HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan. urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

INDONESIA. Disusun Oleh : Mardhiana Setyaningrum Kelas D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perbedaan Kemandirian antara Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Siswa SMU Mulia Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG BOYOLALI

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh : DIAN NUR WULANNINGRUM J. 210 050 055 JURUSAN S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial. Hal ini membawa dampak terhadap pertumbuhan kehidupan masyarakat pada umumnya dan keluarga pada khususnya, yang akan berpengaruh pada anak-anak khususnya pada usia remaja. Dalam sebuah keluarga, anak menduduki posisi tertentu berdasarkan urutan kelahirannya yang mana mempunyai pengaruh mendasar dalam perkembangan anak selanjutnya (Hurlock, 1997). Anak dalam keluarga pun memiliki sifat yang berbeda satu sama lain, bahkan anak kembar pun memiliki sifat yang tidak sama sebagai kakak dan adik. Sifat tersebut terbentuk dari pengalaman psikologis mereka sebagai penafsiran anak terhadap posisi diri didalam keluarga dan bagaimana anak membiasakan dirinya berperilaku dalam peran tersebut (Hadibroto dkk, 2002). Menurut ilmu tentang konsep urutan kelahiran (Birth Order) menjelaskan bahwa seorang anak akan menafsirkan posisinya dalam garis keluarganya dan penilaian diri yang kemudian menjadi acuan dari reaksi di dalam hidup bermasyarakat. Dampak tersebut terasa dalam hubungan seseorang di dalam lingkungan pergaulan sebagai anggota keluarga, dalam karir, atau dalam bersosialisasi di masyarakat (Hadibroto dkk, 2002). Menurut salah satu psikolog beraliran neo-freudian, Alfred Adler mengungkapkan bahwa urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan

penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Posisi urutan kelahiran dapat mempengaruhi seorang anak dalam pencarian identitas dan perhatian orang lain (Erlina, 2008). Dalam kehidupan sehari-hari banyak fenomena mengatakan bahwa anak sulung di asosiasikan sebagai anak yang cepat dewasa, berwibawa dan lain-lain. Sedangkan anak bungsu di asosiasikan sebagai anak yang manja, tidak tegas serta lemah lembut. Anak tengah dan anak tunggal juga di asosiasikan sebagai anak yang manja, dan lain sebagainya (Gunarsa, 2007). Beberapa kepribadian yang dimiliki anak sulung, tengah, bungsu dan tunggal tersebut, menjadikan anak sebagai sosok tertentu dalam tahap perkembanganya di dalam keluarga. Dalam tahap perkembangan kepribadian dapat terjadi suatu penyimpangan yang ditandai dengan adanya gejala gangguan emosional atau perilaku negatif, yang disebabkan oleh kebingungan menafsirkan suatu instruksi yang diterima untuk menentukan tindakan selanjutnya (Hadibroto dkk, 2003). Menurut ahli psikologi dalam penelitiannya, dapat menyimpulkan bahwa urutan kelahiran anak dalam keluarga berdampak pada kepribadian, perilaku, cara belajar, dan berpengaruh pada kemampuannya dalam mencari nafkah. Urutan kelahiran anak juga mempengaruhi kesuksesan seseorang, terutama pada anak-anak yang berasal dari keluarga besar atau dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan (Masbudi, 2006). Urutan kelahiran sebagai salah satu faktor dalam keluarga yang mempengaruhi intelegensi, penyesuaian diri, kemandirian, kreativitas dan

perkembangan kepribadian seorang anak. Salah satu penelitian Johnson dan Medinnus (1976) yang meneliti tentang urutan kelahiran dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian serta pola tingkah laku seseorang, sehingga dalam hal ini diperkirakan juga bahwa urutan kelahiran seseorang dalam keluarga ikut mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang khususnya pada remaja (Hurlock, 1980). Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Dalam fenomena di masyarakat kecerdasan emosional dianggap sebagai faktor yang tidak penting dalam perkembangan kepribadian. Menurut Goleman (2000) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan faktor penyumbang terbesar yakni sebesar 80% bila dibanding dengan kecerdasan intelektual yang menyumbang 20% dari faktor keberhasilan seseorang. Kota Klaten merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang tidak sebesar dan seramai kota-kota lain seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan kotakota besar lainnya di Indonesia, dimana kota ini memiliki masalah sosial yang sama dengan hampir kebanyakkan kota di Indonesia. Perilaku menyimpang di kota kecil ini cukup marak beberapa waktu yang lalu, yakni sekitar tahun 90- an. Ditandai dengan munculnya gank-gank dikalangan remaja, yang menuliskan graffiti nama-nama ganknya secara besar-besaran dengan warnawarni mencolok dimana-mana. Perkelahian massal (tawuran) dan penganiayaan di kalangan remaja merupakan fenomena yang paling menonjol

di kota ini. Kebiasaan kebut-kebutan dengan kendaraan bermotor tanpa mengindahkan norma-norma lalu lintas akhir-akhir ini makin digemari, hal ini karena idukung oleh prosentase pelajar pengguna kendaraan bermotor semakin tinggi. Hal itu menunjukan bahwa kecerdasan emosional mengalami penurunan dikalangan remaja. Menurut hasil observasi di lokasi penelitian, terlihat bahwa dikalangan remaja (pelajar), dalam rangka menguatkan identifikasi mereka sebagai generasi muda yang berbeda dalam hal nilai yang dianut maupun gaya hidup dengan generasi tua, cenderung melakukan hal-hal yang keluar dari normanorma masyarakat pada umumnya. Mereka mempunyai kebanggaan yang lebih saat bersama-sama kelompoknya merealisasikan nilai-nilai kebebasan yang diinginkannya melalui tindakan-tindakan yang kontra sosial. Mereka merasa malu jika belum bersentuhan dengan hal-hal yang menonjol identitas mereka sebagai remaja masa kini, seperti merokok, kebut-kebutan, tawuran, bahkan sampai mengkonsumsi narkoba. SMU Muhammadiyah 1 Klaten yang dipandang oleh sebagai besar warga Klaten disebut sebagai Sekolah Menengah Umum swasta terbaik di kabupaten Klaten, namun SMU ini juga dikenal sebagai sekolah yang muridmuridnya gemar melakukan tindakan-tindakan menyimpang, terutama tawuran. Dari tahun-ketahun SMU ini terlibat dalam tawuran dengan musuh yang berbeda. Trek-trekan dijalan raya juga merupakan kebiasaan pelajar SMU ini pada waktu sepulang sekolah, tercatat telah terjadi beberapa kecelakaan lalu-lintas akibat aksi tersebut. Selain itu sekolah ini tercatat telah

berulang kali mengeluarkan siswanya karena tertangkap basah mengkonsumsi narkoba di saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Secara umum, tingkat kenakalan di SMU Muhammadiyah 1 Klaten tidaklah sampai pada tingkatan mengkhawatirkan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa tindakan mereka belum sampai pada perilaku kriminal. Meskipun demikian oleh beberapa warga masyarakat Klaten, kenakalan di SMU ini menjadi pembicaraan yang paling serius dibanding SMU-SMU lainnya di Klaten (observasi bulan April sampai Mei 2009). Salah satu badan sekolah yang bernama Satuan Tugas Pelaksanaan Kegiatan Kesiswaan (STP2K) milik SMU Muhammadiyah 1 Klaten, mencatat bahwa pada tahun ajaran 2001/2002 sampai bulan Maret 2002, siswa yang melakukan tindak kenakalan berjumlah 627 anak denagn rincian yaitu melkukan perkelahian sebanyak 8 siswa, merokok sebanyak 20 siswa, terlambat dating sebanyak 286 siswa, membolos sekolah sebanyak 286 siswa, berseragam buruk sebanyak 27 siswa dan melakukan tindak asusila sebanyak 1 orang dan telah dikeluarkan. Dalam kaitan pentingnya urutan kelahiran pada remaja sebagai salah satu faktor penting untuk membentuk kecerdasan emosional, maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten.

B. Rumusan Masalah Latar Belakang diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk mengetahui Apakah ada hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada anak remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara urutan kelahiran dalam keluarga dengan kecerdasan emosional pada remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui urutan kelahiran dalam keluarga di SMA Muhammadiyah I Klaten. b. Untuk mengetahui kecerdasan emosional pada remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pengetahuan bidang keperawatan, khususnya pada keperawatan anak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi khususnya kepada para orang tua dan guru dalam membimbing dan memotivasi anak remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya. E. Keaslian Penelitian 1. Deasy Noviasari, 2002, tentang Perbedaaan Kematangan Emosional Remaja Ditinjau Dari Statua Urutan Kelahiran Dalam Keluarga Di SMUN I Pandaan, menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang sangat signifikan pada kematangan emosional remaja antara anak sulung, tengah dan bungsu. Pada penelitian ini diperoleh nilai F = 79,488, signifikan = 0,000. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak sulung memiliki tingkat kematangan emosional lebih tinggi (Mean = 133,36) daripada anak bungsu (Mean = 188,14) dan anak tengah (Mean = 144,88). 2. Eni Sulistiawati, 2007, tentang Perbedaan Kemandirian Remaja Ditinjau Dari Status Ibu Dan Urutan Kelahiran Di SMU Gotong Royong Gunung Kidul Yogyakarta. Hasil analiasa data dengan menggunakan Anava dua jalur diperoleh nilai sebesar FA = 3,528 dengan p < 0,01, yang berarti ada

perbedaan kemandirian remaja yang sangat signifikan ditinjau dari status ibu dan FB = 2,800 dengan p < 0,01 yang berarti ada perbedaaan kemandirian remaja sangat signifikan ditinjau dari urutan kelahiran. Ada perbedaan kemandirian remaja yang sangat signifikan ditinjau dari status ibu dan urutan kelahiran dengan diperoleh nilai sebesar F AB = 7,581 dengan p < 0,01. Rerata empirik kemandirian sebesar 107,346 dan rerata hipotetik sebesar 80 artinya kemandirian pada subyek tergolong tinggi. Hasil penelitian menunjukkan rerata empirik ibu bekerja sebesar 110,625 dan rerata hipotetik sebesar 80 artinya kemandirian remaja pada ibu bekerja tergolong sangat tinggi, sedangkan rerata empirik ibu tidak bekerja sebesar 101,421 dan rerata hipotetik sebesar 80 artinya kemandirian remaja pada ibu tidak bekerja tergolong sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan rerata empirik anak sulung sebesar 109,700 dan rerata hipotetik sebesar 80 artinya kemandirian pada anak sulung tergolong sangat tinggi, sedangkan rerata empirik anak bungsu sebesar 102,395 dan rerata hipotetiksebesar 80 artinya kemandirian pada anak bungsu tergolong tinggi. 3. Yoga Kurnianto, 2006, tentang Kecerdasan Emosional Dan Kemampuan Komunikasi Persuasif Pada Perawat Harian Lepas Rumah Sakit Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Analisa dari penelitian ini menggunakan product moment dan diperoleh r xy sebesar 0,346 dengan p < 0,01 yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan komunikasi persuasif. Semakin tinggi kecerdasan emosional subyek maka

semakin tinggi kemampuan komunikasi persuasif yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional subyek, maka semakin rendah pula kemampuan komunikasi persuasif yang dimiliki subyek. Dalam penelitian ini diketahui koefisien determinan ( r 2 ) = 0,120 yang berarti bahwa faktor kecerdasan emosional memberikan sumbangan sebesar 12 % terhadap komunikasi persuasif perawat harian lepas. Subyek penelitian ini memiliki kecerdasan emosional yang tergolong tinggi yang ditunjukkan oleh mean empirik dari kecerdasan emosional sebesar 110,653 melebihi mean hipotetik yang sebesar 87,50. Sedangkan mean empirik dari komunikasi persuasif sebesar 55,9 melebihi mean hipotetik sebesar 45 sehingga subyek dalam penelitian ini memiliki komunikasi persuasif yang tergolong tinggi pula.