI dan bertentangan dengan Hukum Internasional. 2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan pemikiran yang progresif bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan ilmu tentang hubungan internasional, khususnya mengenai Hak Menentuka Nasib Sendiri (The Rigth of Self Determination) Rakyat Timor Leste ditinjau dari Hukum Internasional,

6 sehingga dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang proses penentuan nasib sendiri tersebut. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, khususnya pihak-pihak yang mengeluti dunia hukum dan khususnya hukum internasional. E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, rumusan masalah dengan judul HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGTH OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL, ini pertama kali diteliti di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Memang ada peneliti lain yang menuliskannya, namun secara substansi yang dibahas tidak sama. Oleh karena itu akan dipaparkan 3 (tiga) penelitian yang sudah ada. 1. Judul : Penerapan asas Non Refoulment dalam Konvensi Jenewa 1951 berkaitan dengan pengungsi Timor Leste di Indonesia (Pasca Referendum tahun 1999) Nama : Cezar Antonio Munthe Fakultas / Prodi : Hukum / Ilmu Hukum Universitas : Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tahun : 2011 Rangkuman :

7 Indonesia yang belum meratifikasi konvensi Jenewa 1951 telah menerapkan asas Non Refoulment berkaitan dengan pengungsi Timor Leste di Indonesia pasca Referendum 1999. Kewajiban Indonesia berkaitan dengan asas Non Refoulment tidak hanya melekat pada pengertian pengungsi tersebut tidak boleh di pulangkan secara paksa ke negara dimana kehidupan dan keberadaanya terancam melainkan juga menyangkut kewajiban negara sebagai penerima dalam memberikan hak-hak pengungsi, memberikan perlindungan dan mengurus pemulangan (repatriasi) dari pengungsi tersebut. Indonesia dalam hal ini belum memberikan penanganan yang memadai terhadap pengungsi Timor Leste. 2. Judul : Kemerdekaan Timor Leste tahun 1999 Nama : Kartika Hijriani Fakultas / Prodi : Sastra / Ilmu Sejarah Universitas : Universitas Jember Tahun : 2010 Rangkuman : Indonesia menganeksasi Timor-Timur pada tahun 1975 melalui operasi militer, pendudukan Indonesia dikecam oleh Dewan Keamanan PBB yang menyerukan agar Indonesia segera meninggalkan Timor Timur. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan agar masyarakat Timor Timur diberi kesempatan untuk melakukan penentuan nasib pendapat.

8 Pada 9 Juni tahun 1998, Presiden Habibie mengumumkan bahwa Indonesia akan menawarkan status khusus kepada Timor Timur, suatu bentuk otonomi, namun hal ini tidak diterima oleh sebagian masyarakat Pro-Kemerdekaan karena hal ini hanya akan memperpanjang masa pendudukan Indonesia di Timor Timur. Oleh karena itu pada tanggal 27 Januari tahun 1999, Indonesia memutuskan untuk lepas tangan atau memberikan kemerdekaan kepada Timor Timur jika opsi pertama yaitu tawaran otonomi khusus yang sangat diperluas ditolak. Pada tanggal 5 Mei tahun 1999 Indonesia dan Portugal menandatangani kesepakatan yang memberikan kesempatan kepada rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib sendiri. 3. Judul : Suara Timor Lorosae pasca Kemerdekaan Timor Leste tahun 1999 Nama : Sherley Esperansa C.L. Siki Fakultas / Prodi : Hukum / Ilmu Hukum Universitas : Universitas Atma Jaya Yogyakarta Tahun : 2011 Rangkuman : Berdasarkan tahapan perkembangan sebuah korporasi atau organisasi, yang dikemukakan oleh Ashadi Siregar, suara Timor Lorosae sebagai sebuah perusahaan turut mengalami masa transisi pasca kemerdekaan Timor Leste tahun 1999 saat itu berada pada posisi kemerosotan, mengingat perekonomian Timor Leste belum

9 stabil sehingga kemungkinan penerimaan pesan secara teknis belum tersampaikan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat Timor Leste. Suara Timor Lorosae merupakan media yang terbukti mampu bertahan dalam keadaan yang sangat genting. Berbagai ancaman dan intimidasi yang datang dari berbagai pihak tidak menggoyakan semangatnya untuk terus menjalankan semangat jurnalisme ditengah segala keterbatasan dan krisis yang diperoleh selama 18 tahun berdirinya ternyata tidak membuatnya goyah. Penulisan yang akan dilakukan oleh penulis mempunyai perbedaan dengan penulis-penulis sebelumnya. Penulis akan menulis tentang Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Rigth of Self Determination) Rakyat Timor Leste ditinjau dari Hukum Internsional, sedangkan penulis-penulis sebelumnya di atas, tidak memiliki kesamaan dengan penulisan yang dilakukan sekarang. F. Batasan Konsep 1. Hak Kekuasaan untuk melakukan sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang-Undang atau aturan. 6 6 Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 381.

10 2. Hak Menentukan Nasib Sendiri Hak menentukan nasib sendiri berarti semua bangsa secara bebas menentukan status politik mereka dan secara bebas mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan budaya mereka. 7 3. Timor Leste Republik Demokratik Timor Leste, dulu disebut Timor Timur, dan sekarang biasa pula disebut Timor Lorosa e, adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah ini juga meliputi pulau Atauro, Jaco dan Kabupaten Ambeno yang beribukota Oekusi yang berada dalam wilayah propinsi NTT. Timor Leste, dulunya merupakan salah satu propinsi dari Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Propinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis Timor Leste sebagai nama resmi mereka. 8 4. Hukum Internasional J.G.Starke mendefinisikan hukum internasional sebagai keseluruhan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, sehingga benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan mereka satu sama lain. 9 7 Martino Sardi, 2009, Instrumen Internasional Tentang Hak-Hak Asasi Manusia, Pusat Pengembangan HAM Yogyakarta, Yogyakarta. hlm. 14. 8 Atik Krustiyati, 2010, Op.Cit., hlm., 131. 9 Dedi Supriyadi, 2013, Hukum Internasional, Cetakan Kesatu, Pustaka Setia, Bandung, hlm.,17.

11 Mencermati uraian di atas, tampak jelas bahwa hak menentukan nasib sendiri merupakan hak yang dimiliki oleh setiap bangsa di dunia oleh karena itu setiap bangsa bebas untuk menentukan status politik mereka sendiri. Mengingat pentingnya hak ini, maka setiap negara di dunia merasa dirinya terikat untuk menaati hak ini dalam hubungan mereka satu sama lain. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan fokus pada norma hukum positif yaitu Resolusi Majelis Umum PBB (MU-PBB) Nomor 1514 tentang Pemberian Kemerdekaan kepada negeri-negeri dan Rakyat Jajahan, serta Resolusi Nomor 1541 (XV) tentang Penentuan Nasib Sendiri pada tahun 1960. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif diperlukan berbagai sumber data, Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas: 1) Bahan Hukum Primer sebagai bahan hukum yang mengikat yang terdiri atas: a. Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514 tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negeri-negeri dan Rakyat Jajahan

12 (Declaration on the Granting of Independence to Colonial Countries and People) b. Resolusi Nomor 1541 (XV) tentang Penentuan Nasib Sendiri pada tahun 1960. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum dalam literatur, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah, yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap obyek yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier meliputi bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan studi kepustakaan. a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung kepada narasumber dengan mengunakan pedoman wawancara. Dalam hal ini yang menjadi narasumber adalah: 1. Pejabat Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2. Pejabat Kantor Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

13 3. Pejabat Kantor Kedutaan Besar Republik Demokratik Timor Leste b. Studi kepustakaan, yaitu membaca, mempelajari dan memahami buku-buku dan mendeskripsikan, mensistematisasi, menganalisis, menginterpretasikan serta menilai intrumen-instrumen hukum internasional dengan mengunakan penalaran hukum yang berhubungan dengan Hak Menentukan Nasib Sendiri (The Right of Self-Determination) Rakyat Timor Leste ditinjau dari hukum internasional. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Jakarta, karena sebagai ibukota Negara terdapat kantor-kantor perwakilan asing, seperti : 1. Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2. Kantor Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia 3. Kantor Kedutaan Besar Republik Demokratik Timor Leste 5. Metode Analisis Data Bahan hukum primer yang telah dikumpulkan dianalisis, dideskripsikan, disistematisasikan, diinterpretasi serta dilakukan penilaian sesuai dengan 5 (lima) tugas ilmu hukum normatif atau dogmatif, sedangkan bahan hukum sekunder yang berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum dalam literatur, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah dianalisis untuk menemukan persamaan dan perbedaanya. Data yang

14 diperoleh tersebut dianalisis untuk menemukan persamaan dan perbedaanya. Proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berpikir deduktif yaitu penalaran dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Skripsi Pada penulisan hukum ini, permasalahan telah di uraikan dalam 3 (tiga) bab utama. Pada Bab I yaitu BAB PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, batasan konsep, metode penelitian, sistematika skripsi. Pada Bab II yaitu BAB PEMBAHASAN berisi tentang tinjauan hukum terhadap Negara (perolehan wilayah suatu Negara, hak-hak dasar dan kewajiban dasar Negara, resolusi hak menentukan nasib sendiri). Sejarah Timor Leste, (penjajahan portugis, pergolakan di Portugis, revolusi Timor Leste deklarasi Balibo bergabung dengan NKRI), pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri rakyat Timor Leste terhadap wilayah Timor Leste. Pada Bab III yaitu BAB PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan permasalahan hukum. Kesimpulan berisi pernyataan singkat atas temuan hasil penelitian yang merupakan jawaban rumusan masalah hukum yang diteliti. Saran menguraikan hal-hal yang harus dilaksanakan terkait dengan adanya kesimpulan yang dikemukakan.