TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

Karakteristik Anak Usia Sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM PENANGANAN ANAK ADD (ATTENTION DEFICIT DISORDER) DI MI WALISONGO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Kuliah 8 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Aliyyah, 2014

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Hal senada dikemukakan oleh David C.McClelland. McClelland. Sebenarnya inti teori motivasi yang dikemukakan oleh David

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN BELAJAR SISWAMELALUI TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention

1. Disregulasi Neurologik

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai nampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anngi Euis Siti Sa'adah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BABl PENDAHULUAN. Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

THE EFFECTS OF PRECISION TEACHING TECHNIQUES AND FUNCTIONALCOMMUNICATION TRAINING ON PROBELEM BEHAVIOR FOR A 12 YEAR OLD MALE WITH AUTISM

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

Pelaksanaan Penelitian a. Target perilaku yang diharapkan b. Pelaksanaan Penelitian c. Treatment yang Dilakukan dalam Penelitian Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder) merupakan istilah

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak normal (siswa reguler), akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

PERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA. Hj. Rasmi Amin. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini, akan dijelaskan metodologi penelitian. Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

Transkripsi:

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DM. RIA HIDAYATI F 100050125 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden age (0-3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara cepat. Hal ini mengisyaratkan bahwa apabila anak diberikan banyak stimulus dan latihan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh, maka perkembangan pada aspek kognitif, motorik, serta afektif bisa dicapai secara optimal yang akan mendukung perkembangan anak selanjutnya. Hal ini tentu saja bisa dicapai apabila anak tumbuh secara normal, berarti bahwa tidak ada gangguan yang diderita anak baik secara fisik, psikologis maupun perilakunya. Sebaliknya jika anak memiliki gangguan fisik seperti kecacatan tubuh/hendaya fisik, maupun psikologis seperti autisme, hiperaktif, enuresis, serta gangguan perilaku, maka dapat menghambat perkembangan dan pertubuhannya pula. Salah satu gangguan yang cukup menghambat proses perkembangan anak adalah gangguan perilaku, karena dapat memunculkan banyak permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari. Suatu bentuk gangguan perilaku yang umumya terjadi pada anak usia dini dan usia sekolah adalah hiperaktivitas atau ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang didalamnya mengandung simpton perhatian yang kurang, hiperaktif, dan impulsif. Gangguan ini umumnya menyebabkan anak menghadapi berbagai permasalahan baik

pada dirinya sendiri, keluarga, sekolah, teman sebaya, dan lingkungan sekitarnya. Secara umum ADHD paling banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dengan persentase 3-5% dan lebih sering dialami oleh anak laki-laki (Walker & Michael, 1992; National Institutes Health,1998; Everett & Everett, 1999; American Academy of Pediatrics,2000). Persentase ADHD Di Indonesia pada anak-anak usia sekolah secara pasti masih belum diketahui karena peningkatan jumlah kasusnya sangat bervariasi. Ekowarni (2003) menyebutkan data dari unit Psikiatri Anak (day care) RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan adanya peningkatan (sebesar 3.33%) jumlah pasien anak ADHD dengan berbagai karakteristik dari tahun 2000 ke tahun 2001, yakni dari 60 anak menjadi 86 anak. Data jumlah anak ADHD dengan berbagai karakteristik di RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama tahun 2001 adalah 30 anak dengan ADHD yang tanpa disertai gangguan lain (32,96%), 15 anak dengan ADHD dan gangguan tingkah laku (16.48%), 8 anak dengan spektrum autis (8.79%), 12 anak dengan ADHD dan epilepsi (13.19%), 13 anak dengan ADHD dan gangguan berbahasa (14.28%), 6 anak dengan ADHD dan kecerdasan batas ambang (6.59%) dan 2 anak dengan ADHD dan antisosial (2.20%). Dari 30 anak ADHD pada tahun 2001 di RSUD Dr. Soetomo Surabaya terdapat 21 anak laki-laki (70%) dan 9 anak perempuan (30%). Mereka terdiri atas berbagai golongan usia, yaitu : 9 anak dengan usia 3-5 tahun (30%), 18 anak dengan golongan usia 6-8 tahun (60%), 2 anak dengan golongan usia 9-12 tahun (6.67%), dan 1 anak dengan golongan usia di atas 12 tahun (3.33%) Hal yang cukup menarik diperhatikan bahwa persentase anak yang mengalami gangguan ADHD tanpa disertai gangguan mental lainnya (seperti autism) atau

ADHD murni menunjukkan angka cukup besar yaitu 32,96%. Kenyataan ini memberikan suatu gambaran bahwa ADHD murni banyak terjadi, dan untungnya jika tidak disertai gangguan mental lain, maka proses terapi akan lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan anak ADHD disertai dengan gangguan mental lainnya. Meskipun demikian, permasalahan umum anak ADHD yaitu permasalahan pada aspek fisikal, perilaku, kognitif, akademik, sosial, dan emosi. Problem-problem tersebut akan menghambat anak untuk memenuhi tugas-tugas perkembangannya dan mengganggu orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan sederhana namun cukup efektif untuk membantu perkembangan anak ADHD selanjutnya (Ekowarni,2003) Ekowarni (2003) menambahkan beberapa tindakan penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu anak ADHD antara lain terapi modivikasi perilaku, terapi keluarga, manipulasi lingkungan, terapi pendukung (seperti pelatihan keterampilan sosial, pengajaran tambahan, dan terapi kelompok), terapi diet dan terapi obat. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada penanganan dengan modivikasi perilaku anak. Menurut Ross & Ross (1982) terapi modivikasi perilaku dapat membantu mengatasi problem ADHD pada anak. Beberapa hasil penting dalam fungsi seharihari pada anak-anak ADHD yang dapat dicapai dalam modivikasi perilaku adalah : kepatuhan mengikuti perintah, pengendalian perilaku hiperkatifitas, peningkatan disiplin, kemandirian dan tanggung jawab, perbaikan prestasi akademik, perbaikan hubungan dengan anggota keluarga dan relasi sosial. Salah satu bentuk modivikasi perilaku yang umumnya dilakukan oleh terapis anak ADHD adalah time out

Time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berfikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya. Pendekatan ini merupakan alat yang tepat untuk anak-anak berusia 18 bulan sampai 10 tahun. Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau melempar barang-barang (Martin, 2008) Suatu penelitian time out telah dilakukan oleh Powers (1983) untuk menangani kebiasaan menggigit pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang pada minggu ke 9 dan 10. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa time out merupakan salah satu alternatif efektif untuk mengurangi intensitas perilaku anak yang tidak diharapkan (dalam kasus ini menggigit). Hal ini berarti time out dapat pula digunakan pada penanganan anak ADHD untuk meningkatkan perilaku yang positif dalam keseharian. Fabiano (2003) melakukan sebuah penelitian time out pada anak ADHD dengan 2 setting, yaitu time out dengan durasi waktu singkat (5 menit) dan lama (15 menit), serta tidak menggunakan time out pada 71 anak ADHD. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa time out lebih unggul untuk mengurangi intensitas perilaku agresif, merusak barang-barang, serta perilaku melawan dibandingkan dengan yang

tidak menggunakan time out. Dalam hal ini, perbedaan individu (individual differences) dianggap sebagai suatu faktor yang menybabkan perbedaan respon pada anak terhadap pemberlakuan time out. Oleh karena itu time out diindikasikan sebagai suatu metode efektif untuk mengurangi perilaku negatif pada anak ADHD. Keberhasilan beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa time out telah menjadi alternatif penanganan anak ADHD di luar negeri. Hal ini kemudian menjadi sebuah rekomendasi untuk melakukan penelitian tentang time out sebagai alternatif modivikasi perilaku dalam pananganan beberapa anak ADHD di suatu wilayah di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi positif untuk pembentukan perilaku anak ADHD yang lebih terarah, karena time out merupakan suatu pendekatan yang sederhana dan efektif jika dilakukan dengan konsisten. Pencapaian keberhasilan suatu terapi anak ADHD, baik terapi okupasi, wicara, maupun modivikasi perilaku, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan terapis yang menangani, akan tetapi pentingnya peran orang tua dalam mendukung program yang telah diatur dalam proses terapi agar mendapatkan hasil yang maksimal (penelitian Powers, 1983). Selama ini, orang tua kerap kali mempercayakan kemajuan perkembangan anak dalam proses terapi pada terapis bersangkutan tanpa adanya peran serta secara aktif dalam setiap terapi yang diikuti oleh anak tersebut. Padahal jika ditinjau lebih lanjut, adanya peran orang tua dalam sesi terapi anak ADHD akan sangat membantu keberhasilan terapi tersebut.

Sebagian program untuk anak ADHD berfokus pada pelatihan bagi orang tua, padahal program itu tidaklah berkaitan langsung dengan anaknya. Oleh karena itu, dalam suatu proses terapi sebaiknya orang tua dan anak bekerjasama sebagai tim. Sebuah contoh program diakukan oleh Myers (2008) yaitu a broad spectrum approaches (pendekatan menggunakan rehabilitasi kognitif, modivikasi perilaku, dan terapi relaksasi) yang didalamnya terintegrasikan sikap AKU BISA untuk meningkatkan prestasi belajar dan perubahan perilaku. Program ini mengajarkan orang tua dan anak kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan sosial sebagai improvisasi motivasi dan harga diri. Program ini menunjukkan keberhasilan dimana seorang anak ADHD akan merasa mampu menganalisis kemampuan yang seharusnya dikuasai seperti : perhatian, konsentrasi, pengorganisasian ingatan serta kontrol diri. Terapi lain seperti modivikasi perilaku juga melibatkan orang tua seperti yang dipaparkan oleh Judarwato (2008) bahwa orang tua sebaiknya selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modivikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah hendaknya mengajarkan anak dan memberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta memberi kesempatan mereka untuk secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan. Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya

dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif. Bila hal ini tidak berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai. Pelaksanaan terapi modivikasi perilaku dalam penelitian ini, yaitu time out, orang tua memegang peran utama sebagai terapis di rumah, sehingga keberhasilan orang tua dalam membentuk perilaku anak ADHD yang lebih positif akan mempengaruhi keberhasilan anak dalam terapi dan aspek kehidupan lainnya. Oleh karena itu, program sederhana modivikasi perilaku anak ADHD dengan time out akan dilaksanakan oleh orang tua dan keluarga, dimulai dari sosialisasi program pada anak, pelaksanaan, sampai proses evaluasi, sehingga orang tua dapat memahami kondisi anak ADHD yang sebenarnya, dan anak akan memiliki kualitas dan kuantitas komunikasi yang lebih baik dengan keluarganya. (Martin, 2008) Martin (2008) menjelaskan jika pelaksanaan time out dilakukan di rumah, maka bisa dilakukan dengan menggunakan sebuah kursi yang diletakkan di tempat yang sunyi dan membosankan. Namun jika anak melakukan kesalahan di luar rumah, orang tua bisa memberikan karcis time out untuk melaksanakan hukuman saat tiba di rumah atau memberikan time out di tempat kejadian. Durasi time out sebaiknya diterapkan maksimal 5 menit dan kesalahan yang dilakukan merupakan pelanggaran terhadap peraturan rumah yang telah ditetapkan sebelumnya. Prinsip pelaksanaan time out adalah konsistensi yang tinggi agar anak memahami bahwa orang tua

memegang kendali besar dalam perilakunya sehari-hari dan penerapan time out ini serius adanya. Penerapan time out penting untuk diimbangi dengan adanya pemberian penguatan positif (positive reinforcement) seperti pujian dan hadiah saat anak mampu berperilaku baik. Sehingga anak akan mendapatkan time out saat dia melakukan pelanggaran, namun ia akan mendapatkan hadiah atau pujian saat ia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik atau berkelakuan menyenangkan. Hal ini dilakukan agar anak mampu meningkatkan perilaku yang baik dengan cara mengurangi intensitas melakukan perbuatan yang kurang menyenangkan. Ini merupakan tujuan umum dari penanganan yang dilakukan oleh banyak terapis anak ADHD. B. Rumusan Masalah Berdasarkankan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana efektivitas aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)? 2) Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder)?

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Memaparkan efektivitas aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) 2) Memaparkan faktor pendukung keberhasilan aplikasi time out dalam penanganan perilaku anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) D. Manfaat Penelitian Penelitian yang baik adalah hasilnya dapat memberikan kontribusi konstruktif bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu bagi: a) Orang tua anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) agar bisa menggunakan time out sebagai alternatif terapi di rumah guna mendukung terapi yang telah diikuti anak sebelumnya. Selain itu, pentingnya peran orang tua dalam keberhasilan terapi sehingga akhirnya bersedia terlibat lebih intens dalam proses terapi untuk menjadi supporter utama anak. b) Guru dan terapis anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) untuk menggunakan time out sebagai alternatif modivikasi perilaku dalam menangani anak ADHD (Attention Deficit/ Hyperactivity Disorder) atau masalah perilaku anak lain di sekolah c) Peneliti bidang psikologi khsusnya gangguan anak untuk dapat menggunakan time out sebagai alternatif terapi dalam penanganan berbagai masalah perilaku anak.