LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

LAPORAN STUDI EHRA(Environmental Health Risk Assessment)

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BANJARMASIN

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA SABANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kota Sabang

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Laporan Study EHRA Kota Lhokseumawe Utara

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

LAPORAN AKHIR STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan TAHUN 2015 KABUPATEN NGAWI

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KAPUAS. Kelompok Kerja Sanitasi/Pokja AMPL Kabupaten Kapuas

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Environmental Health Risk Assessment (EHRA) \ Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan

KEBUTUHAN DATA SEKUNDER PADA BAB 2

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun 2013 KATA PENGANTAR

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BALANGAN

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT) KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013 BAB 1 PENDAHULUAN

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

Profil Sanitasi Wilayah

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN SAMBAS

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA PALANGKA RAYA

RISALAH RAPAT Menindaklanjuti Hasil Rapat POKJA Sanitasi

Panduan Praktis Pelaksanaan EHRA (Environmental Health Risk Assessment/Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan)

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DISIAPKAN OLEH : POKJA AMPL KABUPATEN ROTE NDAO

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BUKU SAKU VERIFIKASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT)

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

LAPORAN STUDY EHRA KOTA BUKITTINGGI Oleh : DINAS KESEHATAN KOTA BUKITTINGGI

LAPORAN PEMUTAKHIRAN STUDI EHRA (Environmental

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

KATA PENGANTAR. Tarempa, September 2016 Ketua Pokja Studi EHRA Kabupaten Kepulauan Anambas SAHTIAR, SH, MM NIP

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAPORAN STUDI EHRA ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

PANDUAN PELAKSANAAN VERIFIKASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN WONOSOBO Disusun oleh: KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WONOSOBO Tahun 2012

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GRAFIK... iv DAFTAR PETA... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I. PENDAHULUAN... 1 BAB II. METODOLOGI DAN LANGKAH PELAKSANAANSTUDI EHRA... 2 2.1. Penentuan Target Area Survey... 2 2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden... 4 2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei... 4 2.4. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei... 5 BAB III. HASIL STUDI EHRA 2012 KABUPATEN WONOSOBO... 6 3.1 Karakteristik Responden... 6 3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 11 3.2.1. Kondisi Sampah di Lingkungan... 12 3.2.2. Pengelolaan sampah RT... 14 3.2.3. Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga... 15 3.3 Pembuangan Airkotor/Limbah Tinja Manusia Dan Lumpur Tinja... 18 3.3.1 Jumlah Keluarga Yang Memiliki Jamban... 18 3.3.2 Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja... 24 3.3.3 Kualitas Tangki Septic Yang Dimiliki... 25 3.4 Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir... 40 3.5 Pengelolaan Air Minum Dan Air Bersih Rumah Tangga... 41 3.5.1 Sumber Air Untuk Diminum... 41 3.5.2 Pengolahan, Penyimpanan Dan Penanganan Air Yang Baik Dan Aman... 49 3.6 Perilaku Higiene/Sehat... 53 3.7 Kejadian Penyakit Diare... 59 BAB IV. PENUTUP... 74 DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN... 76 Hal STUDI EHRA Kab. Wonosobo i

DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1. Kategori Klaster berdasarkan kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko... 3 Tabel 2.2. Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Wonosobo... 3 Tabel 2.3. Hasil pemilihan 25 desa/kelurahan lokasi studi EHRA di Kabupaten Wonosobo... 4 Tabel 3.1. Informasi Kelompok Umur Responden... 6 Tabel 3.2 Informasi Status Rumah Responden... 7 Tabel 3.3. Tingkat Pendidikan Responden... 8 Tabel 3.4. Kepemilikan Anak Dari Responden... 9 Tabel 3.5. Kepemilikan Kartu Askeskin... 10 Tabel 3.6. Pengelolaan sampah masyarakat hasil Studi EHRA... 12 Tabel 3.7. Apakah Petugas Pengangkutan Sampah Dibayar... 15 Tabel 3.8. Biaya Pengangkutan Sampah... 17 Tabel 3.9. Tempat Buang Air Besar (BAB) Orang Dewasa... 19 Tabel 3.10. Orang di Lingkungan Responden yang Masih BABS... 21 Tabel 3.11. Jenis Kloset Yang Dipakai untuk Buang Air Besar (BAB)... 23 Tabel 3.12. Pembuangan limbah tinja manusia... 24 Tabel 3.13. Lama tangki Septik Dibangun... 25 Tabel 3.14. Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan... 27 Tabel 3.15. Petugas Yang Mengosongkan tangki septik... 29 Tabel 3.16.. Pembuangan Lumpur Tinja... 30 Tabel 3.17. Praktek Membuang Tinja Anak Balita... 33 Tabel 3.18. Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)... 34 Tabel 3.19. Tempat Penyaluran air Limbah dari dapur... 36 Tabel 3.20. Tempat Penyaluran air Limbah dari Kamar mandi... 37 Tabel 3.21. Tempat Penyaluran air Limbah dari Tempat Cuci Pakaian... 38 Tabel 3.22. Tempat Penyaluran air Limbah dari Wastafel... 39 Tabel 3.23. Apakah rumah/lingkungan pernah terkena banjir... 40 Tabel 3.24. Sumber air untuk minum... 41 Tabel 3.25. Lamanya mengalami kesulitan mendapatkan air... 44 Tabel 3.26. Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan... 45 Tabel 3.27. Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan... 46 Tabel 3.28. Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum... 48 Tabel 3.29. Praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum... 49 Tabel 3.30. Praktek penyimpanan air sebelum digunakan untuk minum... 50 Tabel 3.31. Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring... 51 Tabel 3.32. Apakah responden sudah menggunakan sabun... 52 Tabel 3.33. Prakten penggunaan sabun oleh responden... 54 Tabel 3.34. Dimana saja anggota keluarga biasanya mencuci tangan... 56 STUDI EHRA Kab. Wonosobo ii

Tabel 3.35. Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun?... 57 Tabel 3.36. Kejadian Penyakit Diare Kapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena Diare... 59 Tabel 3.37. Kejadian Penyakit DiareAnak-anak balita... 60 Tabel 3.38. Kejadian Penyakit DiareAnak-Anak Non Balita... 61 Tabel 3.39. Kejadian penyakit diare Anak remaja laki-laki... 62 Tabel 3.40. Kejadian Penyakit DiareAnak Remaja Perempuan... 62 Tabel 3.41. Kejadian Penyakit Diare Orang Dewasa Laki-laki... 64 Tabel 3.42.. Kejadian Penyakit DiareOrang Dewasa Perempuan.... 65 Tabel 3.27. Penyedia layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota... III-29 Tabel 3.28. Ringkasan pendapatan dan belanja subsektor pengelolaan persampahan... III-29 Tabel 3.29. Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan... III-31 Tabel 3.30. Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Wonosobo... III-31 Tabel 3.31. Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase lingkungan... III-34 Tabel 3.32. Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota... III-34 Tabel 3.33. Kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan... III-35 Tabel 3.34. Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat... III-35 Tabel 3.35. Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten... III-35 Tabel 3.36. Media komunikasi yang ada di Kabupaten... III-36 Tabel 3.37. Kerjasama Terkait Drainase... III-36 Tabel 3.38. Daftar Mitra Potensial... III-36 Tabel 3.39. Penyedia LayananPengelolaan Drainase Lingkungan Yang Ada di Kabupaten Wonosobo... III-36 Tabel 3.40. Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Subsektor Pengelolaan Drainase... III-36 Tabel 3.41. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Wonosobo... III-39 Tabel 3.42. Pengelolaan limbah industri rumah tangga kabupaten/kota... III-39 Tabel 3.43. Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan... III-39 Tabel 4.1. Rencana program dan kegiatan PHBS dan Promosi Higiene tahun 2013... IV-1 Tabel 4.2. Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2012... IV-1 Tabel 4.3. Rencana program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2013... IV-2 Tabel 4.4. Kegiatan pengelolaan air limbah domestik Tahun 2012... IV-3 Tabel 4.4. Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan tahun 2013... IV-3 Tabel 4.6. Kegiatan pengelolaan persampahan Tahun 2012... IV-4 Tabel 4.7. Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase tahun 2013... IV-4 Tabel 4.8. Kegiatan pengelolaan drainase tahun 2012... IV-4 Tabel 4.9. Rencana program dan kegiatan Tahun 2013... IV-6 Tabel 4.10. Kegiatan Tahun 2012... IV-1 Tabel 5.1. Area berisiko sanitasi dan penyebab utamanya... V-3 STUDI EHRA Kab. Wonosobo iii

DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 2.1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA... 4 Grafik 3.1. Kelompok Umur Responden... 6 Grafik 3.2. Prosentase responden berdasar kel. Umur... 7 Grafik 3.3. Satus Rumah Responden.... 8 Grafik 3.4. Kepemilikan rumah responden... 8 Grafik 3.5. Tingkat Pendidikan Responden... 9 Grafik 3.6. Prosentase Tingkat Pendidikan Responden... 9 Grafik 3.7. Kepemilikan anak... 10 Grafik 3.8. Prosentase Kepemilikan Anak... 10 Grafik 3.9. Kepemilikan Kartu Askeskin... 11 Grafik 3.10. Prosentase Kepemilikan kartu Askeskin Menurut Klaster Desa... 11 Grafik 3.11. Prosentase Kondisi Sampah di Lingkungan Menurut Desa... 13 Grafik 3.12. Prosentase kondisi sampah di lingkungan menurut klaster... 13 Grafik 3.13. Pengelolaan sampah rumah tangga... 14 Grafik 3.14. Prosentase Pengelolaan Sampah RT... 14 Grafik 3.15. Prosentase Pengelolaan Sampah Menurut Klaster... 15 Grafik 3.16. Tempat pengumpulan sampah RT... 15 Grafik 3.17. Prosentase Frekuensi Pengangkutan Sampah oleh Petugas... 15 Grafik 3.18. Prosentase Ketepatan Pengangkutan Sampah Menurut Klaster... 15 Grafik 3.19. Prosentase Pengangkutan Sampah Yang Dibayar... 16 Grafik 3.20. Prosentase petugas pemungut uang sampah tiap klaster... 16 Grafik 3.21. Kepada Siapa Membayar Pengangkutan Sampah... 17 Grafik 3.22. Biaya Pengangkutan Sampah... 18 Grafik 3.23. Tempat BAB Orang Dewasa... 19 Grafik 3.24. Tempat BAB Orang Dewasa Menurut Klaster... 20 Grafik 3.25. Prosentase Tempat BAB Orang Dewasa... 20 Grafik 3.26. Grafik Orang yang masih BABS Menurut Desa... 21 Grafik 3.27. Grafik Prosentase Orang Yang Masih BABS Menurut Klaster Desa... 22 Grafik 3.28. Grafik Prosentase Orang Yang Masih BABS... 22 Grafik 3.29. Grafik Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB Menurut Desa... 22 Grafik 3.30. Grafik Prosentase Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB Menurut Klaster... 23 Grafik 3.31. Grafik Prosentase Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB... 24 Grafik 3.32. Tempat Buangan Akhir Tinja Menurut Desa... 25 Grafik 3.33. Tempat Buangan Akhir Tinja Menurut Klaster... 25 Grafik 3.34. Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja... 26 Grafik 3.35. Lama Tangki Septik Dibangun... 26 Grafik 3.36. Prosentase Lama Tangki Septik Dibangun... 26 STUDI EHRA Kab. Wonosobo iv

Grafik 3.37. Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan... 27 Grafik 3.38. Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Menurut Desa... 28 Grafik 3.39. Prosentase Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Menurut Klaster... 28 Grafik 3.40. Prosentase Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan... 28 Grafik 3.41. Siapa Yang Mengosongkan Tangki Septik... 29 Grafik 3.42. Prosentase Oleh Siapa Tangki Septik Dikosongkan Menurut Klaster... 29 Grafik 3.43 Prosentase Oleh Siapa Tangki Septik Dikosongkan... 30 Grafik 3.44. Tempat Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki septik... 30 Grafik 3.45. Prosentase Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki Septik Menurut Klaster... 31 Grafik 3.46. Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki Septik... 31 Grafik 3.47. Prosentase Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki Septik... 33 Grafik 3.48. Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita... 33 Grafik 3.49. Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita Menurut Klaster... 34 Grafik 3.50. Prosentase Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita... 34 Grafik 3.51. Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL)... 35 Grafik 3.52. Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) Menurut Klaster Desa... 35 Grafik 3.53. Prosentase Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL)... 35 Grafik 3.54. Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari dapur... 36 Grafik 3.55. Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari dapur Menurut Klaster... 36 Grafik 3.56. Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari kamar mandi... 37 Grafik 3.57. Prosentase Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari kamar mandi... 37 Grafik 3.58. Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari tempat Cuci Pakaian... 37 Grafik 3.59. Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari tempat Cuci Pakaian... 39 Grafik 3.60. Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari Wastafel... 40 Grafik 3.61. Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari Wastafel... 40 Grafik 3.62. Grafik apakah di rumah atau lingkungan pernah terkena banjir... 41 Grafik 3.63. Grafik Sumber air minum... 42 Grafik 3.64. Grafik Sumber Air Minum Menurut Klaster... 43 Grafik 3.65. Prosentase Grafik Sumber Air Minum... 43 Grafik 3.66. Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air... 44 Grafik 3.67. Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air menurut klaster... 44 Grafik 3.68. Prosentase Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air... 45 Grafik 3.69. Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan... 45 Grafik 3.70. kepuasan terhadap sumber air yang digunakan menurut klaster... 46 Grafik 3.71. Prosentase Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan... 46 Grafik 3.72. Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja... 47 Grafik 3.73. Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja menurut klaster... 47 Grafik 3.74. Prosentase Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja... 48 STUDI EHRA Kab. Wonosobo v

Grafik 3.75. Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum dan masak... 48 Grafik 3.76. Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum menurut klaster... 48 Grafik 3.77. Prosentase Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum... 49 Grafik 3.78. praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum... 49 Grafik 3.79. praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum menurut klaster... 49 Grafik 3.80. Prosentase praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum... 50 Grafik 3.81. Praktek cara menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman... 50 Grafik 3.82. Praktek cara menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang a man menurut klaster... 51 Grafik 3.83. Prosentase praktek cara menyimpan air yang sudah diolah... 51 Grafik 3.84. Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring... 52 Grafik 3.85. Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring menurut klaster... 52 Grafik 3.86. Prosentase praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring... 52 Grafik 3.87. Apakah responden sudah menggunakan sabun... 53 Grafik 3.88. Papakah responden sudah menggunakan sabun menurut klaster... 54 Grafik 3.89. Prosentase apakah responden sudah menggunakan sabun... 54 Grafik 3.90. Praktek penggunaan sabun oleh responden... 55 Grafik 3.91. Praktek penggunaan sabun oleh responden menurut klaster... 55 Grafik 3.92. Prosentase praktek penggunaan sabun oleh responden... 55 Grafik 3.93. Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan... 56 Grafik 3.94. Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan menurut klaster... 56 Grafik 3.95. Prosentase Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan responden... 57 Grafik 3.96. Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun... 58 Grafik 3.97. Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun? menurut klaster... 58 Grafik 3.98. Prosentase Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun?... 59 Grafik 3.99. Kejadian Diare Kapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena DiareDalam Desa... 59 Grafik 3.100. Kejadian Diare Kapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena Diare Dalam Cluster... 60 Grafik 3.101. Prosentase Kejadian Diare Kapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena Diare Dalam Cluster... 60 Grafik 3.102. Kejadian DiareAnak-Anak Balita Dalam Desa... 61 Grafik 3.103. Kejadian Diare Anak-Anak Balita Dalam Cluster... 61 Grafik 3.104. Prosentase Kejadian Diare Anak-Anak Balita Dalam Desa... 62 Grafik 3.105. Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Desa... 62 Grafik 3.106 Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Cluster... 62 Grafik 3.107. Prosentase Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Desa... 62 Grafik 3.108. Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Desa... 63 Grafik 3.109. Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Cluster... 63 STUDI EHRA Kab. Wonosobo vi

Grafik 3.110. Prosentase Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Desa... 63 Grafik 3.111. Kejadian DiareAnak Remaja PerempuanDalam Desa... 64 Grafik 3.112. Kejadian DiareAnak Remaja PerempuanDalam Cluster... 64 Grafik 3.113. Prosentase Kejadian Diare Anak Remaja Perempuan Dalam Desa... 64 Grafik 3.114. Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Desa... 65 Grafik 3.115. Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Cluster... 65 Grafik 3.116. Prosentase Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Desa... 65 Grafik 3.117. Kejadian DiareOrang Dewasa PerempuanDalam Desa... 66 Grafik 3.118. Kejadian DiareOrang Dewasa PerempuanDalam Cluster... 65 Grafik 3.119. Prosentase Kejadian DiareOrang Dewasa Perempuan Dalam Desa... 65 Grafik 3.120. Indeks Risiko Saniatasi Desa / Kelurahan... 70 Grafik 3.121. Indeks Risiko Saniatasi Klaster... 73 STUDI EHRA Kab. Wonosobo vii

DAFTAR PETA Hal Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Wonosobo dan Cakupan Wilayah Kajian... II-3 Peta 2.3. Peta Daerah Aliran sungai Kabupaten Wonosobo... II-4 Peta 2.4. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo... II-16 Peta 2.5. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo... II-17 Peta 2.6. Peta Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Wonosobo... II-18 Peta 3.1. Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik... III-9 Peta 3.2. Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan air limbah domestic... III-10 Peta 3.3. Peta cakupan layanan persampahan... III-23 Peta 3.4. Peta lokasi infrastruktur utama pengelolaan persampahan.... III-24 Peta 3.5. Peta jaringan drainase Kota Wonosobo... III-33 Peta 3.6. Peta cakupan layanan air bersih... III-37 Peta 5.1. Peta area berisiko sanitasi... V-2 STUDI EHRA Kab. Wonosobo viii

DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 3.1. Diagram, Untuk Menentukan Suspek Tangki Septic Atau Cubluk... 32 STUDI EHRA Kab. Wonosobo ix

BAB I PENDAHULUAN Environmental Health Risk Assessment Study atau studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan dan desa.studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan merupakan salah satu dari beberapa studi primer yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Wonosobo dalam rangka menyusun buku Pemetaan Kondisi Sanitasi (Buku Putih Sanitasi) dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kabupaten/kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena : 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat. 2. Data terkait dengan sanitasi dan hygiene terbatas dimana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. 3. Isu sanitasi dan hygiene masih dipandang kurang penting Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah : 1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan. 2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal. 4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Wonosobo. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh kelompok kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Wonosobo, selanjutnya data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Wonosobo dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi kabupaten. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 1

BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH PELAKSANAANSTUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh pokja AMPL dan Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Sementara Sanitarian bertugas menjadi supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrument EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan dan diskusi perbaikan instrument. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proposional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 6 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per Desa/Kelurahan adalah 30 responden, ditambah 3 responden sebagai tambahan. Yang menjadi responden adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstrukur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalm waktu sekitar 30 45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya untuk keikutsertaan dengan sukarela dan sadar. Pekerjaan entri data dikoordinir oleh tim dari dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS. Untuk Quality control, tim spot chek mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot chek secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di recheck kembali oleh Tim Pokja AMPL. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.\ Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Kabupaten semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut : 1. Penanggung Jawab : Pokja Kabupaten Wonosobo 2. Koordinator Survey : Pokja Dinas Kesehatan 3. Anggota : Bappeda, Bapermasdes, DPU, Humas 4. Koordinator Wilayah/Kecamatan : Kepala Puskesmas 5. Supervisor : Sanitarian 6. Tim Entry Data : Bappeda 7. Tim Analisis Data : Pokja Kabupaten Wonosobo 8. Enumerator : Kader aktif Posyandu, PKK, KB Penentuan Target Area Survey Metode penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah Probability Sampling dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel, Sementara metode sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini cocok digunakan di Kabupaten Wonosobo, mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang ditetapkan. Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh program PPSP sebagai berikut : PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 2

1. Kepadatan Penduduk, yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. 2. Angka kemiskinan dengan indicator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representative menunjukkan kondisi social ekonomi setiap kecamatan dan kelurahan atau desa. 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat. 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Wonosobo menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogeny dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan gambaran area berisiko Kabupaten Wonosobo. Tabel. 1 Kategori Klaster berdasarkan kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Kategori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4 Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko. Klastering wilayah Kabupaten Wonosobo menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada tabel. 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogeny dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Tabel.2 Hasil Klastering Desa/Kelurahan di Kabupaten Wonosobo No Klaster Jumlah Nama Desa/Kelurahan 1 4 0 2 3 3 3 2 134 4 1 128 5 0 0 Jumlah 265 Hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Wonosobo yang terdiri dari 265 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut : Klaster 0 : 0% Klaster 1 : 48,30% Klaster 2 : 50,57% Klaster 3 : 1,13% Klaster 4 : 0% PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 3

Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada grafik. 1 Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA. 160 140 120 100 Grafik. 1 Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA 80 60 40 20 0 0 1 2 3 4 Jumlah 0 128 134 3 0 Penentuan Jumlah/Besar Responden Untuk mendapatkan gambaran kondisi sanitasi di tingkat kabupaten/kota, dengan presisi tertentu, tidak dibutuhkan besaran sampel sampai ribuan rumah tangga. Sampel sebesar 30 responden untuk tiap kelurahan/desa dengan teknik statistic tertentu dan dianggap sebagai jumlah minimal yang bisa Dianalisis.Dalam praktiknya, jumlah responden ditambah menjadi 33. Berdasarkan kaidah statistic, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota dapat dengan cara sangat sederhana yaitu dengan menggunakan Tabel krejcie-morgan yang mempunyai tingkat kepercayaan 95%. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei Setelah menghitung kebutuhan responden, selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 25 desa/kelurahan secara random. Hasil pemilihan 25 desa/kelurahan tersebut disajikan pada tabel.3 sebagai berikut : No. Klaster Kecamatan Desa/Kel. Terpilih RW RT RTTerpilih Responden 1 4-2 3 Mojotengah Kalibeber 13 46 6 33 3 2 Wadaslintang Kepil Sapuran Kaliwiro Sukoharjo Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Kejajar Lancar Kaliwuluh Talunombo Winongsari Tlogo Wonorejo Mungkung Kertek Wonosobo Barat Binangun Krassak Sendangsari Sikunang 11 9 5 4 9 6 6 9 13 18 4 8 5 49 19 19 24 32 14 11 62 67 68 22 29 17 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 4

4 1 Wadaslintang Sapuran Kalibawang Leksono Selomerto Kalikajar Kertek Wonosobo Watumalang Mojotengah Garung Ngalian Marongsari Karangsambung Sojokerto Sumberwulan Maduretno Ngadikusuman Kejiwan Gondang Andongsili Kuripan 7 5 12 6 7 11 8 5 8 6 4 47 20 26 23 21 37 21 23 48 19 16 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 25 Desa/Kel. 79 780 150 825 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survey Unit Sampling Primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per Kelurahan/Desa mesti dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT dipilih per Kelurahan/Desa adalah 6 RT. Untuk menentukan RT terpilih, dilakukan dengan panduan sebagai berikut : 1. Urutkan RT per RW per Kelurahan/Desa 2. Tentukan angka interval (AI) Untuk menentukan Angka Interval (AI), perlu diketahui jumlah total RT dan jumlah yang akan diambil. a. Jumlah total RT Kelurahan : x b. Jumlah RT yang akan diambil : y c. Maka Angka Interval (AI) = jumlah total RT kelurahan/jumlah RT yang diambil AI = x/y = z d. Untuk menentukan RT pertama, dikocok atau ambil secara acak angka antara 1 z (angka random), missal diperoleh 3 e. Untuk menentukan/memilih RT berikutnya adalah 3 + z Contoh : Kelurahan Kalibeber a. Jumlah Total RT : 46 b. Jumlah RT yang akan diambil : 6 c. Angka Interval : 46/6 = 7,67 ( dibulatkan 8 ) d. Menentukan RT Pertama : Diacak nomor 1 8 (keluar no urut 5) RT Pertama : RT yang berada di nomor urut 5 e. RT berikutnya : No urut 5 + 8 ( no urut 13) dst Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari referensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.tahapan penentuan responden sebagai berikut : Contoh : Kelurahan Kalibeber 1. Membuat daftar rumah tangga dari RT yang terpilih (RT.2/2) 2. Jumlah total rumah tangga : 40 3. Jumlah sampel diambil (6) : 40/6 = 6,67 ( dibulatkan 7 ) 4. Menentukan urutan pertama : kocok 1 7 ( keluar no orut 5 ) 5. Urutan rumah tangga berikutnya : 5 + 7 = 12 dst. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 5

Kelompok Umur Responden BAB. III HASIL STUDI EHRA 2012KABUPATEN WONOSOBO Pelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, 2. Pembuangan Air Limbah Domestik, 3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, 4. Sumber Air, 5. Perilaku Higiene dan 6. Kasus Penyakit Diare 3.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden dalam studi EHRA 2012 ini adalah warga masyarakat di desa survey yang telah ditentukan, dengan kriteria responden batasan umur 18 s/d 60 tahun dan status dalam rumah tangga (istri dan anak perempuan yang sudah menikah) tanpa memandang status sosial, pendidikan, pekerjaan dan lain lain. Berdasarkan hasil studi EHRA yang telah dilaksanakan diperoleh data-data sebagai berikut seperti yang terlihat dalam grafik dibawah ini. Tabel 3.1. Informasi Kelompok Umur Responden Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 <= 20 tahun 0 0 0 3 0 0 1 1 0 0 4 0 2 1 1 0 1 2 0 0 0 0 0 0 0 14 21-25 tahun 1 3 1 2 3 2 5 3 3 4 1 1 3 1 1 1 1 3 3 0 2 3 2 0 2 51 26-30 tahun 3 4 3 4 3 5 2 5 1 6 5 2 2 6 5 1 4 4 3 1 5 6 3 8 8 99 31-35 tahun 4 3 3 2 5 8 4 5 6 4 4 7 5 5 2 7 2 4 6 3 10 3 2 8 6 118 36-40 tahun 3 8 7 4 5 4 5 7 7 2 5 2 6 10 3 4 6 6 3 8 3 1 5 4 8 126 41-45 tahun 4 6 7 5 3 4 5 3 1 2 2 7 5 2 5 5 5 7 7 4 5 6 4 6 8 118 > 45 tahun 18 9 12 13 14 10 11 9 15 15 12 14 10 8 16 15 14 7 11 17 8 14 17 7 1 297 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 823 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai umur responden seperti yang terlihat pada gambar grafik 3.1 dan grafik 3.2 dibawah ini. Grafik 3.1 Kelompok Umur Responden Tot al Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa rata-rata umur responden yang digunakan dalam studi EHRA di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012ini dibedakan menjadi 7 kelompokdengan kelompok umur responden terbanyak dari PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 6

kelompok Umur lebih dari 45 tahun sebanyak 297 responden kemudian yang ke dua terbanyak dari kelompok umur 36-40 tahun. Dari hasil tersebut dengan kelompok umur lebih dari 45 tahun terbanyak menjadi responden membuktikan bahwa data yang diperlukan lebih akurat dalam penggalian informasinya karena pada umur tersebut sudah pada tingkat kematangan dalam hidupnya dan biasanya sudah berkeluargan dan rumah sendiri dan mendominasi ditiap-tiap kelurahan dan desa. Grafik 3.2. Prosentase responden berdasar kel. Umur Prosentase kelompok umur responden usia 31-35 tahun yaitu 15 %,sama dengan Usia 41-45 tahun 15 % dan usia > 45 tahun paling besar sebanyak 36 %. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa responden didominasi oleh kelompok umur >45 hal ini terjadi karena untuk kelompok usia muda <=20 sampai dengan 30 tahun pada saat siang hari banyak yang aktifitas atau bekerja diluar rumah. Dan untuk usia responden yang mempunyai umur > 45 tahun 36 % sehingga responden yang mungkin kurang memahami terhadap pertanyaan enumerator tidak terlalu banyak. Tabel 3.2. Informasi Status Rumah Responden B2. Apa status Kode Kelurahan/Desa dari rumah yang Total anda tempati saat ini? 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Milik sendiri 32 28 29 32 33 28 30 26 33 30 25 31 28 33 31 31 30 28 27 23 32 27 33 22 32 734 Rumah dinas 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 Berbagi dengan keluarga lain 0 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 0 2 0 1 1 0 0 1 3 0 1 0 2 0 14 Sewa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 Kontrak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 1 1 0 1 0 7 Milik orang tua 1 3 4 1 0 3 3 6 0 3 8 1 2 0 0 1 3 4 5 1 0 4 0 7 0 60 Lainnya 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas maka dapat dibuat grafik kepemilikan rumah Responden seperti pada grafik 3.3 dan grafik 3.4 dibawah PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 7

Grafik 3.3 Satus Rumah Responden Grafik 3.4 Kepemilikan rumah responden Berdasarkan grafik diatas, kepemilikan rumah didominasi oleh milik sendiri yaitu 89 %. Keterkaitan status rumah dengan hasil survei adalah responden tinggal dilingkungan tersebut dalam waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan yang tinggal bukan dirumah sendiri sehingga responden cukup memahami situasi dan kondisi serta perilaku masyarakat secara umum. Hasil wawancara dapat mencerminkan perilaku individu dan perilaku masyarakat. Kode Kelurahan/Desa Tabel 3.4. Tingkat Pendidikan Responden B3. Apa pendidikan terakhir anda? Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Tidak sekolah formal 6 3 1 1 1 1 4 2 7 5 2 3 6 4 15 4 7 12 0 0 7 2 2 0 3 98 SD 21 22 29 24 22 24 26 19 16 21 25 15 18 25 15 19 13 17 19 7 13 13 27 12 19 481 SMP 4 6 2 7 7 3 2 9 8 6 3 7 5 4 2 6 3 3 6 3 6 8 4 6 11 131 SMA 2 1 1 0 2 5 1 2 0 0 3 5 3 0 1 1 3 0 7 11 6 7 0 10 0 71 SMK 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 3 0 1 0 1 0 9 Universitas/Aka demi 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 3 0 0 0 3 6 0 1 9 1 2 0 4 0 34 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik tingkat pendidikan responden seperti yang terlihat pada garfaik 3.5 dan grafik 3.6 dibawah ini. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 8

Grafik 3.5 Tingkat Pendidikan Responden Grafik 3.6 Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan grafik diatas Tingkat pendidikan responden terbanyak adalah lulus SD (58 %), tidak sekolah formal (12 %), SMP (16 %) SMA (9%) SKM / Kejuruaan 1 % dan Universitas/Akademi (4%). Dari 12% responden yang tidak memiliki pendidikan formal paling banyak di desa Sikunang Kec. Kejajar. Responden yang memiliki pendidikan formal paling rendah (SD) terdapat di desa Wonosobo Barat Kecamatan Wonosobo. Sedangkan pendidikan responden yang mencapai Universitas/Akademi paling banyak di desa Wonosobo Barat juga. Hal mini membuktikan daaeran perkotaan memang tingkat kesadarn menempuh pendidikan masih paling tinggi. Keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan hasil survey adalah makin tinggi pendidikanresponden, pemahaman terhadap kuisioner yang dibacakan lebih baik. Akan tetapi sebaliknya, banyaknya responden dengan pendidikan dasar / rendah, dapat menggambarkan perilaku minimal dari kondisi masyarakat.. Tabel 3.4. Kepemilikan Anak Dari Responden B6. Apakah ibu mempunyai anak? Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ya 31 32 32 27 28 32 30 31 30 29 30 32 32 31 30 33 31 29 31 29 33 33 31 31 29 767 Tidak 2 1 1 6 5 1 3 2 3 4 3 1 1 2 3 0 2 4 2 4 0 0 2 2 4 57 Total 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 9

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kepemilikan anak dari responden seperti yang terlihat pada gambar grafik 3.7 dan grafik 3.8dibawah ini. Garafik 3.7 Kepemilikan anak Grafik 3.8 Prosentase Kepemilikan Anak 7% 1 2 93% Jumlah responden yang memiliki anak 767(93%), tidak memiliki anak 57 (7%). Keterkaitan antara jumlah anak dan hasil survey tidak terlalu besar. Tetapi lebih terkait dengan jumlah anggota keluarga. Makin banyak jumlah anggota keluarga maka hal hal yang berkaitan dengan kebutuhan hygiene sanitasi semakin besar, dan perilaku masing-masing anggota keluarga pun semakin beragam. Hal ini uga mempengaruhi perilaku warganya dalam hubunganya dengan kesehatan lingkungan dan keluarganya dan semakin banyak anggata kelauarga dalam suatu rumah berdampak pada sanitasi yang dibutuhkan. Tabel 3.5. Kepemilikan Kartu Askeskin B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ya 14 7 6 3 9 16 13 5 7 2 6 8 7 16 24 3 2 9 17 8 11 14 30 1 14 252 Tidak 19 26 27 30 24 17 20 28 26 31 27 25 26 17 9 30 31 23 16 25 22 19 3 32 19 572 Total 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik kepemilikan kartu ASKESKIN oleh responden pada studi EHRA ini seperti pada grafik 3.11 dan grafik 3.12 Total PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 10

Grafik 3.9 Kepemilikan Kartu Askeskin Dari Grafik 3.11. di atas dapat dilihat di desa Winongsari Kec. Kaliwiro adalah desa terbanyak kepemilikan ASKESKIN diikuti Desa Sikunang Kec. Kejajar sebagai yang terbanyak kedua kepemilkan ASKESKIN. Sedangkan Desa paling sedikit kepemilikan ASKESKIN ada di Desa Kertek Kec. Kertek, Desa Andongsili Kec. Mojotengah, Desa Ngalian dan Desa Lancar Kec. Wadaslintang, serta Desa Karangsambung Kec. Kalibawang. Grafik 3.10 Prosentase Kepemilikan kartu ASKESKIN Menurut Klaster Desa Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa prosentase kepemilikan kartu ASKESKIN paling besar terdapat pada desa klaster 2 yaitu sebanyak 33.6 % sedangkan kepemilikan kartu ASKESKIN paling rendah berada di desa klaster 3 yaitu sebanyak 24.2 % Sedangkan Kluster 1 Sebanyak 27.5%. 3.2. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA Sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala Kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Permasalahan persampahan yang dipelajari dalam survey EHRA antara lain: 1. Kondisi sampah dilingkungan RT/RW 2. Praktek pengelolaan sampah rumah tangga 3. Praktek pemilahan sampah untuk didaur ulang 4. Pengangkutan sampah 5. Pembayaran petugas pengangkut sampah dan PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 11

6. Biaya yang dikeluarkan dalam layanan sampah. Sisi layanan pengangkutan juga dilihat dari aspek frekuensi atau kekerapan dan ketetapan waktu pengangkutan. Sebuah rumah tangga yang menerima pelayanan pengangkutan sampah, tetap memiliki resiko kesehatan tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Ketepatan pengangkutan sampah digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampahy yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaanya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat merubah perilaku masyarakat. Larangan dalam pengelolaan sampah (1) : 1. Memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Mengimpor sampah 3. Mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun 4. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan. 5. Membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan. 6. Melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir dan atau 7. Membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Studi EHRA diharapkan dapat memberikan gambaran yang riil tentang pengelolaan sampah rumah tangga masyarakat di masing-masing klaster termasuk masyarakat penerima layanan sampah dan non penerima layanan sampah. Enumerator dalam kegiatan survey EHRA diwajibkan untuk mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Secara mendetail data yang diperoleh dari cara utama membuang sampah rumah tangga baik di desa maupun kelurahan di Kabupaten Wonosobo. 3.2.1. Kondisi Sampah di Lingkungan Pengelolaan sampah dari hasil studi EHRA sebagai berikut : Tabel. 3.6 Pengelolaan sampah masyarakat hasil Studi EHRA Kluster Desa/Kelurahan No Sampah Rumah Tangga Dikelola 1 2 3 Jumlah Total n % n % n % N % 1 Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 0 0 1 0.2 0 0 1 0.1 2 Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 40 11.0 56 13.1 2 6.1 98 11.9 3 Dibakar 50 13.8 41 9.6 0 0 91 11 4 Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah 3 0.8 7 1.6 0 0 10 1.2 5 Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 9 2.5 55 12.9 0 0 64 7.8 6 Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 106 29.2 89 20.8 25 75.8 220 26.7 7 Dibiarkan saja sampai membusuk 1 0.3 0 0 0 0 1 0.1 8 Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk 139 38.3 170 39.7 6 18.2 315 38.2 9 Lain-lain 14 3.9 9 2.1 0 0 23 2.8 10 Tidak tahu 1 0.3 0 0 0 0 1 0.1 Jumlah 363 428 33 824 Sumber :Hasil Studi EHRA Kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Wonosobo, sesuai dengan hasil studi EHRA masih banyak yang belum sehat dan berpotensi menimbulkan pencemaran dan menurunkan derajat kesehatan, hal ini terlihat dari table 3.1 sebagai berikut : Dibakar : 11 % Dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah : 7.8 % Dibuang ke sungai/kali/laut/danau : 26.7 % Dibiarkan saja sampai membusuk : 0.1 % Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk : 38.2 % PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 12

Grafik 3.11 Prosentase Kondisi Sampah di Lingkungan Menurut Desa Dari grafik 3.13 dapat diketahui bahwa secara umum sampah yang ada di lingkungan masih banyak menimbulkan masalah karena masih ditemukan banyak sampah berserakan/bertumpuk dilingkungan sebanyak 22 % Banyak nyamuk 19% dan banyak lalat di sekitar tumpukan sampah sebanyak 7%. Sedangkan untuk yang lainya atau tidak teridentifikasikan masih banyak 18%. Hal ini masih menunjukan tingkat pemahaaman menyangkut kondisi lingkungan masih tidak mereka pedulikan. Grafik 3.12 Prosentase kondisi sampah di lingkungan menurut klaster Berdasarkan grafik 3.14 diperoleh data bahwa kondisi sampah pada klaster 0 didominasi oleh banyak sampah bererakan dan menumpuk di lingkugan sebanyak 34 %,sedangkan kondisi sampah di lingkungan pada klaster 1 adalah sampah menimbulkan banyak nyamuk sebanyak 20%, pada klaster 2 sampah di lingkungan juga banyak sampah berserakan dan bertumpuk di sekitar lingkungan mencapai 25 % sedangkan pada klaster 3 sampah di dominasi oleh PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 13

3.1.2. Pengelolaan sampah RT Grafik 3.13 Pengelolaan sampah rumah tangga Dari grafik 3.15 dikertahu bahwa secara umum pengelolaan sampah tidak memadai karena belum adanya pengelolaan sampah yang berbasis lingkungan. Prosentase terbesar pengelolaan sampah yang tidak memadai adalah dengan cara dibakar. Grafik 3.14 Prosentase Pengelolaan Sampah RT Dari Grafik 3.16 dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten Wonosobo masih didominasi dengan dibuang ke lahan kosong oleh masyarakat sebanyak 38%, sedangkan yang dikumpulkan dan dibawa ke TPS mencapai 12 %, adapun yang melakukan daur ulang baru mencapai 8 % dari hal tersebut masih banyak yang membung kesungai PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 14

sebanyak 27 % diurutan ke dua. Hal ini disebabkan karena banyak aliran sungai di Kabupaten Wonosobo dan di permudah dengan kontur tanah yang banyak kemiringan dan air yang mengalir deras di setiap permukaan sungai. Grafik 3.15 Prosentase Pengelolaan Sampah Menurut Klaster Dari grafik 3.17 dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah pada klaster 2sudah banyak upaya mendaur ulang dan ditutup dengan tanah sebanyak 12.9%, pada klaster 1 pengelolaan sampah didominasi dengan banyak,membiartkan sampai mrebusuk 59% dan responden banyak yangtidak tahu kemana sampah dibuang, pada klaster 2 pengelolaan sampah didominasi dengan dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebanyak 36 %. Pada klaster 3 didominasi dengan mengumpulkan dan dibuang ke ke sungai75.8 %. Karena kluster 3 banyak yang berada dipinggiran aliran sungai Grafik 3.16 Tempat pengumpulan sampah RT Dari grafik 3.18 dapat diketahui bahwa tempat pengumpulan sampah di rumah tangga didominasi oleh keranjang sampah terbuka sebanyak 58%, dan masih ada 22 % rumah tangga yang tidak memiliki tempat sampah. 3.1.3 Frekuensi Pengangkutan Sampah Rumah Tangga Grafik 3.17 Prosentase Frekuensi Pengangkutan Sampah oleh Petugas PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 15

Dari garafik 3.19 dapat diketahui bahwa pengangkutan sampah didominasi dilakukan tiap hari sebesar 100%, beberapa kali seminggu 44 %. Masih ada pengangkutan sampah yang dilakukan sebulan sekali sebesar 4 % hal ini dimungkinkan sampah akan mengganggu lingkungan, kebersihan lingkungan tidak hanya dipengaruhi oleh layanan sampah namun juga dipengaruhi oleh waktu pengangkutan sampah. Semakin lama pengankutan sampah maka akan memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap kesehatan lingkungan. Grafik 3.18 Prosentase Ketepatan Pengangkutan Sampah Menurut Klaster Klaster 3 26% Klaster 1 38% Klaster 2 36% Dari grafik diatas diketahui bahwa rata-rata pengangkutan sampah di setiap klaster 1 mencapai 38% sdidikuti kluster 2 (36%) dan Klaster 3(26%). Tabel 3.7 Apakah Petugas Pengangkutan Sampah Dibayar C6. Apakah layanan pengangkutan sampah oleh petugas sampah dibayar? Ya 0 1 0 1 100.0 Tidak 0 0 0 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 tabel dibawah Dari Tabel diatas dapat dibuat grafik mengeani Pembayaran petugas pengangkut sampah seperti pada Grafik 3.19 Prosentase Pengangkutan Sampah Yang Dibayar (C6) 1 1 1 1 0 0 0 1 2 3 Tidak Ya Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pembayaran petugas pengangkut sampah dilakukan pada setiap klaster desa.pembayaran pengangkutan sampah dilakukan sebanyak 100% pada klaster 3 dan petugas pengangkut sampah yang tidak dibayar terbanyak pada klaster 1 yaitu 11 % PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 16

Grafik 3.20 Prosentase petugas pemungut uang sampah tiap klaster 120 100 80 60 40 Ya Tidak Ya 20 0 100,0 Dari garfik 3.21 dapat diketahui bahwa prosentase pemungut uang sampah dari masing-masing klaster didominasi dilakukan oleh pemungut uang sampah dari RT. masing-masing klaster 1 ( 77%), klaster 2 ( 66%) dan klaster 3( 96%) Grafik 3.21 Kepada Siapa Membayar Pengangkutan Sampah Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pembayaran pengangkutan petugas sampah dilakukan kepada pemungut uang sampah dari RT sebesar 0%,pemungut uang sampah dari peruhaan swasta/ksm sebesar 0%,pemungut uang sampah dari kelurahan 0 % serta yang menyatakan tidak tahu100%. Tabel 3.8 Biaya Pengangkutan Sampah C8. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah? Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 1000 7 0 0 7 8.6 1500 0 6 0 6 7.4 2000 3 0 0 3 3.7 3000 23 10 0 33 40.7 4000 1 12 0 13 16.0 5000 2 3 2 7 8.6 8000 0 4 0 4 4.9 9000 0 7 0 7 8.6 10000 1 0 0 1 1.2 Dari tabel diatas dapat dibuat grafik mengenai besaran biaya yang dikeluarkan untuk layanan sampah dimasyarakat menurut klaster desa sebagai berikut. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 17

Grafik 3.22 Biaya Pengangkutan Sampah Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada klaster 1 jumlah uang yang dikeluarkan untuk layanan sampah didominasi antara Rp. 1.000,- s/d Rp 2.000,- dan Rp.10.000,- sebanyak 11 responden, pada klaster 2 besarnya uang yang dikeluarkan untuk layanan sampah didominasi > Rp.1.500,-, Rp8.000,- dan Rp. 10.000,-sebanyak 39 responden dan pada klaster 3 besaran uang sampah yang dikeluarkan untuk layanan sampah didominasi Rp 5.000,-sebanyak 2 responden saja. 3.3. PEMBUANGAN AIRKOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA DAN LUMPUR TINJA 3.3.1 Jumlah Keluarga Yang Memiliki Jamban Praktek BAB (Buang Air Besar) di tempat yang kurang memadai atau perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan) seperti di sungai, selokan, kolam, kebun, semak, sawah, pantai, rawa dll merupakan salah satu faktor meningkatnya risiko status kesehatan masyarakat. Bangunan jamban secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu (2) : a. Bangunan bagian atas (rumah jamban) Bagian ini secara utuh terdiri dari bagian atap, rangka dan dinding. Namun dalam prakteknya kelengkapan bangunan ini disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. 1) Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar matahari, angin dan hujan, dapat dibuat dari daun, genting, seng, dll 2) Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding, dibuat dari bamboo, kayu, dll 3) Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan privasi dan perlindungan kepada penggunanya, dapat dibuat dari daun, gedek/anyaman bamboo, batu bata, seng, kayu, dll. b. Bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban) Slab menutupi sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunaannya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bamboo dengan tanah liat, pasangan batu-bata, dll. c. Bangunan bagian bawah (penampung tinja) Penampung tinja adalah lubang dibawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran/bundar, persegi panjang, sesuai dengan kondisi tanah. Kedalaman bergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bamboo, batu bata, ring beton dll. Masyarakat menggunakan berbagai jenis jamban untuk melakukan buang air besar, baik jamban yang masuk kategori sehat maupun yang masuk kategori tidak sehat, dalam berbagai kasus masyarakat merasa sudah menggunakan jamban sehat tetapi sebenarnya belum sehat/tidak sehat. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit (3). Kondisi jamban sehat dapat dijabarkan sebagai berikut (2) : a. Mencegah kontaminasi ke badan air b. Mencegah kontak antara manusia dan tinja c. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya d. Mencegah bau yang tidak sedap PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 18

e. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan. Berbagai jenis jamban yang sering digunakan masyarakat untuk melakukan BAB (Buang Air Besar Sembarangan) sesuai dengan hasil Studi EHRA adalah sebagai berikut : Tabel 3.9 Tempat Buang Air Besar (BAB) Orang Dewasa D. 1 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar?. Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total A. Jamban pribadi 15 22 27 18 18 26 16 17 19 21 26 25 17 31 11 31 23 9 26 32 29 22 21 24 33 559 B. MCK/WC Umum 6 1 6 0 0 6 32 14 15 1 1 8 15 0 22 0 4 4 0 2 0 6 0 9 1 153 C. Ke WC helikopter 15 7 0 16 21 0 0 0 9 11 0 0 10 1 0 0 4 10 0 0 0 1 9 0 0 114 D. Ke sungai/pantai/laut 7 6 0 0 0 0 0 1 0 0 4 0 1 0 0 1 0 2 0 0 2 0 10 0 0 34 E. Ke kebun/pekarangan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 F. Ke selokan/parit/got 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 G. Ke lubang galian 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4 H. Lainnya, 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0 1 2 0 0 1 7 7 0 1 4 0 0 0 27 I. Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 28 Jumlah 46 36 33 34 39 33 48 32 43 33 34 33 45 34 59 33 33 34 33 34 32 33 42 33 34 923 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai tempat buang air besar (BAB) bagi orang dewasa seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.23 Tempat BAB Orang Dewasa Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tempat buang air besar orang dewasa didominasi pada jamban pribadi terbesar di desa Kuripan Kec. Garung dan ke sungai paling besar di desa Winongsari Kec. Kaliwiro yang dekat dengan Bendungan wadaslintang. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 19

Grafik 3.25 Tempat BAB Orang Dewasa Menurut Klaster Hasil survey menunjukan bahwa tempat buang air besar oranag dewasa pada masing-masing kelompok klaster didominasi di jamban pribadi masing-masing pada klaster 3 sebesar 75.8%, klaster 2 sebesar 57.5%, klaster 1 sebesar 52.1%. Grafik 3.25 Prosentase Tempat BAB Orang Dewasa Dari hasil survei diketahui secara keseluruhan tempat buang air besar orang dewasa berada di jamban pribadi sebanyak 61%, ke sungai 4 %, WC helicopter 12% ke lubang galian 2 %, ke MCK umum sebanyak 17 %, dan masih ada yang numpang sebanyak 3 %. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 20

Tabel 3.9 Orang di Lingkungan Responden yang Masih BABS D. 2 Apakah masih ada orang di luar anggoata keluarga yang sering BAB di tempat terbuka?. Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 A. Anak lakilaki umur 5-12 1 12 0 0 12 0 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 33 tahun B. Anak perempuan umur 5-12 0 15 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 21 tahun C. Remaja laki-laki 2 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 1 0 2 21 D. Remaja Perempuan 1 12 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 1 0 0 19 E. Laik-laki dewasa 2 18 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 4 16 0 2 47 F. Perempuan dewasa 2 17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 6 14 0 0 44 G. Laki-laki tua 0 18 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4 0 0 32 H. Perempuan tua 1 18 0 2 5 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 5 0 0 36 I. Masih ada tapi tidak jelas 0 9 0 17 6 0 0 2 3 0 0 0 11 0 5 0 3 0 0 1 0 1 1 0 28 87 siapa J. Lainnya, 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 5 K. Tidak ada 15 10 33 11 5 32 31 31 25 32 32 33 21 32 28 31 29 31 0 29 28 25 12 30 4 590 Total 24 143 33 34 35 32 31 37 37 32 32 33 32 32 35 37 33 34 0 37 30 42 54 30 36 935 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai orang yang masih biasa buang air besar sembarangan (BABS) seperti pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.26 Grafik Orang yang masih BABS Menurut Desa Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perilaku BABS paling banyak dilakukan oleh perempuan dewasa, Lakilaki dewasa,perempuan tua dan anak laki-laki umur 5-12 tahun dan tidak helas siapa pelkaunya paling besar setelah tidak yang melakukan. Perilaku buang air besar sembarangan paling banyak terdapat di desa Kalibeber Kec. Mojotengah. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 21

Grafik 3.27 Grafik Prosentase Orang Yang Masih BABS Menurut Klaster Desa Dari grafik diatas perilaku Buang besar sembarangan pada klaster 2 didominasi pada anak perempuan umur 5-12 tahun (20%), pada klaster 1 didominasi oleh masih ada tapi tidak jelas siapa pelakunya (68%) pada klaster 3 menyatakan tidak ada sebanyak 33% Grafik 3.28 Grafik Prosentase Orang Yang Masih BABS Dari grafik ini menunjukan bahwasanya banyak yang menyatkan tidak ada yang BABS lagi ini dimungkinkan mereka malu untuk mengakui masih BABS atau dikarenakan sarananya banyak yang sudah amemeilki akan tetapi masih kurang saniter Jamban dalam Studi EHRA diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori yaitu: 1) kloset jongkok leher angsa, 2) kloset duduk leher angsa, 3) Plengsengan, 4) cemplung. Jenis jamban tersebut akan dispesifikasikan dengan melihat PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 22

tempat penyaluran tinja yang mencakup: tangki septic, pipa sewer, cubluk/lubang tanah, langsung ke saluran drainase, sungai/danau/pantai/laut, kolam/sawah, kebun/tanah lapang, dll Tabel 3.10. Jenis Kloset Yang Dipakai untuk Buang Air Besar (BAB) D3. Jenis kloset apa yang anda pakai di rumah? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kloset jongkok 13 21 27 16 18 21 5 17 15 20 17 10 8 24 11 27 17 4 8 28 24 16 18 18 19 leher angsa Kloset duduk siram leher 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 0 angsa Plengsengan 2 1 0 3 0 5 10 1 5 0 8 4 5 0 8 4 3 4 15 2 5 7 1 6 13 Cemplung 1 1 6 0 0 1 1 0 0 1 1 10 4 5 8 1 6 0 3 1 0 0 1 0 0 Tidak punya kloset 17 10 0 14 15 6 17 15 13 12 6 8 16 3 6 1 6 24 7 1 4 10 13 7 1 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai jenis kloset yang dipakai untuk kegiatan buang air besar (BAB) seperti pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.29 Grafik Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB Menurut Desa Hasil survei menunjukan bahwa jenis kloset yang digunakan oleh responden didominasi oleh kloset jongkok leher angsa paling banyak di Desa Wonosobo Barat Kecamatan Wonosobo. Grafik 3.30 Grafik Prosentase Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB Menurut Klaster Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penggunakan kloset jongkok leher angsa paling banyak digunakan pada setiap klaster desa prosentase paling tinggi penggunaan kloset jongkok leher angsa terdapat pada klaster 2 ( 54.9%). Disusul dengan kloset duduk leher angsa pada klaster 1 sebanyak 48.8%. dan kluster 3 sebanyak 30.3%. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 23

Sebagian besar masyarakat sudah menggunakan kloset yang dilengkapi dengan water seal (kloset jongkok/duduk leher angsa) yang merupakan salah satu kriteria jamban sehat, karena sudah memenuhi beberapa kondisi jamban sehat, namun demikian hal ini belum cukup tanpa dilengkapi dengan bangunan penampung tinja yang sehat juga. Grafik 3.31 Grafik Prosentase Jenis Kloset Yang Digunakan Untuk BAB Hasil survei menunjukan bahwa secara keseluruhan jenis kloset yang digunakan didominasi oleh kloset jongkok leher angsa sebanyak 51%, kloset duduk leher angsa 1%, Cemplung 6%, dan plengsengan 14 %. Responden yang tidak memiliki kloset sebanyak 28 %. 3.3.2. Saluran Akhir Pembuangan Isi Tinja Saluran akhir pembuangan isi tinja memiliki peranan yang sangat penting dalam bangunan jamban. Bangunan jamban dikatakan jamban sehat jika memenuhi kriteria/kondisi jamban sehat untuk keseluruhan bangunan jamban yang terdiri dari rumah jamban, slab/dudukan jamban dan penampung tinja. Beberapa keluarga sudah merasa menggunakan jamban sehat dengan kondisi jamban sebagai berikut : a. Rumah jamban : permanen di dalam rumah b. Slab/dudukan jamban : kloset leher angsa (jongkok/duduk) c. Penampung tinja : dialirkan ke kolam, selokan/sungai Kondisi diatas belum termasuk kondisi jamban sehat karena tinja masih berpotensi mencemari badan air, tinja dapat di hinggapi serangga dan binatang lain, menimbulkan bau yang tidak sedap dan masih berpotensi tinja kontak dengan manusia. Tabel 3.12. Pembuangan limbah tinja manusia D4. Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Tangki septik 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 2 4 3 0 0 2 Pipa sewer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 Cubluk/lobang 6 15 10 7 12 23 1 6 2 16 24 0 0 25 16 32 2 2 0 15 24 4 11 0 tanah 15 Langsung ke 1 0 13 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 7 0 5 0 0 0 0 1 1 1 drainase 8 Sungai/danau/pa 8 10 1 0 9 0 5 6 0 0 8 1 5 1 8 1 4 2 0 13 2 9 3 11 ntai 6 Kolam/sawah 18 8 3 26 12 3 27 20 24 14 1 31 28 6 0 0 9 28 29 0 0 11 18 20 1 Tidak tahu 0 0 6 0 0 5 0 1 0 2 0 0 0 0 2 0 2 0 4 3 3 3 0 1 0 Lainnya 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 jumlah 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 50 52 53 54 55 56 57 58 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 24

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai penyaluran buangan akhir tinja dalam cluster, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik. 3.32 Tempat Buangan Akhir Tinja Menurut Desa Berdasarkan hasil survey menunjukkan bahwa pembuangan akhir isi tinja responden didominasi menggunakan cubluk Kolam dan sawah. Penggunaan kolam atau sawah terbesar di terdapat di desa Kalibeber Kec. Mojotengah, sedangkan penggunaan cubluk terbesar terdapat di desa Ngalian Kec. Wadaslintang. Namun masih ditemukan responden yang membuang isi tinja di drainase, sungai, dan kebun, prosentase terbesar pembuangan akir tinja ke sungai paling besar di desa Kertek Kec.Kertek. Grafik 3.33 Tempat Buangan Akhir Tinja Menurut Klaster Hasil survei menunjukkan bahwa menurut wilayah cluster diketahui bahwa mayoritas responden sudah menggunakan tangki septik untuk buangan akhir tinja masing-masing klaster 3 ( 83%), klaster 2 (74%), Klaster 1 (73%) dan Klaster 0 (66%).Namun masih ditemukan tempat pembuangan akhir tinja ke sungai paling banyak pada klaster 3 (15%) dan klaster 1 (15%). Pembuangan akhir tinja ke cubluk didominasi pada klaster 0 sebesar 23 %. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 25

Grafik 3.34 Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pembuanagan akhir tinja dari responden secara berurutan dibuang ke tangki septik ( 71%), Ke cubluk (12 %),ke sungai (11 %), pipa sewer (1%). Masyarakat masih menyalurkan tinja secara tidak sehat, hal ini terlihat pada tabel 3.4 dimana masyarakat masih menyalurkan tinjanya terbanyak ke kolam/sawah yaitu 40,9 %,. Saluran drainase ; 5% di dalamnya kemungkinan termasuk yang menggunakan kloset leher angsa di rumah dan akses ke tangki septic masih sangat rendah hanya 3,4 %. Kondisi demikian masih berpotensi sangat besar untuk menurunkan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berpotensi menurunkan kondisi kesehatan masyarakat. 3.3.3. Kualitas Tangki Septic Yang Dimiliki Tabel 3.13. Lama tangki Septik Dibangun D5. Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun? Kode Kelurahan/Desa Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml 0-12 bulan yang lalu 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 0 3 1-5 tahun yang lalu 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 51 Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 2 1 0 0 1 401 Lebih dari 10 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 2 0 0 0 0 0 370 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 825 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai sudah berapalama tangki septik dibangun, seperti pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.35 Lama Tangki Septik Dibangun PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 26

Rumah tangga yang melaporkan menggunakan tangki septick di Kabupaten Wonosobo 3,4% (28 dari 824 rumah tangga) sangat kecil, namun demikian masih ada kemungkinan bahwa yang dilaporkan sebagai tangki septick sebenarnya bangunan penampung tinja yang lain seperti cubluk/lubang tanah. Grafik 3.37 Prosentase Lama Tangki Septik Dibangun 0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Dari grafik diatas diketahui bahwa secara keseluruhan tgangki septik yang digunakan dibangun lebih dari 10 tahun 21 %, dibnagun 5-10 tahun 32 % dan dibangun antara 1-5 tahun sebanyak 22 % dan 0-12 bulan lalu18 % Hal ini menunjukan bahwa sudah banyak dan lama tangki septik yang ada di masyarakat tapi hal ini belum menunjakan bahwasanya tangki septik tersebut benar-benar saniter. Secara visual proses pengidentifikasian kasus suspek (dicurigai) tangki septic ataupun cubluk/bukan tangki septick adalah sebagai berikut: dasar pengidentifikasian suspek tangki septic atau cubluk dalam studi EHRA menggunakan rentang waktu pengurasan atau pengosongan tinja di tangki septic. Ukuran dan teknologi yang digunakan dalam tangki septic yang paling umum adalah mengosongkan atau dikuras paling tidak sekali dalam lima tahun. Jika dalam 5 (lima) tahun belum pernah dikuras atau dikosongkan maka responden yang mengaku menggunakan tangki septic dapat dicurigai sebagai cubluk/lubang tanah. 1. Kriteria suspek aman (tangki septic) a. Dibangun kurang dari 5 (lima) tahun b. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/dikuras kurang dari lima tahun lalu. 2. Kriteria suspek tidak aman (cubluk/lubang tanah) a. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras b. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikosongkan/dikuras lebih dari lima tahun lalu. Tabel 3.14 Waktu Tangki Septik Terakhir Dikosongkan D6. Kapan tangki septik terakhir dikosongkan Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 3 1 0 1 1 0 3 0 1 0 2 0 1 13 1 0 1 4 0 7 2 2 0 3 6 2 51 Tidak pernah 20 25 12 18 10 24 5 23 6 17 17 21 14 15 10 17 6 32 15 15 27 22 4 8 18 401 Tidak tahu 12 8 20 14 23 6 28 9 27 13 16 11 6 17 23 15 22 1 11 16 3 11 26 19 13 370 Jumllah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 825 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kapan tangki septik terakir dikosongkan, seperti pada gambar grafik dibawah ini Total PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 27

Grafik 3.38 Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Menurut Desa Hasil survey menunjukan bahwa tangki septik yang digunakan oleh responden mayoritas tidak pernah dikuras/dikosongkan. Desa yang tidak pernah mengosongkan tangki septik terbanyak di desa Kaliwuluh Kec. Kepil, mayoritas kedua Desa Wonorejo, Wonorejo, Kec. Selomerto. Grafik 3.39 Prosentase Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Menurut Klaster Hasil survey menunjukan bahwa pengosongan tangki septik didominasi tidak pernah dikosongkan pada klaster 0 sebanyak 92 % tidak pernah dikosongkan, pada klaster 1 sebanyak 93 % tidak pernah dikosongkan, pada klaster 3 sebanyak 75 % tidak pernah dikosongkan dan pada klaster 3 sebanyak 30 %. Pengosongan tangki septik terbesar terjadi pada klaster 3. Grafik 3.40 Prosentase Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Hasil survey menunjukan bahwa secara keseluruhan tangki septik yang tidak pernah dikosongkan sebanyak 54 %, dikosongkan 1-5 th yang lalu 18 %, 0-12 bulan yang lalu 7%. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 28

Tabel 3.15 Petugas Yang Mengosongkan tangki septik D7. Siapa yang mengosongkan tangki septik Ibu Kode Kelurahan/Desa Ju 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 mla h Layanan sedot tinja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 4 Membayar Tukang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dikosongkan sendiri 20 25 12 18 10 24 5 23 6 17 17 21 14 15 10 17 6 32 15 15 27 22 4 8 18 401 Tidak tahu 13 8 21 15 23 9 28 10 27 16 16 12 19 18 23 16 27 1 18 18 6 11 29 25 15 424 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 825 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai siapa yang mengosongkan gambar grafik dibawah ini Grafik 3.41 Siapa Yang Mengosongkan Tangki Septik tangki septik, seperti pada Dari grafik diatas diketahui bahwa desa yang respondennya telah mengosongkan tangki septik adalah desa ngringo.grafik 3.42 Prosentase Oleh Siapa Tangki Septik Dikosongkan Menurut Klaster Survey menyatakan bahwa pelayanan pengosongan tangki septik didominasi dilakukan oleh layanan sedot tinja atau truk sedot tinja. Pelayanan pengosongan oleh Layanan sedot tinja/truk sedot tinja paling banyak terdapat pada Klaster 3 sebanyak 42.85% dan paling sedikit pada klaster 1 sebanyak 14.28 %. Sedangkan pengosongan dilakukan sendiri paling banyak pada klaster 1dan 3 sebanyak. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 29

Grafik 3.43 Prosentase Oleh Siapa Tangki Septik Dikosongkan Secara keseluruhan petugas yang mengosongkan tangki septik didominasi oleh layanan sedot tinja aatau truk sedot tinja sebanyak 0%, dikosongkan sendiri 49 % membayar tukang 1 % dan yang menyatakan tidak tahu 50 %. Tabel 3.16 Pembuangan Lumpur Tinja D8. Apakah ibu tahu, kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? Kode Kelurahan/Desa Jm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 l Sungai, sungai kecil 24 23 31 32 24 30 28 26 33 31 25 31 15 31 25 31 25 31 26 18 29 24 27 16 25 661 Dikubur di Halaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Tetangga Dikubur di halaman 1 0 1 1 0 3 0 1 0 2 0 1 13 1 0 1 4 0 7 2 2 0 3 6 2 51 Tidak tahu 8 10 1 0 9 0 5 6 0 0 8 1 5 1 8 1 4 2 0 13 2 9 3 11 6 113 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 825 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik tentang kemana lumpur tinja dibuang saat tangki septik dikosongkan, seperti pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.44 Tempat Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki septik Hasil survei menunjukan bahwa tempat pembuangan lumpur tinja pada waktu pengurasan tangki septik didominasi dibuang ke sungai besar,sungai kecil,selokan,kolam,sal.drainase. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 30

Grafik 3.45 Prosentase Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki SeptikMenurut Klaster Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada semua klaster didominasi oleh jawaban tidak tahu dari responden, pembuangan lumpur tinja ke sungai masing-masing pada klaster 1 sebanyak 11 %, klaster 1 sebanyak 15 %,klaster 3 sebanyak 7% dan pada kalster 3 sebanyak 22 %. Grafik 3.46 Prosentase Pembuangan Lumpur Tinja Pada Waktu Pengurasan Tangki Septik Dari grafik diatas terlihat bahwa secara keseluruhan tempat pembuangan lumpur tinja pada saat pengurasaan tangki septik oleh responden banayak yang menyatakan tidak tahu sebanyak 69%, dibuang ke sungai besar, sungai kecil,selokan,kolam,saluran drainase sebanyak 23 %. Jika digambarkan dengan diagram, untuk menentukan suspek tangki septic atau cubluk adalah sebagai berikut : PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 31

Gambar. 3.1. Diagram, Untuk Menentukan Suspek Tangki Septic Atau Cubluk Melaporkan menggunakan tangki septic 28 rumah tangga (3,4%) N = 824 N : 28 Dibangun 0-12 bulan yang lalu 5 (17,9%) atau antara 1-5 tahun yang lalu 6 (21,4%) Dibangun 5-10tahun yang lalu 9 (32,1%) atau lebih dari 10 tahun yang lalu 6 ( 21,4%) Tidak dapat di spesifikasikan pernah dikosongkan 7 (25 %) Tidak pernah dikosongkan 15 (53,6 %) Suspek Cubluk 0-12 bulan yang lalu 2 (8,3 %) 1-5 tahun yang lalu 5 (16,7 %) Suspek tangki septik Suspek tangki septik Pembuangan tinja anak masih kurang mendapat perhatian di masyarakat, hal ini terkait masih adanya anggapan bahwa tinja anak berbeda dengan tinja orang dewasa, kotoran anak dianggap tidak berbahaya dan bisa di buang kemana saja, termasuk ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang, kebun dan yang lainnya. Kondisi demikian sangat memprihatinkan karena pembuangan tinja orang dewasa maupun anak jika tidak saniter sangat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan dengan berbagai potensi penyebab penyakit di dalamnya. Kotoran anak pada praktiknya menjadi cemaran bagi lingkungan melalui dua hal, yaitu : a. Anak BAB di tempat terbuka, baik dibantu oleh orang dewasa maupun atas inisiatif anak itu sendiri. b. Praktik orang dewasa yang membiarkan atau membuang kotoran anak di ruang terbuka. Pembuangan kotoran/tinja anak termasuk kategori aman apabila : a. Anak BAB di jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai b. Kotoran anak yang tertinggal di baju/celana/popok/pampers atau yang lainnya di buang ke jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai. Jika melakukan pencucian terhadap tinja yang tertinggal, air cuciannya juga di masukkan/dialirkan ke jamban. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 32

Tabel 3.17 Praktek Membuang Tinja Anak Balita D10. Ibu biasanya membuang tinja anak kemana? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ke WC/Jamban 6 8 8 3 10 28 5 3 6 3 13 7 6 6 3 9 9 1 15 6 9 10 4 13 2 193 Ke tempat sampah 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 6 Ke kebun/pekarangan/j 0 0 0 0 0 0 1 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7 alan Ke sungai/selokan/got 1 2 0 2 2 2 7 9 0 0 2 1 4 0 0 0 3 6 0 1 0 3 1 0 4 50 Lainnya 0 0 0 3 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 10 Tidak tahu 26 23 24 25 21 3 19 19 27 25 18 25 22 27 27 24 21 23 18 26 24 18 27 19 27 558 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai Praktek Pembuangan Kotoran Anak Balita Dalam Desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.48 Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita Jm l Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam pembuangan tinja anak balita masih ditemukan dibuang secara sembarangan, prosentase terbesar di desa Ngempalak Kecamatan Gondangrejo. Grafik 3.49 Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita Menurut Klaster Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa praktek pembuangan kotoran anak balita oleh responden yang masi sembarangan terbesar pada klaster 1 yaitu 16%, pada klaster 2 sebanyak 15 %.Untuk klater 3 paraktek pembuangan kotoran anak balita secara sembarangan sudah tidak ditemukan. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 33

Grafik 3.50 Prosentase Praktek Pembuangan Tinja Anak Balita Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa praktek pembuangan kotoran anak balita didominasi dibuang ke Wc/Jamban 81 %, Ke sungai 9%, ke kebun 4%, dan ke tempat sampah 1 %. Masih sedikit ibu/masyarakat yang membuang tinja bayi ke dalam WC/jamban (23,4%), sebagian besar masyarakat menyatakan tidak tahu (67,7%). Besar kemungkinan yang menjawab tidak tahu masih membuang tinja bayi ke tempat terbuka sehingga mencemari lingkungan 3.3.4. Saluran Pengelolaan Air limbah Dalam pelaksaaan Studi EHRA, masalah saluran air menjadi pengamatan tersendiri yang dilakukan oleh enumerator untuk mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah responden. Saluran air yang di maksud adalah yang digunakan untuk membuang air bekas aktifitas rumah tangga. Enumerator juga melakukan pengamatan apakah saluran itu mengalir, apa warna airnya, dan apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air tersebut. Saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air yang lancer, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Tabel 3.18 Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) E1. Apakah di rumah mempunyai sarana pengolahan air limbah selain tinja? Kode Kelurahan/Desa Jmh % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ya 12 25 24 29 33 29 2 5 28 32 18 30 24 32 14 31 12 18 32 30 32 19 3 32 32 578 70.3 Tidak ada 21 8 9 4 0 4 31 28 5 1 15 3 9 1 19 2 21 13 1 3 0 14 30 1 1 244 29.7 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 49 52 53 53 55 56 57 58 873 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) menurut desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 34

Grafik 3.51 Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa prosentase desa yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah terbesar di desa Ngemplak, Kwangsan, dan Tawangsari. Grafik 3.52 Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL)Menurut Klaster Desa Dari grafik diatas diketahui bahwa rumah yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) terbanyak di klaster 1 sebanyak 37.2%. Sedangkan kepemilikan SPAL terbanyak pada kelompok Klaster 3 yaitu 90.9%. Grafik 3.53 Prosentase Kepemilikan Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) Secara keseluruhan kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) mencapai 70 %, selain itu responden tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) 30%. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 35

A. Ke sungai/kanal B. Ke jalan, halaman C. Saluran terbuka D. Saluran tertutup E. Lubang galian F. Pipa saluran pembuangan G. Pipa IPAL Sanimas Tabel 3.19 Tempat Penyaluran air Limbah dari dapur Tempat Penyaluran air Limbah dari dapur Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 8 15 3 23 12 0 2 5 25 14 16 16 13 11 3 4 4 17 32 11 4 14 2 32 15 301 0 1 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 3 1 0 5 3 0 0 0 2 0 0 0 1 23 4.0 0 1 8 1 6 0 0 0 0 11 0 0 1 20 4 14 4 0 0 4 3 6 1 0 5 89 0 5 13 1 2 11 0 0 0 1 0 0 17 0 0 12 0 0 0 15 13 0 0 0 5 95 4 0 0 0 4 1 0 0 0 3 1 0 0 0 7 0 0 0 0 0 11 0 0 0 1 32 5.5 0 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 14 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 21 3.6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 H. Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1.6 Jumlah 13 27 27 29 30 18 9 13 37 43 28 28 61 46 39 51 29 35 51 50 54 42 26 56 53 621 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kemana saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari dapur dialirkan menurut desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.54 Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari dapur juml h % 52. 0 15. 4 16. 4 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penyaluran air limbah dari dapur ke sungai paling banyak di desa blumbang dan penyaluran ke saluran terbuka paling banyak di desa kretek Kec. Kretek dan desa Kaliewuluh Kec. Kepil. Grafik 3.55 Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari dapur Menurut Klaster PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 36

Survei membuktikan bahwa penyaluran air limbah dari dapur mayorotas dialirkan ke sungai53 %,saluran terbuka16 % dan ke saluran tertutup 17 % Tabel 3.20 Tempat Penyaluran air Limbah dari Kamar mandi Tempat Penyaluran air Limbah dari Kamar mandi Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 A. Ke sungai/kanal 4 15 3 25 17 2 2 4 25 14 17 30 20 6 4 5 4 17 31 11 5 14 2 31 16 B. Ke jalan, halaman 0 1 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 3 1 0 4 3 0 0 0 1 0 0 0 2 C. Saluran terbuka 1 1 8 2 5 1 0 1 0 11 0 0 2 20 4 14 4 0 0 4 3 6 1 0 7 D. Saluran tertutup 0 5 13 0 2 25 0 0 0 1 0 0 16 0 0 13 0 0 0 15 13 0 0 0 5 E. Lubang galian 4 0 0 0 10 1 0 0 0 3 1 0 1 4 7 0 0 0 0 0 11 0 0 0 1 F. Pipa saluran pembuangan 0 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 14 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 G. Pipa IPAL Sanimas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 H. Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 9 25 24 27 35 30 2 5 28 33 18 30 56 31 25 36 12 17 31 30 33 20 3 31 32 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kemana saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari kamar mandi dialirkan menurut desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.56 Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari kamar mandi 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penyaluran air limbah dari kamar mandi ke sungai paling banyak di desa Karangsambung Kec. Kalibawang, Desa Talunombo Kec. Sapuran, Desa Kalibeber Kec. Mojotengah, Desa Krasak Kec. Mojotengah dan Desa Kretek kec. Kretek. Sdangkan untuk dan penyaluran ke saluran terbuka paling banyak di desa Tlogo Kec. Sukoharjo. Grafik3.57 Prosentase Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari kamar mandi 17% 15% 0% 4% 7% 4% 1% A. Ke sungai/kanal (Kamar mandi) 52% B. Ke jalan, halaman (Kamar mandi) C. Saluran terbuka (Kamar mandi) A. Ke sungai/kanal (Kamar mandi) B. Ke jalan, halaman (Kamar mandi) C. Saluran terbuka (Kamar mandi) D. Saluran tertutup (Kamar mandi) E. Lubang galian (Kamar mandi) PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 37

Pembuangan air limbah dari kamar mandi masyarakat didominasi oleh pembuangan ke sungai sebanyak 52%, saluran terbuka15%, dan tertutup 17 %. Namun masih ada yang di salurkan ke jalan dan halaman rumah sebanyak 4 %. Tabel 3.18 Tempat Penyaluran air Limbah dari Tempat Cuci Pakaian Tempat Penyaluran air Limbah dari Tempat Cuci Pakaian Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 jml A. Ke sungai/kanal 8 15 3 25 16 3 2 4 25 14 17 30 20 11 4 4 4 17 31 11 5 14 2 31 16 332 B. Ke jalan, halaman 0 1 0 0 0 0 0 0 3 4 0 0 3 1 0 5 3 0 0 0 1 0 0 0 2 23 C. Saluran terbuka 1 1 8 2 6 1 0 1 0 11 0 0 2 20 4 14 4 0 0 4 3 6 1 0 7 96 D. Saluran tertutup 0 5 13 0 2 25 0 0 0 1 0 0 16 0 0 13 0 0 0 15 13 0 0 0 5 108 E. Lubang galian 4 0 0 0 9 1 0 0 0 3 1 0 1 1 7 0 0 0 0 0 11 0 0 0 1 39 F. Pipa saluran 0 3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 14 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 22 pembuangan G. Pipa IPAL Sanimas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 H. Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Jumlah 13 25 24 27 34 31 2 5 28 33 18 30 56 33 25 36 12 17 31 30 33 20 3 31 32 629 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kemana saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari tempat Cuci Pakaian dialirkan menurut desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.58 Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari tempat Cuci Pakaian 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 A. Ke sungai/kanal (Tempat cuci pakaian) B. Ke jalan, halaman (Tempat cuci pakaian) C. Saluran terbuka (Tempat cuci pakaian) D. Saluran tertutup (Tempat cuci pakaian) E. Lubang galian (Tempat cuci pakaian) F. Pipa saluran pembuangan (Tempat cuci pakaian) G. Pipa IPAL Sanimas (Tempat cuci pakaian) Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penyaluran air limbah dari tempat Cuci Pakaian ke sungai paling banyak di desa kertek Kec. Kertek, desa Kalibeber Kec. Mojotengah, Desa Talunombo Kec. Sapuran, Desa Kalibeber Kec. Mojotengah, dan Desa Karangsambung kec. Kalibawang Kretek. Sedangkan untuk dan penyaluran ke saluran terbuka paling banyak di desa Ngalian Kec. Wadaslintang. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 38

Grafik3.59 Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari tempat Cuci Pakaian 0% 1% 4% 6% A. Ke sungai/kanal (Tempat cuci pakaian) B. Ke jalan, halaman (Tempat cuci pakaian) 17% 15% 4% 53% C. Saluran terbuka (Tempat cuci pakaian) D. Saluran tertutup (Tempat cuci pakaian) E. Lubang galian (Tempat cuci pakaian) Pembuangan air limbah dari tempat Cuci Pakaianmasyarakat didominasi oleh pembuangan ke sungai sebanyak 53%, saluran terbuka15%, dan tertutup 17%. Namun masih ada yang di salurkan ke jalan dan halaman rumah sebanyak 4%. Tabel 3.22 Tempat Penyaluran air Limbah dari Wastafel Tempat Penyaluran air Limbah dari Wastafel Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 A. Ke sungai/kanal 0 8 3 15 6 0 1 4 5 2 6 1 4 11 1 2 4 5 32 9 4 2 2 27 7 B. Ke jalan, halaman 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3 1 0 1 3 0 0 0 1 0 0 0 0 C. Saluran terbuka 0 0 8 0 4 0 0 0 0 2 0 0 1 20 4 3 4 0 0 3 3 4 1 0 4 D. Saluran tertutup 0 3 13 0 0 11 0 0 0 1 0 0 12 0 0 8 0 0 0 13 13 0 0 0 4 E. Lubang galian 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 6 0 0 0 0 0 11 0 0 0 1 F. Pipa saluran pembuangan 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 G. Pipa IPAL Sanimas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 H. Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 0 13 24 15 12 12 1 4 8 6 7 1 31 32 19 14 12 5 32 25 32 6 3 27 16 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kemana saluran pembuangan air limbah (SPAL) dari Wastafel dialirkan menurut desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 39

Grafik 3.60 Grafik Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari Wastafel Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa penyaluran air limbah dari tempat Wastafel ke sungai paling banyak di Desa Krasak Kec. Mojotengah, desa Kretek Kec. Kretek,. Dari keseluruhan desav kebanyakan untuk pembuangan limbah dari wastafel adalah ke sungai Grafik 3.61 Saluran pembuangan air Limbah (SPAL) dari Wastafel H. Tidak E. Lubang tahu galian (Westafel) (Westafel) 2% 6% D. Saluran tertutup (Westafel) 22% C. Saluran terbuka (Westafel) 17% A. Ke sungai/kan al (Westafel) 45% F. Pipa G. Pipa saluran IPAL pembuang Sanimas an (Westafe (Westafel) l) 4% 0% B. Ke jalan, halaman (Westafel) 4% Pembuangan air limbah dari Wastafel masyarakat didominasi oleh pembuangan ke sungai sebanyak 52%, saluran terbuka15%, dan tertutup 17 %. Namun masih ada yang di salurkan ke jalan dan halaman rumah sebanyak 4 % Dari keseluruhan responden yang berjumlah 824, hanya 822 responden yang formulirnya terisi dengan lengkap berkaitan kepemilikan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah). Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar responden sudah memiliki saluran SPAL (70.3%) namun demikian masih ada potensi penggunaan SPAL juga terdapat pencemaran dari tinja manusia karena masih terdapat rumah tangga yang mengalirkan langsung tinja ke saluran. 3.4. DRAINASE LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR Dalam pelaksaaan studi EHRA di Kabupaten Wonosobo, sudah di sepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, untuk seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo, tidak ada daerah yang masuk dalam kategori terkena banjir. Hal ini terkait dengan kondisi geografis wilayahnya yang pegunungan sehingga tidak ada dataran rendah yang berpotensi terjadinya genangan. ika timbul genangan hanyalah kejadian sementara, cepat surut dan tidak masuk ke dalam rumah akibat saluran drainase yang mampet atau limpahan dari saluran drainase yang tidak mampu menampung curahan air hujan yang tinggi PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 40

Tabel 3.23 Apakah rumah/lingkungan pernah terkena banjir E3. Apakah rumah yang ditempati saat ini atau lingkungan sekitar rumah pernah terkena banjir? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total Tidak pernah 33 32 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 31 33 33 32 33 33 33 32 820 Sekali atau beberapa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 dalam sebulan Tidak tahu 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Dari tabel diatas dapat dibuat grafik mengenai apakah di rumah atau lingkungan rumah pernah terkena banjir seperti grafik dibawah. Grafik 3.62 Grafik apakah di rumah atau lingkungan pernah terkena banjir 100% 100% 99% 99% 98% 98% 97% 97% 96% 96% 95% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425 Tidak tahu Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak pernah Dari garfik diatas dapat diketahui bahwa wilayah yang paling banyak terkena banjir banjir adalah di desa Kuripan Kec. Garung namun mayoritas banjir hanya terjadi sekali dalam dalam beberap bulan saja dan tidak berapa luas air dari limpahan air hujan yang datang.. Studi EHRA tercatat ada genangan yang timbul di lingkungan masyarakat yaitu 12,9 %, genangan ini hanya sementara dan tidak termasuk dalam kategori banjir. Banjir/kebanjiran dalam studi EHRA adalah datangnya air ke lingkungan atau masuk ke dalam rumah yang tengah di survey. Air tersebut berasal dari luapan air sungai ataupun air hujan. Besarnya banjir tidak dibatasi, artinya air dapat setinggi dada atau lebih rendah dari tumit orang dewasa. 3.5. PENGELOLAAN AIR MINUM DAN AIR BERSIH RUMAH TANGGA Air merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kecukupan air dan kualitasi air akan sangat berpengaruh terhadap individu masyarakat dan kesehatan lingkungan. Jenis-jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/pdam, sumbur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditanggkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air minum yang dianggap memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh manusia yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 41

teratur, dan sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya. Sumber air yang dianggap memiliki risiko lebih tinggi dan bisa mengandung sumber penyakit yaitu : Sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun saluran irigasi. Ada beberapa variabel yang digunakan untuk mengetahui kondisi akses sumber air bersih/air minum melalui Studi EHRA di Kabupaten Wonosobo yaitu: jenis sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dan kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber air tersebut, serta mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu tertentu. Tercukupinya sumber air bersih di rumah tangga memegang peranan yang sangat penting terkait dengan tingkat risiko kesehatan akibat suplai air yang kurang. Suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi timbulnya penyakit seperti diare dan kulit. Air bersih yang cukup mendorong orang untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat. 3.5.1. Sumber Air Untuk Diminum Tabel 3.24. Sumber air untuk minum Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Total % A. Air botol kemasan 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 5.6 B. Air isi ulang 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 2 1 3 2 0 0 0 15 1.8 C. Air Ledeng dari PDAM 15 3 3 0 20 32 0 23 0 2 24 31 8 14 0 19 8 0 33 32 31 30 2 25 0 355 43.1 D. Air hidran umum - PDAM 0 2 3 0 5 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 1 0 24 2.9 E. Air kran umum - PDAM/PROYEK 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 8 1.0 F. Air sumur pompa tangan 0 11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 1.6 G. Air sumur gali terlindungi 8 5 24 4 5 0 0 0 0 1 0 0 2 5 7 6 1 0 0 0 0 0 2 2 0 72 8.7 Jumlah 23 22 30 6 35 32 0 30 0 3 25 32 14 19 7 25 18 0 35 35 35 34 4 28 0 492 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Dari tabel diatas dapat dibuat grafik mengenai sumber air minum masyarakat seperti pada grafik dibawah. Grafik 3.63 Grafik Sumber air minum Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa sumber air minum yang digunakan mayoritas adfalah dari PDAM untuk minum. Karena layanan PDAM di Kabupaten Wonosobo semua kecamatan hampir terlayani yang belum adalah Kec. Kalibawang dan Kec. Wadslintang PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 42

Grafik 3.62 Grafik Sumber Air Minum Menurut Klaster 100% 80% 60% 40% 20% 0% Klster 3 Klster 2 Klster 1 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa sumber air minum yang paling banyak digunakan pada klaster 0 dan klaster 1 didominasi mata air terlindungi dan sambungan rumah, pada klaster 2 sumber air minum yang digunakan didominasi air mbotol kemasan dan sumur gali terlindungi,sedangkan pada klaster 3 sumber air minum didominasi dari PDAM. Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu dari PDAM (33,7%) dan yang terkecil dari penjual air keliling. Namun demikian masih ada rumah tangga yang belum memiliki sumber air dan cukup besar (12,7%) hal ini penting untuk diperhatikan terkait dengan kecukupan kebutuhan sanitasi dasar dan peningkatan kualitas dan derajat kesehatan masyarakat. Grafik 3.65 Prosentase Grafik Sumber Air Minum E. Air kran F. Air sumur B. Air isi umum - pompa ulang PDAM/PROY tangan (Minum) EK (Minum) (Minum) 3% 1% 3% D. Air hidran umum - PDAM (Minum) 5% G. Air sumur gali terlindung i (Minum) 15% A. Air botol kemasan (Minum) 1% C. Air Ledeng dari PDAM (Minum) 72% Hasil survey menyataakan bahwa sumber air minum yang digunakan di Kab. Wonosobo secara umum didominasi oleh Air Ledeng PDAM (72 %) dan sumur gali (SGL) terlindungi (15%) dan air Hydrant umum PDAM (5%) serta air isi ulang (3%) air sumur pompa tangan (3%), Namun demiian pada mayoritas masyarakatnya sudah terlayani air dari PDAM PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 43

Tabel 3.25 Lamanya mengalami kesulitan mendapatkan air F1.2 Apakah pernah mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehati-hari, berapa lama? Tidak pernah Beberapa jam saja Satu sampai beberapa hari Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 14 24 8 13 20 9 25 13 4 30 33 16 19 26 4 9 19 10 7 32 31 20 26 33 14 459 16 3 13 9 13 0 4 3 12 0 0 17 9 0 0 9 9 12 8 0 1 7 7 0 19 171 0 2 9 9 0 23 2 16 17 2 0 0 4 7 27 15 5 10 17 0 0 6 0 0 0 171 Seminggu 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Lebih dari seminggu 0 3 1 2 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 10 Tidak tahu 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai lamanya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dalam desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.66 Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air 8 5 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semua desa yang disurvei mayoritas tidak pernah mengaalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Bila ada yang pernah mengalami kesulitan air hanya beberapa jam saja dan satu samapai beberapa hari saja. Grafik 3.67 Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air menurut klaster PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 44

Dari grafik diatas dapat dapat diketahui bahwaa klaster desa yang pernah mengalami kesulitan mendapatkan air paling banyak pada klaster 3 sebanyak (25 %) namun hanya beberapa jam saja, sedangkan daerah yang pernah mengalami kesulitan mendapatkan air paling lama ( lebih dari 1 minggu) pada klaster 0 dan klaster 1 masing-masing 1%. Hasil studi EHRA masih ada sebagian masyarakat (23,5%) yang mengalami kelangkaan air. Kelangkaan air biasanya timbul di musim kemarau akibat debit air yang turun hal ini terkait dengan sumber air yang sebagian besar berasal dari PDAM dan Mata air, sementara sumber air yang digunakan untuk PDAM juga berasal dari mata air. Grafik 3.68 Prosentase Grafik lamanya kesulitan mendapatkan air Dari grafik diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Wonosobo56% KK tidak pernah mengalami kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Tabel 3.22 Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan F1.3 Apakah ibu puas dengan kualitas air yang digunakan saat ini? Kode Kelurahan/Desa Jml % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ya 27 32 33 24 33 28 30 27 33 31 33 33 26 24 9 25 30 16 32 32 32 26 1 23 33 673 81.7 Tidak 6 1 0 9 0 5 3 6 0 2 0 0 7 9 24 8 3 16 1 1 1 7 32 10 0 151 18.3 Jumlah 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kepuasan terhadap sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dalam desa yang digunakan, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.69 Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan Chart Title Ya Tidak 27 32 33 24 33 28 30 27 33 31 33 33 26 24 24 25 30 32 32 32 26 32 23 33 16 16 6 1 0 9 0 5 3 6 0 2 0 0 7 9 9 8 3 1 1 1 7 1 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 45

Dari grafik diatas masyarakat yang paling banyaak menyatakan tidak puas dengan air yang digunakan di desa Winongsari, Kec. Kaliwiro dan desa Sikunang Kec. Kejajar. Grafik 3.70 kepuasan terhadap sumber air yang digunakan menurut klaster Hasil survei menyatakan bahwa daerah yang menyataakan tidak puas terhadap air minum yang digunakan paling banyak pada klaster 2 (22%) dan yang paling sedikit menyatakan tidak puasa pada klaster 1 ( 14.9 %). Grafik 3.71 Prosentase Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan Ya Tidak 18% 82% Dari hasil survei secara keseluruhan mengenai kepuasan responden terhadap sumber air bersih yang digunakan seharai-hari adalan 82% responden menyatakan puas hanya 18 % yang menyatakan tidak puas terhadap sumber air bersih yang digunakan. Kurang 10 m Lebih 10 m Kurang 3m Tidak tahu Tabel 3.22 Kepuasan terhadap sumber air yang digunakan F1.4 Berapa jarak sumber air tsb ke tempat penampungan/pembuangan tinja? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 4 6 1 2 2 0 0 0 1 8 1 2 0 14 0 6 0 0 0 0 2 0 5 3 0 57 6.9 4 10 32 1 13 0 0 0 0 10 0 0 1 2 3 1 5 2 0 0 1 0 1 0 4 90 10.9 25 16 0 30 18 2 33 33 32 13 1 31 32 1 30 26 26 30 33 33 19 33 24 30 29 58 70.4 0 1 0 0 0 31 0 0 0 2 31 0 0 16 0 0 2 0 0 0 11 0 3 0 0 97 11.8 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 To tal % PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 46

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai jarak sumur gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.72 Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja Dari grafik diatas bahwa jarak Sumur gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja yang < 10 m paling banyak di desa Tlogo, Kec. Sukoharjodan masih banyak di desa-desa yang mmasih berjarak kurang 3 m. Grafik 3.73 Prosentase Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja menurut klaster Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 2 0 31 0 41 61 262 64 14 29 287 33 Kurang 10 m Lebih 10 m 3 Tidak tahu Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jarak sumur gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja paling aman pada klaster 2 dan klaster 1 sedangkan yang paling tidak aman pada klaster 3. Grafik 3.74 Prosentase Jarak Sumur Gali (SGL) dengan tempat pembuangan tinja PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 47

Hasil survei menyatakan bahwa jarak susmur gali (SGL) dengan tempat pembuangan akhir tinja secara keseluruhan adalah aman mencapai 11 % tidak aman 77% dan tidak tahu 12%.Jadi dari desa yang telah disurvey masih banyak yang belum memprioritaskan jarak aman untuk jamban dengan sumur yanga. Hal ini dipengaruhi dengan luasan pekarangan yang dimiliki oleh warga karena kebanyakan di wonosbo area pemukiman terpisah dengan pekarangan atau ladang Tabel 3.28 Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum F2.1 Apakah Ibu mengolah/menangani air sebelum digunakan untuk minum dan masak? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n % Ya 33 33 33 31 33 33 33 26 33 32 33 33 23 32 33 33 33 32 33 33 32 33 23 32 33 791 96.0 Tidak 0 0 0 2 0 0 0 7 0 1 0 0 10 1 0 0 0 0 0 0 1 0 10 1 0 33 4.0 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai praktek mengolah air/menangani air sebelum digunakan untuk minum seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 3.75 Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum dan masak Total Grafik 3.760 Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum menurut klaster Responden di semua klaster secara umum sudah melakukan pengolahan air sebelum diminum hanya ada 0,4% yang tidak melakukan pengolahan air untuk minum/.masak yaitu di klaster 1. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 48

Grafik 3.77 Prosentase Praktek mengolah air sebelum digunakan untuk minum Hasil survei menyatakan bahwa responden secara keseluruhan yang melakukan pengolahan air sebelum diminu 791 responden ( 96 %) dan yang tidak melakukan pengolahan air sebelum diminum hanya ada 33 responden (4%). 3.5.2. Pengolahan, Penyimpanan Dan Penanganan Air Yang Baik Dan Aman Tabel 3.29 Praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum F2.2 Bagaimana cara Ibu mengolah air untuk diminum? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Direbus 33 33 33 31 33 33 33 26 33 31 32 33 21 29 33 33 29 32 33 33 32 33 23 32 33 780 98.6 Ditambahkan kaporit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1.0 Lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.3 Tidak tahu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.1 Jumlah 33 33 33 31 33 33 33 26 33 32 33 33 23 32 33 33 33 32 33 33 32 33 23 32 33 791 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai praktek cara mengolah air/menangani air sebelum digunakan untuk minum / memasak seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.79 praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum/masak didominasi dengan merebus air. Hampir pada seluruh desa survei melakukaan pengolahan air dengan merebus namun ada yang menambahkan kaaporit paling banyaak di desa Andongsili Kec. Mojotengah dan membeli isi ulang / aqua paling banyak di desa Maduretno, Kec. Kalikajar. Grafik 3.79 praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum menurut klaster PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 49

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan air didominasi dengan melakukan merebus air yang tertinggi pada klaster 2 (98.8%) dan paling kecil merebus air pada klaster 1 Grafik 3.80 Prosentase praktek cara mengolah air sebelum digunakan untuk minum Hasil survei menyatakan bahwa 99 % responden melakukan pengolahan air untuk minum dengan merebus, menambahkan kaporit sebanyak 1 % dan membeli air isi ulang/aqua 0 %. Tabel 3.30 Praktek penyimpanan air sebelum digunakan untuk minum F2.3 Apakah Ibu menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman? Kode Kelurahan/DesaTotal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak disimpan 0 2 0 0 2 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 12 4 0 0 6 5 36 4.6 Ya, dalam Panci 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 6.8 terbuka Ya, dalam Panci dengan tutup 0 0 0 0 0 1 0 1 0 12 0 0 1 0 2 10 0 0 0 2 0 0 0 9 0 38 4.8 Ya, dalam 41. Teko/ketel/c 32 9 2 21 12 20 10 0 14 18 27 20 1 30 3 19 25 0 1 1 24 2 21 13 0 325 1 eret Ya, dalam 46. 1 19 31 9 19 10 22 24 19 1 6 7 20 0 27 1 7 31 32 15 4 31 1 3 27 367 Botol/termos 4 Ya, dalam Galon isi 0 3 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 11 1.4 ulang Lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 8 1.0 33 33 33 31 33 33 33 26 33 32 33 33 23 32 33 33 33 32 33 33 32 33 23 32 33 791 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai praktek cara menyimpan air yang sudah diolah di tempat yang aman seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.81 Praktek cara menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa praktek cara penyimpanan air yang sudah diolah ditempat yang aman didominasi disimpan dalam botol/termos dan dalam teko,ketel,ceret. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 50

Grafik 3.82 Praktek cara menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman menurut klaster Praktek penyimpanan air yang sudah diolah pada klaster 3 didominasi disimpan dalam teko,ketel,ceret (60.6%),pada klaster 1 dan 2 didominasi disimpan dalam botol/termosmasing-masing ( 49.7 %) dan (45.7 %) sedangkan pada klaster 3 penyimpanan air yang sudah diolah disimpan dalam termos (21.2%). Air yang sudah diolah tidak dilakukan penyimpanan paling banyak ditemukan pada klaster 2 ( 6.6%) Grafik 3.83 Prosentase praktek cara menyimpan air yang sudah diolah Langsung dari dispenser Dengan mengguna kan gayung Dengan mengguna kan gelas Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan praktek penyimpanan air yang sudah diolah secara keseluruhan dilakukan dengan memasukan di dalam botol/termos (46%) dan dalam teko,ketel,ceret sebesar (41%) Tabel 3.31 Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring F2.4 Bagaimana Ibu mengambil air untuk minum, masak, cuci piring & gelas dan gosok gigi dari tempat penyimpan air? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 JML % 0 0 0 9 0 16 0 1 0 1 0 0 0 0 3 0 1 0 0 1 1 19 0 0 0 52 6.6 28 16 24 17 24 16 31 23 33 31 19 15 19 20 28 32 12 1 33 17 18 13 22 11 32 535 67.6 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 1 8 1.0 Lainnya 5 17 8 5 8 1 1 2 0 0 14 18 3 12 2 0 19 31 0 14 13 1 0 19 0 193 24.4 Tidak tahu 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3.4 33 33 33 31 33 33 33 26 33 32 33 33 23 32 33 33 33 32 33 33 32 33 23 32 33 791 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Total PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 51

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.84 Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring Dari hasil survei dapat diketahui bahwa cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring oleh responden didominasi dilakukan dengan menggunakan gelas dan dengan menggunakan gayung. Grafik 3.85 Praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring menurut klaster Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa praktek pengambilan air untuk minum,masak,dan cuci piring pada klaster 1 dan klaster 2 didominasi dengan gayung dan dengan gelas, sedangkan pada klaster 3 didominasi dengan menggunakan yang lainya seangkan pada klaster 2 didominasi dengan menggunakan gayang. Grafik 3.86 Prosentase praktek cara mengambil air untuk minum,masak,cuci piring PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 52

Hasil survey menyatakan bahwa secara keseluruhan praktek cara pengambilan air untuk minum, masak, dan cuci piring oleh responden yaitu mayoritas dengan menggunakan gayung68% dan dengan lainya 24 %. 3.6. PERILAKU HIGIENE/SEHAT Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu faktor pendukung untuk menuju hidup sehat. Dengan cuci tangan pakai sabun maka akan dapat memutus rantai masuknya penyakit ke dalam tubuh manusia.keberadaan air dan sabun memegang peranan yang sangat penting dengan kegiatan cuci tangan karena tidak mungkin melakukan cuci tangan jika tidak didukung oleh tersedianya air bersih dan sabun. Kebiasaan tidak mencuci tangan pada waktu-waktu penting merupakan salah satu penyebab masukknya penyakit ke dalam tubuh, contohnya diare. Balita sangat rawan terkena diare, jika ibu cuci tangan di lima waktu penting maka risiko balita terkena diare dapat berkurang. Waktu cuci tangan yang penting yaitu : a. Sesudah BAB (Buang Air Besar) b. Sesudah menceboki pantat anak c. Sebelum menyantap makanan d. Sebelum menyuapi anak e. Sebelum menyiapkan makanan Tabel 3.32 Apakah responden sudah menggunakan sabun G.1 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 n % Ya 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 32 33 33 32 33 821 99.8 Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2.2 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 32 33 33 33 33 823 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai apakah responden sudah dilakukan survei dan sehari sebelumnya seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini memakai sabun pada saat Grafik 3.87 Apakah responden sudah menggunakan sabun Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perilaku responden dalam menggunakan sabun sudah dilakukan di semua desa kecuali di desa Talunombo Kec. Sapuran dan desa Kertek Kec. Kertek masing-masing 1 responden. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 53

Grafik 3.88 Papakah responden sudah menggunakan sabun menurut klaster Hasil survei menyatakan bahwa masih ada responden yang tidak menggunakan sabun pada saat dilakukan survei yaitu di klaster klaster 2 (10.5%). Namun untuk klaster 1 dan klaster 3 sudah 100 % responden menggunakan sabun. Grafik 3.89 Prosentase apakah responden sudah menggunakan sabun Berdasarkan grafik diatas secara keseluruhan responden mengenai praktek menggunakan sabun adalah 99,5 % responden sudah menggunakan sabun pada saat survei dan sehari sebelum survei, dan masih ada 0,5 % responden tidak menggunakan sabun saat dilakukan survei dan sehari sebelumnya. Cuci tangan dengan sabun ternyata belum menjadi kebiasaan masyarakat, hal ini akan berisiko terjadinya berbagai penyakit terutama yang berkaitan dengan saluran pencernaan seperti diare. Perlu dilakukan upaya yang lebih intensif lagi untuk membudayakan kebiasaan cuci tangan dengan sabun di masyarakat khususnya di lima waktu penting. Tabel 3.33 Prakten penggunaan sabun oleh responden G.2 Untuk apa saja sabun itu ibu gunakan?. Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 n % A. Mandi 33 33 33 33 33 33 31 33 32 33 33 32 33 33 33 33 33 30 33 33 31 33 33 31 32 813 99.0 B. Memandikan anak 11 10 23 24 16 25 16 24 14 13 24 10 13 6 14 13 11 11 22 16 20 16 33 16 14 415 50.5 C. Menceboki panta anak 10 5 18 8 18 24 8 15 2 11 22 10 14 4 7 8 6 5 20 6 14 9 28 14 7 293 35.7 D. Mencuci tangan sendiri 29 6 33 23 30 25 16 19 4 20 33 32 33 31 12 21 9 20 33 31 30 11 29 32 26 588 71.6 E. Mencuci tangan anak 9 2 28 19 17 25 10 12 3 9 29 28 15 5 8 4 8 6 18 10 20 4 29 20 22 360 43.8 F. Mencuci peralatan 33 33 33 33 31 33 33 33 31 32 33 33 33 33 24 32 33 31 33 32 32 30 33 30 30 797 97.1 G. Mencuci pakaian 32 33 33 33 29 33 32 31 31 30 33 32 33 33 25 32 33 30 33 31 32 28 32 32 29 785 95.6 H. Lainnya 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 3 0 7 0 0 0 1 18 2.2 I. Tidak tahu 0 0 0 0 0 3 1 1 0 1 0 0 0 0 26 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 34 4.1 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 54

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai praktek memakai sabun oleh responden seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini Grafik 3.90 Praktek penggunaan sabun oleh responden Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa di setiap desa survei mayoritas sabun digunakan untuk kegiatan mandi, mencuci pakaian dan mencuci peralatan minum,makan dan masak. Grafik 3.91 Praktek penggunaan sabun oleh responden menurut klaster Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada setiap klaster desa responden sudah terbiasa menggunakan sabun untuk kegiatan mandi,menceboki anak,cuci tangan,cuci alat makan, cuci pakaian. Grafik 3.92 Prosentase praktek penggunaan sabun oleh responden PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 55

Survei membuktikan bahwa perilaku penggunaan sabun untuk mencuci tangan oleh responden baru mencapai 14 % menceboki pantat anak 7 % dan mencucui tangan anak baru mencapai 9 %. Nanum perilaku penggunaan sabun untuk mandi,mencuci pakian dan mencuci peralatan minum,makan,dan masak angkanya sudah cukup tinggi. Tabel 3.34 Dimana saja anggota keluarga biasanya mencuci tangan?. Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 n % A. Di kamar mandi 18 9 18 26 32 19 23 26 28 27 15 32 21 31 32 27 17 16 31 27 28 21 32 32 25 613 74.4 B. Di dekat kamar mandi 10 0 0 4 0 1 1 2 4 2 3 1 1 3 2 1 0 4 0 2 1 5 3 0 4 54 6.6 C. Di jamban 10 0 1 3 0 1 1 0 3 1 0 29 0 0 0 0 0 2 28 16 1 5 4 1 0 106 12.9 D. Di dekat jamban 2 0 0 2 0 2 0 0 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 1 16 1.9 E. Di sumur 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 0 7 2 0 20 2.4 F. Di sekitar penampungan 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 2 0 0 0 3 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 12 1.5 G. Di tempat cuci piring 3 13 13 12 12 13 5 4 6 3 2 17 8 27 1 3 12 6 32 16 19 14 0 28 5 274 33.3 H. Di dapur 11 9 1 7 1 2 1 13 13 1 2 17 13 1 1 6 7 7 27 8 1 4 0 27 2 182 22.1 I. Lainnya 5 2 0 1 0 1 9 2 4 2 5 0 1 0 3 0 7 12 0 0 0 8 0 2 0 64 7.8 J. Tidak tahu 0 1 0 0 0 1 13 0 3 0 2 0 1 0 26 0 2 0 11 2 0 1 0 0 0 63 7.6 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai tempat praktek mencuci tangan memakai sabun oleh responden seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini 35 30 25 20 15 10 5 0 Grafik 3.93 Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 A. Di kamar mandi B. Di dekat kamar mandi C. Di jamban D. Di dekat jamban E. Di sumur F. Di sekitar penampungan G. Di tempat cuci piring Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tempat praktek mencuci tangan dengan sabun oleh responden paling banyak dilakukan di kamar mandi. Grafik 3.94 Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan menurut klaster PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 56

Dari survey tempat yang hiasa untuk mencuci tangan paling banyak di klaster 1 dan 2 untuk kegiatan di kamar mandi, sedangkan untuk klister 3 paling banyak dilakukan di jamban. Grafik 3.95 Prosentase Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan responden I. Lainnya 5% H. Di dapur 13% J. Tidak tahu 4% G. Di tempat cuci piring 19% A. Di kamar mandi 44% F. Di sekitar penampungan 1% E. Di sumur 1% D. Di dekat jamban 1% C. Di jamban 8% B. Di dekat kamar mandi 4% Responden paling banyak melakukan kegiatan mencuci tangan di kamar mandi sebanyak 44% dan ditempat cuci piring 19%. Hal ini menunjukan bahwasanya kepemilikan wastafel untuk cucitangan masih jarang di punyai warga. Tabel 3.35 Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun? Kode Kelurahan/DesaTotal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 51 52 A. Sebelum ke toilet 1 1 1 1 5 0 0 0 0 2 4 0 3 0 3 0 0 2 1 0 1 0 0 3 1 29 3.5 B. Setelah menceboki 3 7 12 12 11 28 6 9 4 7 16 9 14 3 8 8 10 7 24 3 11 6 26 14 5 263 31.9 bayi/anak C. Setelah dari buang 23 22 23 25 27 32 12 25 7 25 31 33 29 32 11 21 9 16 33 31 28 18 8 33 26 580 70.4 air besar D. Sebelum makan 27 29 18 20 14 14 15 11 15 22 29 33 15 33 18 25 23 2 25 28 29 23 7 33 0 508 61.7 E. Setelah makan 31 29 14 17 27 30 16 25 24 15 33 32 31 33 4 33 20 12 27 23 27 29 2 33 0 567 68.8 F. Sebelum memberi menyuapi 3 1 1 9 13 16 1 4 2 8 17 10 6 2 7 0 6 3 11 1 13 7 6 15 1 163 19.8 anak G. Sebelum menyiapkan 8 8 1 4 6 2 3 1 0 13 26 32 0 4 7 1 5 1 9 3 7 2 0 32 0 175 21.2 masakan H. Setelah memegang 1 2 8 17 19 19 19 6 3 27 19 2 13 33 33 12 6 19 22 0 16 0 5 33 0 334 40.5 hewan I. Sebelum sholat 23 6 1 15 2 19 25 7 2 11 31 33 16 33 10 0 4 24 33 0 29 2 0 2 2 330 40.0 J. Lainnya 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 5 0 10 1 5 0 3 0 0 0 8 37 4.5 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai tempat praktek mencuci tangan memakai sabun oleh responden seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 57

Grafik 3.96 Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun? Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa tempat praktek mencuci tangan dengan sabun oleh responden paling banyak dilakukan di kamar mandi. Grafik 3.97 Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun?menurut klaster Dari survey tempat yang hiasa untuk mencuci tangan paling banyak di klaster 1 dan 2 untuk kegiatan di kamar mandi, sedangkan untuk klister 3 paling banyak dilakukan di jamban. Grafik 3.98 Prosentase Kapan biasanya Ibu mencuci tangan dengan menggunakan sabun? Responden paling banyk melakuna kegiatan mencuci tangan di kamar mabdi sebanyak 44% dan ditempat cuci piring 19%. Hal ini menunjukan bahwasanya kepemilikan wastafel untuk cucitangan masih jarang di punyai warga. Keberadaan sabun di jamban sudah cukup tinggi (56,6%) namun demikian kebiasaan cuci tangannya masih rendah (7,8%) perlu terus ditingkatkan promosi untuk cuci tangan, bukan hal yang mudah dan diperlukan waktu yang cukup lama karena harus merubah pola pikir masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu pentingnya cuci tangan dan akhirnya mau melakukan cuci tangan. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 58

3.6 KEJADIAN PENYAKIT DIARE Penyakit diare dapat menyerang siapa saja dalam anggota keluarga tanpa pandang bulu. Mulai dari balita, anak-anak, anak remaja laki-laki, anak remaja perempuan, orang dewasa laki-laki, orang dewasa perempuan. Balita merupakan usia yang cukup rawan untuk terserang penyakit diare. Besaran kejadian penyakit diare dapat diindikasikan kurang memenuhinya sarana sanitasi yang ada di masyarakat. Kejadian penyakit diare dalam studi EHRA menjadi sangat penting karena terkait dengan penyakit berbasis lingkungan atau penyakit yang timbul akibat lingkungan yang kurang sehat. Munculnya kejadian diare tidak lepas dari terpenuhinya sarana sanitasi dan perilaku masyarakat sehari hari yang bisa meningkatkan risiko diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya. Tabel 3.36 Kejadian Penyakit Diare Kapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena Diare 24 jam terkahir 1 minggu terakhir 1 bulan terakhir 3 bulan terakhir 6 bulan terakhir Lebih dari 6 bulan yang lalu Tidak pernah Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 51 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0 0 1 2 3 0 1 1 1 1 2 6 1 0 5 0 0 0 2 0 1 2 30 3 0 0 3 0 1 1 3 7 1 0 0 1 1 1 1 0 3 4 1 2 3 0 0 3 39 0 1 0 0 0 0 4 1 3 0 0 0 4 2 2 3 0 1 3 1 0 1 0 1 5 32 4 0 2 5 0 2 0 2 0 0 0 0 0 5 0 1 0 2 0 1 0 1 0 0 3 28 10 0 0 5 1 7 1 18 3 0 0 0 2 5 0 4 1 5 0 12 1 0 0 3 11 89 8 16 32 30 20 32 22 25 6 19 30 31 32 25 18 23 23 32 15 26 18 30 25 33 28 8 599 Total 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 32 33 33 33 33 33 33 33 824 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 99. Kejadian DiareKapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena DiareDalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, ada 7 desa yang menyatakan tidak pernah terjadi penyakit diare.. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 59

Grafik 100. Kejadian DiareKapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena DiareDalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster2 yaitu sebesar 100%. Grafik 101 Prosentasee Kejadian DiareKapan Waktu Paling Dekat Anggota Keluarga Ibu Terkena DiareDalam Cluster Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 73% pernah mengalami penyakit diare dengan 11%-nya menyatakan tidak pernah. Tabel 3.37 Kejadian Penyakit DiareAnak-anak balita. Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak 14 1 3 10 0 5 4 17 12 3 1 1 5 14 6 8 1 14 6 15 2 4 0 1 22 169 75.1 Ya 3 0 0 3 1 6 4 10 2 0 1 0 3 1 4 2 0 3 1 0 1 4 0 4 3 56 24.9 JML 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 60

Grafik 102 Kejadian Diare Anak-Anak BalitaDalam Desa Grafik 38. menunjukkan di Desa Kuripan Kec. Garung paling rendah untuk kejadian penyakit Diare anak-anak balita dengan prevalensi tinggi di Desa Ngadikusuman Kec. Kretek, hanya sebagian kecil responden di desa Winongsari Kec. Kaliwiro yang tidak pernah mengalami diare pada anak balita Grafik 103 Kejadian Diare Anak-Anak Balita Dalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 100%. Grafik 104. Prosentase Kejadian DiareAnak-Anak BalitaDalam Desa Tidak Ya 25% 75% Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 73% pernah mengalami penyakit diare dengan 11%-nya menyatakan tidak pernah Tabel 3.38 Kejadian Penyakit DiareAnak-Anak Non Balita Kode Kelurahan/Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak 16 1 3 11 1 10 6 25 14 2 2 0 6 10 10 7 1 14 6 14 3 8 0 5 15 190 84. 4 Ya 1 0 0 2 0 1 2 2 0 1 0 1 2 5 0 3 0 3 1 1 0 0 0 0 10 35 15. 6 Jml 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 61

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 105. Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, responden di desa Kuripan Kec. Garung desa dengan prevalensi tinggi mengalami diare. Grafik 106. Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 100%. Grafik 107 Prosentase Kejadian DiareAnak-Anak Non BalitaDalam Desa Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 73% pernah mengalami penyakit diare dengan 11%-nya menyatakan tidak pernah Tabel 3.39 Kejadian penyakit diare Anak remaja laki-laki Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 51 52 Tidak 16 1 3 12 1 11 7 27 14 3 2 1 8 11 8 10 1 17 5 13 3 8 0 5 20 207 92.0 Ya 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 2 2 0 0 0 0 5 18 8.0 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 Sumber: Pengolahan Data Primer Studi EHRA Th 2012 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 62

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 108. Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, responden di desa Kuripan Kec. Garung, desa dengan prevalensi tinggi mengalami diare. Grafik 109. Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 100%. Grafik 110. Prosentase Kejadian DiareAnak remaja laki-lakidalam Desa Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 73% Tidak pernah mengalami penyakit diare dengan 8%- nya menyatakan pernah terkena penyakit diare. Tabel 3.40 Kejadian Penyakit DiareAnak Remaja Perempuan Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak 16 1 2 13 1 9 8 24 14 3 1 1 8 13 10 10 1 14 7 11 3 7 0 5 23 205 91.1 Ya 1 0 1 0 0 2 0 3 0 0 1 0 0 2 0 0 0 3 0 4 0 1 0 0 2 20 8.9 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 63

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 111 Kejadian DiareAnak Remaja PerempuanDalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, responden di desa Kaliwuluh Kec. Kepil desa dengan prevalensi tinggi mengalami diare. Grafik 112 Kejadian DiareAnak Remaja PerempuanDalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 100%. Grafik 113 Prosentase Kejadian Diare Anak Remaja Perempuan Dalam Desa Kejadian diare hasil studi EHRA relative kecil namun responden yang menjawab tidak tahu cukup besar ( 72,7%) hal ini ada kemungkinan sebenarnya ada kasus diare tapi tidak tercatat atau dianggap bukan kejadian diare mengingat kebiasaan cuci tangan yang masih rendah. Tabel 3.41. Kejadian Penyakit Diare Orang Dewasa Laki-laki Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak 12 1 1 9 1 6 8 21 12 3 2 1 6 12 9 9 0 7 5 9 3 7 0 5 22 171 76.0 Ya 5 0 2 4 0 5 0 6 2 0 0 0 2 3 1 1 1 10 2 6 0 1 0 0 3 54 24.0 Total 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 64

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 114 Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, responden di desa Kaliwuluh Kec. Kepil desa dengan prevalensi tinggi mengalami diare. Grafik 115 Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 76%. Grafik 116. Prosentase Kejadian DiareOrang Dewasa Laki-lakiDalam Desa Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 76% Tidak pernah mengalami penyakit diare dengan 24%-nya menyatakan pernah terkena penyakit diare. Tabel 3.42 Kejadian Penyakit DiareOrang Dewasa Perempuan. Kode Kelurahan/Desa Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Jml % Tidak 9 0 3 8 1 7 7 21 4 2 2 1 7 15 7 5 0 12 3 2 1 5 0 4 24 150 66.7 Ya 8 1 0 5 0 4 1 6 10 1 0 0 1 0 3 5 1 5 4 13 2 3 0 1 1 75 33.3 Total 17 1 3 13 1 11 8 27 14 3 2 1 8 15 10 10 1 17 7 15 3 8 0 5 25 225 PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 65

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dibuat grafik mengenai kejadian diare dalam lingkup desa, seperti yang terlihat pada gambar grafik dibawah ini. Grafik 117. Kejadian DiareOrang Dewasa PerempuanDalam Desa Grafik 38. menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengalami diare, responden di desa Wonosobo Barat Kec. Wonosobo desa dengan prevalensi tinggi mengalami diare. Grafik 118 Kejadian DiareOrang Dewasa PerempuanDalam Cluster Hasil servei mendapatkan data bahwa mayoritas responden pernah mengalami diare, prevalensi tertinggi di wilayah cluster 2 yaitu sebesar 100%. Grafik 119. Prosentase Kejadian DiareOrang Dewasa PerempuanDalam Desa Tidak Ya 33% 67% Hasil Survey memperlihatkan bahwasanya mayoritas sebanyak 67% Tidak pernah mengalami penyakit diare dengan 33%-nya menyatakan pernah terkena penyakit diare. PPSP Study EHRAKab. Wonosobo 66