BAB I PENDAHULUAN. Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan desa atau kota. Perubahan yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. alam terutama pertanian pangan yang banyak dikuasai para raja. Beras umpamanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian sejarah menurut R. Moh Ali dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Penulisan sejarah adalah penulisan tentang kejadian-kejadian pada masa lampau

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Secara Antropologi Budaya, etnis Jawa adalah orang-orang yang secara turun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I. Pendahuluan. awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. ada suatu peristiwa, tetapi hanya peristiwa yang banyak mengubah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI BUNGA DI DESA TONGKOH KABUPATEN KARO ( )

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kristenisasi 1 merupakan hal penting

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki awal abad ke 20, mulai muncul sebuah trend baru mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perkebunan VII (Persero) Desa Bah Jambi di Kabupaten Simalungun. Keberadaan Sub Etnis

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh propinsi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap gejala sejarah yang memanifestasikan kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, dapat disebutkan sejarah sosial. Adapun manifestasi kehidupan sosial beraneka ragam, seperti kehidupan keluarga beserta pendidikannya, gaya hidup yang meliputi pakaian, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, segala macam bentuk rekreasi, seperti permainan, kesenian, olah raga, peralatan, upacara, dan lain sebagainya. Dengan demikian, ruang lingkup sejarah sosial sangat luas oleh karena hampir segala aspek hidup mempunyai dimensi sosialnya. 1 Kajian tentang sejarah sosial seperti dinyatakan oleh Sartono Kartodirdjo tersebut lebih diperjelas lagi oleh Kuntowijoyo dengan menyatakan bahwa sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi. Tulisan Marc Bloch berjudul French Rural History, misalnya, bukan semata-mata sejarah dari petani, tetapi juga masyarakat desa dalam arti sosial ekonomi. Tradisi tulisan semacam ini, yang 1 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 50.

menjadikan masyarakat secara keseluruhan sebagai bahan garapan, hanyalah salah satu macam saja dari sejarah sosial. 2 Pada hakekatnya, untuk mencapai kesempurnaan dalam masyarakat, manusia mempunyai rasa solidaritas yang sangat tebal. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya, maka setiap manusia akan selalu membutuhkan manusia lainnya, baik kebutuhan yang bersifat primer yang kemunculannya bersumber pada aspek-aspek kebutuhan biologis, atau organisme tubuh manusia yang mencakup kebutuhankebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Di samping keperluan primer, manusia juga membutuhkan kepentingan sekunder, seperti berkomunikasi dengan sesama, kontrol sosial, pendidikan serta keteraturan sosial. Selain itu ada juga kebutuhan tertier yang meliputi kebutuhan akan barang-barang yang bersifat konsumtif. Dengan kata lain manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang bersifat universal serta harus dipenuhinya agar dapat melangsungkan hidup yang lebih baik dan teratur. Umumnya masyarakat, baik yang bermukim di daerah pedesaan maupun perkotaan memiliki kecenderungan untuk tinggal di tempat atau lingkungan yang lebih aman, nyaman dan teratur. Masyarakat membentuk pola pemukiman yang tentunya tidak jauh dari tempat di mana mereka mencari nafkah hidup. Di Indonesia, daerah pedalaman dikaitkan secara negatif dengan keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, kekacauan dan pembangkangan dengan sikap keras kepala untuk hidup sebagai warga yang normal. Namun ada juga banyak citra sebaliknya, yaitu yang 2 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1994, hal. 33.

berkaitan dengan kebebasan dan kesatuan antara sesama anggota masyarakat dan dengan lingkungannya. 3 Daerah pedalaman umumnya juga berada di hutan belantara. Sifat hutan belantara yang secara potensial adalah positif ternoda oleh keberadaan penduduk dan kegiatan pertanian. Mariah Dolog merupakan daerah pedalaman yang berada di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Pemukiman di pedalaman Mariah Dolog ini sendiri belum jelas sejak kapan berdirinya, namun di sana pernah ada kehidupan suatu komunitas etnis Simalungun. Jauh sebelumnya, Mariah Dolog yang sesuai arti namanya adalah perbukitan yang ramai 4, merupakan tempat bagi penduduk desa Dolog Huluan untuk menggembalakan ternak kerbau. Mengingat tempat menggembalakan ternak itu terlalu jauh dari desa tempat tinggalnya, maka atas inisiatif mereka, dibangunlah di tempat itu rumah-rumah pemukiman layaknya di desa Dolog Huluan, yang pada masa itu bercorak rumah adat. Lambat laun semakin banyak penduduk bermukim di tempat itu. Lingkungan tempat tinggal tersebut kemudian dipimpin oleh Tuan Mariah Dolog bermarga Purba Sidagambir. Keberlangsungan hidup komunitas masyarakat Mariah Dolog sangat asri dan rasa solidaritas di antara sesama masyarakat sangat kuat, diperkaya oleh tradisi dan budaya yang merupakan rezim turun-temurun dari nenek moyangnya. Tradisi dan budaya asli Simalungun berlangsung dalam kehidupan masyarakat, baik dalam 3 Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002, hal. 5. 4 Dalam bahasa Simalungun, mariah artinya ramai; dolog artinya bukit atau gunung.

upacara-upacara adat maupun kegiatan lainnya. Di samping berburu, mereka menggantungkan hidup pada kekayaan sumber daya alam dan mengolah lingkungan menjadi tanah pertanian. Hingga periodisasi penulisan ini, kehidupan masyarakat Mariah Dolog masih agak terasing, disebabkan sangat minimnya transportasi dan penerangan listrik. Kegiatan pertanian sebagai sumber kehidupan masyarakat Mariah Dolog nampak kurang memadai untuk bisa memajukan taraf kehidupan perekonomian mereka. Faktor kondisi geografis menyebabkan sulitnya akses tranportasi ke daerah ini, dan menjadi penghambat interaksi dengan masyarakat yang berada di lingkungan lain. Sulitnya transportasi menyebabkan lalu lintas perekonomian menjadi kurang lancar sehingga penduduk umumnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keberlangsungan hidup sendiri saja. Apabila kita melihat peta, maka akan nampak bahwa tanah Simalungun terhampar luas diapit oleh wilayah Asahan, Deli, Serdang, Karo, Dairi, dan Tapanuli. Pada zaman raja-raja dan kesultanan dahulu kala selalu timbul peperangan untuk saling memperebutkan wilayah yang luas dan subur, sehingga lama kelamaan wilayah Simalungun semakin ciut dan mengecil. 5 Untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak adalah merupakan keinginan setiap orang, di mana usaha untuk memperolehnya diawali melalui pendidikan. Penyuluhan dalam hubungan hal. 13. 5 T.B.A, Purba Tambak, Sejarah Simalungun, Pematang Siantar: tanpa nama penerbit, 1982,

mengembangkan agama Kristen di Simalungun yang dimulai pada tahun 1906 pertama di Kecamatan Bandar, Pematang Siantar, Parapat, Purba Saribu di Kecamatan Purba dan Pematang Raya tidak terlepas membawa kemajuan dalam dunia pendidikan, terlebih-lebih setelah pimpinannya pada tahun 1916 di bawah orang-orang dari suku Simalungun sendiri. 6 Pendidikan merupakan jalan sukses untuk mencapai kemajuan. Setiap keluarga masyarakat Mariah Dolog menyekolahkan anak-anak mereka, meskipun sekolah cukup jauh dari desanya. Keberhasilan yang diraih membuat anak-anak mereka sukses di perantauan dan membuat mereka tidak kembali lagi ke kampung halamannya. Hal itu menimbulkan mobilitas sosial dan berangsur-angsur penduduk meninggalkan Mariah Dolog untuk menetap di daerah lain. Mobilitas penduduk ini mencapai puncaknya sejak tahun 1990-an hingga tahun 2004. 7 Masing-masing keluarga Mariah Dolog di perantauan membawa sanak saudaranya ke daerahnya yang dianggap lebih layak untuk memperoleh kehidupan yang lebih maju, seperti ke Dolog Huluan, Pematang Siantar bahkan Medan. Desa Mariah Dolog kemudian ditinggalkan penduduknya, sehingga tempat pemukiman itu kembali menjadi daerah belantara. Beberapa peninggalan jejak kehidupan masih dapat ditemukan di sana, seperti puing-puing rumah penduduk yang tersisa, serta akses jalan yang pernah digunakan. Stuktur lahan yang sempat dijadikan 6 Ibid, hal. 144. 7 Wawancara dengan Bapak Rahman Saragih Sumbayak, Dolog Huluan, 3 Februari 2011.

pemukiman dalam kurun waktu setidaknya empat generasi manusia ini masih dapat menggambarkan corak kehidupan penduduk yang tertumpu pada satu kesatuan pemukiman. Daerah ini kemudian berfungsi sebagai tempat jiarah dan pemakaman bagi keturunan penduduk Mariah Dolog. Selain itu, mengingat adanya perladangan yang tetap dilestarikan di sekitar Mariah Dolog, maka sisa-sisa puing rumah penduduk dijadikan sebagai tempat persinggahan dan istirahat oleh petani. Mengingat hilangnya suatu komunitas masyarakat pedalaman Mariah Dolog tersebut, sebagai manifestasi kehidupan sosial yang pernah ada, oleh penulis menarik untuk mengkajinya dalam konteks sejarah sosial. Agar pembabakan waktu dalam penulisan ini tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodisasi yang tepat. Penelitian diawali mulai dari tahun 1960 di mana sejak tahun inilah penduduk mulai menyekolahkan anak-anak mereka untuk mengecap pendidikan dasar yang kemudian menjadi latar belakang lahirnya pencerahan yang membawa kemajuan bagi penduduk. Sementara itu skop temporal penulisan penelitian diakhiri pada tahun 2005 menunjukkan berakhirnya proses mobilitas penduduk Mariah Dolog dan ditinggalkannya pemukiman itu. 1.2 Rumusan Masalah Dalam rangka melakukan sebuah penelitian yang menjadi landasan dari penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Berangkat dari

latar belakang di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah penulisan dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keadaan/kehidupan masyarakat Mariah Dolog sebelum tahun 1960? 2. Bagaimana perkembangan/dinamika apa yang terjadi terhadap masyarakat Mariah Dolog selama periode 1960-2005? 3. Mengapa kemudian banyak masyarakat Mariah Dolog meninggalkan wilayah ini selama periode 1990-an s/d 2004? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Setelah memperhatikan apa yang menjadi permasalahan yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan. Memang masa lampau manusia tidak dapat ditampilkan dalam konstruksi seutuhnya, namun rekonstruksi manusia perlu dipelajari sehingga diharapkan mampu memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia di masa kini dan akan datang. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui latar belakang sejarah terbentuknya pemukiman penduduk Mariah Dolog. 2. Mengetahui situasi lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat Mariah Dolog. 3. Menjelaskan perubahan persepsi kehidupan masyarakat pedalaman Mariah Dolog. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi peneliti dalam menghasilkan karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi ilmu sejarah guna membuka ruang penulisan sejarah yang berikutnya. 2. Menjadi suatu deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyelenggarakan proses pembangunan sarana dan prasarana di bidang sosial ekonomi. 3. Menambah wawasan pembaca mengenai jejak kehidupan suatu masyarakat di pedalaman Mariah Dolog. 1.4 Tinjauan Pustaka Dalam memahami masalah penelitian ini, diperlukan beberapa referensi yang dapat dijadikan panduan penulisan nantinya dalam bentuk tinjauan pustaka.

Buku yang ditulis Tania Murray Li (2002) berjudul Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia menjelaskan tentang perubahan yang berlangsung pada masyarakat pedalaman secara umum di Indonesia. Buku ini membahas sejarah dan ciri-ciri masyarakat daerah pedalaman yang terus berubah, khususnya dalam kaitannya dengan cara mereka mencari nafkah, dan bergesernya hubungan dengan sumber daya alam, dengan pasar, dan dengan negara. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedalaman serta memiliki kesamaan permasalahan dengan pedalaman yang akan diteliti oleh penulis. Buku yang berjudul Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif (1996), mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipatif. Robert Chambers dalam buku ini memaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. 8 Buku Seminar Sejarah Lokal: Dinamika Masyarakat Pedesaan menguraikan tentang proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi serta pada masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencaharian seperti bidang pertanian. Secara umum juga buku ini menggambarkan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pelukisan-pelukisan dari beberapa desa di Indonesia masing-masing menunjukkan 8 Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996, hlm. 10.

cirinya baik dalam proses adat istiadat, kerukunan, gotong royong dalam bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa berbeda di Indonesia. Menurut Soetomo dalam bukunya Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat (2008), dalam implementasi beberapa pengaturan tata ruang secara hirarkis melalui kebijakan spasial yang terintegrasi, meski dapat mengurangi pemusatan perkembangan sosial ekonomi di kota-kota besar, disparitas desa-kota dan disparitas antarwilayah, namun demikian tidak jarang dijumpai masih adanya warga masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Warga masyarakat yang hidup dalam kondisi kemiskinan berada pada satu kawasan tertentu yang seolah-olah merupakan kantung atau kluster wilayah kemiskinan. Dilihat dari pendekatan wilayah, kawasan yang merupakan kantung-kantung atau kluster tersebut adalah suatu wilayah yang sudah cukup lama dikembangkan bersama-sama dengan wilayah lain, tetapi karena berbagai sebab kawasan itu tetap belum dapat dikembangkan sebagaimana diharapkan, sehingga kondisi kehidupan sosial ekonomi penduduknya juga masih tetap rendah. Wilayah demikian disebut sebagai kawasan tertinggal. Salah satu faktor penyebab utama mengapa kawasan tersebut masih belum berkembang adalah karena terbatasnya potensi dan sumber daya alam, maka kondisi kemiskinan yang diakibatkan sering disebut sebagai kemiskinan alamiah.

Di antara beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan demikian misalnya dengan mengembangkan kualitas sumber daya manusianya agar dapat bersaing dalam mencari peluang kerja di daerah lain, sehingga dengan demikian wilayah yang bersangkutan lebih difungsikan sebagai tempat tinggal dan bukan tempat berusaha maupun berkerja. 9 Dari keterangan di atas menunjukkan desa Mariah Dolog tergolong desa tertinggal dilihat dari rendahnya kualitas sumber daya dan potensinya, selain isolasi geografisnya. Desa Mariah Dolog tidak hanya kriterianya sebagai desa tertinggal, bahkan ditinggalkan sama sekali oleh penduduknya setelah beberapa di antara warga berhasil dalam kehidupan ekonominya, kemudian perlahan-lahan menarik anggota keluarga lainnya keluar dari Mariah Dolog. Faktor pendidikan telah membuka kemajuan bagi penduduk Mariah Dolog. Di daerah kerajaan Raya sejak tahun 1904 telah berdiri Sekolah Rakyat (Volkschool) 3 tahun, pertama di Raya Tongah, Raya Usang, dan Bulu Raya, kemudian menyusul di kampung-kampung lainnya. Hingga akhir tahun 1933, daerah Kecamatan Raya saja terdaftar 17 Sekolah Rakyat 3 tahun, satu Sekolah Sambungan 5 tahun dan satu Sekolah Sambungan dengan pengantar berbahasa Belanda. 10 9 Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hal. 276-279. 10 T.B.A. Purba Tambah, op.cit, hal. 144.

1.5 Metode Penelitian Untuk mendapatkan penulisan sejarah yang deskriptif analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan. Tahap pertama heuristik (pengumpulan sumber) yang sesuai dan mendukung sumber objek yang diteliti. Dalam hal ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Dalam penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, artikel-artikel, skripsi dan karya tulis yang pernah ditulis sebelumnya berkaitan dengan judul yang dikaji. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini. Tahapan kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari kesahihan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi) yakni dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis misalnya buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan judul yang dikaji. Kritik ini disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya, kritik ini disebut kritik ekstern. Tahapan ketiga adalah interpretasi, dalam tahapan ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta

minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Tahap terakhir adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah. Dalam fase heuristik, selain mengumpulkan bahan-bahan seperti telah disebutkan di atas, juga digunakan ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan fokus penelitian. Ilmu-ilmu bantu yang merupakan pendukung ilmu sejarah disebut auxiliary sciences atau sister disciplines, yang penggunaannya tergantung pada pokok atau periode sejarah yang dikaji. Ilmu bantu mempunyai fungsi-fungsi penting yang digunakan oleh para sejarawan dalam membantu penelitian dan penulisan sejarah, sehingga menjadikan sejarah sebagai suatu karya ilmiah. Ilmu bantu dalam ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, politikologi, ekonomi, dan lain sebagainya. Konsep-konsep dari ilmu sosial membantu atau menjadi alat (tools) untuk kajian sejarah yang analitis-kritis ilmiah. 11 11 Helius Sjamsuddin, Metologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2007, hal. 240-241; 267.

Dalam perkembangan penelitian dan penulisan sejarah terutama abad ke-20 dan ke-21 ini para sejarawan telah membiasakan diri mengenal dan menggunakan sejumlah konsep-konsep, baik yang dikenal dari dalam lingkungan sejarah sendiri maupun yang diangkat dari ilmu-ilmu sosial lain. Ketika menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajian. Ini dikenal dengan pendekatan interdisiplin atau multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah kepada sejarah. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah itu, baik keluasaan maupun kedalamannya, akan semakin jelas. 12 12 Ibid, hal. 303-304.