BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas. Hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari pemakaian komputer. Manusia seolah-olah sudah sangat tergantung pada kemampuan komputer yang memang diciptakan untuk membantu aktifitas manusia. Komputer banyak digunakan di kantor-kantor, lembaga penelitian ataupun di perusahaan-perusahaan (Wardana,2002). Maka tidak heran jika dikatakan bahwa komputer merupakan salah satu penemuan teknologi terpenting pada abad ke-20 (Ting,2005), Umumnya 80% pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer menyebabkan para pekerja menghabiskan waktunya di depan komputer sedikitnya 3 jam per hari (Hanum, 2008). Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer, namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah tersendiri, terutama bila bekerja dengan komputer dalam waktu yang lama dan terus-menerus (Hanum, 2008). The University of North Carolina di Asheville mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut : 1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus-menerus. 2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja antara 2-4 jam sehari secara terus-menerus. 3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus-menerus. Ditinjau dari energi radiasi, dalam hal ini radiasi komputer, sebenarnya tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia secara langsung. Namun harus
diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang rendah tetapi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara,2005). Kumpulan gangguan fisik yang menyerang pengguna komputer disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS). Sekitar 88-90 % pengguna komputer mengalami CVS (Sirikul et al, 2009; Chu et al, 2011). CVS ini sendiri disebabkan oleh berkurangnya aliran air mata ke mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari komputer. Selain itu ketika menatap komputer, maka kedipan mata berkurang sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi kering, teriritasi, tegang dan lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata (Wardhana, 1996). Kejadian CVS juga dinyatakan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (AOA, 2007). Gejala CVS dibedakan menjadi keluhan gejala pada mata, muskuloskeletal, dan umum (AOA, 2007). Mayoritas, sekitar 75 90 % pengguna komputer mengeluhkan gejala oftalmikus (Anshel, 2007). Di Indonesia, Amalia (2010) menunjukkan 92,9 % pengguna komputer mengeluhkan gejala oftalmikus. Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah kelelahan mata (yang merupakan gejala awal), mata terasa kering, mata terasa terbakar, pandangan menjadi kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, nyeri pada leher, bahu dan otot punggung dan tekanan darah tidak normal. Kelelahan dapat menyebabkan seseorang kurang waspada dalam menghadapi sesuatu. Dalam keadaan lelah dan kurang nutrisi, sinyal-sinyal yang berjalan maju mundur diantara thalamus dan korteks serebri tidak berfungsi secara optimal yang menyebabkan kesiapsiagaan menurun (Sutajaya,2004). Menurut Corwin (2001) upaya mata yang melelahkan menjadi penyebab kelelahan mental. Gejalanya meliputi sakit kepala, penurunan kemampuan intelektual, daya konsentrasi dan penurunan kecepatan berpikir. Lebih dari itu, bila mata pekerja mencoba mendekatkan dengan objek untuk memperbesar
ukuran benda, maka akomodasi dipaksa dan mungkin terjadi pandangan rangkap atau kabur. Kejadian ini menimbulkan sakit kepala di sekitar daerah atas mata. Susila (2001) juga menyatakan, apabila melihat obyek pada jarak dekat, maka mata akan mengalami konvergensi. Konvergensi mata ini berusaha menempatkan bayangan pada daerah retina yang sama di kedua bola mata. Bila usaha ini gagal mempertahankan konvergensi, maka bayangan akan jatuh pada dua tempat yang berbeda pada retina. Bila diteruskan ke otak, maka orang akan melihat dua obyek. Penglihatan ini menyebabkan rasa tidak nyaman. Sen et al, (2007), Uchino et al (2008) menunjukkan hubungan yang erat antara lama penggunaan komputer dengan peningkatan dan keparahan gejala CVS. Untuk mengatasinya, pengguna komputer dianjurkan untuk istirahat setelah beberapa jam penggunaan komputer (Balci et al, 2003; Blehm et al, 2005). Gejala CVS akan mulai dialami dan memburuk pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari (Broumand et al, 2008), 3 jam per hari (Kanitkar et al, 2005; Amalia et al, 2010), 4 jam per hari (Fenga et al, 2007; Uchina et al, 2008), 5 jam per hari (Hiroko 2007), dan 6 jam per hari (Shigenori et al, 2002). Pada penelitian yang menggunakan indikator lama penggunaan komputer secara terus-menerus, Parwati (2004) menyatakan gejala CVS timbul setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus. Penelitian Hiroko (2007) menunjukkan variasi 1-4 jam penggunaan komputer atas kejadian CVS. Sen et al (2007) menyatakan bahwa gejala CVS umumnya dikeluhkan setelah 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus atau setelah 6 jam penggunaan komputer tidak terus-menerus. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), menyarankan untuk melakukan istirahat selama 15 menit setelah pemakaian komputer selama 2 jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer (Murtopo, 2005). Penelitian Cahyono (2005) menemukan bahwa terdapat korelasi positif radiasi komputer terhadap kelelahan mata pada petugas Operator Komputer Sistem Informasi RSU Prof Dr R Soeharso Surakarta, bahwa 59,5 %
menyebabkan mata pedih dan sakit kepala. Selain itu gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang pengguna komputer dengan layar monitor. Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61 % masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer Vision Syndrome di masa mendatang akan sangat banyak dikeluhkan para pekerja (Sheedy, 2004). Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) merupakan salah satu kantor pemerintah yang kebanyakan sifat pekerjaannya meliputi penyusunan laporan, mempersiapkan dokumen-dokumen penting dan lain sebagainya. Dalam hal ini, komputer sangat memegang peranan dalam menyelesaikan hal-hal tersebut. Para pegawai Bappeda tak jarang harus lembur hingga dini hari untuk menyusun laporan-laporan yang diperlukan. Berbeda dengan kantor-kantor pemerintahan lainnya seperti misalnya dinas bina marga dan dinas perhubungan, mayoritas pegawainya lebih banyak bekerja di lapangan. Disamping itu kondisi ruang kerja yang terbatas, jarak monitor yang dekat maka peneliti tertarik melakukan penelitian di kantor pemerintahan tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer terhadap gejala computer vision syndrome pada pegawai negeri sipil di kantor pemerintah kota Medan. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer terhadap gejala computer vision syndrome pada pegawai negeri sipil di kantor pemerintah kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat menjadi sumbangan informasi kepada kantor pemerintah khususnya kepada para pegawainya untuk melakukan pengaturan waktu istirahat yang tepat guna dan mengontrol jam penggunaan komputer agar tidak menganggu kesehatan mata dan produktivitas kerja. 2. Sebagai masukan bagi kantor Bapedda dalam menetapkan maksimal jam kerja dan waktu istirahat untuk meningkatkan kualitas perlindungan kepada tenaga kerja. 3. Menambah data dan informasi khususnya tentang pengaruh lama terpapar dan jarak monitor komputer terhadap gejala computer vision syndrome. 4. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.