Available online at Website

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

ANALISIS KEBOCORAN PIPA REFORMER DI SEBUAH PERUSAHAAN PETROKIMIA

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengujian Hardness dan Struktur Micro Pada Daerah HAZ Sambungan Low Carbon Steel dan Stainless Steel

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Pengaruh Parameter Post Weld Heat Treatment terhadap Sifat Mekanik Lasan Dissimilar Metal AISI 1045 dan AISI 304

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Dimas Hardjo Subowo NRP

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Karakterisasi Material Sprocket

Volume 13 No.1 Maret 2012 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

Keywords : Schaeffler, DeLong, WRC-1992, dissimilar metal weld.

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: ( Print)

J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Journal of Mechanical Engineering Learning

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Teknik Pembuatan Baja Duplek pada Baja Karbon Rendah Sa dengan Pelapisan Elektroda

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Jurnal Sains & Teknologi KOROSI PADA LASAN BAJA ANTIKARAT AISI 316 L. Sumaryono

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Vol. 9, No. 1, November 2017 ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

PENGARUH PWHT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TAK SEJENIS AUSTENITIC STAINLESS STEEL DAN BAJA KARBON

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

MENINGKATKAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Q&T STEEL LOKAL DENGAN MGMAW TANPA PENERAPAN PH DAN PWHT

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK LOGAM DISSIMILAR AL-STEEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Available online at Website

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

WELDABILITY, WELDING METALLURGY, WELDING CHEMISTRY

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

JURNAL TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 16 Februari 2011

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

PENERAPAN POSTWELD HEAT TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS BAJA TAHAN KARAT

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1 Maret 2012

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PIPA BAJA JIS Z Heru Danarbroto ) Abstrak

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print)

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

DUPLEX STAINLESS STEEL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

Transkripsi:

Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh PWHT dan Preheat pada Kualitas Pengelasan Dissimilar Metal antara Baja Karbon (A-106) dan Baja Sri Nugroho, Wiko Sudiarso* Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro *E-mail: wiko_89@yahoo.com ABSTRAK Sebuah alat di Primary Reformer adalah suatu alat yang dioperasikan pada suhu 600-800 o C dan tekanan 30-40 kg/cm2. Primary reformer dibuat material yang berbeda, material baja karbon (flange) dan material baja tahan karat(top tube). Kedua material tersebut disambung dengan menggunakan las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dengan filler metal inconel 82. Namun ditemukan kobocoran (disbonding) antara sambungan pada material baja karbon dan weld metal. Tugas Akhir ini meneliti pengaruh preheat dan PWHT terhadap kualitas hasil pengelasan DMW. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat mengungkap lebih jelas penyebab kebocoran pada pipa Primary Reformer di atas. Beberapa pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain : PWHT (tungku heatreatment), struktur mikro (mikroskop optik), dan nilai kekerasan (mikro vikers). Pengujian struktur mikro didapatkan hasil pelebaran ukuran dark band efek dari variasi temperatur PWHT pada batas fusi sambungan baja karbon dan weld metal, serta terjadi pengkasaran butir pada daerah HAZ baja karbon yang berstruktur full ferit. Nilai kekerasan pada daerah dark band ini lebih tinggi dibanding daerah lainya, dan menurunya nilai kekerasan pada daerah HAZ baja karbon. Turunya nilai kekerasan pada HAZ baja karbon dapat menimbulkan kegagalan jika komponen ini semakin lama dipakai pada aplikasi tersebut. Kata Kunci: Primary Reformer, disbonding, DMW, preheat, PWHT, struktur mikro, nilai kekerasan, dark band, pengkasaran butir. PENDAHULUAN Terdapat sebuah alat di PT. X yang bernama Primary Reformer adalah suatu alat yang dioperasikan pada suhu 600-800 o C dan tekanan 30-40 Kg/cm 2. Alat ini berbentuk tube yang berfungsi untuk memecahkan gas hydrocarbon menjadi hidrogen. Proses ini selanjutnya dinamakan reforming, dan proses reaksi ini memerlukan temperatur dan tekanan tinggi. Primary reformer dibuat material yang berbeda, pada flange menggunakan material baja karbon dan pada top tube menggunakan material baja tahan karat. Kedua material tersebut disambung dengan menggunakan las GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dengan filler metal inconel 82. Pengelasan dengan dua logam dasar berbeda DMW (Dissimilar Metal Welding) sangat diperlukan di dalam konstruksi dan peralatan serta perlengkapan manufakturing yang maju. Macam-macam perbedaan pada logam mempunyai keistimewaan pada komposisi kimia, serta sifat mekaniknya. Pengelasan dengan dua logam berbeda ditujukan untuk menekanan biaya pembuatan perlengkapan peralatan industri. Namun pada aplikasi ditemukan kobocoran antara sambungan flange dengan material baja karbon dan weld metal yang menggunakan filler metal inconel 82. Berikut adalah contoh kegagalan instalasi primary peformer yang dikarenakan retak disbonding pada tube ditunjukkan pada gambar 1. Baja karbon Baja tahan karat Disbonding Gambar 1. Disbonding pada tube Disbonding adalah fenomena lepasnya sambungan las yang terjadi pada DMW, masalah yang terjadi pada DMW ini adalah, Solidification cracking, Clad disbonding sepanjang type II boundaries, dan Creep failure in the HAZ baja karbon [2]. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya kualitas sambungan las dan sambungan akan menjadi lepas. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah dimana ingin meneliti pengaruh preheat dan PWHT terhadap kualitas hasil pengelasan DMW. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat mengungkap lebih jelas penyebab kebocoran pada pipa Primary Reformer di atas. PROSEDUR PENELITIAN Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon (A-106) dan baja tahan karat (A312 TP-304H). Metoda pengelasan yang dilakukan adalah metoda butt joint, preheat 150 o C, dan pengelasan - 16 -

GTAW menggunakan filler metal Inconel 82. Semua spesimen hasil pengelasan tersebut diperoleh dari PT. X. Variasi temperatur PWHT yang dilakukan pada penelitian ini adalah 400-800 o C dengan holding time 1 jam. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian struktur mikro dan kekerasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon (A-106) yang tergolong baja karbon medium dengan kandungan karbon (C) 0.3% dan baja tahan karat (A312 TP-304H) yang tergolong jenis baja tahan karat austenit yang tidak bersifat magnetis karena pengaruh kandungan unsur Nikel (Ni) antara 8-11%. Tabel 1. Komposisi kimia baja karbon (A-106) [4]. No. Nama Unsur Berat (%wt) Gambar 2. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon tanpa PWHT perbesaran 200X Struktur mikro yang belum terpengaruh efek PWHT, hasil murni dari pengelasan DMW, bagian HAZ struktur mikronya berbentuk bulat kecil dengan ukuran sekitar 7.39µm dan berstruktur ferit + perlit. 01. Besi (Fe) Balance 02. Krom (Cr) 0.4 03. Molibdenum (Mo) 0.15 04. Mangan (Mn) 0.29-1.06 05. Silikon (Si) 0.1 06. Karbon (C) 0.3 07. Copper 04 08. Nikel (Ni) 0.4 09. Sulfur 0.035 Tabel 2. Komposisi kimia baja tahan karat (304H) [2]. No. Nama Unsur Berat (%wt) 01. Besi (Fe) Balance 02. Krom (Cr) 18-20 03. Nikel (Ni) 8-10.5 04. Mangan (Mn) 2 05. Silikon (Si) 1 06. Sulfur (S) 0.03 07. Phosphours 0.045 08. Karbon (C) 0.04-0.1 Hasil Uji Struktur Mikro dengan Mikroskop Optik Pembahasan hasil mikrografi fokus pada sambungan antara LAS dengan inconel 82 dikarenakan daerah ini yang sering mengalami kegagalan. Gambar 2 merupakan foto struktur mikro pada bagian batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon. Gambar 3. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon dengan PWHT 400 o C perbesaran 200X Pada gambar terlihat terdapat daerah yang berwarna gelap, populer disebut dengan dark band [2]. Dark band ini terbentuk akibat migrasi karbon dari baja karbon menuju perbatasan weld metal, besar daerah tersebut dipengaruhi adanya temperatur dan waktu, pergeseran karbon dapat terjadi pada temperatur sekitar 400 o C [5], lebar dark band ini sekitar 18µm dan besar butir 9µm. Gambar 4. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon dengan PWHT 500 o C perbesaran 200X Daerah batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon, struktur mikro pada gambar terlihat dark band yang semakin melebar di sepanjang batas weld metal dan ukuran butir menjadi lebih besar, yaitu sekitar 10.45µm, dan lebar dark band ini sekitar 21µm. ROTASI Vol. 14, No. 1, Januari 2012: 16 20 17

PWHT temperatur 800 o C ini mengakibatkan terjadinya migrasi karbon yang cukup banyak, dengan diperlihatkan bentuk struktur mikro HAZ baja karbon yang berstruktur ferit dan berwarna terang penampilanya serta pengkasaran butir pada daerah HAZ dan berstruktur ferrit, secara otomatis daerah ini mengalami kekurangan karbon dan akan melemahkan kekuatan mekaniknya. Ukuran butir sdaerah HAZ sekitar 36.1µm. Gambar 5. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon dengan PWHT 600 o C perbesaran 200X Hasil Uji Kekerasan menggunakan Micro Vickers Hardness Struktur mikro batas antara HAZ baja karbon dan weld metal, pelebaran dark band tidak terlalu terlihat jelas, akan tetapi meningkatnya dark band akibat temperatur PWHT ini ada dengan lebar sekitar 27µm serta terjadi pembesaran ukuran butir yang berukuran 17.1µm. Gambar 8. Grafik nilai kekerasan DMW tanpa PWHT Nilai nilai kekerasan ini tidak sesuai realitanya karena sangat tinggi, dan tidak seperti yang dipersyaratkan oleh NACE MR0715 dimana kekerasanya < 250 VHN. Hal ini dimungkinkan disebabkan oleh efek dari pengerjaan permesinan pada saat pengambilan sample spesimen. Gambar 6. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon dengan PWHT 700 o C perbesaran 200X. Ukuran lebar dark band tersebut sekitar 15µm relatif sangat kecil, tetapi telah terjadi migrasi karbon yang sangat besar, ditunjukan pada daerah HAZ yang strukturnya berubah menjadi ferit dan pengkasaran ukuran butir yang berukuran sekitar 27.7µm. Gambar 9. Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 400 o C Gambar 9 merupakan distribusi nilai kekerasan kekerasan tertinggi pada daerah weld metal yang bernilai 198.3 VHN, pada daerah batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon, nilai kekerasannya melebihi daerah HAZ baja karbon dengan nilai 187.3 VHN. Hal ini dikarenakan adanya migrasi karbon yang membentuk dark band seperti pada struktur mikronya ( lihat gambar 3). Gambar 7. Batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon dengan PWHT 800 o C perbesaran 200X Dapat dilihat juga adanya dark band yang tidak terlalu besar pada sepanjang perbatasan HAZ baja karbon dan weld metal. Ukuran lebar dark band tersebut sekitar 22µm relatif sangat kecil, efek dari 18 ROTASI Vol. 14, No. 1, Januari 2012: 16 20

Gambar 10. Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 500 o C Tidak jauh berbeda dengan grafik nilai kekerasan dari PWHT temperatur 400 o C, yaitu daerah paling keras terletak pada titik daerah weld metal yang bernilai 220.6 VHN sedang daerah batas weld metal dan HAZ baja karbon bernilai 205.3 VHN. Migrasi karbon dapat merubah kekuatan mekanik daerah tersebut menjadi keras, seperti yang diperlihatkan oleh strukrur mikronya ( lihat gambar 4). Gambar 12 merupakan distribusi nilai kekerasan kekerasan tertinggi masih pada daerah weld metal yang bernilai 263.7 VHN, tetapi daerah batas antara weld metal dengan HAZ baja karbon juga tinggi yang nilai kekerasanya melebihi daerah HAZ baja karbon dengan nilai 250.2 VHN. Adanya dark band disepanjang perbatasan mengakibatkan kekerasan pada daerah tersebut meningkat, walaupun pada struktur mikro tidak tampak jelas, tetapi fenomena ini terjadi pada PWHT temperatur 700 o C ( lihat gambar 6 ). Gambar 13. Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 800 o C Gambar 11. Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 600 o C Gambar 11 merupakan distribusi nilai kekerasan kekerasan tertinggi pada daerah base metal baja tahan karat dengan nilai kekerasan 311.6 VHN, nilai kekerasan ini terlalu tinggi dan tidak sesuai yang dimiliki pada baja tahan karat jenis ini. Diduga hal ini dikarenakan kesalahan pada pengambilan data atau daerah ini masih terdistribusi akibat efek dari pengerjaan permesinan. Daerah weld metal dan daerah batas weld metal dan HAZ baja karbon memiliki nilai kekerasan yang hampir sama kekerasanya. Pada daerah ini memiliki nilai 253.5 dan 250.2 VHN tidak jauh signifikan perbedaanya, karena pada daerah batas memiliki dark band yang cukup lebar maka kekerasanya juga semakin meningkat ( lihat gambar 5). Gambar 12. Grafik nilai kekerasan DMW dengan PWHT 700 o C Gambar 13 merupakan distribusi nilai kekerasan kekerasan tertinggi pada titik daerah batas weld metal dengan HAZ baja karbon yang mempunyai kandungan dark band. Kekerasan mencapai 270.9 VHN sehingga melebihi kekerasan yang dipersyaratkan oleh NACE MR0715 dimana kekerasanya < 250 VHN [7]. Serta menurunnya nilai kekerasan pada daerah HAZ baja karbon, dengan nilai 94.6 VHN. Pada daerah batas weld metal dengan HAZ memiliki kekerasan yang sangat tinggi dikarenakan adanya unsur migrasi karbon yang berdifusi dengan unsur krom (Cr) yang dapat membentuk fasa keras dan getas, dalam hasil pengujian mikrografi tidak terlihat dengan jelas unsur apa yang terkandung didalamnya, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian SEM. Jika pada daerah batas memiliki kekerasan yang tinggi akibat migrasi karbon, maka efek dari itu semua mengakibatkan daerah HAZ disekitarnya akan mengalami daerah kekurangan karbon sehingga kekerasanya menurun hingga dibawah kekerasan pada base metal. Hal ini mengakibatkan turunya kekuatan pada material sehingga dapat terjadi kegagalan pada DMW [2]. Analisa Fenomena Dark Band dan Pengkasaran Butir Gambar 14 menunjukan fenomena keberadaan dark band dan fenomena pengkasaran butir sebagai pengaruh PWHT. Dilakukanya perlakuan panas dengan temperatur 400-800 o C ini untuk mengetahui fenomena dark band akibat migrasi karbon, dan didapatkan hasil dari mikrografi seperti dapat dilihat dibawah ini. ROTASI Vol. 14, No. 1, Januari 2012: 16 20 19

a b Dark band Gambar 14. (a) mikrografi daerah batas weld metal dan HAZ baja karbon tanpa PWHT, (b) ) mikrografi daerah batas weld metal dan HAZ baja karbon dengan PWHT 800 o C Gambar 4.15 adalah struktur mikro pengaruh PWHT temperatur 800 o C dan holding time 1 jam. Diperlihatkan pengaruh PWHT pada struktur mikro tersebut adalah semakin tinggi temperatur PWHT akan membuat perubahan dark band membesar dan terjadi pengkasaran butir, serta baja karbon dengan 0.3% C dan berstruktur ferit + perlit berubah menjadi full ferit akibat PWHT tersebut. Akibat dari dua fenomena tersebut maka terjadi penurunan sifat pada baja ini, nilai kekerasan daerah ini cenderung lebih rendah dibandingkan dengan base metalnya, yaitu bernilai 79.6 VHN. Dari nilai kekerasan tersebut baja ini menjadi lemah, sedangkan pada aplikasi dioperasikan pada temperatur 600-800 o C ditambah lagi tekanan operasi yang cukup tinggi secara terus menerus. Dari adanya hal ini maka disbonding akan terjadi akibat adanya dua fenomena tersebut. KESIMPULAN Pengaruh yang terjadi pada struktur mikronya adalah, semakin tinggi temperatur PWHT terjadi pengkasaran butir pada daerah HAZ baja karbon. hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian mikrografi, besar ukuran butir adalah 7.39 µm untuk spesimen tanpa PWHT, 9 µm untuk spesimen PWHT 400 o C, 10.45 µm untuk spesimen PWHT 500 o C, 17.1 µm untuk spesimen PWHT 600 o C, 27.7 µm untuk spesimen PWHT 700 o C, dan 36.1 µm. Berstruktur ferrit untuk spesimen PWHT 700 o C dan 800 o C. Pengaruh yang terjadi pada sifat mekaniknya adalah, semakin tinggi temperatur PWHT maka pada daerah batas weld metal dengan HAZ baja karbon semakin keras, yaitu ditunjukkan dengan nilai kekerasan pada daerah ini yang semakin meningkat. Pada variasi temperatur PWHT 800 o C nilai kekerasan mencapai 270.9 VHN tetapi terjadi penurunan nilai kekerasan pada HAZ baja karbon menjadi 94.6 VHN. Hal ini melebihi yang dipersyaratkan oleh NACE MR0715 dimana kekerasanya < 250 VHN Pengaruh preheat dan PWHT pada DMW, dengan DMW preheat tanpa PWHT menimbulkan migrasi karbon pada daerah batas weld metal semakin besar. Struktur mikro ferrit pada daerah HAZ efek dari PWHT 800 o C ini menunjukan telah terjadi migrasi karbon yang besar disana, ditunjukan dengan nilai kekerasan yang sangat rendah pada daerah ini yaitu 79.6 VHN, sedangkan pada daerah batas weld metal nilai kekerasanya tinggi yaitu 270.9 VHN, yang melebihi kekerasan dari weld metal dan base metalnya. Terjadinya kegagalan disbonding dapat disebabkan dari dua hal yaitu, Efek dari menurunnya kekuatan pada HAZ baja karbon sehingga menyebabkan kegagalan creep dan yang kedua, munculnya fasa getas berupa senyawa krom karbida (Cr 23 C 6 )di daerah batas HAZ baja karbon dan weld metal yang terkandung dark band. DAFTAR PUSTAKA 1. Kou Sindo, 2003, Welding Metalurgy, second edition, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. 2. Lippold, John C, 2005, Welding Metallurgy and Weldability of Stainless Steels, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. 3. Okumura, Toshie., Wiryosumarto Harsono., 2000, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke-8, PT Pradnya Paramita, Jakarta. 4. ASTM, 2002, A-106, Standard Specification for Seamless Carbon Steel Pipe for High- Temperature Service. 5. AWS, 1997, WHB-4, Dissimilar Metals 6. ASM team, 1993, ASM Metal Handbook Volume 6 Welding, Brazing and Soldering, American Society for Metals, The United States of America. 7. NACE MR0175 8. Laporan Praktikum, 2009, Metalurgi Fisik Universitas Diponegoro Semarang 20 ROTASI Vol. 14, No. 1, Januari 2012: 16 20