BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MELALUI METODE PEER TUTORING PADA SISWA KELAS V SDN 1 PANDOWAN, KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. pendekatan dalam belajar adalah pendekatan konstruktivisme.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Vol. 1 No. 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI A.

Tujuan Penelitian. Kajian Teori. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

BAB 1 PENDAHULUAN. guru dan administrasi kurang-lebih 130 orang. SMK Negeri 1 Salatiga dulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI INDONESIA DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 JATIKUWUNG KECAMATAN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Siklus Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Terhadap Ketercapain KKM Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Bima.

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, kondisi prestasi belajar siswa SMK Negeri 5 Bandung terus

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERAIF TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII-G SMP NEGERI 9 MALANG ARTIKEL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP N 10 PADANG JURNAL

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional pasal 37). Matematika juga disebutkan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN 1 Tatura Melalui Penerapan Media Gambar dan Metode Eksperimen

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang mutlak diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berfikir seseorang. Hal ini merupakan salah satu alasan matematika perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:7) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rata diberi tugas untuk membantu kesulitan temannya untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

PENGARUH PENGGUNAAN CROSSWORD PUZZLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

Transkripsi:

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN A. Hasil Belajar Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri pelajaran tertentu (Hamalik 2002). Begitu pula (Nasution, 2006) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasa ditunjukkan dari nilai tes yang diberikan oleh Guru. (Muhibbin, 2004) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Berbeda dengan Supriyono dan Gagne (2007) mengungkapkan bahwa hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari adanya evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang telah diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (Slameto, 2003). (Roestiyah, 2000), mengungkapkan bahwa faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan sebagainya. Lebih lanjut (Nursalim, 2007), menjelaskan bahwa faktor kemampuan terdiri dari intelegensi dan bakat. Sedangkan (Slameto, 2003), menambahkan faktor kelelahan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa disebut sebagai faktor eksternal. (Slameto, 2003) dan (Roestiyah, 2000) meyatakan faktor eksternal dibagi menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Hasil belajar siswa akan dipengaruhi oleh cara mendidik orang tua, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga serta keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, serta metode belajar siswa. Masyarakat 7

8 merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat itu sendiri. Faktor masyarakat terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. C. Model Pembelajaran Tutor Sebaya Program tutorial pada dasarnya sama dengan program bimbingan, yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa atau peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar optimal. (Hamalik, 1990) menyatakan tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan pada teman-temannya. Karena siswa yang dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang akan diberikan bantuan, maka tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya. Pengertian di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Arikunto, 1986) bahwa tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajar matematikanya lebih besar atau sama degan delapan, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar. Hisyam Zaini (2001) menyatakan bahwa Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada temantemannya.

9 D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tutor Sebaya Menurut (Hisyam Zaini, 2001), langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut: a) Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi). b) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. c) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. d) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. e) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. f) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan. E. Kelebihan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Menurut (Hisyam Zaini, 2001), maka kelemahan metode pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berkut : a) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya dan merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. e) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

10 F. Kelemahan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. (Sawali Tuhusya, 2007) menyatakan bahwa tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari model tutor sebaya sementara kekurangan tutor sebaya antara lain: a) Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. G. Model Pembelajaran Mekanistik Pembelajaran mekanistik sering dikenal juga dengan pembelajaran konvensional ataupun ceramah. Menurut (Djamarah, 1996), model pembelajaran mekanistik metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran ini sering ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, pembagian tugas dan latihan. (Freire, 1999), menjelaskan bahwa pembelajaran seperi itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber gaya bank, penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus ditelan oleh siswa, dan yang wajib diingat serta dihafal. Secara umum, ciri-ciri umum ciri-ciri pembelajaran mekanistik adalah sebagai berikut : a) siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetauan di asumsikan sebagai badan dari informasidan ketrampilan yang dimiliki sesuai dengan standar. b) belajar secara individual. c) pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. d) perilaku dibangun atas kebiasaan. e) kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. f) guru adalah penentu jalannya pembelajaran. g) perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. h) interaksi diantara siswa kurang. i) guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Pembelajaran model mekanistik memang kurang diminati banyak siswa, namun pembelajaran seperti ini juga mempunyai kelebihan tersendiri. Kelebihan pembelajaran ini yaitu : a) mendapat berbagai

11 informasi yang tidak ditemukan ditempat lain. b) menyampaikan informasi dengan cepat. c) membengkikan minat akan informasi. d) mengajari siswa cara yang baik dengan mendengarkan. e) mudah digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan kelemahan model pembelajaran ini adalah : a) tidak semua siswa mempunyai cara terbaik dengan mendengarkan. b) sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. c) para siswa tidak mengerti apa tujuan mereka belajar pada hari itu. d) penekanan hanya sering pada penyelesaian tugas. e) daya serapnya rendah dan mudah hilang karena bersifat mengahafal. H. Pendekatan model Pembelajaran Mekanistik Ujang Sukandi (2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran mekanistik ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsepkonsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. disini terlihat bahwa pendekatan model pembelajaran ini adalah guru lebih mendominasi sebagai pemberi ilmu, sementara siswa menjadi pasif dan menempatkan siswa sebagai penerima ilmu semata. I. Perbedaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Mekanistik Model Pemebelajaran tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas (Arikunto, 1986). Disini siswa yang kurang memahami materi yang dipelajari tidak akan merasa takut atau mau bertanya, karena mereka mempunyai teman sebaya yang isa mereka jadikan sumber belajar. Model pembelajaran mekanistik adalah pembelajaran yang ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Dari uraian tersebut beberapa aspek yang membedakan antara model pembelajaran tutor sebaya dan mekanistik adalah sebagai pada tabel 2.1 berikut :

12 Tabel 2.1 Perbedaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dengan Model Pembelajaran Mekanistik No Model Pembelajaran Tutor Sebaya Model Pembelajaran Mekanistik Proses pembelajaran diawali Pembelajaran diawali dengan 1 dengan diskusi masalah dalam ceramah oleh guru. setiap kelompok. 2 Orientasi pembelajaran berpusat Orientasi pembelajaran berpusat pada pada siswa. guru. 3 Kedudukan siswa dalam hal ini Kedudukan siswa dam hal ini adalah adalah sebagai subyek belajar. sebagai obyek belajar. 4 5 Kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya, yang membeat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika dengan strategi dan bimbingan guru, sehingga siswa lebih memahami konsep materi yang dipeajari. Kegiatan pembelajaran lebih kepada pemberian materi secara drill mengikuti buku teks dan kemampuan mengungkapkan isi buku teks, sehingga menjadikan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam menerima materi peajaran, sehingga kurang memahami konsep materi yang diajarkan. J. Penelitian Yang Relevan (Wahyuni, 2011), dalam judul Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan Metode Tutor Sebaya Dan Ceramah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2010/2011. Dari hasil uji beda rata-ratanya menunjukkan t hitung (equal variance assumed) adalah -3,934, dan t tabelnya adalah sebesar - 2,014. Karena -t hitung < -t tabel (-3,934<-2,014) dan taraf signifikasi p = 0,000(p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diajar dengan model tutor sebaya berbeda dengan yang diajar metode ceramah. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan nilai rata-rata untuk kelas kontrol yang menggunakan metode cerama adalah 7,3092 dan untuk kelas eksperimen yang diajar dengan model tutor sebaya adalah 8,1522. Ini mennunjukkan bahwa model tutor sebaya cocok dipakai di SMP Negri 3 Salatiga. (Windaryati, 2009) dalam judul Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dimensi Tiga Pada Mata

13 Pelajran Matematika Siswa elas XI TKPI 1 SMK Negri 3 Tegal Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa model pembelajaran model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XI TKPI 1 dengan 34 siswa. Peneliian dilaksanakan dalam dua siklus, hasil siklus 1 dan siklus 2 menunjukan hasil yang signifikan. Pada variabel ketuntasan belajar dari 64,87% meningkat menjadi 86,27%, sedangkan ketuntasan belajar dari 64,70% menjadi 91,18% dan nilai rata-rata dari 6,90 pada siklus 1 meningkat menjadi 7,73 pada siklus 2, yang berarti melebihi ketuntasan hasil belajar. (Windaryati, 2010) dalam judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas XII PDG-1 SMK Negri 11 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Pada siklus 1 dilakukan empat tahap (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi). Hasil penelitian diperoleh ada peningakatan rata-rata aktivitas dari 84,3% menjadi 93,6% dan adanya peningkatan ketuntasan belajar dari KKM 60 tuntas 76,47% menjadi KKM 63 tuntas 91,16%. Simpulan Penelitian ini memperoleh hasil bahwa bahwa ada peningkatan hasil belajar matematika melalui tutor sebaya pada siswa kelas XII PDG-1 SMK Negri 11 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. K. Kerangka Berfikir Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi kesehatan, kemauan, percaya diri, dan lain sebagainya yang ada pada diri seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yaitu lingkungan dan instrumental. Faktor eksternal misalnya sekolah, guru, kurikulum dan metode atau model pembelajaran. Model/metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran. Penggunaan model/metode pembelajaran yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini akan dilihat perbedaan hasil belajar antara kelas menggunakan model tutor sebaya dan model pembelajaran mekanistik. Model pembelajaran mekanistik lebih cenderung menjadikan siswa sebagai obyek pembelajaran, yang hanya menerima materi secara searah dan tidak terjadi interaksi antara guru dan siswa. (Sukandi, 2003), mendefinisikan bahwa pembelajaran mekanistik ditandai dengan guru lebih banyak mengajar tentang konsepkonsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu

14 bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Hisyam Zaini dalam Amin (Suyitno, 2004), menyatakan bahwa Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut mempunyai keseimbangan hasil belajar. Kemudian dari kedua kelompok kelas tersebut akan dikenakan perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akan menggunakan model pembelajaran tutor sebaya sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran mekanistik. Kemudian setelah itu akan terlihat perbandingan hasil belajar antara kedua kelas tersebut. Dapat pula dijelaskan dari bagan dibawah ini : Kondisi awal Nilai belajar Pembelajaran yang Tutor Mekanistik Siswa aktif Hasil belajar meningkat Hasil belajar tutor sebaya lebih Gambar 2.1 Kerangka Berfikir L. Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut adanya perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran tutor sebaya dan model pembelajaran mekanistik pada materi kubus dan balok kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Salatiga tahun ajaran 2012/2013.