3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL A DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

BAB III METODE PENELITIAN

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

3. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

Keywords : Upwelling, Sea Surface Temperature, Chlorophyll-a, WPP RI 573

VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN NATUNA

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman Online di :

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

KARAKTER FISIK OSEANOGRAFI DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN SELATAN JAWA-SUMBAWA DARI DATA SATELIT MULTI SENSOR. Oleh : MUKTI DONO WILOPO C

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

PENGARUH MONSUN TERHADAP DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN SELATAN BALI

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

III. METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

BAB III METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI KLOROFIL-A DI PERAIRAN LOMBOK DARI DATA CITRA AQUA MODIS SELAMA LIMA TAHUN ( ) MUHAMMAD RIANDY

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah Produksi YellowfinTuna

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN FEBRUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI MALIKUSSALEH-ACEH UTARA. Oleh Febryanto Simanjuntak S.Tr

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

3. METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Pengukuran Angin dan Arus Laut Pada Data Sentinel-1, Data Bmkg, dan Data In-Situ (Studi Kasus: Perairan Tenggara Sumenep)

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN

PENGOLAHAN DATA METEOROLOGI = EKSTRAK DATA ANGIN =

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

BAB III DATA DAN METODOLOGI

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: ( Print) 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PROSPEK KEJADIAN SIKLON TROPIS DI WILAYAH SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA PADA MUSIM SIKLON 2016/2017

VARIABILITAS KONSENTRASI KLOROFIL-A DARI CITRA SATELIT SeaWiFS DI PERAIRAN PULAU MOYO, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

ANALISIS CUACA KEJADIAN KELEMBABAN SANGAT RENDAH TANGGAL 31 JANUARI 2018

Gambar 1. Diagram TS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang terdiri dari proses pembuatan proposal penelitian, pengambilan data citra satelit, pengambilan data pendukung, pengolahan data satelit serta data pendukung, dan penulisan skripsi. Lokasi penelitian adalah perairan bagian selatan Selat Makassar yang secara geografis terletak pada koordinat 2 LS 7 LS dan 116 BT 120 BT (Gambar 3). Untuk mengkuantifikasikan nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a dari satelit, pada lokasi penelitian ditentukan 3 sampling area yang dianggap dapat mewakili lokasi penelitian yaitu sampling area1 pada koordinat tengah 5 43 1 LS ;118 53 27 BT, sampling area2 pada koordinat titik tengah 5 43 1 LS ; 117 1 19 BT, dan sampling area3 pada koordinat titik tengah 3 35 13 LS ; 117 58 40 BT. Dari ketiga sampling area ini, nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a diekstrak untuk kemudian diolah dan dianalisis variabilitasnya secara temporal. Ukuran piksel dari masing-masing sampling area adalah 5x5 piksel dengan resolusi spasial 9x9 km 2 untuk data konsentrasi klorofil-a dari citra satelit SeaWiFS sehingga luasan dari setiap sampling area adalah 2025 km 2 dan untuk data SPL dari citra satelit NOAA-AVHRR dengan resolusi spasial 4x4 km 2 sehingga diperoleh luasan setiap sampling area adalah 400 km 2. Pengolahan data citra dilakukan di Laboratorium Komputer Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 16

17 Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Data Penelitian 3.2.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan berupa seperangkat komputer yang telah dilengkapi dengan software untuk pengolahan data. Software yang digunakan adalah SeaDas 5.2 dengan menggunakan sistem operasi Linux Ubuntu 7.1, Surfer 8.0, Arcview GIS 3.3, Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, WinRAR 3.42, dan Ocean Data View (ODV). 3.2.2. Data Penelitian Data yang digunakan untuk penelitian antara lain sebagai berikut: 1. Data konsentrasi klorofil-a diekstrak dari citra satelit SeaWiFS level 3 yang memiliki resolusi spasial 9x9 km2, berupa composite data 8 harian bulan April - Oktober dengan periode 1998 2009 serta

18 composite data bulanan dengan periode Januari 1998 Desember 2009 yang diperoleh dari website National Aeronatic Space Agency (NASA) http://www.oceancolor.gsfc.nasa.gov. 2. Data SPL diekstrak dari citra satelit NOAA-AVHRR yang memiliki resolusi spasial 4x4 km 2, berupa composite data 8 harian bulan April - Oktober dengan periode 1998 2009 serta composite data bulanan dengan periode Januari 1998 Desember 2009 diperoleh dari website National Aeronatic Space Agency (NASA) dengan situs http://www.podaac.jpl.nasa.gov. 3. Data rata-rata curah hujan bulanan dari Stasiun Meteorologi Paotere Makassar dengan periode Januari 1998 - Desember 2008 yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat. 4. Data angin bulanan rata-rata yang memiliki resolusi spasial 1.5 x1.5 dengan periode Januari 1998 Desember 2009, diperoleh dari situs Europen Center for Medium Range Weather Forecasts (ECMWF) yaitu http://www.ecmwf.int. 5. Data Ekman transport dihitung dari data angin. 6. Data Tinggi Paras Laut (TPL) yang diunduh dari situs http://www.ccar.colorado.edu. 3.3. Pengolahan Data 3.3.1. SPL dan Konsentrasi Klorofil-a Pengolahan citra NOAA dan SeaWiFS dilakukan dengan menggunakan program SeaDAS 5.2. Pengolahan dimulai dengan download citra NOAA dengan

19 resolusi spasial 4x4 km 2 dari Januari 1998 sampai dengan Desember 2009 dan citra SeaWiFS level 3 composite data bulanan dengan resolusi spasial 9x9 km 2. Data citra SeaWiFS level 3 sudah terkoreksi geometrik dan radiometrik dengan format HDF (Hierachical Data Format) dan memiliki nilai konsentrasi klorofil-a dalam satuan mg/m 3. Data hasil download harus terlebih dahulu diekstrak agar data tersebut dapat kita proses lebih lanjut. Ekstrak data dilakukan dengan menggunakan software WinRAR 3.42. Proses selanjutnya adalah cropping citra (pemotongan citra) sesuai lokasi penelitian. Kemudian dilakukan penentuan sampling area penelitian yang terdiri dari 3 sampling area yaitu sampling area1 (5 43 1 LS ;118 53 27 BT), sampling area2 (5 43 1 LS ; 117 1 19 BT), dan sampling area3 (3 35 13 LS ; 117 58 40 BT). Penentuan range data valid untuk nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL adalah salah satu proses penting, untuk konsentrasi klorofil-a range data valid diambil 0 < x 10 mg/m 3 dan untuk SPL range data valid diambil 20 < x 32 C. Data output dari pengolahan SeaDAS adalah data dengan format ASCII dan data display dengan format *.TIFF. Selanjutnya data ASCII tersebut di import dan disimpan ulang dengan format text (*.txt). Kemudian dilakukan quality control yang bertujuan untuk menghilangkan data yang tidak termasuk dalam valid range nilai yang telah ditentukan sebelumnya. Data hasil quality control selanjutnya dirata-rata bulan dan kemudian dibuat menjadi grafik fluktuasi bulanan SPL dan klorofil-a. Metode pengolahan citra SeaWiFS dan NOAA-AVHRR disajikan pada Gambar 4.

20 Gambar 4. Diagram Alir Pengolahan NOAA AVHRR dan Citra SeaWiFS Untuk dapat menghasilkan citra sebaran spasial SPL dan klorofil-a bulanan serta 8 harian, maka setelah proses cropping area penelitian perlu dilakukan setting citra yang meliputi landmask, coastline, dan grid. Landmask merupakan proses pemberian warna pada darat. Coastline adalah pemberian batas antara darat dan laut (garis pantai). Grid merupakan proses untuk menampilkan garis lintang dan bujur pada citra sebaran spasial. Output data yang dihasilkan

21 adalah image display dalam format *.TIFF, sehingga dapat dilakukan analisis spasial 8 harian dan bulanan (SPL dan klorofil-a). Pendugaan nilai SPL menggunakan algoritma pathfinder v5. Algoritma ini merupakan modifikasi dari algoritma SPL Non Linier (NLSST) yang dibuat berdasarkan perbedaan nilai suhu kecerahan pada kanal 4 dan 5 (T 4 -T 5 ). Berikut adalah algoritma pathfinder v5 (Kilpatrick et al., 1998) : = + + ( ) + ( )(sec h 1)...(2) Keterangan : a, b, c, dan d = koefisien determinasi regresi linier pada data base SPL in situ hasil mooring dan buoy dengan resolusi spasial antar pengukuran. SSTguess = nilai perkiraan pertama SPL dari Reynolds OISST 0,1 o dan resolusi temporal tidak lebih dari 30 menit. theta = sudut zenith dari satelit. Pendugaan estimasi konsentrasi klorofil-a adalah dengan menggunakan algoritma Ocean Chlorophyll 4-band algorithm version 4 (OC4v4). Algoritma ini menggunakan nilai tertinggi dari rasio kanal 443 nm, 490 nm dan 510 nm dengan kanal 555 nm untuk menentukan nilai konsentrasi klorofil-a. Persamaan polynomial pangkat empat untuk algoritma OC4v4 (O'Reilly et al., 2000) sebagai berikut : 4 4: = 10,,,,,...(3) = log 10 > >...(4) Keterangan : Ca = Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3 ) R = Rasio reflektansi Rrs = Remote sensing reflectance

22 Grafik rataan bulanan SPL dan konsentrasi klorofil-a hasil pengolahan pada Microsof Excel 2007 dianalisis untuk mengetahui adanya variasi dalam tiap musim pada tiap tahunnya di lokasi penelitian. Interpretasi fluktuasi klorofil-a dan SPL secara temporal berdasarkan pada penurunan dan peningkatan konsentrasi klorofil-a dan SPL serta nilai tertinggi dan terendahnya. Kemudian variasi konsentrasi klorofil-a dan SPL dalam tiap-tiap musim pada lokasi penelitian dibandingkan dengan tahun yang berbeda pada lokasi penelitian yang sama. Analisis spasial dilakukan untuk mengetahui sebaran dari konsentrasi klorofil-a dan SPL secara spasial pada lokasi penelitian. Data sebaran spasial konsentrasi klorofil-a dan SPL pada bulan-bulan yang sama dianalisis sehingga dapat diketahui pada bulan apa saja konsentrasi klorofil-a dan SPL tinggi ataupun rendah dengan melihat degradasi warna pada citra sebaran spasial konsentrasi klorofil-a dan SPL bulanan. Hal yang sama dilakukan pada citra sebaran spasial konsentrasi klorofil-a hasil composite 8 harian secara musiman, sehingga dapat diketahui pada musim apa saja konsentrasi klorofl-a dan SPL tinggi ataupun rendah. 3.3.2. Angin Pengolahan data angin dimulai dengan download data angin dengan format netcdf (*.nc). Data yang disediakan memiliki resolusi spasial berukuran 1,5 x 1,5 dengan cakupan area global. Data yang digunakan selama 12 tahun (1998-2009) dengan interval 6 jam, yaitu : Pukul 00:00, 06:00, 12:00, dan 18:00. Kemudian dilakukan cropping sesuai dengan lokasi penelitian dengan perangkat lunak ODV (Ocean Data View). Proses selanjutnya adalah dengan mengekstrak data berformat (*.nc) dengan menggunakan ODV menjadi data berformat teks

23 (*.txt). Kemudian data tersebut dirata-ratakan tiap bulan sehingga diperoleh hasil berupa rata-rata u-wind at 10 meters [m/s], v-wind at 10 meters [m/s] bulanan selama 12 tahun (1998 2009) yang mewakili daerah bagian selatan Selat Makassar. Data bujur, lintang, u-wind at 10 meters [m/s], v-wind at 10 meters [m/s] dengan format (*.txt) diproses dengan Surfer 8.0 dengan cara grid data bulanan. Digitasi daratan adalah suatu proses untuk menampilkan darat. Kemudian overlay antara vektor (arah pergerakan angin) dengan basemap (darat) sehingga menghasilkan tampilan arah pergerakkan angin. Analisis data angin adalah dengan cara membaca arah pergerakan angin yang telah dikelompokan tiap musim pada tahun ENSO dan non-enso dan kemudian membandingkan kecepatan angin antara tahun ENSO dan non-enso. 3.3.3. Ekman Transport Ekman transport didekati dari perhitungan wind stress yang diformulasikan dalam Large and Pond (1981) in Nababan (2009), sebagai berikut:, =,...(5) τ x, τ y adalah komponen wind stress untuk sumbu x dan y, u 10, v 10 adalah kecepatan angin pada sumbu x dan y yang diturunkan dari kecepatan angin permukaan pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut (W 10 ), dan C d adalah drag coefficient yang tergantung pada kecepatan angin sebagai berikut: C d = 0.0012; 0 < W 10 < 11m/s C d = 0.00049 + 0.000065 W 10 ; W 10 > 11m/s Ekman transport dipetakan dari data wind stress dengan pembelokan arah 90 ke kanan arah wind stress di belahan bumi utara dan 90 ke kiri di belahan

24 bumi selatan. Ekman transport yang dipetakan dalam skripsi ini hanya memberikan gambaran ke arah mana pergerkan Ekman transport ini, sementara nilai transport (volume) belum menggambarkan nilai yang sebenarnya mengingat data kedalaman Lapisan Ekman tidak diketahui. 3.3.4. Curah hujan Data curah hujan diambil dari stasiun Meteorologi Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan pada koordinat 6 6 37,5 LS ; 119 25 11,5 BT yang diperoleh di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Jakarta. Data tersebut merupakan jumlah curah hujan (mm) harian yang kemudian dirataratakan menjadi bulanan selama periode Januari 1998 Desember 2008. Data tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik dengan menggunakan Microsoft Excell 2007. Data curah hujan dibandingkan dengan data konenstrasi klorofil-a sampling area1, karena lokasi pengambilan data curah hujan paling dekat dengan sampling area1. Analisis data curah hujan dilakukan untuk mengetahui adanya variasi pada tiap musim setiap tahunnya, serta interpretasi fluktuasi berdasarkan nilai maksium dan minimum. Melihat hubungan antara konsentrasi klorofil-a di sampling area1 dan curah hujan. 3.3.5. Analisis Interannual Southern Oscillation Index (SOI) merupakan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin serta umumnya digunakan untuk penentuan masa El Nino dan La Nina. Nilai SOI negatif terjadi saat tekanan udara lebih rendah dari rata-rata di Tahiti dan lebih tinggi di Darwin. Pada kondisi SOI negatif SPL yang di Lautan Pasifik Timur tropis relatif lebih tinggi dari kondisi normalnya.

25 Sedangkan pada kondisi SOI yang positif, SPL perairan Pasifik Timur tropis umumnya lebih rendah dari kondisi normalnya. Bulan-bulan yang termasuk dalam kategori (El Niño Southern Oscillation) ENSO adalah yang memiliki nilai SOI - 10 dan untuk kategori La Nina adalah bulan yang memiliki nilai SOI -10 (Tritel, 2010). Dengan demikian maka bulan-bulan terjadinya ENSO selama periode penelitian adalah Januari, Februari, Maret, April 1998; Mei, Agustus, Desember 2002; Juni 2003; April, Juni 2004; Februari, April, Mei 2005; Agustus, Oktober 2006; Januari, April 2008; dan Oktober 2009 (Gambar 5). Periode non- ENSO dalam penelitian ini adalah bulan-bulan yang tidak termasuk kedalam kategoti bulan ENSO. Gambar 5. Southern Ocillation Index (SOI) (BOM,2010) Analisis interannual dalam penelitian ini difokuskan untuk membandingkan nilai SPL dan konsentrasi klorofil-a antara tahun ENSO dan non- ENSO.

26 3.3.6. Tinggi Paras Laut (TPL) Data TPL yang digunakan merupakan data harian pada pertengahan bulan dengan periode Januari 1998 Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari Colorado Center of Astrodynamics Research (CCAR) dengan website http://ccar.colorado.edu. Analisis data yaitu dengan cara melihat gradasi warna untuk diidentifikasi apakah terjadi anomali positif (tinggi paras laut di atas ratarata) ataukah terjadi anomali negatif (tinggi paras laut di bawah rata-rata).