III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya apabila seorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali. Sinungan (2000) menyatakan manajemen perkreditan pada dasarnya merupakan suatu proses yang terintegrasi antara sumber-sumber dana kredit, alokasi dana yang dapat dijadikan kredit dengan perencanaan, pengorganisasian, pemberian, administrasi, dan pengamanan kredit. Pada prinsipnya, kredit itu hanya satu macam, yaitu uang bank yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu di waktu yang akan datang, disertai kontra prestasi berupa bunga. Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Permintaan seseorang atau suatu masyarakat kepada suatu barang ditentukan oleh faktor-faktor, diantaranya : harga barang itu sendiri (Px), harga barang lain ( Py), pendapatan konsumen (Inc), cita rasa (T), iklim (S), jumlah penduduk (Pop), dan ramalan masa yang akan datang (F). Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan pernyataan bahwa, jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah permintaanya akan menurun (Mankiw, 2006). Demikian pula dengan kredit, permintaan kredit pada dasarnya sama dengan permintaan sebuah barang hanya saja jenis barang yang diminta dalam bentuk uang (kas). Permintaan kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: harga barang itu sendiri atau interest (ix) dari bank yang bersangkutan, harga barang lain atau interest (iy) dari bank lain, pendapatan debitur (Inc), jumlah penduduk (Pop), dan ramalan masa yang akan datang (F). Hipotesis permintaan kredit : Hubungan antara kredit yang diminta dengan tingkat bunga yang berlaku dimana hubungannya berbanding terbalik ketika
tingkat bunga meningkat atau naik maka jumlah kredit yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila bunga turun maka jumlah kredit yang diminta pun akan meningkat. Persamaannya : (Qd kredit = F (ix, iy, Inc, Pop, F) Kurva permintaan merupakan garis menurun yang menghubungkan harga dengan jumlah permintaan suatu barang. Perubahan yang terjadi pada kurva permintaan terdiri dari gerakan sepanjang kuva dan perubahan kurva permintaan. a. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan Perubahan sepanjang kurva permintaan kredit berlaku apabila kredit yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Gambar 1. Pergerakan Sepanjang Kurva Permintaan Kredit Sumber : Mankiw (2006) b. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit Kurva permintaan kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktorfaktor selain bunga yang berlaku pada bank tersebut, sekiranya bunga pada bank lain, pendapatan debitur dan berbagai faktor bukan bunga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. 24
Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit Sumber : Mankiw (2006) Penawaran adalah banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor. Yang tepenting adalah : harga barang tersebut (Px), harga barang lain (Py), biaya faktor produksi FP, teknologi, tujuan perusahaan, ekspektasi (ramalan). Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa : Jika semua hal dibiarkan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka jumlah penawarannya akan meningkat (Mankiw, 2006). Penawaran kredit adalah besarnya uang yang dicairkan (direalisasikan) oleh pihak bank (kreditur) pada periode tertentu dan pada tingkat bunga tertentu. Penawaran kreditpun dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: harga barang tersebut atau bunga bank tersebut (ix), harga barang lain atau bunga pada bank lain (iy), biaya faktor produksi dalam hal ini biaya administrasi bank (FP), teknologi, tujuan perusahaan, ekspektasi (ramalan). Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa : Semakin tinggi tingkat bunga yang berlaku, semakin besar kredit yang akan dicairkan oleh bank tersebut. Sebaliknya, makin rendah bunga yang berlaku, semakin sedikit jumlah kredit yang yang dicairkan. 25
Secara matematis : Qs = F (ix, iy, Fp, T1... ) Gerakan Sepanjang dan Pergeseran Kurva Penawaran a. Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran Kredit Kurva penawaran selalu naik, karena ketika semua hal dianggap tidak berubah, tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan pencairan kredit oleh pihak bank (saat i naik dari i ke i1 maka Qs pun meningkat dari Qs ke Qs1 ). Gambar 3. Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran Kredit Sumber : Mankiw (2006) b. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan apapun yang meningkatkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapa pun menggeser kurva penawaran ke kanan. Perubahan apapun yang menurunkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapapun menggeser kurva penawaran ke kiri. Demikian juga dengan kredit, jumlah kredit yang dicairkan untuk setiap tingkat bunga, dengan asumsi semua faktor lain, diluar tingkat bunga pada bank tersebut, yang mempengaruhi keputusan kreditur untuk mencairkan kredit, tidak ada yang berubah. Sebagai contoh, misalkan biaya administasi turun. Karena biaya administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan bank sebagai kreditur, turunnya biaya administrasi akan membuat biaya yang dikelurakan bank semakin efisien sehingga akan meningkatkan pendapatan bank, ini akan meningkatkan jumlah 26
kredit yang akan dicairkan. Pada tingkat bunga berapapun, bank akan menacairkan kredit dalam jumlah yang lebih besar. Dengan demikian, kurva permintaan akan bergeser ke kanan seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit Sumber : Mankiw (2006) Beradasarkan Gambar tersebut, kasus realisasi kredit yang diteliti merupakan termasuk ke dalam penawaran dalam hal ini penawaran pihak bank sebagai produsen atau kreditur pada tingkat bunga tertentu kepada pihak konsumen atau debitur. Penawaran kredit tersebut seperti telah dijelaskan sebelumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat bunga abank tersebut yang akan membuat kurva penawaran kredit bergerak sepanjang garis atau tingkat bunga bank lain, biaya input bank (misal biaya administrasi dan provisi bank), teknologi, dan ekpektasi (ramalan) sebagai faktor yang akan menggeser kurva penawaran kredit ke kiri atau ke kanan. Kurva penawaran selalu naik, karena ketika semua hal dianggap tidak berubah, tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan pencairan kredit oleh pihak bank. Perubahan apapun yang meningkatkan jumlah yang ingin dicairkan oleh debitur pada tingkat bunga berapa pun akan menggeser kurva penawaran ke kanan. Perubahan apapun yang menurunkan jumlah yang ingin dicairkan oleh debitur pada tingkat bunga berapapun akan menggeser kurva penawaran ke kiri. 27
3.1.2 Prinsip-prinsip Perkreditan Menurut Siamat (2004), Prinsip perkreditan disebut pula konsep 5 C. Pada dasarnya konsep 5 C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan menbayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut : a. Character Penilaian karakter nasabah merupakan masalah yang cukup kompleks berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang individu maupun dalam komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat analisis dalam menilai karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut: kejujuran, ketulusan, kecerdasan, kesehatan, kebiasaan-kebiasaan, tempramental, kaku, membanggakan diri sendiri secara berlebihan dan sebagainya. Pada prinsipnya penilaian karakter nasabah ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. b. Capacity Capacity berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai dengan yang diperkirakan. Penilaian tersebut perlu untuk mengetahui sejauhmana hasil usaha debitur dapat membayar kewajibannya (ability to pay) tepat pada waktunya sesuai dengan perjanijan kredit. c. Capital Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modala yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur kedalam usaha yang akan dibiayai dengan dana bank semakin memperlihatkan keseriusan debitur untuk menjalankan usahanya tersebut. Disamping itu, besarnya modal akan memperkuat daya tahan usaha nasabah menghadapi siklus atau fluktuasi bisnis. Penilaian terhadap permodalan ini penting mengingat kredit yang diberikan bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan untuk 28
membiayai keseluruhan dana atau modal yang ditanamkan debitur. Modala yang dimaksudkan dapat berupa benda bergerak atau benda tak bergerak. d. Collateral Penilaian barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur sebagai jamianan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai barang jaminan atau agunan tersebut dapat menutupi risiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jamianan adalah sebagai alat pengamanan terhadap kemungkinan ketidakmampuan debitur melunasi kewajibannya. Dalam hubungan ini suatu proyek yang akan dibiayai mungkin feasible namun belum tentu bankable atau memenuhi syarat untuk memperoleh kredit bank akibat misalnya tidak memadainya jaminan. e. Condition of economy Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi yang berkaitan dengan keadaan perekonomian suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain mencakup yaitu pertama masalah pemasaran yang meliputi perkiraan permintaan, daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, barang substitusi dan sebagainya. Kedua masalah produksi yang berkaitan dengan perkembanagn teknologi, ketersediaan bahan baku, dan sebagainya. Ketiga, keberadaan pasar uang dan pasar modal, kredit penjual, kredit pembeli, dan perubahan suku bunga dan sebagainya. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional BPR Mitra Daya Mandiri adalah BPR yang dalam menjalankan kegiatan usahanya dilakukan secara konvensional dengan menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan deposito kemudian menyalurkannya dalam bentuk pemberian kredit. BPR ini didirikan untuk melayani masyarakat yang berada mulai dari tingkat Kecamatan sampai ke pedesaan yang sifat usahanya untuk mendukung sektor informal di kota-kota. Hal ini sesuai dengan misinya yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat Bogor dan sekitarnya dengan berperan serta membiayai usaha Mikro dan Kecil. 29
Saat ini PT BPR Mitra Daya Mandiri telah menyalurkan kreditnya dengan plafond maksimum sebesar lima puluh juta rupiah. Namun dari kredit modal kerja yang disalurkan hampir 75 persen plafond kredit yang disalurkan maksimum sebesar lima juta rupiah. Dengan besar plafon yang dikeluarkan oleh BPR Mitra Daya Mandiri ini diharapkan usaha mikro dapat tumbuh dan mengembangkan usahanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan permintaan realisasi kredit oleh nasabah. Kenyataan yang terjadi adalah proporsi kredit modal kerja yang disalurkan relatif menurun tiap tahun padahal ternyata dari tingkat pengembaliannya cukup baik. Adanya penurunan proporsi penyaluran kredit modal kerja tersebut menjadi masalah yang harus diketahui mengapa hal tersebut bisa terjadi, sehingga perlu diketahui prosedur penyaluran serta prosedur pengembalian kredit tersebut yang akan dianalisis secara deskriptif. Dari analisis deskriptif tersebut dapat diketahui karakteristik debitur kredit modal kerja tersebut. Karakteristik debitur sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter nasabah atau keberhasilan nasabah dalam menjalankan usahannya serta kemampuan dalam pengembalian kredit. Dengan demikian BPR Mitra Daya Mandiri dapat menentukan nasabah yang tepat dan jumlah atau plafond yang tepat untuk nasabah tersebut. Karakteristik nasabah ini dinilai sesuai dengan konsep lima C yaitu : Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy. Pemilihan variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit modal kerja didiskusikan dengan pihak manajemen yang menangani perkreditan serta didukung oleh referensi dari penelitian sebelumnya (terdahulu). Secara rinci mengenai variable-variabel yang berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin dan jumlah tanggungan keluarga. Semua variabel tersebut diturunkan dari factor character pada prinsip kredit 5C. a. Usia mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berpikir dalam memanfaatkan kredit. Oleh karena itu usia diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi 30
kredit. Semakin tinggi usia debitur maka kebijaksanaan bertindak akan lebih baik dan tanggung jawab yang dimilikinya akan semakin tinggi dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit. Variabel usia merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan Hutagaol (2009). b. Jenis Kelamin diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit. Pada umunya kepala keluarga pria sehingga pria sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga diduga lebih banyak mengajukan kredit dibandingkan dengan wanita. Demikian juga dengan penelitian Lubis (2009) mengungkapkan bahwa wanita berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Sehingga menurut penelitiannya wanita diduga tidak lancar dalam mengembalikan kreditnya. c. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga lebih besar proporsinya dalam menghabiskan pendapatan keluarga. Variabel jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) namun faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi kredit. 2. Karakteristik usaha, meliputi omzet usaha per bulan, pendapatan usaha per bulan, jenis usaha dan lama usaha (pengalaman usaha). Semua variabel tersebut diturunkan dari faktor capacity dan condition of economy pada prinsip 5C. a. Pendapatan usaha usaha bersih debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Hal ini terkait dengan kemampuannya dalam memenuhi kewajibannya yaitu membayar angsuran dan bunga per bulannya. Variabel omzet usaha merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009), Hutagaol (2009), Mulyarto (2007), Safitri (2007), Sari (2007) dan Mardianingsih (2006). Faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi kredit. b. Jenis usaha berpengaruh terhadap realisasi kredit karena setiap usaha memiliki risiko yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi kemampuan 31
usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya digunakan dalam membayar pinjaman. Usaha agribisnis diduga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha non agribisnis sehingga diduga debitur yang memiliki usaha non agribisnis diduga memiliki peluang yang lebih besar dalam realisasi kredit. Variabel jenis usaha merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi kredit. Menurut hasil penelitiannya, jenis usaha agribisnis berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. 3. Karakteristik Kredit, meliputi frekuensi peminjaman kredit, jumlah kredit yang diajukan dan nilai agunan. Variabel tersebut diturunkan dari faktor capital dan collateral pada prinsip 5C dan kesepakatan kredit antara kedua belah pihak. a. Frekuensi peminjaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin sering meminjam maka debitur tersebut akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diambil dan bagaimana memanfaatkannya, sehingga meningkatkan kepercayaan bank untuk merealisasikan kredit yang lebih besar. Selain itu, semakin sering debitur tersebut melunasi pinjamannya sehingga peluang mengembalikan kredit berikutnya dengan lancar akan lebih besar. Variabel frekuensi kredit merupakan salah satu faktor yang diteliti Mulyarto (2007), Safitri (2007) dan Mardianingsih (2006). b. Jumlah kredit yang diajukan selalu lebih besar atau sama dengan jumlah kredit yang direalisasikan oleh bank sehingga jumlah kredit yang diajukan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin besar jumlah kredit yang diajukan oleh debitur kepada bank maka diduga nantinya, jumlah kredit yang direalisasikan oleh bank akan semakin besar. Variabel jumlah kredit yang diajukan merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi kredit. c. Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan pengusaha ketika melakukan pinjaman di bank. Nilai agunan berpengaruh positif realisasi kredit karena semakin tinggi nilai agunan maka rasa memiliki debitur 32
terhadap agunan tersebut akan semakin besar sehingga akan timbul rasa waspada yang lebih tinggi pada nasabah. Agunan dapat berpindah kepemilikan kepada pihak bank jika pengembalian kreditnya tidak lancar. Hal ini akan mendorong debitur untuk mengembalikan kredit dengan lancar. Variabel agunan merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi kredit. d. Sistem bunga efektif yaitu porsi bunga dihitung berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi bunga dan pokok dalam angsuran setiap bulan akan berbeda, meski besaran angsuran per bulannya tetap sama. Bunga effektif diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit karena semakin tinggi bunga yang ditetapkan terhadap debitur maka keuntungan yang akan diperoleh akan semakin tinggi. Maka diduga semakin tinggi bunga yang diberikan ke debitur maka besarnya kredit yang akan dicairkan pihak bank semakin tinggi pula. Variabel ini merupakan varibel yang belum diteliti dalam penelitian sebelumnya. e. Jangka waktu yaitu periode kredit atau jangka waktu peminjaman kredit. Jangka waktu diduga berpengaruh positif karena semakin panjang jangka waktu kredit maka besarnya bunga yang akan diterima pihak bank akan lebih tinggi. Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap realisasi kredit modal kerja sehingga BPR Mitra Daya Mandiri perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis faktor-faktor dari semua karakteristik nasabah yang mempengaruhi kredit tersebut akan menghasilkan karakteristik nasabah yang layak diberikan kredit dengan plafon yang tepat dan memiliki peluang yang besar dalam mengembalikan pinjaman sebaik mungkin (lancar). Hasil analisis tersebut merupakan rekomendasi bagi BPR Mitra Daya Mandiri untuk mengatasi masalah rendahnya realisasi kredit modal kerja. Karakteristik nasabah tersebut dapat diimplementasikan dalam menyetujui permohonan kredit sehingga BPR Mitra Daya Mandiri tidak ragu lagi dalam 33
meningkatkan realisasi kredit modal kerja terhadap Usaha Mikro khususnya agribisnis. Kebijakan mengenai penyaluran kredit perlu direncanakan dengan baik agar menjadi saling menguntungkan baik untuk debitur yang memerlukan dana untuk modal usahanya dan pihak bank sebagai pihak yang memberikan dananya kepada para pelaku Usaha Mikro. Sehingga diharapkan BPR Mitra Daya Mandiri tetap dapat menjadi lembaga keuangan mikro bank yang dekat dengan masyarakat kecil khususnya pelaku usaha mikro sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan pengembangan usaha rakyat kecil khususnya di pedesaan. Untuk lebih jelasnya, Gambar 5 menunjukkan bagan kerangka pemikiran penelitian ini. PT BPR MITRA DAYA MANDIRI Penyaluran Kredit Modal Kerja pada Usaha Mikro Permasalahan : Proporsi Kredit Modal Kerja Menurun Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit modal kerja berdasarkan prinsip 5 C 1. Karakteristik individu (Usia, jenis kelamin, Jumlah Tanggungan Keluarga) 2. Karakteristik usaha (tingkat pendapatan bersih per bulan, jenis usaha) 3. Karekteristik Kredit (Frekuensi peminjaman kredit, jumlah kredit yang diajukan, nilai agunan, bunga efektif dan jangka waktu). Karakteristik nasabah yang layak realisasi Rekomendasi Kebijakan Gambar 5. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 34
3.3 Hipotesis 3.3.1 Hipotesis Analisis Kredit berdasarkan Karakteristik Individu Besarnya realisasi kredit dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu debitur kredit modal kerja, diantaranya : Usia berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit Jenis Kelamin, pria lebih berpengaruh terhadap realisasi kredit dibandingkan wanita sehingga pria =1 dan wanita = 0 Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap besarnya realisasi kredit. 3.3.2 Hipotesis Analisis Kredit berdasarkan Karakteristik Usaha Besarnya realisasi kredit dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik usaha debitur kredit modal kerja, diantaranya : Pendapatan usaha per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit modal kerja Jenis usaha, usaha non Agribisnis lebih berpengaruh terhadap realisasi kredit dibandingkan usaha Agribisnis sehingga usaha non Agribisnis = 1 dan Agribisnis = 0 3.3.3 Hipotesis Analisis Realisasi Kredit berdasarkan Karakteristik Kredit Besarnya realisasi kredit dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik kredit debitur kredit modal kerja, diantaranya: Frekuensi peminjaman kredit berpengaruh positif terhadap realisasi kredit Nilai agunan berpengaruh positif dengan realisasi kredit Jumlah kredit yang diajukan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit Bunga Efektif berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Jangka waktu kredit berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. 35