TINJAUAN PUSTAKA. Warung Anak Sehat (WAS)

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA Anak Balita Jenis Kelamin Umur

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan Pertumbuhan Linier (Stunting)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Ekologi Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER SURVEY MAWAS DIRI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

TINJAUAN PUSTAKA Balita Gizi pada Anak Balita Pertumbuhan Fisik Balita

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

TINJAUAN PUSTAKA Gizi Kurang pada Balita Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang pada Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB II TINJAUAN TEORITIS

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan Rumah Tangga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Warung Anak Sehat (WAS) Warung Anak Sehat merupakan suatu program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap kesehatan anak-anak yang rawan mengalami masalah gizi. Selain itu, juga menyediakan penyuluhan kepada para ibu tentang gizi bagi anak-anak dan keluarga, membantu mereka untuk bisa memenuhi kebutuhan gizi, serta membantu menyediakan produk yang sehat. WAS merupakan salah satu tempat ibu-ibu bisa mendapatkan informasi gizi yang seimbang untuk anak mereka dan membeli produk makanan sehat (Kurniawan 2010; Dompet Dhuafa 2011; Masyarakat Mandiri 2011). Untuk mengatasi masalah gizi, khususnya anak balita penting dilakukan upaya pendidikan atau penyuluhan gizi. Dengan usaha itu, diharapkan orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi. Penyuluhan gizi merupakan suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan/ mempertahankan gizi baik. Pada tingkat individu/ masyarakat sasaran, perilaku tersebut akan berguna bagi dirinya, keluarga atau kelompoknya (Suhardjo 2003; Winarno 1995). Balita Masa balita adalah masa dimana anak mengalami pertumbuhan yang pesat (Sediaoetama 2008; Arisman 2004). Masa ini sangat penting dan rawan, karena pada masa ini terjadinya pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya (Suhardjo 1989; Soetjiningsih 1995). Beberapa kondisi atau anggapan yang dapat menyebabkan anak balita rawan terhadap masalah gizi adalah anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa; biasanya balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang; anak balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat bermain di luar rumah sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit; dan anak balita belum bisa mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih

makanan. Dipihak lain ibunya sudah tidak bergitu memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri (Notoatmodjo 2007). Anak balita merupakan anggota keluarga yang memerlukan perhatian khusus dari orang tua, karena pada usia ini seorang anak masih tergantung secara fisik maupun emosional kepada orang tua. Anak balita belum mandiri dalam memenuhi kebutuhan makannya. Oleh karena itu asupan makanan anak balita hampir sepenuhnya tergantung pada orang dewasa yang mengasuhnya. Artinya pertumbuhan anak balita sangat dipengaruhi oleh kualitas makannya, sementara kualitas makannya sangat tergantung pada pola asuh makan anak yang diterapkan keluarga (Khomsan et al 1999). Karakteristik Keluarga Umur Orang Tua Umur merupakan indikator penting dalam menentukan produktifitas seseorang. Dibandingkan dengan orang yang lebih tua, orang yang masih muda memiliki produktifitas yang lebih tinggi, karena kondisi fisik dan kesehatan orang muda yang masih prima (Khomsan et al 2007). Usia dewasa dimulai pada 20 tahun. Usia dewasa dibagi menjadi tiga kategori yaitu dewasa awal (20-40 tahun), dewasa madya/ tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun) (Papalia & Olds 2001). Orang tua khususnya ibu yang terlalu muda (<20 tahun), cenderung kurang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam mengasuh anak, sehingga pada umumnya orang tua tersebut merawat dan mengasuh anaknya berdasarkan pada pengalaman orang tua terdahulu. Selain itu, faktor usia muda juga lebih cenderung menjadikan ibu lebih memperhatikan kepentingan sendiri dari pada kepentingan anaknya sehingga kualitas dan kuantitas pengasuhan anak kurang terpenuhi. Sebaliknya, pada ibu yang memiliki usia yang telah matang (dewasa) akan cenderung menerima perannya dengan sepenuh hati (Hurlock 1998). Besar Keluarga Keluarga adalah sekelompok orang yang tinggal dan hidup dalam satu rumah dan ada ikatan darah (Khomsan et al 2007). Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota lain yang tinggal bersama dalam satu rumah dari pengelolaan sumber daya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga

(Sukandar 2007). Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga, besar rumah tangga dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil ( 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar ( 8 orang) (BKKBN 2005). Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak, pengetahuan gizi ibu, dan perilaku hidup sehat. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal ibu akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi gizi yang dapat diserapnya dan akan mendorong dalam praktik pengolahan makanan (Rahmawati 2006; Sediaoetama 2008; Soewondo & Sadli 1989 dalam Khomsan et al 2009; WNPG 2004). Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan (Khomsan 2000). Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan status gizi, didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi hampir berlaku umum pada semua tingkat pendapatan. Rendahnya pendapatan dan daya beli tidak memungkinkan untuk mengatasi kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi yang efektif, terutama untuk anak-anak (Suhardjo 1989). Pendapatan Keluarga Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini dapat terlihat pada anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak yang sosial ekonominya rendah (Hidayat 2004). Peningkatan pendapatan rumah tangga, belum tentu bermuara pada perbaikan gizi anggota rumah tangga rawan, terutama anak balita, wanita hamil, dan wanita menyusui (Soekirman 2000).

Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu utama perilaku seseorang (Engel et al 1995 dalam Khomsan et al 2009) Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang mencirikan seseorang memahami tentang gizi, pangan dan kesehatan (Sukandar 2007). Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan, yaitu (1) status gizi penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, (2) setiap orang memerlukan zat gizi yang seimbang untuk perkembangan yang optimal, dan (3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang penting sehingga seseorang dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo 2003). Faktor yang penting dalam masalah gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan seharihari dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik (Suhardjo 2003; Williams 1993 dalam Khomsan et al 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Depkes 2007). Derajat masyarakat yang optimal ditandai dengan penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata (WNPG 2000). Perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga meliputi higiene perorangan (mencuci tangan pakai sabun, menggosok gigi, dan sebagainya), kebiasaan tidak merokok, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penimbangan balita, imunisasi, gizi keluarga (sarapan pagi, makan makanan beragam), dan keikutsertaan dalam dana sehat melalui askes atau jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (Depkes 2007). 1. Persalinan dibantu tenaga kesehatan Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya) menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril

sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya (Depkes 2007). 2. Kebiasaan Merokok Perokok terdiri dari perokok pasif dan perokok aktif. Keduanya sama-sama berbahaya, yakni dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kerontokan rambut, gangguan pada mata, menyebabkan penyakit paru-paru kronik, merusak gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan keguguran (Depkes 2007) 3. Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu (Hidayat 2004). 4. Penimbangan Balita Berat badan merupakan indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh karena itu penting menimbang berat badan secara teratur dan mengetahui apakah berat badan sudah ideal, kurang atau lebih. Berat badan yang ideal menunjukkan status gizi yang baik atau normal (Soekirman 2000). Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dimulai dari umur 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu sehingga dapat diketahui balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta dapat diketahui bayi yang dicurigai menderita gizi buruk (Depkes 2007). 5. Kebiasaan Sarapan Sarapan penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Manfaatnya, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2003). 6. Peserta Askes/JPKM Program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin penting untuk menstimulus meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Perluasan

jangkauan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat harus dilakukan secara berkelanjutan dan disertai dengan upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat melaksanakan perilaku hidup sehat (Depkes 2008). 7. Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air bermanfaat untuk membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman (Depkes 2007). Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dapat mengurangi morbiditas sebanyak 2-3 kali lipat (Hardinsyah 2007). 8. Kebiasaan Menggosok Gigi Membiasakan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah makan merupakan salah satu contoh praktik higiene perorangan. Kebersihan diri akan menuntun kepada kesehatan. Kegiatan menggosok gigi bertujuan untuk membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga dapat menyebabkan plak. Dengan itu menggosok gigi dapat menghindari dari kerusakan gigi. Menggosok gigi juga harus dilakukan dengan benar agar permukaaan gigi bersih dari plak. Namun, karena plak akan terbentuk dari waktu ke waktu, maka menggosok gigi secara rutin adalah tindakan yang tepat dalam upaya memelihara gigi dari segala kerusakan (PDGI 2011). 9. Kebiasaan Olahraga Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur untuk beragai tujuan, antara lain utuk kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan, dan prestasi (Irianto 2007). 10. Makan Seimbang (Makan sayur dan buah setiap hari) Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung lengkap semua zat gizi yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang, dan produktif. Setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah yang mencukupi. Makanan yang beranekaragam akan memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Makanan dari hidangan yang beranekaragam dapat menjamin terpenuhinya

kecukupan sumber energi, zat pembangun, dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Makanan yang sehat harus mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral harus dalam jumlah dan kualitas yang cukup dan seimbang ( Khomsan & Anwar 2008). Selain 10 indikator diatas yang perlu diperhatikan juga dalam pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat adalah kebersihan lingkungan yang meliputi tersedianya jamban, tersedianya sumber air bersih, tersedianya tempat sampah, terdapat Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), udara atau ventilasi cukup, dan lantai tidak seluruhnya dari tanah (Dinkes 2006). 1. Jamban Sehat (WC) Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia yang biasa disebut WC atau kakus (Tussodiyah 2010). Jamban yang baik memiliki tangki septik, namum ada juga berupa cubluk, jamban di atas kolam atau jamban di atas sungai. Jamban seperti ini tidak memenuhi syarat kesehatan, karena dapat mengotori permukaan air dan tanah sehingga dapat menyebabkan penyakit seperti diare (Latifah et al 2002). 2. Sumber Air Bersih Air sangat penting bagi kehidupan manusia (Notoatmodjo 2007). Sumber air bersih untuk keperluan keluarga bermacam-macam. Masyarakat yang tinggal di desa pada umumnya menggunakan air dari sumur gali, sumur bor dan mata air. Sumber air harus dijaga kebersihannya karena sumber air yang tidak bersih akan menyebabkan penyakit. Jika sumber air adalah sumur, maka harus (1) berada minimal 10 meter dari tangki septik penampungan tinja, lubang sampah, penampungan air limbah dan sumbersumber kotoran lainnya, (2) berada di tempat yang tidak mudah terkena banjir, (3) diberi pagar dan pelindung dari tembok untuk keamanan dan mencegah air kotor kembali mengalir ke sumur (Latifah et al 2002). 3. Tempat Sampah Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang. Terdapat hubungan antara sampah dengan penyakit-penyakit yang ditulari oleh tikus, lalat, dan nyamuk. Agar sampah tidak membahayakan manusia, diperlukan pengaturan pembuangan sampah (Tussodiyah 2010).

4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Setiap rumah harus memiliki sarana pembuangan air limbah, agar air bekas dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci pakaian tidak menggenang. Air limbah yang menggenang dapat menimbulkan bau dan menjadi sumber penyakit. Sarana pembuangan air limbah sebaiknya berupa tangki septik yang dilengkapi dengan saluran pembuangan. Saluran pembuangan dari tangki septik harus memiliki saringan sehingga limbah yang dialirkan ke sungai atau selokan menjadi lebih bersih (Latifah et al 2002). 5. Ventilasi Ventilasi udara biasanya berupa jendela yang dilengkapi dengan lubang angin. Fungsi ventilasi udara adalah untuk pertukaran udara agar di dalam rumah tetap bersih dan segar. Rumah harus memiliki jendela yang cukup. Sebaiknya setiap ruangan mempunyai sedikitnya satu buah jendela yang bisa dibuka dan ditutup sehingga udara dapat mengalir dengan lancar (Latifah et al 2002; Notoatmodjo 2007). 6. Lantai Rumah Lantai rumah harus mudah dibersihkan misalnya lantai yang terbuat dari keramik, teraso, tegel atau semen, dan kayu atau bambu. Lantai yang terbuat dari tanah sulit dibersihkan dan tidak memenuhi syarat kesehatan karena dapat menjadi sumber penyakit seperti cacing dan bakteri penyebab sakit perut (Latifah et al 2002). Pola Asuh Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan optimal baik secara fisik, mental dan sosial. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh terhadap anak dan sebagainya, sangat berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan, status gizi, pendidikan, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga, sifat pekerjaan sehari-hari dan adat kebiasaan (WNPG 2004). Terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik (Madanijah 2003).

Pola asuh makan Tujuan pemberian makan balita dalam lingkup keluarga mencakup tiga aspek, yakni (1) aspek fisiologi, yaitu memenuhi kebutuhan zat gizi untuk proses metabolisme kelangsungan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang, (2) aspek edukatif, yaitu mendidik anak agar terampil dalam mengkonsumsi makanan dan untuk membina kebiasaan dan perilaku makan, memilih dan menyukai makanan yang baik, sehat dan dibenarkan oleh keyakinan/ agama orang tua masingmasing dan (3) aspek psikologis, yaitu untuk memberikan kepuasan kepada anak dan untuk memberikan kenikmatan yang lain yang berkaitan dengan anak (Suhardjo 1989). Pemberian makan bergizi harus diajarkan kepada anak melalui peran ibu dan pengasuhnya. Makanan dan minuman yang bergizi harus dapat disediakan oleh orang tua. Kebiasaan makan yang beragam, bergizi, dan berimbang harus dibiasakan dari usia dini. Pemberian makan yang baik akan membentuk kebiasaan yang baik pula pada anak (Hastuti 2009). Keadaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan pertimbangan yang penting dalam pemberian makan kepada anak. Pada masa perkembangan anak, keluarga dapat membantu anak mencapai sikap normal dan berminat terhadap makanan tanpa adanya suatu kecemasan dan kekhawatiran mengenai makanan. Pola asuh makan yang baik, dalam arti secara kuantitatif maupun kualitatif yang tepat pada masa balita sangat dianjurkan. Praktik pemberian makan pada anak memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap kesehatan dan status gizi. Kemampuan seorang ibu memperkenalkan makanan baru pada anak memiliki pengaruh yang besar terhadap daya terima dan kesukaan anak terhadap suatu makanan (Khomsan et al 2009). Pola asuh kesehatan Pola asuh kesehatan merupakan tugas orang tua untuk memberikan asuhan kesehatan kepada anak sehingga anak selalu berada dalam kondisi terbebas dari penyakit serta dapat beraktivitas rutin selayaknya individu normal. Ada dua usaha yang dapat dilakukan orang tua untuk melakukan pola asuh kesehatan yaitu preventif dan kuratif. Upaya preventif adalah dengan membiasakan pola hidup sehat, melalui penanaman kebiasaan hidup sehat dan teratur seperti mandi, keramas, gosok gigi, gunting kuku dan mencuci tangan dengan sabun. Upaya tersebut perlu ditanamkan sejak usia dini. Upaya kuratif

yang dapat dilakukan meliputi upaya orang tua untuk memberikan pengobatan dan perawatan agar anak selalu berada dalam kondisi terbebas dari dari penyakit infeksi dan penyakit lain yang umum terjadi pada anak (Hastuti 2009). Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi; keadaan kesehatan yang dipengaruhi oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran akibat penggunaannya oleh tubuh. Jika tubuh mendapatkan asupan makanan dalam kualitas dan kuantitas yang terpenuhi, maka orang tersebut akan mendapatkan status gizi yang optimal. (Almatsier 2001; Sediaoetama 2008). Status gizi seorang anak sangat ditentukan oleh konsumsi pangan dan pola pengasuhan yang didapatkan. Semakin baik konsumsi pangan yang dikonsumsi, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan semakin baik pola pengasuhan yang didapat semakin semakin baik status gizi anak (Hardinsyah 2007). Pengukuran status gizi anak umumnya menggunakan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Pemantauan status gizi anak balita menggunakan baku WHO dan dihitung berdasarkan skor simpangan baku (Z-skor). Keuntungan menggunakan Z-skor adalah hasil hitungan telah dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri (Gibson 1993 dalam Khomsan et al 2009). Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran tentang massa tubuh, dan sangat sensitif terhadap perubahanperubahan yang akut misalnya menurunnya jumlah konsumsi makanan karena menurunnya nafsu makan atau adanya penyakit infeksi. Berat badan merupakan parameter antropometri yang sangat labil. Pada kondisi kesehatan normal, terjadi keseimbangan masukan zat gizi dengan kebutuhan, berat badan bertambah mengikuti pertambahan umur, tapi sebaliknya pada kondisi konsumsi yang tidak normal terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik ini, maka indeks BB/U digunakan sebagai salah satu cara penentuan status gizi dan lebih menggambarkan keadaan gizi seseorang pada saat ini ( Supariasa et al 2002 ).

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan dapat menggambarkan keadaan pertumbuhan rangka (skeletal), dalam keadaan normal tinggi itu bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah gizi dalam jangka waktu yang pendek. Akibat defisiensi zat gizi dalam jangka waktu relatif lama dapat mempengaruhi tinggi badan sehingga dapat memberikan gambaran status gizi masa lampau dan dapat dikaitkan dengan keadaan status sosial ekonomi (Supariasa et al 2002 ). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan mempunyai hubungan linier dengan tinggi badan, pada keadaan normal, pertambahan berat badan akan searah diikuti dengan pertumbuhan tinggi badan. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat sekarang, dan merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa et al 2002 ). Status Kesehatan Status kesehatan dapat diukur dengan sebuah indikator kesehatan. indikator yang digunakan adalah angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya (Subandriyo 1993 dalam Fitriyani 2008). Status gizi erat kaitannya dengan sistem imunitas tubuh. Semakin rendah status gizi seseorang semakin rentan sakit dan meningkatkan morbiditas. Morbiditas memiliki hubungan timbal balik dengan status gizi, baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa dewasa. Pada masa kanak-kanak, status gizi secara langsung berpengaruh pada imunitas, perkembangan kognitif, pertumbuhan dan stamina tubuh (Hardinsyah 2007). Kesehatan gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan umum tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak sehat tidak akan mudah terserang berbagai macam penyakit, termasuk penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh akan meningkat pada keadaan gizi yang baik dan akan menurun bila keadaan gizinya juga menurun (Sediaoetama 2009). Morbiditas dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang, tetapi morbiditas dapat juga menyebabkan status gizi menjadi rendah. Kondisi sakit tentu akan mengganggu sistem metabolisme zat-zat didalam tubuh sehingga

pemanfaatan zat gizi oleh sistem tubuh menjadi tidak optimal dan penurunan status gizi (Hardinsyah 2007). Penyakit infeksi seringkali ditemukan banyak menyerang anak-anak. Penyakit infeksi yang paling banyak ditemukan adalah demam, pilek, batuk, dan diare. Demam adalah keadaan suhu tubuh yang meningkat karena radang yang dapat bersifat akut maupun kronis. Diare adalah gangguan pencernaan yang berupa pengeluaran feses lebih dari empat kali sehari atau berupa feses lembek/ cair, dan perut merasa mulas (Irianto 2007).