PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PEMBUATAN SERBUK LOGAM DENGAN METODA ATOMISASI LAS OKSI-ASITILEN

PENGARUH TEMPERATUR ATOMISASI SEMPROT UDARA TERHADAP UKURAN, BENTUK DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK TIMAH PUTIH.

atomisasi dapat meningkatkan efektivitas proses disintegrasi logam cair dengan cara

PENGARUH TEMPERATUR ATOMISASI SEMPROT UDARA TERHADAP UKURAN, BENTUK DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK TIMAH

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Penelitian Sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

TUGAS AKHIR STUDI UKURAN, BENTUK, DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK HASIL ATOMISASI SEMPROT UDARA KARBON DUA ARAH TIMAH PUTIH

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

Kata Kunci : Daerah lasan, Las oksi asetilin, Besi tuang kelabu, Fisis, Mekanis, Bahan tambah, HAZ, Kekuatan tarik, Kekerasan.

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PELAPISAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN TIMAH PUTIH

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TUGAS AKHIR STUDI BENTUK, UKURAN DAN KEKERASAN HASIL COR ULANG SERBUK HASIL ATOMISASI SEMPROT UDARA TIMAH PUTIH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Tempat pembuatan spesimen : kampus Universitas Muhammadiyah. 3. Waktu pelaksanaan : 7 Februari 17 Mei 2017

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB VI PEMBAHASAN. hasil pelapisan Ni-Cr menggunakan thermal spray powder coating terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

13 14 : PERLAKUAN PERMUKAAN

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB IV DATA DAN ANALISA

ANALISIS NYALA TORCH OKSIDASI PADA OXY-ACETYLENE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS PADA PELAT BAJA KARBON RENDAH TUGAS AKHIR

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

ANALISIS NYALA TORCH KARBURASI OXY-ACETYLENE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK SAMBUNGAN LAS PADA PELAT BAJA KARBON RENDAH TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

2.2.9 Definisi Aluminium Klasifikasi Aluminium... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Karakterisasi Material Sprocket

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

KAJIAN PENGARUH TEMPERING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN STAINLESS STEEL

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

Available online at Website

Karakteristik kekerasan material dibawah permukaan akibat pemanasan-awal substrate dalam proses thermal coating

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

KAJIAN METALOGRAFI HASIL PENGELASAN TITIK (SPOT WELDING) ALUMINIUM PADUAN DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sehingga dihasilkan sebuah produk yang solid dengan bentuk seperti Karakteristik yang penting dari partikel adalah: distribusi serbuk dan ukuran

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga membentuk suatu sambungan/kampuh. pateri dan mematri keras. Untuk mengelas yang baik dan benar terlebih

PENGARUH TEGANGAN DAN KUAT ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIS MATERIAL PADA LAPISAN MATERIAL COOPER AW 14 GA

MODIFIKASI MESIN FLAME HARDENING SISTEM PENCEKAMAN BENDA KERJA SECARA VERTIKAL PADA BAJA S45C

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

Transkripsi:

ISSN 0853-8697 PROSES PELAPISAN BAJA DENGAN METODE SEMBURAN KAWAT LAS OKSI-ASITILEN Muhammad Ridlwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Email : ridlwanm@fti.uii.ac.id ABSTRACT Wire flame spray process is one of metal coating technique. The flame spray process is basically the spraying of molten metal onto a surface to provide a coating. Material in wire form is melted in a flame (oxy-acetylene flame most common) and atomized using compressed air to form a fine spray. When the spray contacts the prepared surface of a substrate material, the fine molten droplets rapidly solidify forming a coating. In this research, commercial steel wire (Fe-C), which has 1.25 mm in diameter, was used as raw material. The wire was heated and melted by two oxy-acetylene nozzles and then sprayed onto steel bar surface to form a coating. Vickers hardness testing and optical microscope were used to define the coating characteristic. The result shows that the coating has higher hardness number than the substrate material and the intrusion of carbon was founded in the coating microstucture. Keywords: coating process, wire flame spray, oxy-acetylene 1. PENDAHULUAN Jumlah kerugian akibat korosi di Indonesia, secara kuantitatif belum pernah dilakukan, namun sebagai gambaran kerugian akibat serangan korosi di Amerika dapat mencapai sekitar 24 triliun rupiah pertahun. Jumlah ini belum mencakup kehilangan jam produksi, ganti rugi kerusakan, klaim-klaim, biaya perbaikan dan lain-lain. Proses pelapisan diperlukan untuk melindungi produk-produk logam dari serangan korosi, apalagi bagi negara-negara yang memiliki iklim tropis seperti Indonesia. Proses pelapisan diperlukan juga untuk memperbaiki produk-produk logam terutama baja yang telah mengalami keausan. Sebagai contoh rel kereta api mengalami keausan akibat bergesekan dengan roda kereta api pada saat melakukan pengereman. Untuk langsung mengganti rel tersebut dengan rel yang baru tentu saja hal tersebut tidak efisien, maka diperlukan proses pelapisan atau penambahan logam yang dapat melekat kuat dengan rel kereta yang aus tersebut. Berdasarkan alasan di atas maka diperlukan penelitian mengenai proses pelapisan logam terutama baja yang mampu melindungi produk dari serangan korosi dan memperbaiki produk yang telah mengalami keausan. TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 211-217 211

2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah melakukan proses pelapisan logam dengan metoda semburan kawat las oksi-asitilen serta meneliti karakteristik lapisan yang dihasilkan dari proses tersebut. 3. TINJAUAN PUSTAKA Proses semburan logam panas (metal flame spray process) adalah salah satu teknik pelapisan logam (coating) yaitu dengan cara menyemburkan logam cair ke permukaan benda kerja yang akan dilapisi. Beberapa teknologi yang digunakan dalam proses semburan panas, yaitu : nyala oksi-asitilen, busur listrik, dan busur plasma. Bentuk material awal dari logam pelapis dapat berupa kawat (wire) atau serbuk (powder). Jika bentuk material awal berupa kawat, maka proses ini sering disebut dengan proses semburan kawat atau wire spray. [1] Partikel logam cair yang disemprotkan dari nosel mempunyai ukuran diameter 0,0001 0,00015 inchi pada jarak penyemprotan optimum yaitu antara 4 10 inchi. Semburan ini kemudian menabrak permukaan benda kerja sehingga terjadi ikatan antara logam cair dengan permukaan benda kerja, membentuk lapisan logam. [2] Proses semburan kawat oksi-asitilen (oksi-asitylene wire spray) adalah proses pelapisan logam dengan semburan panas dengan sumber energi nyala oksi-asitilen dan bentuk material awal logam pelapis berupa kawat. 3.1 Proses Semburan Kawat Oksi-Asitilen Proses semburan panas kawat oksi-asitilen adalah salah satu teknik pelapisan logam (coating) dengan cara menyemburkan logam cair ke permukaan benda kerja yang akan dilapisi. Prinsip kerja dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 1, yaitu : Material pelapis yang berbentuk kawat dilewatkan ke dalam nyala oksi-asitilen, yang mempunyai temperatur kurang lebih 3480 o C, dipanaskan hingga mencair. Peralatan semburan kawat oksi-asitilen dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Skema Proses Semburan Panas Kawat Oksi-Asitilen. [3] 212 Ridlwan - Proses Pelapisan Baja dengan Metoda Semburan Kawat

Gambar 2. Nosel pada Proses Semburan Panas Kawat Oksi-Asitilen. [3] 3.2 Las Oksi-Asitilen Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asitilen, propan atau hidrogen. Dari ketiga bahan bakar ini gas asitilen paling banyak digunakan. [4] Dalam nyala oksi-asitilen netral terjadi dua reaksi bertingkat yaitu : Pada kerucut dalam: C2H2 + O2 2CO + H2 Pada kerucut luar: 2CO + O2 2CO2 2H2 + O2 2H2O Distribusi temperatur nyala oksi-asitilen netral dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : Gambar 3. Distribusi temperatur nyala oksi-asitilen netral. [5] TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 211-217 213

4. METODE PENELITIAN 4.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Logam yang dilapisi adalah baja ST 37 yang berbentuk plat dengan panjang 36 mm dan lebar 25 mm. Material awal logam pelapis adalah kawat baja komersial dengan diameter 1.25 mm. Proses pelapisan dilakukan dengan menggunakan dua buah torch las dan berjarak 75 mm dengan logam dasar. Peralatan semburan kawat oksi-asitilen yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada gambar 4 berikut : Kawat Torch Selang Asitilen Selang Oksigen Gambar 4. Peralatan semburan kawat oksi-asitilen 4.2 Pengujian Karakteristik Lapisan 4.2.1 Pengujian Kekerasan Pada pengujian kekerasan ini menggunakan pengujian Vickers dengan penetrator piramida intan 136 o. Pengujian kekerasan dilakukan pada logam induk dan lapisan yang dihasilkan dari proses semburan kawar. Angka kekerasan Vickers kemudian ditentukan dengan rumus berikut : VHN= 2F sin 2 2 d = 1,8544 F 2...(1) d Dimana : F : beban yang dipergunakan (kgf) d : panjang diagonal rata-rata (μm) θ : sudut antara permukaan intan yang berlawanan = 136º 214 Ridlwan - Proses Pelapisan Baja dengan Metoda Semburan Kawat

4.2.2 Pengujian Struktur Mikro Pengujian struktur mikro ini bertujuan untuk mengetahui struktur mikro logam induk dan lapisan. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikrosokop optik dengan perbesaran 100X. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Kekerasan Lapisan Pengujian kekerasan dilakukan dengan Vickers Mikro Hardness pada logam dasar, daerah lapisan, daerah transisi, masing-masing sebanyak dua kali. Hasil pengujian kekerasan ditabelkan pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Hasil Pengujian Kekerasan Vickers Daerah Pengujian 1 Pengujian 2 Rata-rata Logam Dasar 124 123 123.5 Butir Lapisan 157 156 156.5 Lapisan 525 450 487.5 Grafik Hasil Perngujian Kekerasan Vickers 600 500 Vickers Hardnes Number 400 300 200 100 0 Logam Dasar Butir Lapisan Lapisan Percobaan 1 Percobaan 2 Rata-rata Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Kekerasan Vickers Hasil pengujian kekerasan tersebut kemudian dibuat grafik seperti pada Gambar 5. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa daerah lapisan memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada logam dasarnya. Pada daerah lapisan TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 211-217 215

mengalami penambahan karbon yang berasal dari nyala oksi-asitelen sehingga dapat meningkatkan kekerasan dari logam lapisan. Logam lapisan sebelum menempel pada logam dasar berbentuk cair. Pada saat disemburkan, logam cair tersebut mengalami pendinginan yang cepat. Hal tersebut dapat juga menyebabkan kekerasannya meningkat. 5.2 Pengujian Struktur Mikro Berikut adalah gambar hasil pengamatan struktur mikro hasil proses semburan kawat oksi-asitilen : 200 µm Gambar 6. Struktur mikro hasil proses semburan kawat oksi-asitilen Pada gambar 6 terlihat struktur mikro dari logam dasar, ditunjukkan oleh warna putih sebelah kiri. Pada bagian sebelah kanan terlihat struktur mikro dari daerah lapisan. Pada daerah lapisan terlihat tiga macam warna, yaitu warna putih menunjukkan butir lapisan, warna kelabu menunjukkan lapisan, dan warna hitam menunjukkan adanya karbon yang menempel pada lapisan. Lapisan berwarna kelabu dan memiliki kekerasan yang tinggi menunjukkan bahwa pada saat lapisan masih berbentuk cair terjadi reaksi antara lapisan dengan karbon, sehingga warna lapisan berubah menjadi kelabu. Butir lapisan berbentuk rounded menunjukkan bahwa sebagian logam cair telah mengalami pembekuan di udara sebelum menempel pada logam dasar. 6. SIMPULAN Dari pengujian diatas dapat diambil kesimpulan yaitu proses pelapisan logam dengan metoda semburan kawat las oksi-asitilen dapat dilakukan pada material baja. Lapisan yang terbentuk dari proses tersebut memiliki nilai kekerasan vickers cukup tinggi yaitu 487 dan berwarna hitam disebabkan adanya karbon yang berasal dari nyala oksi-asitelen menempel pada lapisan. 216 Ridlwan - Proses Pelapisan Baja dengan Metoda Semburan Kawat

DAFTAR PUSTAKA [1] Ridlwan, M., 2004, Proses Pembuatan Serbuk dengan Metoda Atomisasi Las Oksi- Asitilen, Penelitian Pasca Sarjana, Teknik Mesin UGM, Yogyakarta [2] German, M.R., 1972, Powder Metallurgy Science, Metal Powder Industries Federation, Jakarta [3] http://www.hvof.com/metalliz.htm [4] Harsono, W., dan Okumura, T., 1996, Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta [5] Groover, M.P., 1996, Fundamental of Modern Manufacturing, Prentice Hall, New Jersey TEKNOIN, Vol. 11, No.3, September 2006, 211-217 217