BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melakukan Kegiatan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK. maksudkan untuk melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cikarang Selatan

BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN II Nota Penghitungan (nothit) PPN atas: F Folio 2 Lembar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

TATA CARA PENELITIAN DAN PENERIMAAN SPT MASA PPN

Tata Cara Penyampaian Permohonan Penetapan Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah Tata Cara Penetapan Sebagai Pengusaha Kena Pajak Berisiko Rendah

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain sebagainnya. Dengan

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT PADA KP2KP

PROSEDUR PENYELESAIAN PERMOHONAN SKB PPN BKP STRATEGIS. 1. Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan SKB PPN BKP strategis di KPP.

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

KEP-754/PJ./2001TATA CARA PELAKSANAAN KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERPA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ/2016 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

LAPORAN REALISASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP) YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PEKERJA MASA PAJAK 2009

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1)

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA CIKARANG SELATAN NPM :

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

DAFTAR STANDAR PELAYANAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 26/PJ/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri, salah satunya berupa pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN NOMOR SE-39/PJ/2014 TENTANG

MONITORING PENERBITAN SPMKP BULAN... TAHUN... SKPKPP KONSEP SPMKP SPMKP SP2D No

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-11/PJ/2014 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-54/PJ/2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pajak Pratama Bandung Kares di bagian Seksi Pelayanan, dalam

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT MASA PPN 1108

PROSEDUR PEREKAMAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DI KPP PRATAMA SURABAYA RUNGKUT RANGKUMAN TUGAS AKHIR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Surat Keterangan Bebas PPN atas Impor adalah surat yang menyatakan Wajib

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan kerja praktek ini bidang yang dikaji adalah bagian

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN. 1. Pelayanan Administrasi Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia dalam menyelenggarakan

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

21. Surat Pengantar, Lembar Penelitian Kelengkapan Berkas Pengurangan Denda Administrasi PBB dan berkas permintaan pengurangan denda administrasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-34/PJ/2013 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-64/PJ/2012 TENTANG

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB IV HASIL PRAKTEK KERJA DAN ANALISIS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 01/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

LAPORAN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENYELESAIAN PEMINDAHBUKUAN DI KPP PRATAMA KEPANJEN

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PELAKSANAAN PROSES PENERIMAAN, PENGOLAHAN DAN PEREKAMAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOJONEGORO

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK


BAB III OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

Transkripsi:

BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kerja praktek yang penulis kerjakan selama melaksanakan kerja praktek Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega adalah pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), yaitu merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Adapun kajian pustaka yang digunakan penulis dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek adalah sebagai berikut: a. Pengertian Pajak Terdapat bermacam-macam pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Mardiasmo. Menjelaskan bahwa: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (2009:1) 28

Sedangkan pengertian pajak menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu. Menjelaskan bahwa: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (2010:22) Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-undang dengan tanpa mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang dapat ditunjukkan secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluran umum pemerintah. b. Pengertian prosedur Terdapat bermacam-macam pengertian prosedur yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian prosedur menurut Winardi. Menjelaskan bahwa: Sebuah prosedur, merupakan rangkaian tugas-tugas yang berhubungan satu sama lain serta merupakan kronologis dan cara yang telah digariskan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. (2000:10) 29

Sedangkan pengertian prosedur menurut Azhar Susanto. Menjelaskan bahwa: prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang denga cara yang sama (2007:264) Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Prosedur adalah merupakan suatu rangkaian kegiatan tugastugas yang berhubungan satu sama lain serta merupakan suatu kronologis dan cara yang telah digariskan atau ditetapkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara berulangulang dengan cara yang sama. c. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Terdapat bermacam-macam pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Mardiasmo. Menjelaskan bahwa: Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (2009:29) 30

Sedangkan pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Menjelaskan bahwa: Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. (2010:43) Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat atau dokumen yang memuat data-data dan oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. d. Pengertian Barang Kena Pajak (BKP) Terdapat bermacam-macam pengertian Barang Kena Pajak (BKP) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian Barang Kena Pajak (BKP) menurut Mardiasmo. Menjelaskan bahwa: Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN. (2009:270) 31

Sedangkan pengertian Barang Kena Pajak (BKP) menurut Siti Resmi. Menjelaskan bahwa: Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud (merek dagang, hak paten, hak cipta, dan lain-lain) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. (2003:449) Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud seperti merek dagang, hak paten, hak cipta, dan lain lain yang di kenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). e. Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) Terdapat bermacam-macam pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) menurut Mardiasmo. Menjelaskan bahwa: Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan 32

dengan bahan dan atau petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN 1984. (2009:271) Sedangkan pengertian Jasa Kena Pajak (JKP) menurut Siti Resmi: Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. (2003:450) Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk didalamnya jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). f. Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) Terdapat bermacam-macam pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: 33

Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Mardiasmo. Menjelaskan bahwa: Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undangundang PPN 1984, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). (2009:274) Sedangkan pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Siti Resmi. Menjelaskan bahwa: Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak didalam daerah pabean, tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. (2003:444) Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah orang pribadi atau badan yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tidak termasuk pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). 34

g. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terdapat bermacam-macam pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah: Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Supramono. Menjelaskan bahwa: Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi didalam negeri (daerah pabean), baik konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). (2005:88) Sedangkan pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Menjelaskan bahwa: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi umum dalam negeri berupa Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. (2010:235) Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (daerah pabean) baik konsumsi terhadap Barang Kena Pajak (BKP) maupun Jasa Kena Pajak (JKP). 35

3.1.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek Adapun langkah-langkah secara teknis dalam melaksanakan perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebagai berikut: 1. Sebelum melaksanakan perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terlebih dahulu harus diperiksa kelengkapan datanya seperti Tanggal, Bulan, dan Tahun Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut. 2. Memeriksa kelengkapan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tercantum pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut Lebih Bayar (LB), Kurang Bayar (KB), atau NIHIL. 4. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut sudah e-spt atau belum. 5. Apabila sudah diperiksa dan datanya sudah lengkap, selanjutnya Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut siap untuk direkam. 36

6. Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut sudah selesai direkam, selanjutnya disusun dengan rapi. 7. Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut sudah selesai disusun dengan rapi, selanjutnya diserahkan ke pembimbing Kerja Praktek untuk dilakukan tinjauan lebih lanjut. 3.2 Pembahasan Kerja Praktek 3.2.1 Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega 1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 536/KMK.04/2000 tanggal 2 Desember 2000 tentang Tata cara penerimaan dan pengolahan Surat pemberitahuan s.t.d.d Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/KMK.03/2003. 2. Keputusan Diektorat Jenderal Pajak Nomor KEP-207/PJ/2001 tanggal 12 Maret 2001 tentang kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi. 37

3. Keputusan Diektorat Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang keterangan dan atau Dokumen lain yang Harus Dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan. 4. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-215/PJ/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Tata Cara Penerimaan Surat Pemberitahuan. 5. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-160/PJ/2006 tanggal 6 November 2006 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN). Pihak-pihak yang terkait dalam Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah: 1. Kepala Seksi Pelayanan 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) 3. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Pelaksana Seksi Pelayanan 5. Seksi Pemeriksaan 6. Wajib Pajak 38

Formulir yang digunakan dalam Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah: 1. Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) 2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) 39

Bagan Arus (Flow Chart) Wajib KPP Petugas TPT Pelaksana Pajak Lain Seksi PDI Mulai SPT Masa Pos/Ekspedisi Menerima & meneliti tempat terdaftar WP Terdaftar di KPP Meneruskan SPT ke KPP tempat WP terdaftar dgn membuat surat pengantar Langsung Menerima & meneliti tempat terdaftar WP ya Konsep surat pengantar Terdaftar di KPP ya Mengecek kelengkap an SPT Masa (Langsun g) Tidak Terdaftar di KPP Tidak Terdaftar di KPP Merekam elemen2 SPT,mencetak BPS 2PAP & meneruskan SPT batch headernya Menerima & meneliti tempat terdaftar WP tidak ada 1 2 3 5 Surat penolaka n SPT Masa Surat pengantar & SPT masa 4 40

Pelaksana Account Represantatives Tata Kepala Seksi Seksi Pemeriksaan Pelayanan Pelayanan 3 1 Meneliti & memproses data SPT yang terdapat kesalahan dan atau terlambat Meneliti & menandatangani 2 Hasil penelitian Terlambat SOP tata cara penelitian STP Surat pengantar/penolaka n permintaan kelengkapan SPT Kesalahan Matetatis Menerima & menatausaha kan SPT SPT LB SOP tatacara himbauan perbaikan STP Ya SPT LB SOP tatacara pemeriksaan SOP tatacara penyampaian dokumen di KPP 4 Selesai Gambar 3.2.1 Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega 41

Prosedur Kerja: 1. Wajib Pajak / pengusaha kena pajak menyampaikan SPT Masa baik langsung maupun melalui Pos / Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak. 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Masa yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Masa yang disampaikan melalui Pos / Ekspedisi. Untuk SPT Masa Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP lain yang diterima secara langsung harus ditolak sedangkan melalui Pos / Ekspedisi diteruskan ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan surat pengantar. 3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT Masa berdasarkan keputusan: a. Untuk SPT Masa lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT Masa atau kelengkapan, menerbitkan BPS/LPAD, menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau kuasanya. Menggabungkan LPAD dengan SPT Masa atau dokumen kelengkapan SPT Masa. b. Untuk SPT Masa tidak lengkap yang diterima langsung harus ditolak sedangkan yang melalui Pos / Ekspedisi diteruskan ke Wajib Pajak dengan disertai Surat penolakan SPT Tahunan. 42

4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar Penerusan SPT ke Kantor Pelayanan Pajak lain dan Surat Penolakan SPT ke Kepala Seksi Pelayanan, dan meneruskan SPT beserta batch header ke Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi. 5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang diterima. Proses atau surat yang telah ditandatangani dilanjutakan ke SOP tata cara penatausahaan Dokumen WP dan SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP. 6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi mengecek dan mencocokan kebenaran Fisik SPT Masa apakah telah sesuai dengan isi batch header, merekam SPT Masa lengkap, dan mengirimkan SPT Masa yang telah direkam ke seksi pelayanan. 7. Acccount Representative meneliti dan memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/ atau terlambat disampaikan/ dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal ini terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat surat himbauan (SOP tentang cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan) sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian / pembayaran SPT dibuatkan SPT (SOP tentang Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)). 43

8. Pelaksanaan Seksi Pelayanan menerima SPT yang sudah direkam dari pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi dan menatausahakan SPT Masa. SPT Masa LB yang meminta pengembalian dikirim ke seksi pemeriksaan dan ditindak lanjuti dengan SOP Tata Cara Pemeriksaan. 9. Proses selesai. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai prosedur penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Prosedur penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dilaksanakan sesuai dengan Standard Operating Procedures Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa maupun sesuai dengan Bagan Arus (Flow Chart), dan diselesaikan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan. 2. Pihak-pihak yang terkait dalam prosedur penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedures Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa maupun sesuai 44

dengan Bagan Arus (Flow Chart), dan menyelesaikan tugas sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan. 3.2.2 Jangka Waktu Penyelesaian Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER- 160/PJ/2006 tanggal 06 November 2006 tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Lampiran IV Huruf E, menjelaskan bahwa: 1. Penilaian kelengkapan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertamabahan Nilai (PPN) harus diselesaikan dalam jangka waktu: a. Pada saat diterima, dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) di sampaikan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP); b. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah diterima, dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan melalui kantor pos secara tercatat atau perusahaan jasa ekspedisi atau perusahaan jasa kurir. 2. Pengiriman surat penolakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Surat Pemberitahuan (SPT) 45

tidak lengkap yang diterima melalui kantor pos secara tercatat atau perusahaan jasa ekspedisi atau perusahaan jasa kurir, dilakukan \selambat-lambatnya 4 (empat) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan (SPT). 3. Penelitian kebenaran formal Surat Pemberitahuan (SPT) harus diselesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan (SPT) lengkap diterima, kecuali untuk Surat Pemberitahuan (SPT) yang akan dilakukan pemeriksaan, penilaian kebenaran formal Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Jangka Waktu Penyelesaian Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Penilaian kelengkapan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diselesaikan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan yaitu Pada saat diterima, dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) di sampaikan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah diterima, dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan 46

melalui kantor pos secara tercatat atau perusahaan jasa ekspedisi atau perusahaan jasa kurir. 2. Pengiriman surat penolakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Surat Pemberitahuan (SPT) tidak lengkap yang diterima melalui kantor pos secara tercatat atau perusahaan jasa ekspedisi atau perusahaan jasa kurir, diselesaikan sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan yaitu selambatlambatnya 4 (empat) hari kerja sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan (SPT). 3. Penelitian kebenaran formal Surat Pemberitahuan (SPT) diselesaikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan, yaitu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak Surat Pemberitahuan (SPT) lengkap diterima, kecuali untuk Surat Pemberitahuan (SPT) yang akan dilakukan pemeriksaan, penilaian kebenaran formal Surat Pemberitahuan (SPT) dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan. 47

3.2.3 Dokumen yang dihasilkan dalam Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega Adapun dokumen-dokumen yang dihasilkan dalam penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN), diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bukti Penerimaan Surat (BPS); 2. Surat Penolakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa; 3. Surat Pengantar Penerusan Surat Pembritahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lain. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Dokumen yang dihasilkan dalam Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Bukti Penerimaan Surat (BPS) diterbitkan oleh petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), setelah terlebih dahulu mengecek kelengkapan data kemudian merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan menyampaikan langsung atau mengirimkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) ke Wajib Pajak atau kuasanya. 48

2. Surat Penolakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa di terbitkan oleh petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) dikarenakan Surat Pemberitahuan (SPT) yang diterima tidak lengkap atau tidak ada Lampiran SSP. 3. Surat Pengantar Penerusan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) lain diterbitkan oleh petugas Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) khusus untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa yang diterima melalui kantor Pos atau jasa Ekspedisi, dikarenakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tersebut terdaftar pada KPP lain. 3.2.4 Kendala dan Upaya dalam Pelaksanaan Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega adalah ada pada hardware yang digunakan dalam proses perekaman khususnya Surat Pemberitahuan 49

(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terkadang mengalami error. Upaya yang dilakukan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega adalah dengan lebih memperhatikan lagi hardware yang digunakan khususnya dalam proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu dengan melakukan perawatan secara berkala. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Kendala dan Upaya dalam Pelaksanaan Prosedur Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut: 1. Masih adanya kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega khususnya dengan masih adanya hardware yang mengalami error pada saat digunakan dalam proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Upaya yang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega untuk lebih memperhatikan lagi hardware yang error dengan cara melakukan perawatan secara 50

berkala, karena hal tersebut akan mendukung kelancaran kerja khususnya dalam proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 51