MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENIRU GERAKAN SHOLAT MELALUI TEKNIK PEMODELAN DI KELOMPOK A TK MANGGIS KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Ningsi Hulima Samsiah, Nunung Suryana Jamin Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini ABSTRAK Meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan di kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I. Samsiah, S.Pd. M.Pd dan Pembimbing II. Nunung Suryana Jamin, SE. M.Si. Permasalahan dalam penelitian adalah apakah teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan meniru gerakan sholat pada anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan di kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Hasil penelitian observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan anak meniru grakan sholat masih sangat rendah. Hal ini Nampak pada data yang diperoleh dari 20 orang anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango pada observasi awal 6 orang atau 30% yang mampu meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). salam. Pada siklus I mulai ada peningkatan yaitu kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). salam ada 12 orang atau 60%. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). salam ada 17 orang atau 85%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). takbir, 3) rukuk., 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). salam di kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Kata Kunci : Gerakan Sholat, Teknik Pemodelan. 1
PENDAHULUAN Anak-anak dilahirkan dengan kecerdasan yang tinggi, tetapi perlakuan orang tua dan lingkungan menyebabkan anak kehilangan potensi-potensi tersebut. Padahal pengembangan kecerdasan sejak dini akan memberi dasar bagi terbentuknya kecerdasan intelektual dan emosional dan spiritual pada usia selanjutnya (Mahayana, 2011:12). Sementara itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap pengembangan kecerdasan spiritual pada anak. Di lingkungan keluarga anak lebih banyak berinteraksi dengan sesuatu yang justru menyebabkan semakin jauhnya kepekaan anak, bahkan yang lebih parah lagi apabila proses dehumanisasi itu terjadi justru di tengah lingkungan keluarga. Keluarga sebagai tempat pendidikan yang utama kurang memperhatikan aspek-aspek tersebut (Mulyadi, 2010:1). Salah satu bentuk peningkatan kecerdasan spiritual anak yang dapat dibelajarkan pada anak usia dini adalah kemampuan meniru gerakan beribadah seperti gerakan sholat. Menurut Mulyadi (2010:1) bahwa kecerdasan anak untuk meniru gerakan sholat merupakan kemampuan manusia untuk mengenali potensi fitrah dalam dirinya serta kemampuan seseorang mengenali Tuhannya yang telah menciptakannya, sehingga di manapun berada merasa dalam pengawasan Tuhannya. Sehubungan dengan kemampuan meniru gerakan sholat pada anak usia 4-5 tahun, peneliti melakukan observasi di TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2013 diketahui bahwa dari 20 anak kelompok A hanya 6 orang atau 30% yang sudah mampu meniru gerakan beribadah sedangkan 14 orang masih mengalami kesulitan meniru gerakan beribadah. Rendahnya kemampuan anak untuk melaksakanan gerakan beribadah dapat dilihat dari beberapa hal seperti kemampuan meniru gerakan sholat yang masih berbeda-beda, ada anak yang sudah menguasai gerakan takbiratul ihram sampai salam, ada anak yang belum tahu urutan gerakan sholat dan ada pula anak yang tidak menguasai gerakan-gerakan sholat. Selain itu 2
rendahnya kemampuan anak meniru gerakan sholat karena metode pembelajaran yang diterapkan seperti memperlihatkan gambar gerakan sholat ternyata belum dapat mengembangkan kemampuan anak meniru gerakan sholat. Selain itu diketahui bahwa tidak semua guru memberikan latihan dan petunjuk kepada anak-anak dalam melakukan gerakan sholat karena dianggap anak belum diwajibkan untuk beribadah padahal salah satu hal yang harus diberikan sejak dini sehingga untuk kegiatan melakukan gerakan sholat hanya disampaikan secara sekilas melalui penggunaan media gambar. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan pada anak kelompok A di TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango menunjukkan bahwa kemampuan anak meniru gerakan sholat menggunakan media gambar belum memberikan hasil yang diharapkan. Teknik pemodelan merupakan pembelajaran sosial agar seseorang dapat belajar melalui pengamatan (observation learning) terhadap suatu model (Sanjaya, 2007). Peneliti cenderung memilih teknik pemodelan karena dari kegiatan pemodelan ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam memahami materi pembelajaran dan dapat melatih anak untuk belajar berdasarkan contoh yang disampaikan oleh guru. Melalui penerapan teknik pemodelan, diharapkan kemampuan meniru gerakan beribadah anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan mengangkat judul Meningkatkan Kemampuan Anak Meniru Gerakan Sholat Melalui Teknik Pemodelan di Kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan di kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. 3
TINJAUAN TEORI 2.1 Hakikat Kemampuan Meniru Gerakan Sholat 2.1.1 Pengertian Kemampuan Meniru Sofo (2003:12) mendefinisikan bahwa kemampuan (ability) sebagai karakterisik individual seperti intelegensia, manual skill, traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Selain itu kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kemampuan (ability) merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu. Sajadah (2001:23) bahwa kemampuan anak terhadap gerakan sholat belum sempurna bahkan masih pada tahap meniru gerakan dari orang dewasa. Pembelajaran gerakan-gerakan sholat pada anak usia dini masih dalam rangka pembiasaan. Oleh karena itu guru harus melatih anak dengan beberapa cara yaitu : 1. Teladan 2. Melatih berulang-ulang 3. Tidak Memaksa 4. Tidak Membanding-Bandingkan 2.1.2 Pengertian Gerakan Sholat Menurut Gazalba (2000:88) bahwa sholat secara lahiriah berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Selanjutnya Asy-Sidiqi (2001:59) mengatakan bahwa secara hakiki sholat ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan- Nya atau memohonkan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua duanya. Dalam pengertian lain sholat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang 4
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara ( Assayuthi, 1998:30). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sholat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Juga sholat merupakan penyerahan diri secara lahir dan batin kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-nya Dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 bahwa tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia 4-5 tahun. Perkembangan anak usia 4-5 tahun yang dicapai merupakan tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan moral diantaranya meniru gerakan sholat atau beribadah. Urutan gerakan sholat yaitu : 1) Takbir : Nabi saw selalu memulai sholatnya dengan mengucapkan Allahu akbar. 2) Mengangkat Kedua Tangan: mengangkat kedua tangan bersamaan dengan takbir, terkadang sesudah di ucapkan, dan terkadang sebelum ucapan takbir. Adapun cara mengangkat kedua tangan adalah dengan membuka jari-jari lurus keatas tidak merenggangkannya atau pula menggenggamnya. 3) Bersedekap di dada: Nabi meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya. 4) Memandang Tempat Sujud Dan Khusyu. 5) Doa-doa iftitah. 6) Membaca Al-Fatihah. 7) Bacaan Setelah Al- Fatihah 8) Rukuk: Setelah membaca al qur`an lalu rasulullah berhenti sejenak kemudian beliau mengangkat tangan kanan dan kirinya lalu beliau mengucapkan allahu akbar, lalu rukuk. 9) Berdiri i`tidal dan do`anya. 10) Sujud : nabi menyuruh takbir ketika turun untuk sujud. beliau mengucapkan takbir dan merenggangkan tangannya dari lambungnya kemudian sujud. 11) Duduk diantara sujud. 12) Sujud kembali, 13) Tahiyat 5
2.1.3 Tujuan Sholat Sholat adalah suatu ibadah yang mengandung beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Sholat adalah tiang agama, barang siapa yang, menegakkannya maka dia telah menegakkan agama, barangsiapa yang menghancurkannya dia menghancurkan agama. Menurut Supriyadi (2009:1) bahwa tujuan dan fungsi sholat antara lain: 1) Sholat dapat memberikan ketentraman dan ketabahan hati, sehingga orang tidak mudah kecewa/gelisah mentalnya jika menghadapi musibah,dan tak mudah lupa daratan jika mendapat kenikmatan/kesenangan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Maarij ayat 20-22. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. 2) Mencegah seseorang melakukan perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur an surat Al Ankabut ayat 45: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan 3) Menumbuhkan Disiplin Pribadi Dalam sholat kita dituntut untuk fokus dan selalu tepat waktu sehingga akan menumbuhkan rasa disiplin bagi setiap individu yang melaksanakan sholat. 4) Menyehatkan Fisik Ternyata tak hanya manfaat sholat tak hanya berupa manfaat rohani tapi, manfaat sholat juga berupa manfaat fisik. Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menyatakn bahwa posisi dalam sholat sangat berguna untuk kesehatan fisik. Salah satunya adalah posisi badan ketika sujud yang dapat memperlancar darah masuk ke otak sehingga otak lebih banyak 6
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan pikiran kita terasa lebih jernih. 2.1.4 Manfaat Sholat Jowir (2008:2) mengatakan bahwa sholat secara kontinyu bukan saja menyuburkan iman, tetapi mempercantik diri luar dalam. Manfaat itu dapat dilihat sebagai berikut : 1. Memacu Kecerdasan 2. Memperindah Postur 3. Memudahkan Persalinan 4. Meningkatkan Kesuburan 5. Memperawet Muda 2.1.5 Mengenalkan Sholat Pada Anak Usia Dini Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami perkembangan fisik dan mental. Dikatakan anak usia dini sejak anak-anak berusia 4 sampai 6 tahun atau ketika anak sedang masuk TK. Anak usia dini masih mempunyai sifat dan mental yang masih labil, maka dari itu anak usia dini masih memerlukan media pembelajaran baik itu faktor dari dalam seperti dari dirinya sendiri dan faktor dari luar seperti orang tua, guru, lingkungan, maupun teman sekitarnya. 2.1.6 Nilai-Nilai Agama Islam yang Ditanamkan Pada Anak TK Toto Suryana (2005:12) mengatakan bahwa aspek nilai-nilai ajaran Islam pada intinya dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : a. Ditinjau dari Pola Sikap dan Perilaku kepada Allah b. Ditinjau dari Pola Perilaku kepada Sesama Manusia c. Ditinjau dari Pola Perilaku kepada Alam 2.2 Teknik Pemodelan 2.2.1 Pengertian Teknik Pemodelan (Modeling) Metode modeling atau pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial dan teori ini merupakan pengembangan atau perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Melalui pembelajaran sosial seseorang dapat belajar 7
melalui pengamatan (observation learning) terhadap suatu model (Sanjaya, 2007:167). Teknik modeling adalah suatu cara belajar dengan melihat terlebih dahulu model yang dijadikan contoh oleh peserta didik. Diharapkan setelah melihat model yang ditampilkan peserta didik dapat meniru hal yang telah dilakukan model (Zaini, 2005:87). Oleh karena itu dalam menentukan model harus dipertimbangkan hal-hal seperti: (a) Kemampuan model menampilkan pembelajaran; (b) Kondisi fisik model; (c) Kompetensi pedagogik model dan (d) Rasa percaya diri. Untuk menjadi model dapat diambil peserta didik di luar peserta didik di kelas yang dibelajarkan. Guru juga dapat jadi model bila tidak ada model yang diyakini mampu memodelkan pembalajaran yang dibelajarkan. Menurut Sari (2008:12) bahwa teknik modeling merupakan beberapa bentuk perilaku (model) yang kemudian diikuti oleh performance atau perilaku yang sama. Terdapat beberapa cara pandang yang berbeda dalam mengartikan modeling: (a) belajar imitasi, (b) belajar observasi, (c) belajar sosial, dan (d) belajar pengalaman. Dijelaskan pula oleh Indria (2008:12) bahwa karakteristik teknik modeling adalah kesamaan model, kesamaan karakteristik model dengan pengamat; status model, bisa berupa posisi (jabatan) dari model atau peran model. Jika model yang diamati cukup terhormat, maka pengamat tidak hanya mempertimbangkan perilaku nyata dari model tetapi juga standar performan yang ditunjukkan oleh model. 2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Teknik Modeling Teknik modeling sama halnya dengan metode pembelajaran lain yang memiliki kelebihan dan kelemahannya. Menurut Sanjaya (2007:168) bahwa kelebihan teknik modeling dalam proses pembelajaran adalah :1) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. 2) Melatih peserta didik untuk belajar berdasarkan contoh yang disampaikan oleh guru. 3) Memudahkan peserta didik dalam meningkatkan keterampilannya dalam pembelajaran. 8
Sanjaya (2007:168) memberikan pendapat bahwa kelemahan teknik modeling adalah.: 1) Menjadikan peserta didik bekerja berdasarkan contoh sehingga perilaku inovatif sulit untuk dicapai. 2) Membutuhkan tutor atau guru yang dapat memahami karakteristik peserta didik. 3) Membutuhkan tutor atau guru yang dapat memperagakan atau menjadi model dalam pembelajaran. 4) Membutuhkan tutor atau guru yang menguasai bahan ajar/kegiatan yang akan dilaksanakan. 2.2.3 Langkah-Langkah Teknik Modeling Menurut Zaini (2005:90) bahwa langkah-langkah teknik modeling meliputi: 1) Setelah pembelajaran satu topik tertentu, carilah topik-topik yang menuntut peserta didik untuk mencoba mempraktekkan keterampilan yang baru diterapkan. 2) Bagilah peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil sesuai dengan jumlah mereka. Kelompok ini akan mendemonstrasikan suatu keterampilan tertentu sesuai skenario yang dibuat. 3) Beri peserta didik waktu 10-15 menit untuk menciptakan skenario kerja. 4) Beri waktu 5-7 menit untuk berlatih. 5) Secara bergiliran tiap kelompok dimintai mendemonstrasikan kerja masingmasing, beri kesempatan kepada kelompok yang lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang dilakukan. 6) Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi 2.3 Meningkatkan Kemampuan Meniru Gerakan Sholat Pada Anak TK Melalui Teknik Pemodelan Rendahnya kemampuan meniru gerakan sholat pada anak TK dapat ditingkatkan melalui teknik pemodelan. Zaini (2005:90) mengatakan bahwa dengan teknik pemodelan yang ditampilkan pada anak didik dalam hal ini memodelkan gerakan sholat dapat meningkatkan kemampuan anak untuk meniru. Hal ini dilakukan berdasarkan langkah-langkah dalam teknik pemodelan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. a. Guru membagi anak menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang anak. b. Guru memodelkan gerakan-gerakan sholat c. 9
Guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan gerakan-gerakan sholat. d. Saat melakukan latihan gerakan sholat, guru memberikan arahan kepada anak-anak yang belum mampu melakukan gerakan sholat. e. Setelah anak-anak melakukan latihan gerakan sholat, kemudian guru meminta masing-masing kelompok untuk melakukan gerakan sholat dan dimodelkan oleh anak yang sudah mampu. f. Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok A yang berjumlah 20 orang yakni 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sebagian besar anak kelompok A berumur antara 4-5 tahun. Ditinjau dari latar belakang sosial ekonomi diketahui bahwa sebagian besar berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah dengan pekerjaan orang sebagai buruh tani, karyawan swasta, pedagang kecil, pengemudi bentor dan PNS. Variabel penelitian ini terbagi tiga yakni variabel input, variabel proses dan variabel output. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini melibatkan peneliti sebagai pengajar dan guru mitra sebagai observer dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah persiapan, pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dan dokumentasi. a. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap segala kegiatan anakanak dalam meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan. b. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar/foto/video pelaksanaan tindakan kelas dari hasil pengamatan kegiatan siswa mengenai kemampuan meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan. 10
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada hari Selasa 8 Januari 2013 menunjukkan bahwa kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam. Anak yang mampu meniru gerakan sholat ada 6 atau 30%, anak yang kurang mampu meniru gerakan sholat ada 4 orang atau 20%, anak yang tidak mampu meniru gerakan sholat ada 10 orang atau 50%. Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi awal menunjukkan bahwa anak yang mampu meniru gerakan sholat masih rendah, hal ini menjadi dasar pelaksanaan siklus I. Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus I diharapkan dapat memperbaiki serta meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat melalui teknik pemodelan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tentang kemampuan anak meniru gerakan-gerakan sholat pada siklus I dapat diketahui bahwa kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam. Anak yang mampu meniru gerakan sholat ada 12 atau 60%, anak yang kurang mampu meniru gerakan sholat ada 3 orang atau 15%, anak yang tidak mampu meniru gerakan sholat ada 5 orang atau 25%. Berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti dan observer, diperoleh temuantemuan sebagai berikut : 1) Guru kurang mampu memonitoring semua anak yang melakukan meniru gerakan-gerakan sholat, 2) sebagian anak sibuk bermain dengan temannya pada saat guru melakukan pemodelan gerakan-gerakan sholat, 3) masih nampak anak sulit meniru gerakan-gerakan sholat secara berurutan, 4) kurangnya perhatian anak pada guru memodelkan gerakan-gerakan sholat. Berdasarkan temuan-temuan tersebut kemudian dibuat perencanaan untuk melaksanakan kegiatan siklus berikutnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tentang kemampuan anak meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). 11
sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam sudah ada peningkatan. Anak yang mampu meniru gerakan sholat ada 17 atau 85%, anak yang kurang mampu meniru gerakan sholat ada 2 orang atau 10%, anak yang tidak mampu meniru gerakan sholat ada 1 orang atau 5%. Pada siklus II peneliti dan pengamat telah melaksanakan keseluruhan rangkaian tindakan dengan maksimal. Karenanya peneliti masih melakukan refleksi terhadap tindakan siklus II. Adapun hasil refleksi adalah sebagai berikut : a. Sebagian besar aktivitas pelaksanaan pembelajaran guru sudah terlaksana dengan baik b. Terjadi peningkatan terhadap kemampuan anak meniru gerakan sholat, hal ini terlihat dalam pelaksanaan pembelajaran anak melalui teknik pemodelan. Dari hasil capaian yang diperoleh pada tindakan siklus II, menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan telah memenuhi indikator kinerja yang diharapkan. Sehingga tidak perlu lagi tindakan pada siklus selanjutnya serta dapat disimpulkan bahwa teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan anak meniru gerakan sholat pada anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil yang diperoleh baik pada observasi awal, siklus I maupun siklus II terlihat peningkatan dari kemampuan anak. Pada observasi awal anak yang mampu meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam, ada 6 orang atau 30%. Pada siklus I terjadi peningkatan yaitu anak yang mampu meniru gerakan seperti 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3). rukuk, 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam, ada 12 orang atau 60%, namun hasil ini belum mencapai indikator yang diharapkan. Dan pada siklus II lebih meningkat dari siklus I yaitu anak yang mampu meniru gerakan sholat seperti : 1). berdiri tega, 2). Takbir, 3) rukuk., 4). i tidal, 5). sujud, 6). duduk antara dua sujud, 7). tahiyat awal, 8). tahiyat akhir, 9). Salam, ada 17 orang atau 85%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar anak telah memenuhi indikator 12
kinerja. Adapun hasil yang diperoleh pada setiap pelaksanaan tindakan setiap siklus, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Pelaksanaan Tindakan Persentase Aspek yang diamati Mampu meniru gerakan sholat M KM TM Observasi Awal 6 (30%) 4 (20%) 10 (50%) Siklus I 12 (60%) 3 (15%) 5 (25%) Siklus II 17 (85%) 2 (10%) 1 (5%) Berdasarkan tabel di atas dapat menunjukkan bahwa hasil tindakan kelas pada siklus I dan siklus II telah berhasil menjawab hipotesis tindakan yang berbunyi Jika guru menggunakan teknik pemodelan, maka kemampuan anak meniru gerakan sholat pada anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. KESIMPULAN Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan tercapainya indikator kinerja yang ditetapkan peneliti pada pelaksanaan tindakan mencapai target yang diharapkan yaitu 85% atau 17 orang yang mampu meniru gerakan sholat dengan melihat model dan mampu meniru gerakan sholat secara berkelompok. Dengan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka hipotesis yang telah diajukan yakni : dengan menggunakan teknik pemodelan, kemampuan anak meniru gerakan sholat pada anak kelompok A TK Manggis Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango meningkat. 13
Saran Berdasarkan simpulan tersebut, dikemukakan saran yaitu teknik pemodelan hendaknya dijadikan sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan anak TK tentang gerakan-gerakan sholat dari sejak dini. DAFTAR PUSTAKA Hasbi Asy-Syidiqi. 2001. Pengertian Sholat. Download http://www.pengertiansholat.co.id diakses 20 April 2013 Imam Bashari Assayuthi. 1998. Pengertian Sholat. Download http://www.pengertiansholat.co.id diakses 20 April 2013 Jowir. 2008. Shalat dan Cara Macamnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Mahayana. 2001. Kecerdasan Spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka Mulyadi, Seto. 2010. Kemampuan Meniru Gerakan Ibadah Anak. Dalam http://www.meniru-gerakan-sholat.co.id diakses tanggal 12 Maret 2013 Permendiknas No. 58 Tahun 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini Sanjaya Wina. 2007. Metode Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Balai Pustaka Sidi Gazalba. 2000. Asas Agama Islam. Jakarta. Bulan Bintang Sari Indria. 2008. Metode Pembelajaran Dalam Http://www.scribd.co.id yang diakses tanggal 12 Desember 201244 Sajadah. 2001. Tips Melatih Gerakan Sholat Pada Anak Usia Dini. Jakarta : Gramedia Pustaka Supriyadi. 2009. Shalat dan Cara Macamnya. Jakarta : Gramedia Pustaka Toto Suryana. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Mutiara. Zaini M. 2005. Metode Pembelajaran Anak TK. Dalam www.oocities.org/../oo_modeling.pdf. diakses 12 mei 2011 14