BAB I PENDAHULUAN. umum adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

dokumen-dokumen yang mirip
Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

alam, retribusi, sumbangan, Bea dan Cukai, laba dari BUMN dan sumber golongan yang terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung; (2) pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang PERUBAHAN UNDANG-UNDANG BPHTB

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 8 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PENGALIHAN PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN MENJADI PAJAK DAERAH

MODUL PERPAJAKAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN ATAU BANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

5. waris. 6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain. 7. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan. 8. penunjukkan pembeli dalam lelang. 9.

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor...

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disusun Oleh : Amalia Majid ( ) Dwi Fatehatul Ula ( ) Aulia Amrina Rosada ( ) Silvia Kusumawati ( ) Kelas B

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembayarannya bersifat wajib untuk objek-objek tertentu. Dasar hukum

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BPHTB DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA TANJUNG BALAI

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGENAAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN KARENA HIBAH WASIAT DAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Perpajakan / Elearning BPHTB Dosen: VED.,SE.,MSi

5/3/2011 DASAR HUKUM BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) OBJEK BEA PEROLEHAN HAK ATAS PENGERTIAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPAT DALAM MENGOPTIMALKAN PENERIMAAN BPHTB

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SISTEM PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI PEKANBARU. kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian.

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, membayar pajak merupakan salah satu kewajiban dalam. mewujudkan peran sertanya dalam membiayai pembangunan secara

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK. memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk 44. Pajak adalah satu

PERATURAN DAERAH KOTA BINJAI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BINJAI,

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

TENTANG` BUPATI PATI,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BPHTB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH

a PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN TEMPAT PEMBAYARAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

MEI SUBROTO NIM. R

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai keperluan negara. Pengertian pajak secara umum adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa bedasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak memiliki banyak manfaat bagi masyarakat dalam suatu negara. Pengunaan uang hasil dari pajak yang digunakan oleh negara dapat digunakan untuk belanja pegawai dan sampai pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan yang dapat dilakukan secara umum meliputi jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga dapat digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai meninggal dunia dapat menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara. 1

2 Pajak juga melakukan fungsin retribusi pendapatan dari masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuanny lebih rendah melalui pembangunan dan fasilitas yang dibuat oleh pemerintah melalui hasil pajak. Wajib pajak (WP) yang dimaksud adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan. Penerimaan dari sektor pajak terbagi menjadi 2 golongan, yaitu dari pajak langsung contohnya pajak penghasilan dan dari pajak tidak langsung seperti PPN, BPHTB, PBB, dll. Dilihat dari segi penerimaan pajak tidak langsung dapat menjadi penghasilan bagi negara ataupun daerah dalam melaksanakan pembangunan. Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dipotong oleh pihak ke tiga dalam proses pemungutannya. Sistem pemungutan pajak yang ada di Indonesia terdiri dari 3 sistem, yaitu official assessment system, self assessment sistem, dan withholding system. Official assessment sytem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang dan membayar sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memeberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

3 Sejalan dengan perkembangannya salah satu sumber potensi pajak bagi daerah yang patut digali sesuai situasi dan kondisi perekonomian serta perkembangan pembangunan sekarang ini adalah jenis Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada tanggal 1 Januari 2011 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) secara resmi sepenuhnya menjadi pajak daerah, hal ini dikarenakan dampak dari otonomi daerah yang dilakukan pemerintah. Seperti yang telah diketahui bahwa sebelum berlakunya Undangundang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agararia atau yang dikenal dengan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), setiap pemindahan hak atas harta tetap yang ada di wilayah Indonesia, dipungut Bea Balik Nama berdasarkan Ordonansi Bea Balik Nama Staatblad 1924 Nomor 291. Obyek Bea Balik Nama (BBN) menurut ordonansi tersebut adalah pemindahan hak yang dilakukan dengan pembuatan akta berdasarkan Ordonansi Bea Balik Nama Staatblad 1834 Nomor 27. Berlakunya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) membawa konsekuensi, bahwa pungutan Bea Balik Nama (BBN) atas harta tetap berupa tanah tidak dapat dilaksanakan, karena pungutan tersebut melekat pada hukum tanah berdasarkan Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Sedangkan Buku II Kitab Undangundang Hukum Perdata sepanjang yang mengenai bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya telah dicabut oleh Undang-undang Pokok Agraria (UUPA). Dengan demikian sejak berlakunya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), Bea Balik Nama (BBN) atas tanah tidak dipungut lagi.

4 Maka dengan berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang merupakan dasar hukum dalam upaya meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria yang bersifat nasional dan memberikan kepastian hukum dalam bidang pertanahan bagi rakyat Indonesia, dan untuk menggantikan pungutan Bea Balik Nama (BBN) atas harta tetap berupa tanah, maka Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersepakat untuk memberlakukan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB disahkan pada tanggal 29 Mei 1997 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1998 dan mencabut Ordonansi Bea Balik Nama Staatblad 1924 Nomor 291. Perolehan hak atas tanah dan bangunan terjadi karena adanya peralihan hak yang meliputi peristiwa hukum dan perbuatan hukum yang terjadi antara orang atau badan hukum sebagai subyek hukum yang oleh Undang-undang dan peraturan hukum yang berlaku diberikan kewenangan untuk memiliki hak atas tanah dan bangunan, dan menurut hukum peralihan hak terjadi karena dua hal, yaitu hak beralih dan hak dialihkan. Hak beralih adalah suatu peralihan hak atas tanah dan atau bangunan yang disebabkan oleh orang yang memiliki suatu hak atas tanah dan atau bangunan meninggal dunia sehingga hak tersebut beralih secara langsung kepada ahli waris. Atau dapat juga dikatakan peralihan hak terjadi dengan tidak sengaja melalui suatu perbuatan melainkan terjadi karena hukum atau dapat juga dikatakan bahwa hak atas tanah dan atau bangunan beralih karena peristiwa hukum. Sedangkan hak dialihkan adalah suatu peralihan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan dengan sengaja sehingga hak tersebut terlepas dari pemegangnya semula dan menjadi hak

5 pihak lain, dengan kata lain peralihan hak terjadi melalui perbuatan hukum tertentu yang dapat berupa jual beli atau hibah,wasiat dan sebagainya. Beralihnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pemerintah pusat menjadi pemerintah daerah selain untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak (WP), diperuntukan juga untuk meningkatkan pendapatan daerah agar meningkatkan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan. Pendapatan daerah diperoleh sebagian besar dari pajak yang dipungut oleh daerah seperti pajak hotel, hiburan, BPHTB,pajak reklame,dll. Pajak pajak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda dalam membantu daerah dalam membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh daerah tersebut. Adapun yang menjadi objek dari BPHTB yaitu: 1. Pemindahan Hak, karena: a. Jual Beli; b. Tukar Menukar; c. Hibah; d. Hibah Wasiat; e. Waris; f. Pemasukan dalam Perseroan/Badan Hukum lainnya; g. Pemisahan Hak yang mengakibatkan peralihan; h. Penunjukan pembeli dalam Lelang; i. Pelaksanaan putusan Hakim yang mempunyai kekuatan Hukum Tetap; j. Penggabungan Usaha; k. Peleburan Usaha; l. Pemekaran Usaha; dan

6 m. Hadiah. 2. Pemberian Hak Baru karena : a. Kelanjutan Pelepasan Hak; dan b. Diluar Pelepasan Hak. Sedangkan jenis-jenis hak atas tanah yang perolehan haknya dikenakan BPHTB sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (3) UU BPHTB meliputi : a. Hak Milik; b. Hak Guna Usaha; c. Hak Guna Bangunan; d. Hak Pakai; e. Hak Milik atas satuan Rumah Susun; dan f. Hak Pengelolaan. BPHTB yang mulai tahun 2011 menjadi pajak daerah dan menambah pendapatan daerah dikarenakan otonomi daerah memiliki peranan tersendiri dalam pendapatan daerah. Peranan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam pendapatan daerah belum terlalu terlihat oleh masyarakat pada umumnya dikarenakan peraturan baru. Berdasarkan urairan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh yang tertuang dalam judul: Peranan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terhadap Penerimaan Pendapatan Kota Bandung Tahun 2012

7 1.2 Indentifikasi masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengedintifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan pendapatan daerah kota Bandung dengan diubahnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) menjadi pendapatan daerah. 2. Bagaimana peranan yang ditimbulkan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap pendapatan daerah kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan indentifikasi masalah penelitian yang diuraiakan sebelumnya maka maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh unformasi yang akan dijadikan bahan penyusunan skripsi. Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui peranan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap pendapatan daerah kota Bandung. 2. Untuk mengetahui peranan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) terhadap Pendapatan Daerah Kota Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi akademisi, dapat memberi kontribusi berupa wawasan dan pengetahuan serta informasi terkait dengan BPHTB. Sebagai tambahan

8 informasi dan refrensi bagi peneliti lain yang terkait untuk melakukan penelitian terkait dengan permasalahan yang diangkat penulis. 2. Bagi masyarakat, kiranya penelitian ini dapat membantu masyarakat umum untuk mengetahui kegunaan dari Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi perkembangan pendapatan daerah. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan, dapat digunakan sebagai bahan refrensi serta dapa digunakan untuk menambah pengetahuan, dan wawasan mengenai Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).