Membuat Pilihan-Pilihan Bijaksana tentang Hutan: Apakah Peranan CIFOR? Frances Seymour Direktur Jenderal CIFOR 14 November, 2006

dokumen-dokumen yang mirip
Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

TEKNIK FUNDRAISING - Bagian 4 dari 6 IV. TEKNIK MENULIS PROPOSAL. Pendahuluan

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

Australia Awards Indonesia

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tidak, komunikasi telah menjadi bagian dan kebutuhan hidup manusia.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

Saudara-saudara yang saya hormati,

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

INDONESIA YANG LEBIH BERKELANJUTAN BERINVESTASI UNTUK. Brosur Ringkasan ANALISA LINGKUNGAN INDONESIA 2009

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan hangat di masyarakat. Pemanasan global menurut Putro Agus dalam

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Shared Resources Joint Solutions

KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN PERUBAHAN, DAN PRIORITAS UNTUK PENGADILAN FEDERAL. 30 September 2011

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Inisiatif Accountability Framework

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

NOTA DINAS Nomor: ND. /II-PHM/2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Proyek GCS- Tenurial. Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan. Studi komparasi global ( )

BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G

Lembaga kehutanan publik di abad dua puluh satu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

X. KESIMPULAN DAN SARAN. identifikasi kemiskinan dan program strategi pemberdayaan masyarakat miskin

DIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Terbatas Penyelenggaraan Ibadah Haji, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

RENCANA STRATEGIS

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ProKlim sbg Penguatan Inisiatip Pengelolaan SDH Berbasis Masyarakat

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Membuat Pilihan-Pilihan Bijaksana tentang Hutan: Apakah Peranan CIFOR? Frances Seymour Direktur Jenderal CIFOR 14 November, 2006 Bapak Kaban yang terhormat, Pak Wahjudi, para perserta panel, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian. Merupakan kehormatan bagi saya untuk menerima sambutan dari Bapak Menteri Kehutanan dan atas kehadiran Bapak pada pagi hari ini, dan saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan pada saya hari ini untuk memperkenalkan diri kepada saudara sekalian sebagai Direktur Jenderal CIFOR yang baru. Pertemuan ini memiliki arti yang sangat penting bagi saya secara pribadi. Sebagaimana sebagian besar dari saudara ketahui, saya sangat senang dapat tinggal dan bekerja selama 5 tahun di Indonesia pada hampir 20 tahun yang lalu. Adalah sesuatu yang menyenangkan dapat disambut kembali oleh begitu banyak teman-teman lama; sebagai contoh, saya sangat senang melihat nama Menteri Kehutanan terdahulu, Bapak Jamaludin, ada di dalam daftar yang hadir pagi ini. Saya juga merasa sangat gembira melihat begitu banyak orang muda cemelang yang saya temui dahulu saat ini telah menjadi pejabat-pejabat senior di Kementrian Kehutanan maupun Perum Perhutani, telah menjadi pemimpin-pemimpin di berbagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau memegang berbagai posisi kepemimpinan lain di masyarakat Indonesia. Selalu merupakan hal yang menyenangkan memiliki teman-teman yang menempati posisi penting. Pertemuan ini juga merupakan even yang penting dari perpektif kelembagaan. Walaupun CIFOR merupakan lembaga internasional dengan para penelitinya yang bekerja di berbagai belahan dunia, kami tidak pernah melupakan fakta bahwa Indonesia adalah rumah kami. Dan selain memiliki hubungan baik dengan berbagai badan pemerintah dan sektor-sektor lain di masyarakat Indonesia, kami memiliki hubungan yang khusus dengan Kementrian Kehutanan. Untuk itu sangatlah sesuai bila even public pertama saya sebagai Direktur Jenderal CIFOR yang baru diselenggarakan di sini di Jakarta di Gedung Manggala Wanabhakti. Pada kesempatan sebelumnya di tahun ini, CIFOR telah dikaji oleh sebuah tim yang terdiri dari ahliahli independen. Sebagai tuan rumah bagi CIFOR, kami berharap Pemerintah Indonesia dan juga seluruh warga negara Indonesia, dapat sama-sama merasa bangga dengan hasil kajian tim ahli tersebut yang menyatakan bahwa CIFOR adalah pusat penelitian kehutanan internasional yang terdepan di bidangnya. Sebagai pendatang baru, saya tidak ambil bagian dalam banyak pencapaian CIFOR selama ini. Tetapi kedepannya, saya sudah tentu akan turut mengemban tanggung jawab untuk membangun di atas dasar pencapaian-pencapaian yang telah ada dan mendorong pencapaian-pencapaian yang baru. Dan pada kesempatan hari ini saya berada di sini untuk meminta bantuan saudara sekalian dalam memberikan arahan bagi kemajuan CIFOR di masa mendatang. Tim pengkaji yang sama yang telah memberikan penilaian yang sangat tinggi pada CIFOR juga merekomendasikan kami untuk menyusun strategi yang baru, karena strategi yang ada sekarang adalah strategi yang dibuat 10 tahun yang lalu. Karena itulah pada tahun mendatang, kami akan mengkaji apa yang dibutuhkan oleh dunia dalam hal penelitian kehutanan, dan apa yang CIFOR dapat berikan/penuhi dalam hal ini. Berkonsultasi dengan para partner dan pihak-pihak terkait, seperti yang hadir di ruangan ini, akan merupakan bagian penting dalam proses tersebut. Karenanya, yang saya ingin lakukan dalam waktu yang terbatas ini adalah untuk berbagi dengan saudara sekalian tentang sebagian dari tantangan-tantangan yang kami hadapi dan kompromikompromi yang harus kami lakukan saat kami memikirkan tentang strategi kami untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat pilihan-pilihan bijaksana tentang hutan. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan khusus kepada para panelis dan seluruh peserta. Beberapa dari pertanyaan-pertanyaan ini juga dihadapi oleh semua lembaga penelitian. Beberapa lainnya merupakan pertanyaan khusus bagi CIFOR. Dan sementara kami berharap dapat mengumpulkan input sebanyak mungkin pada pagi hari ini, jendela kesempatan untuk membahas pertanyaan-pertanyaan ini akan tetap terbuka selama bulanbulan mendatang. Untuk itu, bila kami belum bisa mendapatkan tanggapan atas pertanyaanpertanyaan tersebut dari saudara hari, maka kami berharap bisa mendapatkannya segera. 1

Keempat pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah sebagai berikut: Seperti apakah perimbangan yang benar antara mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan yang relevan hari ini dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh para pembuat keputusan lima tahun mendatang? Bagaimanakah kami dapat menyeimbangkan peranan kami sebagai penasihat bagi pemerintah dan sektor swasta, dan peranan kami sebagai sumber analisa independen? Bagaimana kami harus menentukan prioritas diantara berbagai audiens hasil-hasil penelitian kami, yang terdiri dari komunitas penelitian ilmiah sampai dengan masyarakat/kalayak umum. Dan yang terakhir, yang terutama penting bagi CIFOR, bagaimana kami dapat menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan penelitian khusus di tempat-tempat dan momenmomen politik tertentu, dengan mandat kami untuk menghasilkan materi-materi bagi masyarakat internasional. Ijinkan saya menjelaskan secara singkat setiap pertanyaan diatas. Pertanyaan pertama adalah tentang apakah kami harus lebih memfokuskan pada menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para pembuat kebijakan saat ini, atau pada penelitian yang mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi penting pada lima tahun mendatang. CIFOR saat ini melakukan penelitian jangka panjang untuk sejumlah topik. Sebagai contoh, minggu lalu kami menjadi tuan rumah untuk sebuah pertemuan dari sebuah jaringan penelitian tentang manajemen perkebunan yang telah berkolaborasi selama sepuluh tahun. Di Indonesia, kami telah bekerja dengan masyarakat dan pemerintah daerah di Kabupaten Malinau di Kalimantan Timur untuk jangka waktu yang hampir sama. Proyek-proyek jangka panjang tersebut sangat besar nilainya tidak hanya bagi kekayaan hasil penelitian yang mereka hasilkan, tetapi juga untuk hubungan kemitraan dan capacity building yang pembentukannya memerlukan waktu relatif lama. Proyek-proyek jangka panjang tersebut sangat besar nilainya. Proyek-proyek tersebut tidak hanya menghasilkan kekayaan hasil-hasil penelitian, melainkan juga menyediakan waktu yang dibutuhkan untuk membangun secara utuh relasi dengan partner dan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan capacity building. Bagaimanapun, kami juga perlu untuk mengantisipasi ancaman-ancaman baru terhadap pengelolaan hutan secara berkesinambungan, dan untuk merespons kesempatan-kesempatan yang baru. Kita ambil contoh masalah-masalah seputar kebakaran hutan dan perubahan iklim. Sebagai respons terhadap bencana kebakaran hutan pada tahun 1997-98, CIFOR melakukan penelitian tentang nilai kerugian akibat kebakaran dan tentang akar penyebabnya. Saat ini ketika masalah asap kembali menjadi berita, semua orang bertanya kepada CIFOR tentang penyebab-penyebab dan konsekuensi kebakaran. Karenanya, merupakan sebuah tantangan untuk tetap kembali dan tetap melakukan apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Saat ini, peranan hutan dalam mencegah dan menyeimbangkan perubahan iklim menjadi hal yang sangat penting. Pada kenyataannya, pada minggu ini di Nairobi, hutan menjadi topic utama diskusi di Conference of the Parties to the climate convention. Sekarang ketika kita tahu bahwa emisi yang dihasilkan oleh kebakaran lahan gambut di Indonesia menghasilkan emisi karbon global yang signifikan, apakah tidak seharusnya penelitian kami difokuskan pada mekanisme untuk mengintegrasikan hutan ke dalam sistem iklim global? Dan sekarang kami banyak meneliti tentang biofuel sebagai alternatif ramah-iklim dari bahan bakar-bahan bakar fosil. Tidakkah seharusnya kami memfokuskan penelitian kami pada ancamanancaman dan kesempatan-kesempatan yang ada pada cara penggunaan lahan yang baru ini terhadap hutan dan masyarakat yang bergantung pada hutan? Pertanyaan kedua adalah tentang menyeimbangkan peranan para peneliti sebagai penasihat bagi para pembuat keputusan dengan kebutuhan kami untuk mempertahankan independensi kami sebagai sumber analisa tentang kepentingan publik. Kita lihat pertanyaan ini dari sisi yang berbeda, sebagai tambahan terhadap menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari pemerintah dan bisnis, tidakkah seharusnya kerja CIFOR adalah juga untuk memberitahu mereka, dan kalayak yang lebih luas, pertanyaan-pertanyaan apa yang seharusnya mereka ajukan? Bahkan juga bila temuan-temuan kami menunjukkan tidak menyenangkan? 2

Dalam pemahaman saya CIFOR telah sangat berhasil dalam membuat jengkel berbagai partner dan pihak-pihak terkait dengan hasil-hasil penelitian kami. Kadang-kadang para pemerintah merasa kurang senang dengan hasil-hasil penelitian kami. Kadang-kadang industri kehutanan merasa kurang senang, dan kadang-kadang LSM-LSM juga merasa kurang senang. Ijinkan saya memberikan beberapa contoh yang terjadi baru-baru ini. Pada tahun 2003, CIFOR mempublikasikan sebuah laporan yang menunjukkan bahwa pendapatan yang tinggi dari pembangunan di bidang minyak dan mineral dapat mengurangi tekanan pada hutan. LSM-LSM internasional merasa kecewa terhadap CIFOR karena mengumumkan temuan ini. Pada tahun 2004, CIFOR mempublikasikan sebuah laporan yang mengaitkan peternakan dengan perusakan hutan tropis Amazon. Walaupun para peneliti CIFOR menggunakan data-data dari dinasdinas pemerintahan dalam analisisnya, Pemerintah Brazil merasa kurang senang dengan hasil-hasil tersebut. Dalam lima tahun terakhir, sejumlah pemerintah, baik di belahan Utara maupun Selatan, telah bersatu dalam sebuah kampanye terhadap masalah kejahatan hutan, terutama pembalakan liar. Sudah pasti itu merupakan inisiatif yang penting, dan CIFOR telah turut ambil bagian di dalamnya. Tetapi pada saat yang sama, penelitian kami menunjukkan bahwa pemecahan masalah kejahatan hutan yang dilakukan selama ini cenderung berfokus pada bukan pelaku utama contohnya petani miskin yang menebang satu pohon secara illegal. Cara-cara pemecahan seperti ini cenderung mengabaikan para pelaku utama contohnya perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab yang menebang atau membakar ribuan hektar pohon. Ketika CIFOR mempublikasikan temuan-temuannya tentang topik ini, beberapa kolega donor kami merasa kurang senang. Mereka merasa kawatir bahwa dengan mengkritisi dampak dari penegakan hokum terhadap kaum miskin dapat melemahkan kampanye terhadap kejahatan hutan secara keseluruhan. Contoh yang lain dari hasil-hasil penelitian yang kurang dapat diterima adalah kerja CIFOR tentang keuangan industri kehutanan. Laporan-laporan CIFOR mengenai hal ini telah mencoba menginformasikan kepada para pemodal tentang pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya mereka ajukan tentang dampak-dampak sosial dan lingkungan dari investasi-investasi baru di bidang industri kehutanan. Tetapi laporan-laporan tersebut telah membuat kawatir/mengganggu beberapa pemerintah, perusahaan, dan lembaga-lembaga keuangan yang sedang mencoba membuat atau menarik investasi yang bertanggung jawab dalam sektor kehutanan. Jadi hasil penelitian kami telah menyinggung perasaan LSM-LSM, pemerintah-pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta, dan para pemodal. Adakah cara-cara dimana kami dapat berkoordinasi lebih baik dengan para partner tersebut untuk mencegah terjadinya kejutan-kejutan yang tidak menyenangkan, tetapi pada saat yang sama tetap menjaga independensi kami? Pertanyaan ketiga berkaitan dengan bagaimana temuan-temuan penelitian harus dikemas dan disebarluaskan, dan dari sekian banyak audiens sasaran potensial yang mana harus mendapatkan prioritas. Beberapa pihak berargumen bahwa bahwa mempublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang telah dikaji banding merupakan prioritas tertinggi/utama. Sementara yang lainnya berargumen bahwa kami harus memfokuskan diri pada publikasi-publikasi yang secara umum lebih aksesibel. Satu dari mekanisme-mekanisme penyebarluasan oleh CIFOR yang paling popular adalah POLEX listserve, yang meringkas penelitian yang telah dipublikasikan baru-baru ini ke dalam sebuah layar e-mail tunggal yang diperuntukan bagi para pembuat kebijakan dan prakstisi yang sibuk. Haruskah kami lebih aktif di web? Haruskan kami mencari liputan pers yang lain? Ketika kembali ke United States (Amerika), beberapa orang mengatakan pada saya bahwa CIFOR terlalu banyak bertindak sebagai menara gading, dan tidak berbuat cukup banyak untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya. Ketika sampai di Indonesia, saya diberitahu bahwa CIFOR telah berubah banyak kearah advokasi. Dimanakah sebenarnya posisi CIFOR, dan dimanakah seharusnya kami membiarkan pihak lain yang memimpin? Pertanyaan keempat dan terakhir adalah unik hanya bagi CIFOR karena kami adalah organisasi internasional. Bagaimanakah kami dapat menghasilkan penelitian yang relevan pada tempat-tempat tertentu dan waktu-waktu tertentu, tetapi yang juga berguna di tempat-tempat lain dan waktuwaktu lain, dan tetap menginformasikan diskusi-diskusi hangat tentang masalah kehutanan global? CIFOR mencoba untuk menyeimbangkan tujuan-tujuan yang berpotensi saling bertentangan ini dengan cara melakukan investasi pada penelitian perbandingan di tingkat internasional pada areaarea seperti pengelolaan/manajemen perkebunan, hutan kemasyarakatan, dan kaitan antara kemiskinan dan lingkungan. Proyek-proyek tersebut dapat membawa pengalaman internasional ke 3

tingkat lokal, dan sekaligus membawa pengalaman di tingkat lokal kepada masyarakat internasional. Satu contoh adalah penelitian CIFOR tentang desentralisasi. Tahun lalu kami mempublikasikan sebuah buku yang berisi studi-studi kasus dari sejumlah negara tentang kaitan antara desentralisasi dengan pengelolaan hutan. Pak Wahjudi memberikan kontribusi sebuah bab tentang pengalaman Indonesia di dalam buku tersebut, dan sekarang terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia akan membawa pengalaman internasional tersebut ke Indonesia. Pendekatan yang lain adalah dengan memfokuskan penelitian kami pada penyusunan alat pengkajian untuk membantu pihak-pihak lain menemukan jawaban-jawaban yang tepat terhadap masalah-masalah umum di tempat-tempat tertentu. Penelitian jenis ini menyediakan sebuah alatt yang dapat digunakan dimanapun, tetapi sekaligus juga menggarisbawahi bahwa tidak ada satupun satu ukuran yang sesuai untuk semuanya. Penelitian CIFOR yang lama tertunda tentang manajemen kolaboratif adalah salah satu contoh pendekatan ini. Tetapi apakah kami telah mendapatkan penyeimbangan yang tepat? Apakah ada bentuk-bentuk sinergi lain yang masih dapat digali lebih jauh diantara tingkat lokal dan global? Jadi itulah keempat pertanyaan tersebut. Apakah kami harus melanjutkan garis-garis penelitian yang telah ada untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada saat ini, atau bergerak ke area-area baru untuk memenuhi kebutuhn-kebutuhan di masa datang? Haruskah kami lebih seperti konsultan bagi para pemerintah, perusahaan-perusahaan, dan LSM-LSM, atau mengambil resiko berseberangan dengan mereka dengan mempublikasikan kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan? Dimanakah seharusnya kami berada pada spectrum antara akademisi di menara-menara gading dan aktivis-aktivis yang menggantungkan spanduk-spanduk di menara-menara tersebut? Dan bagaimana kami membuat kompromi-kompromi antara kebutuhan-kebutuhan lokal dan global? Sebelum saya menyimpulkan, saya ingin mengusulkan sebuah aturan untuk diskusi dimana kita semua akan ambil bagian. Tidak seorangpun diijinkan untuk mengatakan, Kamu harus melakukan semuanya. Sayangnya, melakukan semuanya memang tidak mungkin. Bahkan bila sumberdaya bukan merupakan hambatan, kami ingin secara strategis memilih topik-topik kami, audiens sasaran kami, dan kendaraan penyebarluasan kami. Kami juga tidak perlu melakukan hal-hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh pihak-pihak lain. Tetapi pada kenyataannya sumberdaya memang terbatas. Pendanaan bagi penelitian kehutanan tidak lagi melimpah, dan anggaran CIFOR khususnya telah tekena dampak kegagalan beberapa pemerintah untuk memenuhi komitmen-komitmen yang mereka buat sebelumnya. Jadi kami benarbenar harus membuat pilihan-pilihan yang sulit, dan memerlukan bantuan dari saudara semua dalam mewujudkannya. Ijinkan saya menutup dengan sebuah perenungan tentang kaitan antara penelitian dan pembuatan kebijakan dari pengalaman terdahulu saya di Indonesia. Dahulu, sebagai pemberi bantuan dan bukan sebagai pencari bantuan, saya menyediakan dukungan bagi LSM-LSM seperti Bina Swadaya dan universitas-universitas seperti IPB dan UI untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hutan. Temuan-temuan mereka mengungkapkan akar penyebab dari konflik antara para pengelola hutan dan masyarakat lokal. Dan temuan-temuan ini tidaklah selalu merupakan kabar baik bagi Kementrian Kehutanan atau bagi Perum Perhutani. Tetapi seiring berjalannya waktu, dan walaupun dengan adanya kebenaran-kebenaran yang tidak menyenangkan yang kadang terjadi, hubungan kepercayaan telah terbangun antara para peneliti dan para pejabat kehutanan. Dan pada akhirnya, dana dari the Ford Foundation tidak lagi diperlukan untuk mendukung hubungan tersebut. Ketika pejabat-pejabat kehutanan memerlukan pertolongan dari peneliti-peneliti independent, atau ketika para peneliti independen ingin mempresentasikan hasil penelitiannya kepada para pejabat kehutanan, mereka akan saling menelepon secara langsung. Ketika saya berpikir tentang bagaimana para peneliti dapat membantu para pembuat keputusan dalam membuat pilihan-pilihan bijaksana tentang hutan, hubungan seperti diataslah yang ada di dalam benak saya. Saya menunggu komentar dari saudara semua. 4

Terima kasih. (Indonesian translation Nita Irawati Murjani) 5